Anda di halaman 1dari 6

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

OLEH

KELOMPOK POSING

Kelvin (17029156)

Nisa Vebriani (17029070)

Mita Purnama Sari (17029034)

Dosen : Dra. Hj. Sri Elniati, M.A.

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
a. Metode Demonstrasi Dalam Penjumlahan Bilangan Cacah

pada pembelajaran melalui metode demonstrasi dalam penjumlahan bilangan cacah


guru memberikan LKS dan menjelaskan prosedur pengisian LKS dengan mendemonstrasikan
langsung cara pemecahan masalah sebagai contoh pada siswa. Soal yang diberikan adalah
soal penjumlahan bilangan cacah yang tertuang dalam LKS yang sudah dipersiapkan guru,
namun dilanjutkan pada penggunaan kalimat matematika dan penjumlahan dengan berbagai
teknik. Dari contoh diatas dapat dikembangkan menjadi:

1. Ambillah contoh-contoh benda yang dapat mewakili bilangan 13 dan bilangan 7,


misalnya kelereng

●●●●● ●●●●●
●●●●●
●●
●●●

2. Lakukan penggabungan antara 13 kelereng dengan 7 kelereng menjadi satu


wadah, suruhlah siswa untuk menghitung satu persatu kelereng yang sudah
dijadikan satu wadah tersebut.

●●●●●●●●
●●●●●●●●
●●●●

3. Tulislah kejadian tersebut dalam kalimat : “tiga belas kelereng digabung dengan
tujuh kelereng menjadi dua puluh kelereng” atau “tiga belas kelereng ditambah
tujuh kelereng sama dengan duapuluh kelereng”.
4. Lakukanlah penggunaan lambang bilangan dan simbol-simbol dalam matematika
yang sebenarnya, seperti: “13 kelereng + 7 kelereng = 20 kelereng”.
5. Gunakanlah kalimat matematika yang sebenarnya yaitu: 13+7 = 20
6. Gunakan juga penjumlahan bersusun
7. Atau gunakan juga bentuk penjumlahan dengan pengelompokkan :
13+7 = (10+3) + (7)
= 13 + 7
= 20
8. Suruhlah siswa untuk membuat kalimat biasa dari kalimat matematika
“13+7=20” agar dapat diterapkan dalam berbagai kasus.
b. Penerapan metode drill atau latihan

Materi : metode latihan drill dengan bermain kartu penjumlahan untuk


meningkatkan prestasi belajar dan ketuntasan siswa dalam menjumlahkan dua
pecahan dalam proses pembelajaran Matematika .

Metode drill adalah suatu metode mengajar dimana siswa diajak sering melakukan
latihan. Dengan sering latihan siswa dapat memperoleh kecakapan motoris sperti
menulis, menghitung dan menghafalkan huruf.melalui metode ini siswa juga dapat
memperoleh kecakapan mental seperti dalam penjumlahan, perkalian. Selain itu metode
latihan juga dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan, meningkatkan
prestasi belajar dalam menjumlah dan mengalikan bilangan. Penerapan metode drill pada
pembelajaran Matematika siswa diharapkan dapat memperoleh kecakapan mental, seperti
terampil dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda dan
sebagainya. Menerapkan metode drill pada pembelajaran Matematika dapat membentuk
kebiasaan dan menambah ketetapan dan kecepatan pelaksanaan.

Selanjutnya, untuk menghindari hal yang monoton dan mudah membosankan pada
materi penjumlahan dua bilangan, maka metode drill ini dikombinasikan dengan metode
bermain kartu model arisan. Pengkombinasian ini dilakukan agar terjadi variasi dalam
proses pembelajaran. Kartu penjumlahan ini adalah sebuah kertas karton atau kertas
manila berbentuk persegi panjang yang berukuran 2cm x 30 cm. Kertas yang
digunakan diusahakan berwarna-warni, dengan harapan siswa lebih tertarik pada alat
tersebut dan proses pembelajaannya. Pada kertas tersebut dituliskan soal-soal
penjumlahan dua angka. Materi soal diambilkan dari materi kelas IV.Langkah-langkah
pembelajaran metode latihan ketrampilan atau drill dengan menggunakan kartu
penjumlahan adalah sebagai berikut:

(a) Kegiatan awal, hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah Tanya jawab tentang
materi yang telah lalu dan berkaitan dengan materi sekarang

(b) Kegiatan inti, hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang cara menyelesaikan masalah; mengerjakan latihan soal yang
tertulis di papan tulis; siswa di bagian dalam beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri
dari 5 siswa paling banyak. Setiap kelompok berlatih mengerjakan soal latihan dengan
bermain kartu penjumlahan. Kemudian siswa dalam kelompok tersebut berdiskusi dan
mengerjakan soal tersebut di buku masing-masing; kartu penjumlahan diambil ole guru
kemudian ditukar dengan kartu penjumlahan milik kelompok lain. Siswa berlatih lagi
mengerjakan soal dengan bermain kartu penjumlahan yang berbeda; beberapa siswa
dan kelompok yang berbeda mengerjakan soal di papan tulis. diskusi rnembahas hasil
pengerjaan siswa di papan tulis.

(c) Kegiatan akhir, hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah siswa mengerjakan
evaluasi; diskusi bersama-sama tentang hasil evaluasi; guru mernberi PR untuk dikerjakan
di rumah.

c. Metode tanya jawab

agar siswa kreatif mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan metode tanya jawab, guru
hendaknya berlaku sebagai berikut:

a. Menghargai jawaban, pertanyaan, keluhan atau tindakan siswa bagaimana jelek


mutunya. Misalnya, ketika kelas sedang membuat soal latihan pemfaktoran ada
seorang anak yang menganggu temannya dengan pertanyaan bagaimana caranya
untuk mengubah suku tiga menjadi suku empat yang diperlukan. Manakah dari
pertanyaan berikut sebaiknya diajukan.
“kamu masih juga belum dapat mengerjakan soal sederhana itu? Atau bagus, kamu
bertanya sekarang. Kalau tidak kamu akan mendapat kesukaran dalam pemfaktoran
bentuk 𝑎𝑥 2 + 𝑏𝑥 + 𝑐, penyelesaian persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
b. Menerima siswa lalu memeriksanya.
Misalnya, siswa mengerjakan pemfaktoran 𝑥 2 − 𝑥 − 6 = (𝑥 + 3)(𝑥 − 2) pertanyaan
diajukan tanpa menyalahkan terlebih dahulu.
“bagaimana caranya kamu peroleh hasil itu? Coba terangkan.
Walaupun jawaban yang diberikan betul, guru bisa memeriksa cara siswa
mengerjakannya. “coba jelaskan bagaimana itu kamu peroleh?” atau “coba
perlihatkan bagaimana cara mengerjakannya”. Suruhan atau pertanyaan seperti ini
berguna untuk memeriksa apakah proses pengerjaan atau berfikir siswa betul. Jika
salah dapat segera dibetulkan.
c. Mengajukan pertanyaan tinggi tarafnya dan yang lebih bermutu, misal:
“benarkah ini?”
“apakah jawaban ini betul?”
“mengapa jawabannya demikian?”
“bagaimana cara kamu memperoleh jawaban itu?’
“darimana itu dapat kamu peroleh?”
“bagaimana hal itu terjadi?”

Pertanyaan yang jawabannya hanya “ya”. Tidak, benar, salah, dapat,Tidak mungkin
dan sejenisnya digolongkan kepada jawaban yang kurang bermutu. Jawaban-
jawabannya tidak menyimpulkan pengertian, proses kerja atau proses berfikir. Pada
contoh diatas, pertanyaan pertama merupakan pertanyaan yang bermutu.

Anda mungkin juga menyukai