Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Saat ini penyakit kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular.Pada kebanyakan kasus, hipertensi tidak terdeteksi sehingga sering disebut sebagai “silent killer”. Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah dan dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, banyak pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi sehingga tidak memperhatikan makanan yang di konsumsi. Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia (Riskesdas, 2013) World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa sampai tahun 2030 penyebab kematian nomer satu adalah hipertensi. Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa (WHO, 2008). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia termasuk tinggi, yaitu sebesar 2 25,8%. Hal ini menandakan penyakit hipertensi belum mendapat perhatian lebih. Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya (Kemenkes RI, 2014). Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di negara berkembang pada tahun 2025, dari jumlah 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025 (Ardiansyah, 2012). Hampir 1 milyar orang diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Hipertensi adalah salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia. Di tahun 2020 sekitar 1,56 miliar orang dewasa akan hidup dengan hipertensi. Hipertensi membunuh hampir 8 miliyar orang setiap tahun di dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia Timur-Selatan. Sekitar sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan menderita hipertensi (WHO, 2015). Penyakit hipertensi merupakan gejala peningkatan tekanan darah yang kemudian berpengaruh pada organ yang lain, seperti stroke untuk otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung. Penyakit ini menjadi salah satu masalah utama dalam ranah kesehatan masyarakat di Indonesia maupun di dunia (Ardiansyah, 2012). Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Dalam beberapa dekade terakhir, risiko tekanan darah tinggi telah meningkat karena penurunan gaya hidup sehat. Bahkan, sembilan dari sepuluh orang berada pada risiko terkena hipertensi setelah usia 50 tahun (Stanley, 2007). Sekitar 90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi ini disebut hipertensi esensial (etiologi dan patogenesis tidak diketahui). Awitan hipertensi esensial biasanya terjadi antara usia 20 dan 50 tahun (Bare & 4 Smeltzer, 2009). Pada orang dewasa yang menderita hipertensi mengalami berat badan berlebih dan obesitas dapat meningkatkan faktor resiko penyakit kardiovaskuler dan beberapa jenis kanker (WHO, 2015). Gaya hidup yang mengikuti era globalisasi, membuat kasus hipertensi terus meningkat. Gaya hidup gemar makan fast food yang kaya lemak, asin, malas berolahraga dan mudah tertekan ikut berperan dalam menambah jumlah pasien hipertensi (Rudianto, 2013). Saat ini orang lebih suka memilih makanan siap saji yang umumnya rendah serat, tinggi lemak dan banyak mengandung garam. Selain itu makanan blendrang atau disebut makanan kemarin juga banyak mengandung kadar garam dan lemak cukup tinggi. Seharusnya masyarakat sadar bahwa dengan mengkonsumsi makanan di atas dapat memicu terjadinya hipertensi. Bila hal ini terus dilakukan maka hipertensi mereka akan bertambah parah dan lebih-lebih juga akan menyebabkan komplikasi seperti kerusakan pada otak, kerusakan pada jantung, kerusakan pada ginjal, dan kerusakan pada mata (Rudianto, 2013).
1.2 Tujuan Umum
1.1.1 Tujuan umum Setelah melakukan kegiatan praktek keperawatan keluarga di Rt 01-08 Karang Anyar Kecamatan Sawah Besar diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga.
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Memahami keluarga dan kelompok khusus sebagai unit sasaran praktik keperawatan keluarga. 2. Memahami berbagai faktor yang mempengaruhi status kesehatan keluarga dan kelompok khusus. 3. Mengintegrasikan ilmu kesehatan masyarakat ke dalam kesehatan praktik keperawatan keluarga dan kelompok khusus. 4. Memahami konsep, prinsip dan perspektif asuhan keperawatan keluarga dan kelompok khusus 5. Membangun kerjasama lintas sektor dan kerja di dalam tim. 6. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga dan kelompok khusus 7. Merumuskan diagnose keperawatan keluarga dan kelompok khusus 8. Membuat perencanaan keperawatan keluarga dan kelompok khusus. 9. Melaksanakan berbagai intervensi keluarga dan kelompok khusus. 10. Mendokumentasikan askep keluarga dan kelompok khusus 11. Mendokumentasikan askep keluarga dan kelompok khusus. 12. Mengaplikasikan strategi promkes kemitraan pemberdayaan keluarga, pengorganisasian keluarga dalam praktik keperawatan keluarga 13. Menerapkan konsep dan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja dalam melakukan praktik keperawatan pada kelompok khusus