Anda di halaman 1dari 23

IMPLEMENTASI ISTC

Di Rumah Sakit

TB DAY- RSCM, 23 - 4 - 2012

Dr Anna Uyainah ZN SpPD,K-P,MARS


Div Pulmonologi – Dep Ilmu Peny.Dalam FKUI-RSCM
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

Dr. Anna Uyainah ZN, SpPD, K-P, MARS

ƒ TTL : Jakarta, 7 Maret 1955


ƒ INSTITUSI : Bag. Ilmu Peny. Dalam FKUI / RSCM
ƒ JABATAN : - Koadminkeu Dept. Ilmu Peny. Dalam
- Staf Subag. Pulmonologi, Dept. Ilmu Peny.
Dalam RSCM

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

1
1. India 429.730 New Cases by year
2. China 61000 Died by years
3. South Africa (Global Tuberculosis Control 2010 p 171)

4. Nigeria
5. Indonesia Tahun 2011 Æ Indonesia no 4

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

PENGENDALIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS


MANAGEMENT, DIAGNOSIS, PENGOBATAN,
KESEHATAN MASYARAKAT

ISTC + Strategi DOTS + BPN TB

Buku Pedoman Nasional


ISTC : 21 Standar
Pengendalian TB
1 Standar untuk diagnosis 1 s/d 6
5 komponen DOTS
2 Standar untuk 7 s/d 13
Pengobatan 1. Komitmen Politis
3 Standar untuk
Penanganan TB dengan
14 s/d 17
2. Diagnostik / mikroskopis dahak
infeksi HIV dan Kondisi
Komorbid lain
3. Pemberian obat / PMO
4 Standar untuk Pelayanan 18 s/d 21
4. Ketersediaan dan akses OST
Kesehatan Masyarakat
5. Pencatatan dan Pelaporan
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

2
INTERNATIONAL STANDARD for TUBERCULOSIS CARE

1 Standar untuk diagnosis Stand 1 s/d 6

2 Standar untuk Pengobatan Stand 7 s/d 13

3 Standar untuk Penanganan TB Stand 14 s/d 17


dengan infeksi HIV dan Kondisi
Komorbid lain
4 Standar untuk Pelayanan Stand 18 s/d 21
Kesehatan Masyarakat

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

Diagnosis TB
(TB Paru, TB ekstra paru)
ƒ Tanda dan gejala
ƒ Pemeriksaan fisik
ƒ Sputum BTA
ƒ Gambaran foto toraks
ƒ Pemeriksaan
penunjang lain

ISTC, Standard 1 - 6
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

3
STANDAR UNTUK DIAGNOSTIK ( 1-6)
Standar Isi standar
1 Batuk ≥ 2 minggu Æ evaluasi TB
2 Pemeriksaan apusan dahak min 2 kali , min 1 kali pagi hari,
kualitas lab terjamin
3 Diduga TB ekstraparu Æ pemeriksaan mikroskopik, biakan, dan
histopatologi
4 foto toraks diduga TB Æ pemeriksaan dahak secara mikrobiologi
5 D/ TB paru BTA negatif :
- minimal dua kali BTA negatif
-foto toraks sesuai tuberkulosis
-tidak ada respons terhadap antibiotika spektrum luas
(fluorokuinolon harus dihindari Æ aktif terhadap M.TB ,
menyebabkan perbaikan sesaat pada penderita TB).
Æ biakan dahak harus dilakukan.
Æ Pada pasien yang sakit berat atau susp HIV, evaluasi diagnostik
harus disegerakan dan jika bukti klinis sangat mendukung ke arah
tuberkulosis, pengobatan tuberkulosis harus dimulai.
6 Indonesia ISTC Training
Diagnosis TB
Modules revised 2010anak

Tujuan Pengobatan TB

ƒ Menyembuhkan pasien TB
ƒ Mencegah kematian akibat TB
ƒ Mencegah kambuh
ƒ Memutuskan rantai penularan TB
ƒ Mencegah MDR-TB/XDR-TB

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

4
PADUAN OAT
TB baru diobati TB pernah diobati
Mandiri 2 RHZE 4 RH 2 RHZES 1 RHZE 5 RHE
Program 2 RHZE 4 R3H3 2 RHZES 1 RHZE 5
R3H3E3

• Obat kombinasi sangat direkomendasi


• OAT pada pasien TB-HIV sama dengan TB
tanpa HIV

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

STANDAR UNTUK PENGOBATAN (7 – 13)

Standar Isi Standar


7 - mencegah penularan infeksi lebih lanjut
- mencegah terjadinya resistensi obat.
- menilai kepatuhan pasien serta dapat menangani ketidakpatuhan
8 - Semua pasien (termasuk mereka yang terinfeksi HIV) yang
belum pernah diobati harus diberi paduan obat yang disepakati
secara internasional : 2 RHZE 4 RH
- Obat dengan KDT/FDC sangat direkomendasi
9 - Keberpihakan kepada pasien
10 -Evaluasi TB pada TB ekstraparu : sputum BTA, biakan
- Evaluasi TB ekstraparu : secara klinis
11 - Evaluasi diagnostik TB MDR Æ ~ faktor risiko TB MDR
12 - Pengobatan TB MDR Æ DOTS PLUS (PMDT)
13 - Rekam medik pasien

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

5
Standar untuk Penanganan TB dengan infeksi
HIV dan Kondisi Komorbid lain (14-17)
Standar Isi Standar
14 Uji HIV dan konseling pada semua pasien/suspek TB :
-di daerah dengan prev HIV tinggi
- pasien dengan gejala dan/atau tanda kondisi yang berhubungan HIV
-pasien dg riw risiko tinggi terpajan HIV
Æ Pada daerah dengan prevalensi HIV Æ Kolaborasi TB-HIV

15 -evaluasi perlu/tidaknya pengobatan ARV dan akses ARV


-Pengobatan tuberkulosis tidak boleh ditunda
-Pasien TB dg HIV harus diberi kotrimoksazol sebagai pencegahan infeksi
lainnya.
16 Pasien dengan infeksi HIV yang setelah dievaluasi dengan seksama, tidak
menderita tuberkulosis aktif seharusnya diobati sebagai infeksi
tuberkulosis laten dengan isoniazid selama 6-9 bulan.
Add: Belum mjd kebijakan nasional, di Indonesia sdg implementasi awal
17 Penilaian yang menyeluruh terhadap kondisi komorbid yang dapat
mempengaruhi respons atau hasil pengobatan tuberkulosis

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

STANDAR UNTUK KESEHATAN MASYARAKAT (18-21)

Standar Isi standar


18 Semua orang yang mempunyai kontak erat dengan pasien TB : 
¾Orang dengan gejala yang mendukung ke arah  TB 
¾Anak berusia <5 tahun 
¾Kontak yang menderita atau diduga menderita  
     imunokompromais, khususnya infeksi HIV 
¾Kontak dengan pasien MDR/XDR TB. 
Æ Dievaluasi dan ditatalaksana sesuai dengan rekomendasi 
internasional 
19 Anak berusia <5 tahun dan individu semua usia dengan infeksi HIV yang 
memiliki kontak erat dengan pasien tuberkulosis dan setelah dievaluasi 
dengan seksama, tidak menderita tuberkulosis aktif, harus diobati sebagai 
infeksi laten tuberkulosis dengan isoniazid.
20 Pengendalian infeksi tuberkulosis  
21 Melaporkan kasus tuberkulosis ke kantor Dinas Kesehatan setempat 
sesuai dengan peraturan hukum dan kebijaksanaan yang berlaku

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

6
ISTC (International Standard for TB Care)
&
HDL ( Hospital DOTS Linkage)

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

JEJARING INTERNAL – TIM DOTS RSCM

Unit Penunjang :
POLIKLINIK DIAGNOSIS
- Patklin
- Mikrobiologi
STRATEGI DOTS - Radiologi
ISTC, BPN - PA
- Unit terkait lain
TERAPI OBAT PROGRAM POLIKLINIK PARU/
GD IRM LT 5
(Senin, Rabu, Jum’at)
OBAT NON PROGRAM

Lembar formulir TB diisi baik obat POKDISUS / URJT


program /nonprogram LT 4 /EX POLI MATA
(Selasa, Kamis)
Catatan : Penentuan regimen OAT untuk TB ekstraparu dilakukan oleh
Poliklinik
Indonesia ISTCterkait, , dengan
Training Modules revised 2010 mengacu pada BPN , ISTC, DOTS

7
JEJARING EXTERNAL – TIM DOTS RSCM

TIM DOTS RSCM

Supervisi
•Fas-Sar :
¾OAT Kompilasi data :
¾Form •Email
¾Pelatihan PROVINSI DKI
•Langsung
•Supervisi
Pendampingan

SUDINKES JAK PUSAT


Setiap bulan by email
Setiap triwulan / validasi data

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

KESIMPULAN ISTC + DOTS + BPN TB


HIV +
Klinis susp TB Diagnosis cepat, tepat
Foto toraks Tatalaksana memadai
(GenXpert)

SEMBUH

PASIEN POLIKLINIK TB MDR


D/ & T/
Batuk ≥ 2 mg MATI
Sputum BTA
Foto toraks utk BTA neg •Keterlambatan Diagnosis
Biakan/histopatologi utk TB EP dan Pengobatan
Pasien anak Æ Skoring •Tatalaksanan tak memadai
•Kondisi kesehatan buruk

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

8
TERIMA KASIH
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

STANDAR INTERNASIONAL PENGENDALIAN TB

1 Standar untuk diagnosis Stand 1 s/d 6

2 Standar untuk Pengobatan Stand 7 s/d 13

3 Standar untuk Penanganan TB Stand 14 s/d 17


dengan infeksi HIV dan Kondisi
Komorbid lain
4 Standar untuk Pelayanan Stand 18 s/d 21
Kesehatan Masyarakat

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

9
STANDAR UNTUK DIAGNOSIS
Standar 1 : Batuk yang lama

Setiap orang dengan batuk produktif selama ≥


2 minggu yang tidak jelas penyebabnya harus
dievaluasi untuk tuberkulosis

Addendum
Untuk pasien anak, selain gejala
batuk, entry untuk evaluasi adalah
berat badan yg sulit naik dalam
waktu kurang lebih 2 bulan terakhir
atau gizi buruk
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

Gambaran Foto Toraks TB Paru pada pasien


HIV/AIDS
Early vs Advanced HIV

Foto Early HIV Advanced HIV


toraks (CD4 >200) (CD4 <200)

Pola “Khas” “Tidak khas”

Bagian bawah,
beberapa
Infiltrat Bagian atas
tempat, atau CD4 : 375
milier
Kaviti Umum Tidak umum
Adenopati Tidak umum Umum
Efusi Tidak umum Lebih umum
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010 CD4 : 50

10
STANDAR UNTUK DIAGNOSIS
STANDAR 2 : Pemeriksaan dahak mikroskopis

Semua pasien (dewasa, remaja dan anak) yang


diduga menderita TB paru harus menjalani
pemeriksaan dahak mikroskopik minimal 2 kali
yang diperiksa di laboratorium yang kualitasnya
terjamin. Jika mungkin paling tidak satu spesimen
harus berasal dari dahak pagi hari.

Keterangan :
ISTC 1 : 3x (SPS) Æ saat ini program
DOTS masih menggunakan SPS

Addendum :
Bila hasil pemeriksaan BTA 1 negatif, maka dilakukan
pemeriksaan sputum kedua pagi hari. Satu spesimen harus
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
berasal dari pagi hari

STANDAR UNTUK DIAGNOSIS


Standar 3 : TB Ekstraparu
Pada semua pasien (dewasa, remaja, dan anak) yg
diduga menderitaTB ekstra paru, spesimen dari
bagian tubuh yang sakit harus diambil untuk
pemeriksaan mikroskopik
dan jika fasilitas dan sumber daya tersedia maka
harus dilakukan biakan dan pemeriksaan
histopatologi

Addendum :
Pemeriksaan kearah TB paru tetap dilakukan
yaitu pemeriksaan dahak dan foto toraks.

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

11
TB Ekstra Paru
ƒ Insidens bisa dimanapun ¨ TB bisa menyerang semua
organ
ƒ TB ekstraparu lebih sering pada HIV/TB
Dua2nya, 9%

Ekstra paru, 21%

Pleura, 17%
Kelenjar getah
bening, 43%

Lain, 13%
Paru, 70%
Tulang/sendi, 11% Saluran kemih,
alat kelamin, 5%
Peritoneum, 5% Meninges, 6%
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

STANDAR UNTUK DIAGNOSIS


Standar 4 : Foto toraks diduga TB

Semua orang dengan foto toraks diduga


TB seharusnya menjalani
pemeriksaan dahak secara
mikrobiologi.

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

12
STANDAR UNTUK DIAGNOSIS
Standar 5 : Diagnosis Hapusan Negatif

Diagnosis TB paru BTA negatif harus


didasarkan kriteria berikut:
ƒ Minimal dua kali pemeriksaan dahak 
mikroskopik negatif (termasuk minimal 1 kali 
dahak pagi hari) 
ƒ Temuan foto toraks sesuai tuberkulosis
ƒ Tidak ada respons terhadap antibiotika 
spektrum luas  
(Catatan: jangan gunakan fluorokuinolon karena aktif
terhadap M. tuberculosis sehingga dapat menyebabkan
perbaikan sesaat pada penderita tuberkulosis)
ƒ Untuk pasien ini, biakan dahak harus
dilakukan.
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

STANDAR UNTUK DIAGNOSIS


Standar 5 : Diagnosis Hapusan Negatif

(Lanjutan)
ƒ Pada pasien yang sakit berat atau diketahui
atau diduga terinfeksi HIV, evaluasi diagnostik
harus disegerakan
ƒ dan jika bukti klinis sangat mendukung ke arah
tuberkulosis, pengobatan tuberkulosis harus
dimulai.

Rapid test : Xpert MTB/RIF


(2 dari 2)

ISTC
Indonesia
Training
ISTC
Modules
Training
2008
Modules revised 2010

13
STANDAR UNTUK PENGOBATAN
Standar 7

Setiap praktisi mengemban tanggung


jawab :
¾Mencegah penularan Tb lebih lanjut
¾Mencegah terjadinya resistensi OAT

Praktisi wajib :
¾Mbrk paduan OAT yang memadai
¾Menilai kepatuhan pasien
¾Dapat menangani ketidakpatuhan

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

STANDAR UNTUK PENGOBATAN


Standar 8

Semua pasien (termasuk koinf HIV) yang belum


pernah diobati harus diberi paduan dan dosis
obat sesuai standar Internasional :
2 RHZE 4 RH
Obat kombinasi sangat direkomendasi
Secara umum terapi TB diberikan selama 6 bulan,
namun pada TB Ekstraparu (meningitis TB, TB
tulang, TB milier, TB Kulit, dan lain-lain) terapi TB
dapat diberikan lebih lama sesuai evaluasi medis

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

14
Addendum :
Khusus untuk anak, rejimen yang diberikan terdiri
atas RHZ, ditambahkan E bila penyakitnya berat.
Secara umum terapi TB diberikan selama 6 bulan,
namun pada TB Ekstraparu (meningitis TB, TB
tulang, TB milier, TB Kulit, dan lain-lain) terapi TB
dapat diberikan lebih lama sesuai evaluasi medis.

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

PADUAN OAT
TB baru diobati TB pernah diobati
Mandiri 2 RHZE 4 RH 2 RHZES 1 RHZE 5 RHE
Program 2 RHZE 4 R3H3 2 RHZES 1 RHZE 5
R3H3E3

Obat kombinasi sangat direkomendasi


OAT pada pasien TB-HIV sama dengan TB
tanpa HIV

ASKES Sandoz FDCs


(RIMSTAR)
DPS
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

15
STANDAR UNTUK PENGOBATAN
Standar 9

Standard 9
ƒ Keberpihakan kepada pasien agar terpenuhinya
kepatuhan .
ƒ Pengawasan , dukungan , konseling dan penyuluhan
pasien
ƒ Upaya yang bertujuan menangani ketidakpatuhan
pasien, termasuk PMO

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

STANDAR UNTUK PENGOBATAN


Standar 10

Standard 10
ƒ Monitor dan evaluasi melalui pemeriksaan dahak mikroskopik
berkala (dua spesimen) saat fase inisial selesai (dua bulan).
ƒ Jika apus dahak positif pada akhir fase inisial, apus dahak harus
diperiksa kembali pada bulan ketiga dan jika positif, biakan dan
uji resistensi terhadap isoniazid dan rifampisin harus dilakukan.
ƒ Pada pasien tuberkulosis ekstra paru dan pada anak, penilaian
respons pengobatan terbaik adalah secara klinis.
Addendum
• Respons pengobatan pada pasien TB milier dan efusi pleura
atau TB paru BTA negatif dapat dinilai dengan foto toraks.

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

16
STANDAR UNTUK PENGOBATAN
Standar 11
Standard 11
ƒ Penilaian kemungkinan resistensi obat,
ƒ Uji sensitivitas obat seharusnya dilakukan pada awal
pengobatan untuk semua pasien yang sebelumnya pernah
diobati.
ƒ Pasien yang apus dahak tetap positif setelah pengobatan tiga
bulan selesai dan pasien gagal pengobatan, putus obat, atau
kasus kambuh setelah pengobatan harus selalu dinilai terhadap
resistensi obat.
ƒ Untuk pasien dengan kemungkinan resistensi obat, biakan dan
uji sensitivitas/resistensi obat setidaknya terhadap isoniazid dan
rifampisin seharusnya dilaksanakan segera untuk meminimalkan
kemungkinan penularan. Upaya pengendalian infeksi yang
memadai seharusnya dilakukan sesuai tempat pelayanan.
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

STANDAR UNTUK PENGOBATAN


Standar 12
Standard 12
ƒ Pasien yang menderita atau kemungkinan besar menderita
tuberkulosis yang disebabkan kuman resisten obat (khususnya
MDR/XDR) seharusnya diobati dengan paduan obat khusus
yang mengandung obat anti tuberkulosis lini kedua.
ƒ Paduan obat yang dipilih dapat distandarisasi atau sesuai pola
sensitivitas obat berdasarkan dugaan atau yang telah terbukti.
Paling tidak harus digunakan empat obat yang masih efektif,
termasuk obat suntik, harus diberikan paling tidak 18 bulan
setelah konversi biakan.
ƒ Tindakan yang berpihak kepada pasien disyaratkan untuk
memastikan kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
ƒ Konsultasi dengan penyelenggara pelayanan yang
berpengalaman dalam pengobatan pasien dengan MDR/XDR
TB harus dilakukan.
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

17
STANDAR UNTUK PENGOBATAN
Standar 13 : Pencatatan dan Pelaporan

  
Standard 13  
Rekaman tertulis tentang pengobatan yang 
diberikan, respons bakteriologis, dan efek 
samping seharusnya disimpan untuk semua 
pasien. 

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

STANDAR INTERNASIONAL PENGENDALIAN TB


Standar 14 : Diagnosis TB HIV (1 dari 2)

ƒ Uji HIV dan konseling harus direkomendasikan


pada semua pasien yang menderita atau yang
diduga menderita tuberkulosis.
ƒ Uji HIV dan konseling pd semua pasien TB atau
susp TB :
¾ pasien TB di daerah prevalensi tinggi HIV
¾ pasien TB dg gejala / tanda klinis HIV
¾ pasien TB dg risiko tinggi terpajan HIV
ƒ Pada daerah dengan prevalensi HIV yang tinggi :
Æ pendekatan yang terintegrasi untuk pencegahan
dan penatalaksanaan kedua infeksi
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

18
Diagnosis TB pada pasien HIV

Tidak bisa mengandalkan gejala umum TB

ƒ Batuk bukan merupakan gejala umum

ƒ Demam dan penurunan berat badan yang drastis


adalah gejala yg penting

ƒ Banyak variasi pada gambaran foto toraks


ƒ TB ekstra paru banyak ditemukan pada pasien HIV

ƒ Diagnosis diferensial lebih luas

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

STANDARD UNTUK PENANGANAN TB DENGAN


INFEKSI HIV DAN KONDISI KOMORBID LAIN
Standar 15

Standard 15
Semua pasien dengan tuberkulosis dan infeksi HIV
seharusnya dievaluasi untuk menentukan perlu/tidaknya
pengobatan anti retroviral diberikan selama masa
pengobatan tuberkulosis.
Perencanaan yang tepat untuk mengakses obat anti
retroviral seharusnya dibuat untuk pasien yang memenuhi
indikasi.
Bagaimanapun juga pelaksanaan pengobatan tuberkulosis
tidak boleh ditunda.
Pasien tuberkulosis dan infeksi HIV juga seharusnya diberi
kotrimoksazol sebagai pencegahan infeksi lainnya.

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

19
STANDARD UNTUK PENANGANAN TB DENGAN
INFEKSI HIV DAN KONDISI KOMORBID LAIN
Standar 16

 
Standard 16 
  
Pasien dengan infeksi HIV yang, setelah dievaluasi 
dengan seksama, tidak menderita tuberkulosis aktif 
seharusnya diobati sebagai infeksi tuberkulosis laten 
dengan isoniazid selama 6‐9 bulan. 

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

STANDARD UNTUK PENANGANAN TB DENGAN


INFEKSI HIV DAN KONDISI KOMORBID LAIN
Standar 17
Standard 17  
Semua penyelenggara kesehatan harus melakukan 
penilaian yang menyeluruh terhadap kondisi komorbid
yang dapat mempengaruhi respons atau hasil 
pengobatan tuberkulosis.  
Mengidentifikasi layanan‐layanan tambahan yang 
dapat mendukung hasil yang optimal bagi semua 
pasien dan menambahkan layanan‐layanan ini pada 
rencana penatalaksanaan.  
Komorbid  : diabetes mellitus, program berhenti 
merokok, dan layanan pendukung psikososial lain, 
atau layanan‐layanan seperti perawatan selama 
masa kehamilan atau setelah melahirkan. 
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

20
STANDARD UNTUK KESEHATAN MASYARAKAT
Standar 18
Standard 18  
Semua penyelenggara pelayanan untuk pasien tuberkulosis 
seharusnya memastikan bahwa semua orang yang 
mempunyai kontak erat dengan pasien tuberkulosis menular 
seharusnya dievaluasi dan ditatalaksana sesuai dengan 
rekomendasi internasional. Penentuan prioritas penyelidikan 
kontak didasarkan pada kecenderungan bahwa kontak:  
1) menderita tuberkulosis yang tidak terdiagnosis;  
2) berisiko tinggi menderita tuberkulosis jika terinfeksi;  
3) berisiko menderita tuberkulosis berat jika penyakit 
berkembang; dan  
4) berisiko tinggi terinfeksi oleh pasien.  
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

Prioritas tertinggi evaluasi kontak adalah: 
¾Orang dengan gejala yang mendukung ke arah  TB 
¾Anak berusia <5 tahun 
¾Kontak yang menderita atau diduga menderita  
     imunokompromais, khususnya infeksi HIV 
¾Kontak dengan pasien MDR/XDR TB. 
¾Kontak erat lainnya merupakan kelompok prioritas  
    yang lebih rendah. 
 

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

21
STANDARD UNTUK KESEHATAN MASYARAKAT
Standar 19

Standard 19  
Anak berusia <5 tahun dan individu semua usia 
dengan infeksi HIV yang memiliki kontak erat dengan 
pasien tuberkulosis dan setelah dievaluasi dengan 
seksama, tidak menderita tuberkulosis aktif, harus 
diobati sebagai infeksi laten tuberkulosis dengan 
isoniazid. 
  
 
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

STANDARD UNTUK KESEHATAN MASYARAKAT


Standar 19

 Standard 20  
Setiap fasiliti pelayanan kesehatan yang 
menangani pasien yang menderita atau 
diduga menderita tuberkulosis harus 
mengembangkan dan menjalankan rencana 
pengendalian infeksi tuberkulosis yang 
memadai.  
 
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

22
STANDARD UNTUK KESEHATAN MASYARAKAT
Standar 21

Standard 21  
Semua penyelenggara pelayanan kesehatan harus 
melaporkan kasus tuberkulosis baru maupun kasus 
pengobatan ulang serta hasil pengobatannya ke 
kantor Dinas Kesehatan setempat sesuai dengan 
peraturan hukum dan kebijaksanaan yang berlaku. 
Addendum: Pelaksanaan pelaporan seharusnya difasilitasi dan 
dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan setempat, sesuai dengan 
kesepakatan yang dibuat.  

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

TERIMA KASIH
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

23

Anda mungkin juga menyukai