A.Pendahuluan
Lembaga pendidikan adalah salah satu harapan besar negeri ini agar bisa bangkit dari
keterpurukan dan mengejar ketertinggalannya selama ini. Untuk itu, diperlukan kader-kader
muda masa depan yang kaya akan ilmu pengetahuan guna mencerdaskan bangsa ini dan
mampu mengeluarkan bangsa ini dari kegelapan. Kader-kader masa depan itu harus
dipersiapkan, direncanakan dan diupayakan dengan maksimal.
Dalam hal ini, guru adalah aktor utama di samping orang tua dan elemen lainnya kesuksesan
yang direncanakan. Tanpa keterlibatan aktif seorang guru, pendidikan akan kosong dari apa
yang namanya materi. Secanggih apapun sebuah kurikulum dan visi misi suatu lembaga
pendidikan, selama gurunya pasif dan stagnan, maka kualitas pendidikan akan merosot tajam.
Begitu juga sebaliknya, selemah apapun sebuah kurikulum dan visi misi, jika gurunya
inovatif dan produktif, maka kualitas pendidikan akan maju pesat.
Disinilah letak strategis seorang guru dalam dunia pendidikan. Karena itu, tidak ada pilihan
lain, guru-guru yang ada harus memposisikan dirinya sebagai guru ideal dan inovatif, yakni
guru-guru yang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman, mempunyai intelektual
yang tinggi, serta kreatif melakukan terobosan dan pembaharuan yang konsisten.
Di dalam makalah ini akan dibahas mengenai sosok guru ideal, fungsi seorang guru serta
langkah-langkah menjadi guru ideal. Dengan dibuatnya makalah ini, penulis berharap
pembaca dapat mengetahui sosok seorang guru ideal, fungsi apa saja yang dimiliki seorang
guru serta langkah apa saja yang dapat dilakukan guna menjadi guru ideal. Selain itu, penulis
berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai guru
ideal yang sesungguhnya.
Pembahasan mengenai guru selalu menarik perhatian karena ia adalah kunci pendidikan.
Artinya, jika guru sukses, maka kemungkinan besar anak didiknya akan sukses. Guru adalah
figur inspirator dan motivator bagi anak didiknya dalam mengukir masa depan.Dengan kata
lain, peranan guru sangatlah vital bagi pembentukan kepribadian, cita-cita dan visi misi yang
menjadi impian anak didiknya di masa mendatang. Di balik kesuksesan seorang murid,
tentulah ada sosok seorang guru yang ideal, seorang guru yang mampu memberikan inspirasi
dan motivasi.
Dalam konteks ini, munculnya guru-guru yang berkualitas menjadi kebutuhan pokok yang
tidak bisa ditawar lagi. Lalu siapa yang pantas disebut sebagai guru yang berkualitas ini?
Guru yang berkualitas adalah guru yang ideal dan inovatif. Guru yang senantiasa melakukan
pembaharuan dalam mengajar anak didiknya guna mencapai tujuan yang maksimal. Guru
ideal adalah guru yang mempunyai kompetensi tinggi, bermoral baik sehingga dapat menjadi
teladan bagi anak didiknya, dapat membagi waktu dengan efisien, memahami kondisi anak
didik serta kreatif dan inovatif melakukan pembaharuan dalam kegiatan belajar mengajarnya.
Selain itu, guru yang ideal senantiasa bertanya pada dirinya sendiri apakah dia sudah menjadi
guru yang baik? Apakah dia sudah mendidik dengan benar? Apakah anak didiknya mengerti
dengan pelajaran yang disampaikan? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang
terlintas didalam benaknya.
C.Fungsi guru
Segala sesuatu yang diciptakan dibumi ini tidak ada yang tidak memiliki fungsi. Dan fungsi
seorang guru adalah sebagai:
1.Pendidik.
Tugas utama seorang guru adalah mendidik anak didiknya sesuai dengan materi pelajaran
yang diberikan kepadanya. Dalam mendidik diperlukan kesabaran yang tinggi untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
2.Pemimpin.
Guru juga seorang pemimpin di kelas. Oleh karena itu, guru harus bisa menguasai,
mengendalikan dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang
berkualitas. Seorang guru dapat dikatakan berhasil apabila dapat mengendalikan kelas yang
dipegangnya.
3.Fasilitator.
4.Motivator.
Sebagai motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan semangat anak didik dan
memotivasi mereka agar tetap bersemangat dalam belajar walaupun banyaknya rintangan
yang menghadang.
5.Evaluator.
Sebaik apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahan yang harus dibenahi dan
disempurnakan. Disinilah diperlukan jiwa besar guru dalam menerima masukan dan kritikan
dari anak didiknya.
Dengan menguasai materi, kepercayaan akan terbangun dengan baik, tidak ada was-was
terhadap pertanyaan yang akan dilontarkan oleh anak didiknya. Dalam konteks ini guru sudah
seharusnya mengajar sesuai dengan keahlian dibidangnya masing-masing, seperti kata
pepatah “the right man of the right place” yang artinya: guru yang ideal adalah guru yang
mengajar maateri sesuai dengan bidangnya.
Ilmu pengetahuan akan selalu berkembang. Seperti yang dilakukan Syaiful Bakhri, ia selalu
mengembangkan materi dengan isu-isu kontemporer yang dekat dengan kehidupan sehari-
hari untuk memudahkan siswa menyerap pelajaran.
3.Komunikatif.
Guru yang suka menyapa dan memperhatikan kondisi anak didik tentu akan lebih diterima
baik oleh anak didik dari pada guru yang hanya datang dan memberikan materi saja.
Komunikasi sangat penting sebagai pendekatan psikologi terhadap anak didik.
Dengan praktik, ilmu akan berkembang pesat. Dengan demikian, anak didik akan terlatih
untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari.
Dengan banyaknya metode pendekatan yang bervariatif, akan membuat anak didik tidak
jenuh dengan pelajaran yang diterimanya. Salah satu metodenya adalah dengan metode
ceramah, dialog interaktif, dan grup diskusi.
Terlalu memaksakan siswa untuk belajar lebih sangatlah tidak baik. Hal tersebut akan
membuat anak didik merasa terbebani. Akan tetapi, mengajarlah seperti air yang mengalir
pelan yang mampu menerobos hal-hal yang sulit dan merobohkan sesuatu yang besar.
Di tengah kepenatan dan keletihan fisik, humor sangat diperlukan untuk menyegarkan
pikiran. Awali proses belajar mengajar dengan menceritakan hal-hal yang lucu dan unik agar
tidak jenuh. Setelah anak didik merasa fresh dan siap menerima materi, barulah guru
memulai kegiatan belajar mengajarnya.
E.Penutup
Istilah guru bisa diartikan digugu lan ditiru (dipercaya dan diteladani). Artinya sosok guru
sangat dipercaya oleh siswa dan segala perilakunya ditiru oleh siswanya. Menjadi guru yang
ideal dan inovatif adalah harapan semua guru di negeri ini. Guru yang mampu membimbing
dan mendorong anak didiknya sehingga mampu mencapai taraf nasional dan internasional.
Namun tidak semua guru dapat melakukan itu. Ada banyak kendala yang dihadapi mulai dari
biaya, usia dan kesibukan. Namun bagi guru-guru muda khususnya, tidak ada alasan yang
membuat mereka mundur, melihat dan menuju ke belakang. Sebab masa depan, tantangan
dan peluang sudah di depan mata. Kalau tidak berani menghadapi tantangan dan mengambil
peluang maka orang lain yang akan mengambilnya. Hidup adalah kompetisi. Jadi,
barangsiapa yang tidak berani berkompetisi maka akan tersisih di era teknologi modern
seperti ini.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur. 2010. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif. Jogjakarta:
DIVA Press.
Lusita, A. 2012. Jurus Sukses Menjadi Guru Kreatif, Inspiratif dan inovatif. Yogyakarta:
Araska.
Syukur, Freddy Faldi. 2011. Menjadi Guru Dahsyat Guru yang Memikat. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif (Jogjakarta: DIVA
Press, 2010), hlm.5.
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif (Jogjakarta: DIVA
Press, 2010), hlm.17.
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif (Jogjakarta: DIVA
Press, 2010), hlm. 115.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita tahu anak didik sedikit banyak akan mengikuti
kepribadian gurunya yang mereka anggap sebagai anutannya. Secara tidak
sadar kita sebagai guru dijadikan idola oleh anak didik kita. Penting sekali
bagi guru atau calon guru untuk mengetahui hal ini. Sehubungan dengan
mereka sebagai pendidik, Kita harus memiliki kepribadian yang baik jika ingin
anak didik kita juga baik. Terutama guru-guru yang mendidik anak-anak
sekolah dasar, mengapa demikian karena anak-anak umur sekolah dasar
mudah sekali mengikuti kepribadian guru mereka karena mereka masih polos.
Sebagai calon guru agar kita nanti menjadi guru yang di sukai oleh anak didik
maka mulai sekaranglah kita melihat kembali apakah kita punya kepribadian
yang baik atau tidak. Anak-anak suka dengan guru yang perhatian pada
mereka dan tidak pilih kasih. Kita harus mengenal terlebih dahulu kondisi
kejiwaan anak-anak agar kita bisa memahami mereka dan membuat mereka
merasa nyaman dengan kita, Kalau kita punya kepribadian yang baik
InsyaAllah anak-anak senang dengan kita dan materi yang kita berikan pun
akan mudah mereka serap, beda kalau guru yang tidak punya kepribadian
yang baik pasti akan di benci oleh anak didik. Dan materi yang di sampaikan
pun akan sulit dicerna meskipun anak tersebut cerdas.
Selain kepribadian baik yang harus dimiliki oleh seorang guru,
profesionalisme guru juga merupakan hal yang penting dalam
keberlangsungan pendidikan. Saat ini profesionalisme guru sudah sangat
menurun jadi untuk mencapai tujuan pendidikan kita harus meningkatkan
kembali profesionalisme guru. Untuk itulah sebagai seorang guru terutama
kita calon guru harus mempersiapkan diri agar menjadi guru yang profesional
dan mempunyai kepribadian yang baik, guna menghasilkan anak-anak didik
penerus bangsa yang berkualitas tinggi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana profil keribadian guru ideal?
2. Bagaimana kepribadian guru di sekolah dan madrasah?
3. Bagaimana kontribusi teori kepribadian dan etika dalam pengembangan
kepribadian guru?
C. Tujuan Masalah
Tujuan masalah dari rumusan masalah di atas adalah:
1. Mengetahui profil keribadian guru ideal
2. Mengetahui kepribadian guru di sekolah dan madrasah
3. Mengetahui kontribusi teori kepribadian dan etika dalam pengembangan
kepribadian guru
BAB II
PEMBAHASAN
Secara konseptual guru yang diharapkan adalah sosok guru yang ideal
diidamkan oleh setiap pihak yang terkait. Berikut akan dijabarkan profil guru
yang ideal dilihat dari berbagai sudut pandang:
Dilihat dari sudut pandang siswa, guru ideal adalah guru yang dapat dijadikan
sebagai sumber motivasi belajar, sumber keteladanan, ramah dan penuh kasih
sayang. Guru adalah mitra anak didik dalam kebaikan. Kalau kita mencermati
kata keteladanan, kita pasti ingat dengan istilah guru yaitu digugu dan ditiru.
Maksudnya, seorang guru seyogyanya harus dapat menjadi teladan, memberi
contoh yang baik bagi murid-muridnya dan lingkungan masyarakat pada
umumnya. Sebagai teladan guru harus memiliki kepribadian yang dapat
dijadikan profil dan idola, seluruh kehidupannya adalah figur bagi anak didik
dan masyarakat. Guru ideal adalah guru yang tidak materialistis. Artinya guru
dalam perlakuannya terhadap anak didik tidak membedakan murid yang kaya
dan miskin. Selain itu guru juga tidak pilih kasih dan obyektif dalam segala
hal, dapat menjawab pertanyaan secara gamblang, jelas dan mudah diterima.
Guru dalam penampilannya rapi, tidak lusuh, tapi juga tidak terlalu berlebihan
sehingga murid merasa nyaman saat melihatnya. Sedikit saja guru berbuat
yang tidak baik atau kurang baik, akan mengurangi kewibawaannya dan
kharisma pun secara perlahan lebur dari jati diri.
Dari sudut pandang orang tua, guru yang diharapkan adalah sosok yang
dapat menjadi mitra pendidik bagi siswa. Di sini orang tua memiliki harapan
pada guru agar mereka dapat menjadi orang tua kedua di sekolah. Selain itu,
guru ideal bagi orang tua yaitu guru yang dapat berkomunikasi baik dengan
orang tua mengenai perkembangan prestasi belajar anak didik dan juga dapat
memberikan solusi atau jalan keluar bagi anak didik yang mengalami masalah
atau problem dalam belajar, sosialisasi dengan teman, adaptasi dengan
lingkungan dan juga masalah perkembangan anak. Orang tua merupakan
bagian dari masyarakat. Masyarakat akan melihat dan menilai perbuatan guru,
bagaimana guru meningkatkan kualitas layanan pendidikannya dan
bagaimana guru memberi arahan serta dorongan kepada peserta didiknya.
Sedangkan dilihat dari sudut pandang pemerintah, guru yang ideal yaitu guru
yang dapat dituntut untuk profesional dan proposional sebagai unsur
penunjang kebijakan pemerintah terutama di bidang pendidikan. Guru yang
profesional adalah guru yang dapat menempatkan dirinya pada profesinya.
Guru adalah orang yang profesional, artinya secara formal mereka disiapkan
oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Mereka dididik
secara khusus memperoleh kompetensi sebagai guru, yaitu meliputi
pengetahuan, keterampilan, kepribadian, serta pengalaman dalam bidang
pendidikan. Kompetensi mengacu pada kemampuan menjalankan tugas-
tugas pelayanan pendidikan secara mendiri. Kemampuan yang dimaksud
berbentuk perbuatan nampak, yang dapat diamati, dan dapat diukur.
Perbuatan yang nampak tersebut didasari antara lain oleh pengetahuan, asas,
konsep, prosedur, teknik, keputusan, pertimbangan, wawasan, sikap serta
sifat-sifat pribadi. Selain itu dilihat dari tingkat pengetahuan, guru hendaknya
memiliki wawasan yang luas, mampu menguasai semua metode pembelajaran
yang secara psikologis dapat diterima muridnya. Seorang guru mempunyai
tanggung jawab terhadap keberhasilan anak didik. Guru tidak hanya dituntut
mampu melakukan transformasi seperangkat ilmu pengetahuan kepada
peserta didik (cognitive domain) dan aspek keterampilan (pysicomotoric
domain), akan tetapi juga mempunyai tanggung jawab untuk mengajarkan
dan mendidik hal-hal yang berhubungan dengan sikap (affective domain).
Dari segi budaya, guru merupakan subyek yang berperan dalam proses
pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam pelestarian
nilai-nilai budaya. Hal ini berarti, guru yang ideal adalah guru yang dapat
mewariskan dan menjaga nilai-nilai budaya bangsa kepada anak didiknya.
Dan secara otomatis guru tersebut hendaknya dalam dirinya juga tertanam
nilai-nilai budaya bangsa yang luhur. Seorang guru dalam memberikan ilmu
kepada muridnya , dituntut untuk memiliki kejujuran dengan menerapkan apa
yang diajarkan dalam kehidupan pribadinya. Dengan kata lain, seorang guru
harus konsekuen serta konsisten dalam menjaga keharmonisan antara
ucapan, larangan, dan perintah dengan amal perbuatannya sendiri.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
sikap profesional keguruan tidak bisa dilepaskan dari asumsi yang
melandasi keberhasilan guru itu sendiri. Sikap ideal yang dimaksud dapat
mengacu kepada perilaku Nabi Muhammad saw. Karena beliau satu-satunya
pendidik yang berhasil. Dalam Al-Quran surah al-Ahzab ayat 21 dinyatakan
bahwa pada pribadi Muhammad saw, terdapat teladan yang dapat
dipraktikkan oleh umat manusia.
Kita sebagai calon guru hendaknya mengetahui dan mengerti betul
bahwa kepribadian yang tercermin dalam berbagai penampilan itu ikut
menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan pada umumnya dan
tujuan lembaga pendidikan tempat kita mengajar pada khususnya. Tujuan
tersebut dapat dipelajari dalam kurikulum lembaga pendidikan yang
bersangkutan. Kita perlu tahu bahwa kepribadian kita sebagai guru sedikit
banyak akan diserap dan dimbil oleh anak didik menjadi unsur dalam
kepribadiannya yang sedang bertumbuh dan berkembang itu. Persyaratan
kepribadian bagi guru madrasah, jauh lebih perlu mendapat perhatian, jika
tujuan madrasah dalam pembinaan anak didik tersebut ingin dicapai.
Melalui pemahaman terhadap teori kepribadian dan etika yang
dikemukakan oleh pemikir barat(sekuler), seorang guru juga dapat melakukan
komparasi dengan pemikir muslim yang menyajiakan pemahaman pribadi
guru yang sarat nilai. Selanjutnya seorang guru dapat menyeleksi dan memilih
pribadi yang hendak ditampilkannya dalam aktifitasnya sebagai guru. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa teori kepribadian dan etika memiliki
kontribusi positif dalam pengembangan kepribadian guru.
RELATED POSTS :
5. Administrator
Sebagai seorang guru, tugas administrasi sudah melekat dalam dirinya, dari mulai melamar menjadi guru,
kemudian diterima dengan bukti surat keputusan yayasan, surat instruksi kepala sekolah, dan lain-lain. Urusan
yang ada di lingkup pendidikan formal biasanya memakai prosedur administrasi yang rapi dan tertib.
6. Evaluator
Sebaik apa pun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahan yamg perlu dibenahi dan disempurnakan. Di
sinilah pentingnya evaluasi seorang guru. Dalam evaluasi ini, guru bisa memakai banyak cara, dengan
merenungkan sendiri proses pembelajaran yang diterapkan, meneliti kelemahan dan kelebihan, atau dengan cara
yang lebih objektif, meminta pendapat orang lain, misalnya kepala sekolah, guru yang lain, dan murid-muridnya.
7. Tanggung Jawab Guru
Dalam melakukan fungsi dan tugas mulianya di atas, seorang guru harus melandasinya dengan tanggung
jawab yang besar dalam dirinya, tanggung jawab yang tidak didasari oleh kebutuhan finansial belaka, tapi
tanggung jawab peradaban yang besar bagi kemajuan negeri tercinta, Indonesia. Ia juga harus sadar bahwa
kesuksesannya menjadi harga mati bagi lahirnya kader-kader bangsa yang berkualitas. Oleh karena itu, ia all
out harus menekuni profesinya dengan penuh kesungguhan dan kerja keras. (Jamal Ma’mur Asmani, 2011 : 17-
55)
B. Peranan Guru Di sekolah dan Dalam Masyarakat
Kedudukan dan Peranan Guru
Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar dan
pendidik dan sebagai pegawai. Yang paling utama ialah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni
sebagai guru. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukkan kelakuan yang layak bagi guru
menurut harapan masyarakat. Apa yang dituntut dari guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi
daripada yang dituntut dari orang dewasa lainnya. Guru sebagai pendidik dan pembina generasi muda harus
menjadi teladan, di dalam maupun di luar sekolah. Guru harus senantiasa sadar akan kedudukannya selama 24
jam sehari.
Penyimpangan dari kelakuan yang etis oleh guru mendapat sorotan dan kecaman yang lebih tajam.
Masyarakat tidak dapat membenarkan pelanggaran-pelanggaran seperti berjudi, mabuk, pelanggaran seks, korupsi
atau mengebut, namun kalau guru melakukannya maka dianggap sangat serius. Guru yang berbuat demikian akan
dapat merusak murid-murid yang dipercayakan kepadanya.
Sebaliknya harapan-harapan masyarakat tentang kelakuan guru menjadi pedoman bagi guru. Guru-guru
memperhatikan tuntutan masyarakat tentang kelakuan layak bagi guru dan menjadikannya sebagai norma
kelakuan dalam segala situasi sosial di dalam dan di luar sekolah. Ini akan terjadi bila guru menginternalisasi
norma-norma itu sehingga menjadi bagian dari pribadinya.
Peranan Guru Sehubungan dengan Murid
Peranan guru dalam hubungannya dengan murid bermacam-macam menurut situasi interaksi sosial yang
dihadapinya, yakni situasi formal dalam proses belajar mengajar dalam kelas dan dalam situasi informal.
Dalam situasi formal, yakni dalam usaha guru mendidik dan mengajar anak dalam kelas guru harus sanggup
menunjukkan kewibawaan atau otoritasnya, artinya ia harus mampu mengendalikan, mengatur, dan mengontrol
kelakuan anak. Dengan kewibawaan ia menegakkan disiplin demi kelancaran dan ketertiban proses belajar
mengajar.
Dalam pendidikan, kewibawaan merupakan syarat mutlak. Bimbingan atau pendidikan hanya mungkin bila
ada kepatuhan dari pihak anak dan kepatuhan diperoleh bila pendidik mempunyai kewibawaan. Kewibawaan dan
kepatuhan merupakan dua hal yang komplementer untuk menjamin adanya disiplin.
Kewibawaan yang sejati tidak diperoleh dengan penyalahgunaan kekuasaan dengan ancaman akan
memberikan angka rendah bila guru merasa ia kurang dihormati. Sekalipun kedudukan sebagai guru telah
memberikan kewibawaan formal, namun kewibawaan guru harus lagi didukung dengan kepribadian guru.
Dalam situasi sosial informal guru dapat mengendorkan hubungan formal dan jarak sosial, misalnya sewaktu
rekreasi, berolah raga, berpiknik, atau lainnya. Murid-murid menyukai guru yang pada waktu-waktu demikian
dapat bergaul dengan lebih akrab dengan mereka, sebagai manusia terhadap manusia lainnya, dapat tertawa dan
bermain lepas dari kedok formal. Jadi guru hendaknya dapat menyesuaikan peranannya menurut situasi sosial
yang dihadapinya.
Walaupun guru bertindak otoriter dengan menggunakan kewibawaannya, namun ia tidak akan dicap sebagai
kejam. Guru dapat bertindak tegas bahkan keras namun dapat menjaga jangan sampai menyinggung perasaan dan
harga diri murid. Pada satu pihak guru harus bersikap otoriter, dapat mengontrol kelakuan murid, dapat
menjalankan kekuasaannya untuk menciptakan suasana disiplin demi tercapainya hasil belajar yang baik dan
untuk itu ia menjaga adanya jarak sosial dengan murid. Di lain pihak ia harus dapat menunjukkan sikap bersahabat
dan dapat bergaul dengan murid dalam suasana yang akrab. Guru yang berpengalaman dapat menjalankan
peranannya menurut situasi situasi sosial yang dihadapinya.
Peranan Guru Dalam Masyarakat
Peranan guru dalam masyarakat antara lain bergantung pada gambaran masyarakat tentang kedudukan
guru. Kedudukan sosial guru berbeda dari negara ke negara, dari zaman ke zaman. Pada zaman Hindu, misalnya
guru menduduki tempat yang sangat terhormat sebagai satu-satunya sumber ilmu. Murid harus datang kepadanya
untuk memperoleh ilmu sambil menunjukkan baktinya.
Di negara kita kedudukan guru sebelum Perang Dunia II sangat terhormat karena hanya mereka yang
terpilih dapat memasuki lembaga pendidikan guru. Hingga kini citra tentang guru masih tinggi walaupun sering
menurut yang dicita-citakan yang tidak selalu sejalan dengan kenyataan.
Pekerjaan guru selalu dipandang dalam hubungannya dengan ideal pembangunan bangsa. Dari guru
diharapkan agar ia manusia idealistis, namun guru sendiri tak dapat tiada harus menggunakan pekerjaannya
sebagai alat untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Walaupun demikian masyarakat tidak dapat menerima
pekerjaan guru semata-mata sebagai mata pencaharian belaka sejajar dengan pekerjaan tukang kayu, atau
saudagar. Pekerjaan guru menyangkut pendidikan anak, pembangunan negara dan masa depan bangsa. Karena
kedudukan yang istimewa itu masyarakat mempunyai harapan-harapan yang tinggi tentang peranan guru.
Harapan-harapan itu tidak dapat diabaikan oleh guru, bahkan dapat menjadi norma yang turut menentukan
kelakuan guru.
Guru-guru menerima harapan agar mereka menjadi suri teladan bagi anak didiknya. Untuk itu guru harus
mempunyai moral yang tinggi. Walaupun demikian ada kesan bahwa kedudukan guru makin merosot
dibandingkan dengan beberapa puluh tahun yang lalu. (S. Nasution, 1995 : 91-96)
C. Konsep Profesionalisasi Guru
Keterampilan dalam pekerjaan profesi sangat didukung oleh teori yang telah dipelajarinya. Jadi seorang
profesional dituntut banyak belajar, membaca dan mendalami teori tentang profesi yang digelutinya. Suatu profesi
bukanlah suatu yang permanen, ia akan mengalami perubahan dan mengikuti perkembangan kebutuhan manusia,
oleh sebab itu penelitian terhadap suatu tugas profesi dianjurkan, di dalam keguruan dikenal dengan
penelitian action research. (Martinis Yamin, 2009 : 4)
Suatu pekerjaan profesional memerlukan persyaratan khusus, yakni (1) menuntut adanya keterampilan
berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam; (2) menekankan pada suatu keahlian dalam
bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya; (3) menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai; (4)
adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya; (5) memungkinkan
perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan (Moh. Ali, 1985). (Fachrudin Saudagar dan Ali Idrus, 2009 :
13)
Secara konseptual, unjuk kerja guru menurut Depdikbud dan Johson (1980) (dalam Sanusi, 1991 : 36)
mencakup tiga aspek, yaitu; (a) kemampuan profesional, (b) kemampuan sosial, dan (c) kemampuan personal
(pribadi). Kemampuan ketiga aspek ini dijabar menjadi:
1. Kemampuan profesional mencakup:
Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar
keilmuan dari bahan yang diajarkannya itu.
Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan.
Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran siswa.
1. Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar
pada waktu membawa tugasnya dari guru.
2. Kemampuan sosial (pribadi) mencakup:
1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi
pendidikan beserta unsur-unsurnya.
2) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seseorang guru.
3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya.
D. Syarat-Syarat Menjadi Guru Profesional
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan gambang, seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal
penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategorikan
sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang profesional, mereka harus memiliki berbagai
keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.
Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar (2001 ; 118), guru profesional harus memiliki
persyaratan, yang meliputi :
1) Memiliki bakat sebagai guru.
2) Memiliki keahlian sebagai guru.
3) Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.
4) Memiliki mental yang sehat.
5) Berbadan sehat.
6) Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
7) Guru adalah manusia berjiwa Pancasila.
8) Guru adalah seorang warga negara yang baik.
(Martinis Yamin, 2009 5 : 7)
E. Tugas Profesional Guru
Tugas adalah segala aktivitas dan kewajiban yang harus diperformansikan oleh seseorang dalam memainkan
peranan tertentu. Tugas guru adalah segala aktivitas dan kewajiban yang harus diperformansikan oleh guru dalam
peranannya sebagai guru (pengajar). Tugas guru itu bermacam-macam. Hal ini sangat bergantung dari sudut mana
atau perspektif konseptual kita yang mana dalam memandang pengajaran.
Menurut Budiarso (Mintjelungan, 2008) ada lima unjuk kerja guru yang profesional, yaitu: (a) keinginan selalu
menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal, (b) meningkatkan dan memelihara profesi, (c) keinginan
selalu mengembangkan profesi dengan meningkatkan pengetahuan dan penguasaan teknologi, (d) mengejar
kualitas dan cita-cita dalam profesi, dan (e) kebanggaan terhadap profesi. Mungin (2003) menyatakan guru dan
dosen yang profesional antara lain memiliki ciri-ciri: (a) memiliki kepribadian matang dan berkembang, (b)
memiliki keterampilan membangkitkan minat peserta didik, (c) penguasaan pengetahuan dan teknologi yang kuat,
dan (d) memiliki sikap profesional yang berkembang secara berkesinambungan.
a. Pengajaran Dalam Perspektif
Dalam pandangan tradisional, mengajar itu tidak lebih daripada sekadar memasukkan isi atau bahan pelajaran
kepada murid sedemikian rupa sehingga ia bisa mengeluarkan kembali segala isi dan bahan pelajaran yang telah
diterimanya. Proses pengajaran, dalam perspektif ini, hanya meliputi guru atau instruktur, murid, dan buku
pelajaran. Dalam perspektif ini, tugas guru hanyalah membaca isi buku pelajaran, dan kemudian
menyampaikannya kepada murid, sehingga pada akhir pelajaran muridnya bisa mengetahui segala isi buku
pelajaran.
Pandangan baru tentang pengajaran adalah bahwa pengajaran itu adalah merupakan suatu sistem (Dick & Carey
1985). Sistem adalah seperangkat unsur yang tersusun dalam suatu susunan teratur yang saling berhubungan dan
bergantung dalam aktivitas-aktivitas menuju tercapainya tujuan \yang telah ditetapkan sebelumnya (Hoy & Miskel
1987, Andrew & Moir 1979, Dick & Carey 1985). Pengajaran merupakan satu sistem berarti pengajaran itu terdiri
dari sejumlah unsur atau komponen yang tersusun secara teratur, saling berhubungan dan bergantung menuju
tercapainya tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
b. Tugas Guru dalam Perspektif Baru
Dalam perspektif baru, pengajaran merupakan satu sistem. Konsekuensinya adalah tugas guru di sini tidak seperti
dalam perspektif tradisional. Tugas guru dalam perspektif baru tidak hanya sekadar membaca buku-buku
pelajaran, dan kemudian menyampaikannya kepada murid-muridnya, melainkan lebih dari itu. Tugas guru sangat
kompleks, berhubungan dengan jumlah komponen pengajaran sebagai satu sistem.
Ada lima perangkat tugas seorang guru, yaitu: (1) menyeleksi kurikulum, (2) mendiagnosis kesiapan, (3)
merancang program, (4) merencanakan pengelolaan kelas, dan (5) melaksanakan pengajaran di kelas. Lebih
lanjut, menurut Synder dan Anderson, keempat tugas pertama ini merupakan tugas merencanakan pengajaran,
sedangkan tugas yang kelima merupakan tugas mengajar guru secara nyata di kelas. Oleh sebab itu, sebenarnya
tugas-tugas guru dalam perspektif baru bisa dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu merencanakan
pengajaran dan mengajar di kelas.
Tugas-tugas guru sebelum mengajar adalah bagaimana merencanakan suatu sistem pengajaran yang baik. Tugas
guru pada saat mengajar adalah bagaimana menciptakan suatu sistem pengajaran yang sesuai dengan yang telah
direncanakan. Sedangkan tugas-tugas guru setelah mengajar adalah bagaimana menentukan keberhasilan
pengajaran yang telah dilakukannya. Ketiga tugas besar ini saling berhubungan dalam mencapai efektivitas dan
efisiensi pengajaran. (Ibrahim Bafadal, 1992 23 : 27)
F. Kompetensi Profesional Guru
Sejalan dengan hakikat dan makna yang terkandung dalam topik tersebut di atas, masalah pokok yang akan
disoroti dalam tulisan ini adalah kompetensi-kompetensi profesional apakah yang seharusnya dimiliki oleh guru
dan apa implikasinya terhadap program pendidikan guru.
Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam
mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam
menjalankan fungsinya sebagai guru. Diyakini Robotham (1996:27), kompetensi yang diperlukan oleh seseorang
tersebut dapat diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman.
Syah (2000:229) mengemukakan pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan. Usman
(1994:1) mengemukakan kompentensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan
seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia
dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
a. Pentingnya Kompetensi Guru
Masalah kompetensi profesional guru merupakan salah satu dari kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru
dalam jenjang pendidikan apa pun. Kompetensi-kompetensi lainnya adalah kompetensi kepribadian dan
kompetensi kemasyarakatan. Secara teoritis ketiga jenis kompetensi tersebut dapat dipisah-pisahkan satu sama
lain, akan tetapi secara praktis sesungguhnya ketiga jenis kompetensi tersebut tidak mungkin dapat dipisah-
pisahkan. Di antara ketiga jenis kompetensi itu saling menjalin secara terpadu dalam diri guru.
b. Kompetensi Guru sebagai Alat Seleksi Penerimaan Guru
Perlu ditentukan secara umum jenis kompetensi apakah yang perlu dipenuhi sebagai syarat agar seseorang dapat
diterima menjadi guru. Dengan adanya syarat sebagai kriteria penerimaan calon guru, maka akan terdapat
pedoman bagi para administrator dalam memilih mana guru yang diperlukan untuk satu sekolah.
c. Kompetensi Guru Penting dalam Rangka Pembinaan Guru
Jika telah ditentukan jenis kompetensi guru yang diperlukan, maka atas dasar ukuran itu akan dapat diobservasi
dan ditentukan guru yang telah memiliki kompetensi penuh dan guru yang masih kurang memadai kompetensinya.
Informasi tentang hal ini sangat diperlukan oleh para administrator dalam usaha pembinaan dan pengembangan
terhadap para guru.
d. Kompetensi Guru Penting dalam Rangka Penyusunan Kurikulum
Berhasil atau tidaknya pendidikan terletak pada berbagai komponen dalam proses pendidikan guru itu. Secara
lebih spesifik, apakah suatu LPTK berhasil mendidik para calon guru akan ditentukan oleh berbagai komponen
dalam institusi tersebut. Salah satunya adalah komponen kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan guru
harus disusun atas dasar kompetensi yang diperlukan oleh setiap guru.
e. Kompetensi Guru Penting dalam Hubungan dengan Kegiatan dan Hasil Belajar Siswa
Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi
kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing
mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan,
dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal.
f. Kriteria Profesional
Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian khusus. Sebagai suatu profesi, maka harus
memenuhi kriteria profesional, (hasil lokakarya pembinaan Kurikulum Pendidikan Guru UPI Bandung) sebagai
berikut.
a) Fisik
Sehat jasmani dan rohani
Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan/cemoohan atau rasa kasihan anak didik.
b) Mental/kepribadian
Berkepribadian/berjiwa Pancasila.
Mampu menghayati GBHN.
Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa lasih sayang kepada anak didik.
Berbudi pekerti yang luhur.
Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara maksimal.
Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa.
Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang besar akan tugasnya.
Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi.
Bersifat terbuka, peka, dan inovatif.
Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya.
Ketaatan akan disiplin.
Memiliki sense of humor.
c) Keilmiahan/pengetahuan
Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi.
Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkannya dalam tugasnya sebagai
pendidik.
Memahami, menguasai, serta mencari ilmu pengetahuan yang akan diajarkan.
Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain.
Senang membaca buku-buku ilmiah.
Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang berhubungan dengan bidang studi.
Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar.
d) Keterampilan
Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar.
Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural, interdisipliner,
fungsional, behavior, dan teknologi.
Mampu menyusun garis besar program pengajaran (GBPP)
Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang baik dalam mencapai tujuan
pendidikan.
Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan.
Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah. (Oemar Hamalik, 2003 33
: 38)
G. Uji Kompetensi Guru
Untuk meningkatkan kualitas guru, perlu dilakukan suatu sistem pengujian terhadap kompetensi guru. Sejalan
dengan kebijakan otonomi daerah, beberapa daerah telah melakukan uji kompetensi guru, mereka melakukannya
terutama untuk mengetahui kemampuan guru di daerahnya, untuk kenaikan pangkat dan jabatan, serta untuk
mengangkat kepala sekolah dan wakil kepala sekolah.
Uji kompetensi guru dapat dilakukan secara nasional, regional, maupun lokal. Secara nasional dapat dilakukan
oleh pemerintah pusat untuk mengetahui kualitas dan standar kompetensi guru, dalam kaitannya dengan
pembangunan pendidikan secara keseluruhan. Secara regional dapat dilakukan oleh pemerintah provinsi untuk
mengetahui kualitas dan standar kompetensi guru, dalam kaitannya dengan pembangunan pendidikan di provinsi
masing-masing. Sedangkan secara lokal dapat dilakukan oleh daerah (kabupaten dan kota) untuk mengetahui
kualitas dan standar kompetensi guru, dalam kaitannya dengan pembangunan pendidikan di daerah dan kota
masing-masing.
1. a. Pentingnya Uji Kompetensi Guru
1. Sebagai alat untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru.
2. Merupakan alat seleksi penerimaan guru.
3. Untuk pengelompokan guru.
4. Sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum.
5. Merupakan alat pembinaan guru.
6. Mendorong kegiatan dan hasil belajar.
2. b. Materi Uji Kompetensi Guru
1. Kemampuan dasar (kepribadian)
2. Kemampuan umum (kemampuan mengajar)
3. Kemampuan khusus (pengembangan keterampilan mengajar)
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Guru ideal dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, guru yang memahami benar profesinya. Profesi guru adalah profesi yang mulia. Dia adalah
sosok yang selalu memberi dengan tulus dan tak mengharapkan imbalan apapun, kecuali ridha dari Tuhan pemilik
bumi. Falsafah hidupnya adalah tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah. Hanya memberi tak harap
kembali. Dia mendidik dengan hatinya. Kehadirannya dirindukan oleh peserta didiknya. Wajahnya selalu ceria,
senang, dan selalu menerapkan 5S (salam, sapa, sopan, senyum, dan sabar) dalam kesehariannya.
Kedua, guru yang ideal adalah guru yang rajin membaca dan menulis. Pengalaman mengatakan, barang
siapa yang rajin membaca, maka ia akan kaya ilmu. Namun, bila kita malas membaca, maka kemiskinan ilmu
akan terasa. Guru yang rajin membaca, otaknya ibarat mesin pencari “Google” di internet. Bila ada peserta
didiknya yang bertanya, memori otaknya langsung bekerja mencari dan menjawab pertanyaan para anak didiknya
dengan cepat dan benar. Wawasan guru yang rajin membaca akan terlihat dari cara bicara dan menyampaikan
pelajarannya. Guru yang ideal adalah guru yang juga rajin menulis. Bila guru malas membaca, maka sudah bisa
dipastikan dia akan malas pula untuk menulis. Menulis dan membaca adalah dua sisi mata uang logam yang tidak
dapat dipisahkan. Guru yang terbiasa membaca, akan terbiasa menulis. Dari membaca itulah guru mampu
membuat kesimpulan dari bacaannya, kemudian kesimpulan itu ia tuliskan kembali dalam gaya bahasanya sendiri.
Ketiga, guru yang ideal adalah guru yang sensitif terhadap waktu. Orang Barat mengatakan bahwa waktu
adalah uang, time is money. Bagi guru, waktu lebih dari uang dan bahkan bagaikan sebilah pedang tajam yang
dapat membunuh siapa saja, termasuk pemiliknya. Guru yang kurang memanfaatkan waktunya dengan baik, tidak
akan menorehkan banyak prestasi dalam hidupnya. Dia akan terbunuh oleh waktu yang ia sia-siakan. Karena itu,
guru harus sensitif terhadap waktu. Saat kita menganggap waktu tidak berharga, maka waktu akan menjadikan
kita sebagai manusia tidak berharga. Demikian pula saat kita memuliakan waktu, maka waktu akan menjadikan
kita orang mulia. Karena itu, kualitas seseorang terlihat dari cara ia memperlakukan waktunya.
Keempat, guru yang ideal adalah guru yang kreatif dan inovatif. Merasa sudah berpengalaman membuat
guru menjadi kurang kreatif. Dia akan merasa sudah cukup. Tidak ada upaya untuk menciptakan sesuatu yang
baru dari pembelajarannya. Dari tahun ke tahun, gaya mengajarnya itu-itu saja. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dibuatnya pun dari tahun ke tahun sama, hanya sekadar copy and paste. RPP tinggal
menyalin dari kurikulum yang dibuat oleh pemerintah atau menyontek dari guru lainnya. Guru menjadi tidak
kreatif. Proses kreatif menjadi tidak jalan.
2. Daftar Pustaka
Mintjelungan. (2008). Peningkatan mutu pendidikan melalui profesionalisme guru dan dosen. Makalah
disampaikan pada Konvensi Pendidikan Nasional VI. Denpasar, Bali: 17 -19 November 2008.
Majid, Abdul. (2005). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Yamin, Martinis. (2009). Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press.
Mulyasa, E. (2010). Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Saudagar, Fachrudin, dan Idrus, Ali. (2009). Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: Gaung Persada Press.
Asmani, Ma’mur, Jamal. (2011). Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.
Bafadal, Ibrahim. (1992). Supervisi Pengajaran (Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional
Guru). Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. (2003). Pendidikan Guru (Berdasarkan Pendekatan Kompetensi). Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution, S. (1995). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Guru Ideal
Guru ideal adalah guru yang mengusai ilmunya dengan baik. Mampu menjelaskan
dengan baik apa yang diajarkannya. Disukai oleh peserta didiknya karena cara mengajarnya
yang enak didengar dan mudah dipahami.
Guru yang ideal adalah guru yang memiliki sifat selalu berkata benar, penyampai
yang baik, kredibel, dan cerdas. Guru yang memiliki keempat sifat itu adalah guru yang
mampu memberikan keteladanan dalam hidupnya karena memiliki budi pekerti yang luhur.
Selalu berkata benar, mengajarkan kebaikan, dapat dipercaya, dan memiliki kecerdasan yang
luar biasa. Sifat tersebut di atas harus dimiliki oleh guru dalam mendidik anak didiknya
karena memiliki motto iman, ilmu, dan amal. Memiliki iman yang kuat, menguasai ilmunya
dengan baik, dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain.
1 Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik yang sekurangkurangnya meliputi pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus,
perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2 Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang beriman
dan bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa, stabil,
dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara obyektif
mengevaluasi kinerja sendiri dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
3 Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk berkomunikasi lisan, tulis, dan/ atau isyarat
secara santun, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul
secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan
pendidikan, orang tua atau wali peserta didik; bergaul secara santun dengan masyarakat
sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan menerapkan prinsip
persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
4 Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang
sekurang-kurangnya meliputi penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai
dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu; dan konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni
yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/ atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
Apabila kompetensi-kompetensi di atas dimiliki oleh guru bahasa Arab, maka seorang
guru bahasa Arab memiliki karakteristik-karakteristik khusus atau syarat-syarat utama yang
dapat menunjang keberhasilannya dalam pembelajaran.
Karakteristik-karakteristik yang harus dimiliki guru bahasa Arab adalah sebagai berikut:
a. Harus mencintai dan bangga terhadap bahasa Arab, sehingga ia dapat menanamkan rasa
cinta kepada bahasa Arab dalam diri anak didiknya.
b. Harus menguasai materi agar proses pembelajarandapat berjalan dengan baik.
c. Harus mampu berbahasa Arab dengan baik, begitu juga dalam penyampaian materi.
d. Harus memiliki wawasan yang luas atas materi ajar dan bahasa Arab.
e. Harus mampu mengarahkan dan membimbing, baik dalam kelas maupun di luar kelas.
f. Harus mampu mengembangkan keilmuannya dan profesionalismenya sebagai guru bahasa
Arab.
Karakteristik di atas merupakan cerminan karakter guru bahasa Arab yang ideal yang
diharapkan dapat dimiliki oleh guru bahasa Arab, sehingga problematika-problematika
pembelajaran bahasa Arab yang bersumber dari guru dapat di atasi atau dieliminir, bahkan
dapat dihilangkan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Guru ideal adalah guru yang mengusai ilmunya dengan baik. Mampu menjelaskan
dengan baik apa yang diajarkannya. Disukai oleh peserta didiknya karena cara mengajarnya
yang enak didengar dan mudah dipahami.
Seorang guru pasti akan memiliki peran dan tugas pokok, di antara peran dan tugas
pokok seorang guru yaitu:
1. Guru sebagai pengajar
2. Guru sebagai pengajar dan juga sebagai pendidik
3. Guru sebagai pengajar, pendidik dan juga agen pembaharuan dan pembangunan masyarakat
4. Guru yang berkewenangan berganda sebagai pendidik profesional dengan bidang keahlian
lain selain kependidikan
Seorang guru/pengajar harus dituntut untuk memiliki seperangkat kemampuan atau
kompetensi, baik kompetensi profesional, personal maupun sosial disamping kemampuan
tersebut.
Seorang guru bahasa Arab harus memenuhi syarat-syarat yang telah dijelaskan di atas jika
tujuan pembelajaran ingin dicapai, karena guru memiliki peran terbesar dalam proses
pembelajaran.