Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SD

RESENSI & ANALISIS FILM FREEDOM WRITERS


Dosen Pengampu: Octavian Muning Sayekti, M.Pd.

Disusun oleh:
Shelina Syalmadia Aji 18108241139
Kelas PGSD 4A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
RESENSI DAN ANALISIS
Film Freedom Writers
RESENSI
Judul Film : Freedom Writers

Produser : Danny Devito, Michael Shamberg, Stacey Sher

Sutradara : Richard La Gravenese

Produksi : Paramount Pictures, 5 Januari Tahun 2007

Penulis Naskah: Richard La Gravenese

Pemain Utama: Hilary Swank sebagai Erin Gruwell

Freedom Writers merupakan sebuah film yang


disutradari oleh Richard Lagravenes dan diproduksi oleh
Paramount Pictures pada tahun 2007. Sebuah film yang
diambil dari suatu kisah nyata, perjuangan seorang guru
Bahasa Inggris di wilayah New Port Beach, Amerika Serikat.
Film ini dibuat berdasarkan buku harian murid-murid di
ruang 203 Woodrow Wilson High School.

Sebuah film yang berjudul Freedom Writers ini


termasuk film yang dapat menjadi motivasi bagi masyarakat
umum, tidak hanya bagi para pendidik dunia namun juga bagi
anak-anak remaja. Film ini merupakan film yang
menceritakan sebuah kisah nyata perjuangan seorang guru bernama Erin Gruwell yang berasal
dari New Port Beach, Amerika Serikat. Ia menjadi seorang guru bahasa Inggris untuk anak-anak
yang berada di kelas khusus (kelas 2 Sekolah Menengah Atas), anak-anak yang menjadi korban
perkelahian antar geng dan mereka yang berusaha untuk mengunggulkan ras masing-masing
antara kulit hitam ataupun kulit putih. Anak-anak ini mempunyai sifat yang sangat sensitif
dengan perlakuan yang tidak pantas bagi setiap individu masing-masing. Sampai-sampai guru
yang sudah berpengalaman pun menolak untuk mengajar di kelas khusus tersebut.
Berbagai hal yang terjadi di kelas tersebut membuat Erin Gruwell menjadi tertantang
untuk mengajar di kelas tersebut. Erin ingin membuktikan bahwa anak-anak yang bermasalah
pun bisa mengubah sikapnya dan pantas mendapatkan pendidikan yang layak. Hingga di hari
pertama masuk sekolah, Erin sangat bersemangat menyambut siswanya di dalam kelas. Di dalam
kelas mereka duduk berkelompok sesuai dengan rasnya masing-masing, sampai menimbulkan
perkelahian ketika ada pembicaraan yang menyinggung sebuah perbedaan antara ras satu dengan
yang lainnya. Saat itu Erin berusaha untuk menaklukkan perkelahian tersebut, namun mereka
mengabaikannya. Setiap harinya kelas tersebut selalu ada kejadian perkelahian, namun hal ini
dapat membuat Erin untuk mengetahui dan memahami sifat-sifat serta karakter dari setiap
siswanya tersebut.

Suatu hari Erin membagikan sebuah buku harian bagi siswa-siswanya. Setiap siswa
diminta untuk menulis cerita tentang masa lalu, saat itu, maupun masa depan mereka. Hingga
keesokan harinya buku harian tersebut diisi oleh siswanya yang meceritakan pengalaman yang
dirasakan oleh mereka. Erin tidak menyangka setelah membaca cerita mereka ternyata setiap
siswa mempunyai masalah yang berbeda-beda. Dengan hal itu, Erin menyusun cara untuk bisa
menyadarkan siswanya agar menghilangkan pikiran tentang perbuatan antargeng. Erin juga
memberikan buku-buku bacaan bagi siswanya serta mengajak siswanya untuk berkunjung di
Museum Toleransi. Namun cara-cara yang dilakukan oleh Erin ini tidak didukung oleh rekan
guru serta dari pihak sekolah. Siswa-siswanya pun menganggap dan meledek Erin sebagai guru
yang sok tahu tentang segalanya.

Semua rintangan tetap Erin lakukan hanya untuk membuat siswanya menjadi lebih baik.
Erin juga mengorbankan waktu luangnya untuk bekerja sambilan agar bisa membelikan buku-
buku bacaan untuk siswanya. Sampai suatu ketika ia bercerai dengan suaminya karena Erin tidak
ingin mendengarkan nasihat sang suami tentang tindakan terhadap pekerjaannya. Dari semua
rintangan yang ia lalui ternyata dapat membuahkan hasil. Siswa-siswanya sudah mulai
memperlihatkan semangat belajarnya di kelas.

Pada akhir semester, Erin mengadakan suatu proyek yang melibatkan seluruh muridnya.
Proyek ini meminta siswanya untuk menulis isi dari diary ke dalam komputer. Tulisan itu
kemudian dijadikan sebuah buku untuk membuktikan perjuangan mereka dalam memerangi
kekerasan dan konflik rasial yang mereka alami. Buku itu diterbitkan dan diberi judul “Freedom
Writers Diary” karena mereka menganggap dengan menulis diary ini, mereka bisa mengubah
diri, keluarga, lingkungan bahkan dunia mereka. Setelah menerbitkan buku, Erin dan siswanya
membentuk sebuah yayasan bernama Freedom Writers Foundation. Yayasan ini bergerak untuk
memberikan metode pembelajaran yang lebih baik di sekolah berdasarkan toleransi antar ras,
suku, dan agama. Setelah itu, Erin sangat bangga karena banyak siswanya setelah lulus sekolah
bisa melanjutkan ke perguruan tinggi sehingga mengukir sejarah untuk pertama kalinya menjadi
orang pertama di keluarganya yang bisa melanjutkan ke perguruan tinggi.

Dalam film kita dapat mengambil pelajaran tentang sosok guru bernama Erin mampu
memahami karakteristik siswanya ketika melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan mengenali
karakteristik siswa-siswanya, guru dapat menentukan metode apa yang harus diajarkan atau cara
yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran agar dapat tercapai tujuan yang diharapkan. Hal
ini juga diperlukan adanya tekat dan semangat yang tinggi untuk melakukan kegiatan belajar
mengajar. Guru tidak boleh mudah putus asa ketika satu cara yang telah diterapkan mengalami
kegagalan, guru harus pandai dan terampil dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan. Berbagai cara dapat digunakan guru untuk menarik perhatian siswanya seperti
dengan memberikan motivasi, menciptakan permainan yang dapat membuat pembelajaran lebih
menyenangkan.

Kelebihan Film Freedom Writers :

- Film ini layak untuk dinonton oleh anak muda atau remaja karena mengajarkan tentang
bersaudara antara suku dan mengajarkan kejujuran.

- Kita dapat mengambil sebuah nilai moral dimana sampah masyarakat, anak-anak yang dinilai
tak gampang diatur dan mereka yang memiliki daftar panjang kejahatan bisa tidak kehilangan
hak dasar mereka sebagai manusia.
- Film ini memberikan motivasi seorang guru dalam mengajar, setiap tantangan yang di lalui
akan membuat kita paham akan makna dari mulianya seorang guru. Film ini juga memberikan
kita banyak ide tentang cara dan metode yang efektif dalam menyampaikan ilmu pengetahuan.

Kekurangan Film Freedom Writers:


- Film ini tidak layak dinonton oleh anak dibawah umur 17 karena terdapat adegan yang kurang
pantas dicontoh oleh anak-anak.
- Film ini ditampilkan tentang propaganda Yahudi dan Amerika yang apabila kita tidak hati-hati
dalam menontonnya maka kita akan terbius dan ikut dalam alur propaganda tersebut.

ANALISIS:

Selain memberikan pembelajaran dalam kehidupan, film ini juga dapat dikaitkan dengan
pembelajaran bahasa. Dalam film ini, Erin berusaha mengajarkan kepada siswanya untuk
membiasakan 4 keterampilan bahasa yaitu menulis, membaca, menyimak, dan berbicara. Dalam
segi menulis, terlihat ketika Erin memberikan buku diary kepada setiap siswanya, hal ini
bermaksud agar siswa mengubah kebiasaan buruk menjadi kegiatan yang positif. Siswa yang
sebelumnya mempunyai cerita tidak menyenangkan dan dipendam dalam dirinya, akhirnya dapat
lega karena mereka dapat bercerita sebagaimana yang mereka rasakan. Semua permasalahan
dituangkan melalui tulisan. Kedua adalah keterampilan membaca. Selaian menulis, Erin juga
mengajarkan kepada siswanya agar terbiasa dalam membaca buku-buku bacaan. Erin bahkan rela
mengeluarkan uangnya untuk membelikan buku bacaan seperti Diary of Anne Frank dan
beberapa judul lainnya. Awalnya siswa-siswanya tidak tertarik untuk membaca buku tersebut,
namun akhirnya mereka seperti ketagihan dalam membaca buku tersebut.

Keterampilan ketiga adalah menyimak. Ketika awal masuk sekolah, Erin sangat
diabaikan oleh siswa-siswanya. Erin yang berusaha untuk berbicara di depan kelas namun
siswanya tidak mendengarkan. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, Erin dapat menaklukan
perhatian siswanya dengan topik-topik yang menarik. Di situ siswa diajarkan untuk
membiasakan menyimak ketika ada seseorang yang sedang berbicara. Keterampilan selanjutnya
adalah keterampilan berbicara. Erin juga mengajak siswanya untuk aktif di dalam kelas dengan
cara berpendapat, walaupun terdapat banyak perbedaan pendapat namun hal ini bisa melatih
siswa untuk berani berbicara di depan umum dan melatih berpikir kritis. Akhirnya banyak juga
di setiap pembelajaran siswanya memberanikan diri untuk berpendapat dan dituangkan dengan
lisan di depan kelasnya.

Anda mungkin juga menyukai