Anda di halaman 1dari 2

Diterbitkan oleh Broadway pada tahun 1999, The Freedom Writers Diary adalah kisah nyata guru bahasa

Inggris Erin Gruwell, dia bertugas mengajar pertama kali di Long Beach, California. Gruwell dengan cepat
belajar bahwa murid-muridnya memiliki lebih banyak potensi yang perlu diperhatikan daripada PR
harian.

Suatu hari, Gruwell ketika lewat disisi bangku murid-muridnya dia melihat karikatur rasis penuh
kebencian. Murid-murid Gruwell mengatakan bahwa itu adalah semacam kebencian dan kesalah
pahaman yang menuju Holocaust. Gruwell terkejut mengetahui bahwa murid-muridnya belum pernah
mendengar tentang Holocaust.

Gruwell bekerja paruh waktu untuk mendapatkan uang tambahan untuk membeli buku The Diary of a
Young Girl karangan Anne Frank. Dia juga memberikan setiap siswa jurnal agar mereka untuk memiliki
tempat untuk mendiskusikan perasaan mereka, ketakutan mereka, dan pengalaman mereka. Yang
memang untuk pertama kalinya, para siswa berminat di bidang akademik.

Untuk melakukan perubahan hidup yang bersejarah ini, para siswa mengadakan “Taste for Change”
untuk mengumpulkan uang guna mengundang Miep Gies ke sekolah mereka, wanita yang
menyembunyikan keluarga Anne Frank. Mereka juga dikunjungi oleh Zlatá Filipovic. Siswa-siswi ini
mendapatkan pengakuan yang luar biasa dari media dan dari pemerintah, berharap bahwa orang lain
akan menemukan inspirasi dalam kisah sukses mereka. Dan akhirnya seluruh anggota dari The Freedom
Writers lulus dari SMA dan melanjutkan ke perguruan tinggi.

Analisis

Dilihat dari perspektif psikologi, Erin Gruwell menggunakan pendekatan humanistik dalam
pengajarannya. Adapun prinsip-prinsip humanistik antara lain :

a. Memahami manusia sebagai suatu totalitas

b. Metode yang digunakan adalah life history

c. Mengakui pentingnya personal freedom dan responsibility dalam proses pengambilan keputusan yang
berlangsung sepanjang hidup.

d. Mind bersifat aktif, dinamis. Melalui mind, manusia mengekspresikan keunikan kemampuannya
sebagai individu, terwujud dalam aspek kognisi, willing, dan judgement.

Berdasarkan prinsip itu, Erin ingin membuat murid-muridnya menjadi individu yang lebih baik dan saling
menghormati satu sama lain dengan menggunakan berbagai metode pengajaran yang berbeda-beda dan
disesuaikan dengan fenomena yang dialami murid-muridnya. Seperti saat dia membuat permainan garis,
mengadakan kunjungan ke museum, dan mengundang Miep Gies.

Film ini juga menceritakan bagaimana proses pendidikan multikultural berlangsung dan dapat terlaksana
dengan baik. Meskipun pihak sekolah yang sudah mendapat otonomi sekolah terintegrasi tidak
menjalankan sistem pendidikan multikultural ini, tetapi Erin tetap menjalankannya dengan dukungan
dari pihak-pihak lain.

Permainan garis dan kunjungan ke museum merupakan pelatihan yang diberikan Erin kepada murid-
muridnya agar lebih sadar budaya (kultur), dengan menganalisis kultur yang dipengaruhi faktor historis,
sosial, dan politik sehingga membentuk pandangan mereka tentang kultur dan etnis.

Contoh sisi humanisme

Study Tour ke Museum of Tolerance


Setelah mengamati siswa-siswanya Erin berpikir bahwa siswa-siswanya tersebut haus akan ilmu
pengetahuan yang ada di dunia luar. Oleh karena itu, Erin meminta ijin untuk mengajak para muridnya
tour keliling museum. Erin ingin menyadarkan mereka bahwa apa yang terjadi diantara mereka belum
sepadan dengan penderitaan yang dialami oleh orang yang hidup pada jaman kekuasaan Hitler seperti
Anne Frank.

Tour keliling museum ini memberikan dampak positif bagi para siswa Erin. Setelah tour keliling museum,
Erin mempertemukan para siswanya dengan korban holocaust. Semua yang dilakukan Erin ini tidak akan
dilupakan oleh para muridnya. Tujuan Erin melakukan ini adalah agar muridnya bisa bersatu dan lulus
dengan nilai yang memuaskan. Seusai Tour dan berbincang-bincang dengan korban holocaust, perilaku
murid Erin sedikit demi sedikit berubah. Mereka menjadi akrab satu sama lain. Seperti Marcus yang
berkulit hitam dan Ben yang berkulit putih

Anda mungkin juga menyukai