Anda di halaman 1dari 4

UJIAN TENGAH SEMESTER

Nama : ANGGI MULIYANTI


Prodi/Kelas : H PGSD 23
Mata Kuliah : Konsep Dasar Penmas
Dosen Pengampu : Friska Indria Nora Harahap, S.Pd., M.Pd.
Batas pengumpulan : 9-10 -2023 /23.59 wib
Silahkan dikumpulkan dalam bentuk google drive yang disediakan oleh komting

1. Silahkan tonton film di bawah ini!

https://youtu.be/I73IY6k9xsw?si=VyUK4y75P6ysjBYI
(silahkan teman-teman cari versi lengkapnya di youtube yaa, judulnya The First
Grader)

2. Tuliskan penjelasan ringkas anda (minimal 1 halaman /maksimal 2 halaman A4 )


tentang isi film tersebut!
Jawaban:
Film The First Grader ini menceritakan tentang seorang kakek tua yang bernama
Kimani Ng'ang'a Maruge yang ingin bersekolah di Sekolah Dasar agar bisa membaca. Biasa
ia dipanggil Maruge. Maruge berusia 84 tahun. Maruge ialah murid tertua di SD. Maruge
berjalan tertatih dengan menggunakan tongkat. Maruge merupakan seseorang yang pekerja
keras. Ia berkebun dan beternak kambing. Maruge tinggal di Kenya.
Ia dahulu adalah seorang pejuang masa kolonialisme Inggris terhadap Kenya.
Perjuangannya dalam membebaskan tempat tinggalnya melalui pemberontakan Mau Mau
membawanya sebagai salah satu tahanan Inggris. Kolonialisme Inggris menyiksa anak-anak
dan istri. Sehingga ia mengikuti pemberontakan Mau Mau untuk membalaskan kematian
keluarganya. Ia dan yang lainnya melakukan sumpah untuk berjuang agar bangsa kulit putih
tidak menyiksa keluarga mereka dan membebaskan tanah air mereka dari bangsa kulit putih.
Mereka akan terus disiksa jika tidak menghapus sumpah tersebut. Mereka akan dicambuk,
digantung, bahkan telinga Maruge ditusuk dengan menggunakan pensil runcing, yang
mengakibatkan pendengarannya berkurang. Dia mendapatkan sepucuk surat, namun dia tidak
mengetahui isi surat tersebut karena tidak dapat terbaca olehnya yang buta huruf karena itu
dia bersikukuh ingin sekolah dan belajar membaca.
Suatu hari, pengumuman dikumandangkan melalui pengeras suara bahwa pendidikan
di Kenya telah dibuka. Maruge bertekad untuk dapat ikut mendapatkan haknya untuk
mengenyam pendidikan. Akan tetapi, satu-satunya sekolah yang tersedia hanya mampu
menampung 50 anak dari 200 calon murid berusia 6 tahun.
Setiap hari ia berjalan menuju ke sekolah untuk mendapatkan pendidikan, tetapi
seringkali tidak diizinkan masuk. Guru dari sekolah tersebut, Jane Obinchu, menghalangi
Maruge untuk masuk ke sekolah dengan berbagai alasan. Maruge diharuskan membawa alat
tulis pribadi dan seragam sekolah seperti murid lainnya dan menurut Jane, Meruge tidak
pantas masuk sekolah dasar. Maruge seringkali gagal untuk masuk ke sekolah. Belum lagi,
banyak pihak yang tidak menyetujui keberadaan Maruge. Maruge bersikeras untuk menjadi
salah satu murid yang menerima pendidikan di sekolah tersebut. Menurutnya, pendidikan
akan menjadi salah satu bentuk pembebasan dirinya dari penjajahan di masa lalu.
Sampai akhirnya ia datang ke sekolah dengan membawa peralatan dan mamakai
seragam seperti yang dikatakan Jane Obinchu. Melihat kegigihan Maruge untuk dapat
bersekolah, Jane akhirnya mengizinkan Maruge untuk bergabung dengan murid-murid
lainnya. Namun, masyarakat tidak setuju dan menuntut agar Maruge keluar dari sekolah.
Hingga masalah tersebut terdengar oleh kepala dinas pendidikan. Kemudian Maruge diminta
untuk belajar di kelas khusus orang dewasa. Dengan berat hati, Jane meminta Maruge untuk
berhenti belajar di sekolah dasar dan meminta belajar di sekolah yang dikhususkan untuk
orang dewasa. Namun sekolah tersebut tidak sesuai dengan kemampuan Maruge. Dia tak
mampu menyerap pelajaran dan yang diinginkannya hanya untuk belajar membaca.
Akhirnya Maruge kembali ke sekolah dimana ia diajarkan menulis dan membaca oleh
Jane. Jane mengizinkannya, namun bukan sebagai murid namun sebagai asisten Jane. Namun
hal tersebut tetap mendapat kecaman dari masyarakat. Jane dipindah tugaskan ke kota lain
karena telah mengizinkan Maruge kembali bersekolah.
Maruge bertemu dengan presiden Kenya dan meminta agar mereka bisa
menghargainya sebagai salah satu pejuang untuk memerdekakan Kenya, dan memberikan
izin agar ia kembali bersekolah, serta meminta mengembalikan Jane ke tempat asalnyad.
Akhirnya Maruge mendapatkan kembali haknya dan Jane pun dikembalikan ke tempat
asalnya.
Maruge datang ke sekolah meminta bantuan untuk membacakan surat yang telah lama
diterimanya. Rekan Jane, Charles bersedia membacakan surat tersebut. Isinya merupakan
kompensasi yang diberikan oleh presiden Kenya atas pengorbanannya memperjuangkan
tanah airnya. Kisah Maruge membuat gempar dunia hingga dia diundang untuk berpidato di
berbagai media internasional.

3. Tuliskan pendapat anda tentang bentuk/jenis Pendidikan yang terdapat pada film
tersebut mengacu pada Pendidikan di Indonesia, berikan alasannya !
Jawaban: Menurut pendapat saya bentuk pendidikan yang digunakan dalam film ini
adalah pendidikan formal dan nonformal. Yang dimana pada awal cerita bentuk
pendidikan yang diberikan yaitu pendidikan formal. Tetapi, ketika Maruge belajar
sendiri di rumahnya , maka bentuk pendidikannya yaitu pendidikan seumur hidup.

4. Tuliskan contoh–contoh dari scene dalam film yang menggambarkan proses


Pendidikan formal, nonformal dan informal!
Jawaban:
Pendidikan Formal:
Scene di Sekolah Dasar: Banyak adegan dalam film menunjukkan Kimani Maruge
berada di dalam kelas SD. Di sini, dia mendapatkan pendidikan formal dari seorang
guru yang mengajar dengan metode formal. Mengajarkan membaca dan menulis.

Pendidikan Nonformal:
- Maruge bersekolah di sekolah khusus untuk orang dewasa.
- Guru Jane mengadakan kelas khusus membaca untuk Maruge.

Pendidikan Informal:
Scene di Masyarakat: Film ini juga menyoroti pendidikan informal saat Kimani
Maruge berbagi pengalaman hidupnya dengan anak-anak dan memberikan nilai-nilai
dan pengalaman hidup. Ini adalah contoh pendidikan informal yang berlangsung
dalam konteks masyarakat.
Scene Kimani Maruge ketika belajar dirumah: Beberapa adegan juga menunjukkan
Kimani Maruge belajar sendiri di rumahnya. Ini adalah contoh pendidikan informal,
di mana dia secara mandiri belajar dengan buku-buku.

5. Tuliskan contoh-contoh scene dalam film yang menunjukkan prinsip Pendidikan non
formal yaitu Pendidikan sepanjang hayat (Pendidikan seumur hidup), dan berikan
alasannya!
Jawaban: Maruge yang tidak pantang menyerah dalam belajar walaupun sudah
berumur 84 tahun menunjukkan prinsip pendidikan seumur hidup. Dan ketika ia
dirumah, ia tetap belajar sendiri untuk bisa membaca.

6. Tuliskan pendapat anda tentang bentuk konsep education for all (Pendidikan untuk
semua) yang ada dalam film? Apakah di Indonesia memiliki kasus yang sama? Jika
ada coba jelaskan !
Jawaban: Menurut saya, konsep education for all (Pendidikan untuk semua) yang ada
dalam film ini sangat bagus. Karena konsep ini mengajarkan bahwa siapapun berhak
mendapatkan pendidikan tanpa batasan usia dan latar belakang.
Seperti yang kita semua tahu, bahwa pendidikan di Indonesia belum merata.
Pemerataan pendidikan dalam arti pemerataan kesempatan untuk mandapatkan
pendidikan yang layak telah lama menjadi masalah yang mendapat banyak perhatian,
terutama di negara-negara sedang berkembang.
Pemerataan yang dimaksud di sini ialah mencangkup dua aspek penting yaitu
persamaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan keadilan dalam
memperoleh pendidikan yang sama dalam masyarakat. Pendidikan di Indonesia saat
ini masih belum merata. Masih banyak orang-orang yang belum mendapatkan
pendidikan yang seharusnya mereka terima sejak umur 6 tahun. Contohnya di kota-
kota besar disana sarana dan prasarana pendidikan disana sudah sangat maju.
Sedangkan di desa-desa hanya mengandalkan sarana dan prasarana seadanya. Tak
hanya sarana dan prasarana saja yang belum merata tetapi juga belum meratanya
tenaga pengajar sehingga sekolah-sekolah di desa masih banyak yang membutuhkan
guru-guru dari daerah-daerah lain.
Banyak upaya yang bisa dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pemerataan
Pendidikan di Indonesia, seperti menyediakan sekolah gratis mulai dari Sekolah Dasar
(SD) hingga Sekola Menengah Pertama (SMP), membangun sarana dan prasarana
yang memadai termasuk sarana olahraga untuk setiap sekolah baik yang di perkotaan
maupun pedesaan sesuai kebutuhannya, memberikan kepada siswa yang berprestasi
dan/atau dari keluarga yang tidak mampu, dan yang terakhir memberikan subsidi
untuk sekolah swasta yang diprioritaskan pada daerah-daerah yang kemampuan
ekonominya lemah.

Anda mungkin juga menyukai