Anda di halaman 1dari 10

NAMA : NUR AISAH DONGORAN

KELAS :6B AKPMM

NIM :856020555

MAPEL: Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Tugas Tutorial 1

SOAL =

1. Berikan contoh kasus yang relevan terkait ABK yang dapat diambil dari
berita, internet, youtube, atau media sosial. Jelaskan dengan
menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami serta teori yang
relevan. Lampirkan sumber yang digunakan untuk kasus tersebut!
2. Sebutkan peraturan perundang-undangan di Indonesia mengenai ABK.
Jelaskan setiap peraturan perundang-undangan tersebut dengan kalimat
sendiri dan Bahasa yang mudah dimengerti!
3. Bagaimana pendapat anda mengenai keterlaksanaan Pendidikan ABK di
Indonesia, berikan bukti yang relevan mengenai keterlaksanaan
Pendidikan ABK di Indonesia dan melampirkan sumber yang digunakan,
baik itu berasal dari youtube, berita di internet, jurnal, atau sumber
lainnya!
4. Pilihlah salah satu layanan Pendidikan untuk ABK, jelaskan pengertian
layanan tersebut dan mengapa anda memilih layanan tersebut ?
5. Pilihlah salah satu model layanan yang menurut anda tepat diterapkan
pada anak berbakat dari aspek kognitif !

JAWABAN =

1. “KISAH ALIFIA KAMELIA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS YANG


SEKOLAH DI SD NEGERI”
Alifia Kamelia, siswi kelas 4 SDN Karangrejo 3 terlihat tekun menulis
didampingi seorang guru. Beberapa kali mereka terlihat berbicara
namun berbeda dengan komunikasi pada umumnya, guru yang
mendampingi Alifia, dengan sabar beberapa kali mengulang jawaban
yang ditanyakan oleh bocah perempuan berambut panjang tersebut
sehingga Alifia benar-benar memahami.
Alifia adalah salah satu siswa kebutuhan khusus. Sejak bayi, dia
mengalami gangguan pendengaran sehingga kesulitan saat belajar
berbicara. Baru saat masuk sekolah TK, Alifia mengenakan alat bantu
dengar di kedua telinganya hingga saat ini, dia duduk di kelas 4 SD.
Ayahnya mengatakan, sengaja menyekolahkan anaknya di SDN
Karangrejo 3 agar anaknya bisa bersosialisasi dengan murid umum
lainnya. Selain itu, dia juga mendapatkan informasi jika sekolah yang
berada di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Kota Banyuwangi tersebut
menerima anak kebutuhan khusus seperti anaknya.
"Tidak banyak sekolah umum yang menerima anak kebutuhan khusus
seperti Alifia. saya bersyukur dia bisa bersekolah disini. Dia semakin
percaya diri, apalagi teman-temannya yang umum serta gurunya
memahami kondisi Alifia. Tidak pernah anak saya mengadu jika di olok-
olok karena kondisinya berbeda," ucap Ainur sambil mengelus rambut
anaknya. Dengan suara patah-patah. Alifia bercerita bahwa dia senang
bisa bersekolah dan memiliki banyak teman yang baik. Dia mengaku
sangat menyukai pelajaran matematika. "Kalau besar ingin jadi dokter,"
katanya sambil tersenyum.
Berbeda dengan Alifia, Khairul Umum siswa kelas tiga penyandang autis,
masih didampingi ibunya saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Bahkan sesekali Rachmawati, ibu kandung Umam menemani anak
keempatnya didalam kelas.
"Walaupun guru dan teman-temannya tahu kondisi Umam, tapi saya
sadar bahwa gurunya juga butuh bantuan karena bukan hanya Umam
yang diawasi dan diajar. Umam bisa bersekolah di sini saja saya sudah
bersyukur luar biasa," kata Rahmawati.
Selain menempuh pendidikan di sekolah umum, Umam juga mengikuti
terapi di luar sekolah. Walaupun jarak dari rumahnya menuju sekolah
cukup jauh dan ditempuh dengan motor sekitar 20 menit, Rachmawati
mengaku sengaja memilih SD Karangrejo agar anaknya lebih mandiri.
Dia mengetahui sekolah tersebut dari tempat terapi. "TK nya dulu juga di
sekolah inklusi dan saat lulus diarahkan ke sini. Jauh enggak apa-apa toh
ini buat masa depan Umam agar dia mandiri," katanya. Sementara itu
Yayuk Prayuwati, kepala sekolah SDN Karangrejo 3 mengatakan,
penerapan sekolah inklusi sudah dilakukan sejak 8 tahun lalu. Saat itu
siswa pertama inklusi yang terima adalah siswa yang mengalami
kelainan fisik pada kaki. "Kami terima karena tidak mungkin dia sekolah
di SLB karena jaraknya cukup jauh dari rumahnya. Jika kami tolak maka
dia tidak sekolah. Dia siswa pertama kami sewindu yang lalu," ucap
Yayuk.
Sejak saat itu, setiap tahun selalu ada anak kebutuhan khusus yang
mendaftar menjadi murid. Mereka kebanyakan adalah warga yang
tinggal di sekitar sekolah namun ada juga yang rumahnya jauh dari
sekolah. Untuk memberikan pengajaran maksimal, pihak sekolah
memberikan pelatihan khusus kepada dua guru pendamping untuk
mendampingi anak berkebutuhan khusus selama di sekolah.
(Bersumber dari BANYUWANGI,KOMPAS.com)

2. Pasal 54 undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang hak asaai


manusia yaitu:
Setiap anak yang cacat fisik atau mental berhak memperoleh perawatan
pembibitan,pelatihan,dan bantuan khusus atas biaya negara untuk
menjamin kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan
meningkatkan diri,dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan
masyarakat dan bernegara antara lain Setiap anak memiliki haknya
masing-masing.
Pasal 5 ayat 2 undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional. Mengamalkan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus yang berbunyi: warga negara yang memiliki kelainan fisik
emosional,mental,intelektual,atau,sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus
Pasal 32 UU sidiknas menjelaskan pendidikan khusus merupakan
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dan
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, Emosional,mental,
sosial,atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

3. Menurut saya keterlaksanaan pendidikan abk di indonesia masih


belum merata, yang saya lihat masih banyak sekolah yang tidak
melaksanakan pendidikan abk, tetapi di sebagian sekolah lain sudah ada
yang melaksanakannya.
Sumber yang saya gunakan yaitu berita di internet liputan 6
Di Indonesia masih ditemukan anak berkebutuhan khusus dan anak
penyandang disabilitas yang ditolak di sekolah umum maupun sekolah
inklusi. Berbagai pemasalahan-permasalahan yang melatarbelakangi
antara lain karena tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang belum
ramah anak, guru pendamping yang kurang, pembiayaan yang mahal
untuk penyediaan guru pendamping, anak penyandang disabilitas rentan
mendapat bully dan lainnya. Anak berkebutuhan khusus (ABK) dan para
penyandang disabilitas merupakan sosok pribadi yang spesial. Di balik
kelemahan fisik, mereka memiliki kelebihan yang luar biasa namun
sering menerima dampak dari kondisi sosial budaya dan kebijakan yang
belum ramah ABK/Disabilitas. Berbagai persoalan yang muncul
dipermukaan antara lain masalah diskriminasi kebijakan, diskriminasi
perlakuan masyarakat, deharmonisasi keluarga, bullying, eksploitasi dan
perlakuan salah lainnya.
Plt. Deputi Perlindungan Perempuan dan Anak Kemenko PMK, Ghafur
Dharmaputra, yang diwakilkan oleh Asisten Deputi Pemenuhan Hak dan
Perlindungan Anak, Marwan Syaukani menjadi salah satu narasumber
dalam rakor pemenuhan hak anak berkebutuhan khusus.
Acara ini mengambil tema “Rapat Koordinasi Dari Solo Untuk Indonesia
Menuju Masyarakat Inklusi Melalui Pendidikan Inklusi Transisi” dan
dibuka oleh Wakil Walikota Surakarta, Achmad Purnomo, yang
bertempat di ruang rapat Hotel Alila, Solo, Jawa Tengah.
Dalam paparannya, Marwan mengatakan bahwa perhatian kita masih
rendah terhadap disabilitas. Anak disabilitas di Indonesia menurut data
tahun 2016 sebesar 12,5 %. Banyaknya anak-anak down syndrome yang
tidak sekolah menjadi perhatian kita semua. 10,8% dari total tersebut
masih bisa dididik tetapi 1,7% dari anak-anak ini tidak bisa dilatih atau
dididik. Pemerintah saat ini concern terhadap masalah disabilitas ini.
Salah satunya dengan melatih keluarga agar dapat turut melatih anak-
anak yang terkena down syndrome.
Lebih lanjutnya, anak-anak disabilitas ini telah dilindungi oleh UU 23
tahun 2002 tentang perlindunan anak; UU 35 Tahun 2014, UU 8 Tahun
2016 tentang Penyandang Disabilitas; Prinsip SDG’s “No One will be left
Behind” dan ini merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
“Inilah kenapa kita harus memperhatikan teman-teman disabilitas ini
bahwa mereka juga mempunyai hak. Saat ini konsen Pemerintah adalah
bagaimana ketika keluarganya sudah tiada. Pemerintah Pusat dan
Daerah serta masyarakat termasuk LSM harus bekerjasama supaya
mendorong mereka mandiri,” ujar Marwan.
Marwan juga menjelaskan bahwa masyarakat inklusi merupakan
masyarakat yang tidak membeda-bedakan pembangunannya,
masyarakat yang mampu menerima berbagai bentuk keberagaman dan
keberbedaan serta menunjang mereka menjadi masyarakat yang
mandiri.
Diakhir paparannya, Marwan mengatakan bahwa yang kita semua
harapkan bukan program-program disabilitas itu hanya charity, kita
harus mengubah maindset bahwa itu merupakan hak mereka
mendapatkan pendidikan, kesehatan dan segala kebutuhan yang mereka
butuhkan, itu semua yang penting dan tentu saja kita dapat menunjang
mereka supaya mandiri.
Kepala Pusat Layanan Autis, Hasto Daryanto, juga menjelaskan bahwa
PLA diremikan oleh Walikota Surakarta, F.X Hadi Rudyatmo pada tanggal
17 September 2014 dengan gedung dan alat terapis didukung oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memberikan dukungan
layanan dalam perspektif pendidikan untuk anak autis, hiperaktif dan
ABK lainnya. Sasaran utamanya merupakan penyandang autisme yang
merupakan warga kurang mampu dengan anak berusia 1,5 tahun hingga
18 tahun.
Kemudian selanjutnya, Perwakilan dari Dirjen Pembinaan Pendidikan
Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar dan menengah,
Baharuddin, mengatakan bahwa pada tahun 2018 sudah terdapat
program pembinaan dengan melakukan sosisalisi-sosialisa dan
memberikan secara langsung bantuan kepada sekolah-sekolah inklusi
yang harapannya dapat melakukan pelatihan kepada guru-guru non ABK,
sehingga nantinya memiliki ilmu tentang pemberian pelayanan
pendidikan pada anak-anak berkebutuhan khusus disekolah regular.
Dalam rakor ini juga diadakan komitmen bersama tentang mewujudkan
Solo Raya menjadi Inklusi dan penandatanganan oleh Wakil Walikota
Surakarta,Achmad Purnomo; Asisten Deputi Pemenuhan Hak dan
Perlindungan Anak, Marwan Syaukani; beserta seluruh peserta yang
hadir dalam rakor ini. Adapun isi dari komitmennya sebagai berikut:
Kami seluruh Bangsa Indonesia berkomitmen untuk:
1. Mendukung terwujudnya “Pendidikan Inklusi” yang sebanarnya
didalam setiap jenjang pendidikan.
2. Mendukung segala upaya menuju “Masyarakat Inklusi” di setiap
tingkat kewilayahan.
3. Mewujudkan “Generasi Emas” Indonesia melalui kebijakan dan
strategi yang ramah disabilitas
4. Mewujudkan anak dan remaja berkebutuhan khusus yang mandiri dan
memiliki daya saing melalaui pendidikan transisi
5. Mewujudkan Kelembagaan pendidikan transisi sebagai bagian dari
upaya menuju masyarakat Inklusi.
Rakor ini ditutup dengan kunjungan bersama ke Pusat Layanan Autis
(PLA) Surakarta. Hadir dalam rakor ini Wakil Walikota Surakarta, Achmad
Purnomo; Kepala Pusat Layanan Autis, Hasto Daryanto; Perwakilan dari
Dirjen Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan
Dasar dan menengah, Baharuddin, serta beberapa perwakilan dari
Kementerian Agama, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Kementerian Ketenagakerjaan serta beberapa
perwakilan lainnya.

4. Yang Saya pilih adalah Layanan Segregasi


Bentuk layanan Segregasi yaitu bentuk layanan pendidikan bagi Anak
Bekebutuhan Khusus yang mengacu pada jenis atau karakteristik spesifik dari
ketunaan yang dialami seseorang. Oleh karenanya setiap ketunaan yang
berbeda akan mendapatkan layanan berbeda. Bentuk layanan pendidikan
segregasi memiliki sistem lingkungan dan kurikulum yang berbeda dari sekolah
umum (tersendiri). Bentuk layanan pendidikan bagi ABK secara segregatif
tentu masih sangat dibutuhkan bagi ABK.

Sistem layanan segregasi yaitu penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan


secara khusus dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan umum. Dengan
kata lain anak berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada
lembaga pendidikan khusus seperti di Sekolah Luar Biasa (SLB).SLB merupakan
bentuk unit pendidikan dengan penyelenggaraan sekolah mulai dari tingkat
persiapan sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit
sekolah dengan satu kepala sekolah.

➢ Sekolah Khusus.

Penyelenggaraan sekolah khusus ini pada awalnya diselenggarakan sesuai


dengan satu kelainan saja, sehingga dikenal dengan SLB untuk tunanetra (SLB-
A), SLB untuk tunarungu (SLB-B), SLB untuk tunagrahita (SLB-C), SLB untuk
tunadaksa (SLB-D), dan SLB untuk tunalaras (SLB-E).Di setiap SLB tersebut ada
tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut. Sistem pengajarannya lebih
mengarah ke sistem individualisasi. Terdapat satu jenis anak berkebutuhan
khusus yakni Autis/Autism Spectrum Disorder (ASD) yang menjadi perhatian
dalam sistem sendidikan khusus sehingga sekrang ada SLB Autis.Regulasi yang
memayungi sekolah khusus ini adalah UU RI Nomor 2 Tahun 1989 dan PPNo.72
Tahun 1991, dalam pasal 4 PP No.72 Tahun 1991 satuan pendidikan luar biasa
terdiri dari:

a. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dengan lama pendidikan minimal 6 tahun.

b. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB) minimal 3 tahun.

c. Sekolah Menengah Luar Biasa (SMALB) minimal 3 tahun.

Di samping satuan pendidikan di atas, pasal 6 PP No.72 Tahun 1991, juga


dimungkinkan penyelenggaraaan Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB)
dengan lama pendidikan satu sampai tiga tahun.

➢ Sekolah Luar Biasa Berasrama


Sekolah Luar Biasa Berasrama merupakan bentuk sekolah luar biasa yang
dilengkapi dengan fasilitas asrama. Peserta didik SLB berasrama tinggal di
asrama. Pengelolaan asrama menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan
sekolah, sehingga di SLB tersebut ada tingkat persiapan, tingkat dasar, dan
tingkat lanjut, serta unit asrama.Bentuk satuan pendidikannya pun juga sama
dengan bentuk SLB di atas, sehingga ada SLB-A untuk tuna netra, SLB untuk
tunarungu (SLB-B), SLB untuk tunagrahita (SLB-C), SLB untuk tunadaksa (SLB-
D), dan SLB untuk tunalaras (SLB-E), serta SLB AB untuk anak tunanetra dan
tunarungu.Pada SLB berasrama terdapat kesinambungan program
pembelajaran yang ada di sekolah dengan di asrama, sehingga asrama
merupakan tempat pembinaan setelah anak di sekolah. Selain itu, SLB
berasrama merupakan pilihan sekolah yang sesuai bagi peserta didik yang
berasal dari luar daerah, karena mereka terbatas fasilitas antar jemput.

➢ Sekolah Luar Biasa dengan Kelas Jauh

Kelas jauh adalah lembaga yang disediakan untuk memberi layanan pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus yang tinggal jauh dari SLB atau SDLB.
Penyelenggaraan kelas jauh merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam
rangka menuntaskan wajib belajar serta pemerataan kesempatan belajar.Anak
berkebutuhan khusus tersebar di seluruh pelosok tanah air, sedangkan
sekolah-sekolah yang khusus mendidik mereka masih sangat terbatas di
kota/kabupaten. Oleh karena itu, dengan adanya kelas jauh/kelas kunjung
menjadi tanggung jawab SLB terdekatnya. Tenaga guru yang bertugas di kelas
tersebut berasal dari guru SLB- SLB di dekatnya. Dengan kata lain, kelas jauh
tersebut sebagai afiliansi dari SLB terdekat sebagai sekolah induk.

➢ Sekolah Luar Biasa dengan Guru Kunjung

Berbeda halnya dengan kelas jauh, kelas kunjung adalah suatu layanan
terhadap ABK yang tidak siap mengikuti proses pembelajaran di SLB terdekat.
Jadi, guru berfungsi sebagai guru kunjung (itenerant teacher) yang datang ke
rumah-rumah ABK untuk melayani mereka belajar. Kegiatan admistrasinya
dilaksanakan di SLB terdekat tersebut. Kelebihan dari sistem layanan segregasi
ini adalah.
-Anak merasa senasib, sehingga dapat menghilangkan rasa minder, rasa
rendah diri, dan membangkitkan semangat menyongsong kehidupan di hari-
hari mendatang,

-Anak lebih mudah beradaptasi dengan temannya yang sama-sama mengalami


hambatan,

-Anak termotivasi dan bersaing secara sehat dengan sesama temannya yang
senasib di sekolahnya, dan anak lebih mudah bersosialisasi tanpa dibayangi
rasa takut bergaul, minder, dan rasa kurang percaya diri.

5. Model layanan yang paling efektif untuk menangani anak berbakat dari
aspek kognitif diantaranya adalah:

➢ Diberikan kesempatan untuk dapat meloncat kelas ke kelas yang lebih


tinggi dalam waktu singkat (mempercepat masa belajar).
➢ Membentuk kelas khusus dengan pengajar yang khusus pula yang fokus
melatih kepandaian anak berbakat tersebut.
➢ Menyediakan perangkat latih yang diperlukan si anak berbakat sehingga
kepandaian atau keahliannya dapat tersalurkan sesuai
perkembangannya.
➢ Mengirim mereka ke ajang-ajang kompetisi baik di jenjang nasional
maupun internasional.
➢ Pemerintah harus menjamin kelangsungan pendidikannya sampai ke
jenjang universitas tanpa biaya apabila yang bersangkutan berasal dari
keluarga kurang mampu.

Penjelasan:
Anak berbakat adalah anak yang cukup spesial yang mempunyai bakat-
bakat khusus yang diatas rata-rata rekan sebayanya. Untuk itu dalam
menyalurkan bakat dan kepandaian khusus ini mereka perlu ditangani
secara khusus agar keterampilan mereka tersalurkan dan tidak sia-sia.
Mereka umumnya dapat mempelajari sesuatu sangat cepat jauh
melebihi teman-teman sebayanya.
Berikut ciri-ciri anak berbakat:

• Memiliki IQ diatas 130


• Memiliki nilai-nilai pelajaran akademis yang mendekati sempurna
• Memiliki keinginan belajar yang tinggi
• Memiliki keingintahuan yang besar tentang sesuatu yang mereka minati
• Mampu menguasai dan menyelesaikan pelajaran dengan cepat

Untuk itu pihak pendidik harus mampu mendeteksi bakat-bakat khusus


siswa mereka yang memiliki kepandaian di luar rata-rata ini dan
memfasilitasi segala keperluan si anak berbakat ini agar bakatnya dapat
dibina dan disalurkan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain membawa
nama baik keluarga, anak berbakat ini juga dapat membawa harum
nama bangsa apabila dapat diikutkan ke ajang-ajang kompetisi dunia
sesuai bakatnya untuk mewakili negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai