Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1

PENGANTAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

OLEH :

SISKA FEBRIANTI

856195517

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA

2021
1. Saudara telah mempelajari mengenai Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) melalui sesi 1,2, dan
3. Silakan jabarkan satu kasus mengenai ABK, Saudara dapat mengambil dari berita atau
youtube atau sumber lain tetapi harus menampilkan sumber tersebut! Setelah itu jelaskan
kasus tersebut dengan teori yang telah diperoleh dalam sesi 1 sampai sesi 3, jelaskan dengan
kalimat Saudara mengenai kasus tersebut!

BANYUWANGI,KOMPAS.com - Alifia Kamelia, siswi kelas 4 SDN Karangrejo 3 terlihat tekun


menulis didampingi seorang guru. Beberapa kali mereka terlihat berbicara namun berbeda
dengan komunikasi pada umumnya, guru yang mendampingi Alifia, dengan sabar beberapa kali
mengulang jawaban yang ditanyakan oleh bocah perempuan berambut panjang tersebut
sehingga Alifia benar-benar memahami. Alifia adalah salah satu siswa kebutuhan khusus. Sejak
bayi, dia mengalami gangguan pendengaran sehingga kesulitan saat belajar berbicara. Baru saat
masuk sekolah TK, Alifia mengenakan alat bantu dengar di kedua telinganya hingga saat ini, dia
duduk di kelas 4 SD. Ainur Joyo, ayah kandung Alifia kepada Kompas.com Jumat (22/9/2017)
mengatakan, sengaja menyekolahkan anaknya di SDN Karangrejo 3 agar anaknya bisa
bersosialisasi dengan murid umum lainnya. Selain itu, dia juga mendapatkan informasi jika
sekolah yang berada di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Kota Banyuwangi tersebut menerima
anak kebutuhan khusus seperti anaknya. "Tidak banyak sekolah umum yang menerima anak
kebutuhan khusus seperti Alifia. saya bersyukur dia bisa bersekolah disini. Dia semakin percaya
diri, apalagi teman-temannya yang umum serta gurunya memahami kondisi Alifia. Tidak pernah
anak saya mengadu jika di olok-olok karena kondisinya berbeda," ucap Ainur sambil mengelus
rambut anaknya. Baca juga: Ketika Anak Berkebutuhan Khusus Ikut Gerakan Literasi 15 Menit
Dengan suara patah-patah. Alifia bercerita bahwa dia senang bisa bersekolah dan memiliki
banyak teman yang baik. Dia mengaku sangat menyukai pelajaran matematika. "Kalau besar
ingin jadi dokter," katanya sambil tersenyum. Berbeda dengan Alifia, Khairul Umum siswa kelas
tiga penyandang autis, masih didampingi ibunya saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Bahkan sesekali Rachmawati, ibu kandung Umam menemani anak keempatnya didalam kelas.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email "Walaupun guru dan
teman-temannya tahu kondisi Umam, tapi saya sadar bahwa gurunya juga butuh bantuan
karena bukan hanya Umam yang diawasi dan diajar. Umam bisa bersekolah di sini saja saya
sudah bersyukur luar biasa," kata Rahmawati. Selain menempuh pendidikan di sekolah umum,
Umam juga mengikuti terapi di luar sekolah. Walaupun jarak dari rumahnya menuju sekolah
cukup jauh dan ditempuh dengan motor sekitar 20 menit, Rachmawati mengaku sengaja
memilih SD Karangrejo agar anaknya lebih mandiri. Dia mengetahui sekolah tersebut dari
tempat terapi. "TK nya dulu juga di sekolah inklusi dan saat lulus diarahkan ke sini. Jauh enggak
apa-apa toh ini buat masa depan Umam agar dia mandiri," katanya. Sementara itu Yayuk
Prayuwati, kepala sekolah SDN Karangrejo 3 mengatakan, penerapan sekolah inklusi sudah
dilakukan sejak 8 tahun lalu. Saat itu siswa pertama inklusi yang terima adalah siswa yang
mengalami kelainan fisik pada kaki. "Kami terima karena tidak mungkin dia sekolah di SLB
karena jaraknya cukup jauh dari rumahnya. Jika kami tolak maka dia tidak sekolah. Dia siswa
pertama kami sewindu yang lalu," ucap Yayuk. Sejak saat itu, setiap tahun selalu ada anak
berkebutuhan khusus yang mendaftar menjadi murid. Mereka kebanyakan adalah warga yang
tinggal di sekitar sekolah namun ada juga yang rumahnya jauh dari sekolah. Untuk memberikan
pengajaran maksimal, pihak sekolah memberikan pelatihan khusus kepada dua guru
pendamping untuk mendampingi anak berkebutuhan khusus selama di sekolah. Baca juga:
Kisah Perjuangan Pasutri Mendirikan Sekolah Gratis untuk Anak Berkebutuhan Khusus Setiap
seminggu sekali, sekolah juga mendatangkan dua guru dari SLB negeri untuk memberikan
pelajaran tambahan kepada para siswa kebutuhan khusus serta bekerja sama dengan terapi
dan psikolog anak. Kelas tersebut diadakan setiap hari Jumat mulai jam 08.00 wib sampai 11.00
di kelas khusus yang berada di belakang ruangan utama sekolah agar tidak mengganggu
kegiatan belajar mengajar lainnya. Disediakan juga alat peraga yang ramah dengan anak-anak
kebutuhan khusus. Pada kelas khusus tersebut, dua guru pendamping juga ikut menemani
proses mengajar tersebut. "Bukan hanya untuk pengajar tapi siswa umum juga kita ajarkan
untuk memahami kondisi temannya yang kebutuhan khusus. Siswa umum juga kita bekali
bahasa isyarat untuk mempermudah komunikasi mereka," jelas Yayuk sambil menunjukkan
banner bahasa isyarat yang dipampang di dinding sekolah. Saat ini dari 200-an siswa kelas 1
sampai kelas 6, ada sekitar 28 anak kebutuhan khusus yang menempuh pendidikan di SDN
Karangrejo 3. Mereka rata-rata penyandang lambat belajar, namun ada juga yang autis,
hiperaktif, tuna daksa ringan, dan tuna netra ringan. Sejak tahun 2014, SDN Karangrejo 3
menjadi sekolah percontohan inklusi setelah Banyuwangi mendeklarasikan gerakan
pendididikan inklusi, di mana semua sekolah wajib menerima semua anak tanpa terkecuali,
termasuk anak penyandang disabilitas dan anak berkemampuan khusus. Sementara itu secara
terpisah Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan saat ini ada 275 guru yang
mempunyai kompetensi sebagai pendamping anak berkemampuan khusus. Mereka juga telah
melalui pendidikan dan pelatihan khusus. Para guru tersebut saat ini berada di 210 sekolah
inklusi terdiri atas 55 PAUD, 89 SD/MI, 44 SMP/MTs, dan 22 SMA/SMK/MA dengan jumlah
siswa mencapai 1.246 anak penyandang disabilitas dan anak berkemampuan khusus. "Kami
ingin secara bertahap jumlah sekolah inklusi bertambah sehingga tidak ada lagi pengkotak-
kotakan untuk pendidikan anak," kata Anas.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Anak-anak Berkebutuhan Khusus
yang Sekolah di SD Negeri", Klik untuk baca:
https://regional.kompas.com/read/2017/09/22/16371601/kisah-anak-anak-berkebutuhan-
khusus-yang-sekolah-di-sd-negeri?page=all.
Kasus alifia tersebut termasuk dalam Tunarungu.

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen
maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran
adalah:

1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40 dB),


2. Gangguan pendengaran ringan(41-55 dB),
3. Gangguan pendengaran sedang(56-70 dB),
4. Gangguan pendengaran berat(71-90 dB),
5. Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91 dB).
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu
menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan
untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang
dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal,
bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami
konsep dari sesuatu yang abstrak.

2. Saat ini hak memperoleh Pendidikan bagi ABK sudah diatur dalam Undang-Undang. Silakan
jabarkan peraturan di Indonesia yang mengatur hak tersebut dan jelaskan dengan kalimat
Saudara sendiri!

Pemerintah sendiri telah mengamanatkan hak atas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
sebagaimana diatur dalam Pasal 54 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia yaitu:Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh perawatan,
pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin kehidupannya
sesuai dengan martabat kemanusiaan, meningkatkan diri, dan kemampuan berpartisipasi
dalam kehidupan masyarakat dan bernegara.

Kemudian lewat Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (“UU Sisdiknas”) mengamanatkan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus, yang berbunyi:Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

Selanjutnya dalam Pasal 32 UU Sisdiknas menjelaskan:

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan
dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Adapun telah tersedia satuan pendidikan yang diperuntukan bagi peserta didik berkebutuhan
khusus, baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah yaitu satuan pendidikan khusus
seperti Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(SMPLB)/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).[2]Selain pada satuan pendidikan khusus,
siswa berkebutuhan khusus juga dapat menempuh pendidikan pada sekolah terpadu. Sekolah
terpadu merupakan sekolah reguler yang menerima anak berkebutuhan khusus, dengan
kurikulum, sarana prasarana yang sama untuk seluruh peserta didik. Sekolah terpadu saat ini
lebih dikenal dengan sekolah inklusif.[3]Pendidikan inklusif.

3. Dari pertanyaan no 2, terlihat peraturan mengenai Pendidikan bagi ABK memang sudah ada.
Menurut Saudara apakah peraturan tersebut sudah benar-benar terlaksana di Indonesia saat
ini? Berikan alasannya disertai bukti-bukti konkret dari internet atau sumber lain (harus
melampirkan sumbernya)!

Belum,karena pemahaman dan sikap yang belum merata di kalangan masyarakat tentang
pendidikan ingklusif,keterbatasan kemampuan dan keterampilan guru dalam memberikan
layanan pendidikan kepada ABK serta fasilitas yang belum memadai untuk ABK tersebut.

aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus masih perlu ditingkatkan, baik di sekolah umum
maupun yang telah menyelenggarakan pendidikan inklusif. Untuk itu kita meminta setiap
perwakilan dapat memberikan masukan guna meningkatkan pelayanan bagi siswa
berkebutuhan khusus. "Kita minta bantuan kepada bapak dan ibu mengenai peningkatan
aksesibilitas di lingkungan sekolah-sekolah inklusi.

Hardadi Gatot, Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kota Palu, Sulawesi Tengah,
yang ditugaskan dalam kegiatan pokja pendidikan inklusif mengungkapkan pentingnya
peningkatan pemahaman pemangku kepentingan di daerah mengenai pendidikan khusus.
Selain itu, koordinasi antara guru sekolah inklusi dengan dinas pendidikan dirasa masih perlu
diperbaiki. "Kami harapkan segera diterbitkan SK tim kelompok kerja pendidikan inklusif dari
Dinas Pendidikan," ujar Gatot.
Segera, menurut Sanusi, Peraturan Pemerintah (PP) mengenai akomodasi yang layak bagi
penyandang disabilitas di bidang pendidikan akan diterbitkan untuk mendorong peningkatan
pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus.
Saat ini, dengan adanya perubahan nomenklatur, seiring dengan Undang-Undang Nomor
8Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, Kemendikbud tengah merancang penerbitan
Permendikbud tentang Pendidikan Khusus. "Nantinya akan mencakup di wilayah segregasi yang
ada di SLB, pendidikan inklusi, kemudian yang cerdas istimewa dan bakat istimewa," pungkas
Sanusi. (*)Surabaya, Kemendikbud Surabaya, 14 Juli 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

4. Layanan Pendidikan bagi ABK terdapat beberapa macam yaitu layanan Pendidikan segregasi,
inklusi, dan integrasi. Menurut Saudara layanan Pendidikan manakah yang paling tepat? Dan
berikan alasannya!

Menurut saya layanan pendidikan yang paling tepat adalah layanan pendidikan inklusi karena
Pendidikan inklusi adalah metode pendidikan yang memberikan kesempatan bagi anak
berkebutuhan khusus untuk menuntut ilmu bersama dengan anak pada umumnya dengan
lingkungan yang sama. Dapat dikatakan pendidikan inklusi berbeda dengan SLB yang selama ini
kita kenal sebagai solusi bagi pendidikan anak berkebutuhan khusus.

Sehingga metode pembelajaran inklusi ini adalah solusi yang tepat bagi ABK untuk dapat
mengenyam pendidikan yang sama, setara dan bersama dengan anak pada umumnya tanpa
mehilangkan kelebihan yang mereka miliki. Sehingga ABK pun dapat menjadi bagian dari
masyarakat yang tidak dipandang sebelah mata.

5. Model-model layanan untuk anak berbakat terdiri dari model layanan kognitif-afektif, model
layanan perkembangan moral, model perkembangan nilai dan layanan berbagai bidang khusus.
Dari seluruh model layanan tersebut, menurut Saudara manakah model layanan yang paling
efektif untuk diterapkan pada anak berbakat dari aspek kognitif? Berikan alasannya!

menurut Saya, model layanan yang paling efektif untuk diterapkan pada anak berbakat dari
aspek kognitif adalah Model layanan kognitif-afektif Sasaran akhir dari model ini adalah
pengembangan bakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran sangat memperhitungkan
kreativitas dan sisi kognitif afektif yang merupakan dinamika dari proses perkembangan bakat
tersebut. Metode atau cara dalam melaksanakan model tersebut, yaitu dengan cara pemberian
stimulus langsung pada belahan otak kanan, dan metode tak langsung dengan menghayati
pengalaman belajar atau percakapan tertentu secara mendalam.

Anda mungkin juga menyukai