Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 2

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

OLEH :

SISKA FEBRIANTI

856195517

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA

2021
SOAL :

1. Anak tuna netra memiliki keterkaitan dengan beberapa indera karena kekurangannya
pada salah satu indera penglihatan. Jelaskan keterkaitan indera pendengaran dan
perabaan dengan anak tuna netra!
2. Seorang guru dituntut untuk memberikan layanan yang maksimal pada seluruh peserta
didiknya tidak terkecuali anak tuna netra. Berikan salah satu contoh media yang dapat
digunakan guru untuk membimbing anak netra dan jelaskan penggunaan media
tersebut!
3. Sistem pendidikan segregasi, system pendidikan inklusi dan system pendidikan integrasi
merupakan system pendidikan yang dapat diterapkan pada anak tuna rungu. Menurut
saudara system pendidikan manakah yang paling tepat digunakan untuk anak tuna
rungu dan berikan alasannya!
4. Jelaskan Chronological age dan mental age yang berkaitan dengan penyandang
tunagrahita dan buatlah bagannya!
5. Terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat diterapkan pada anak tuna grahita
seperti strategi pengajaran di individalisasikan, strategi kooperatid dan strategi
modifikasi tingkah laku. Buatlah scenario pembelajaran yang sederhana dari salah satu
strategi tersebut yang menurut saudara paling tepat diterapkan pada anak tuna grahita!

Catatan : kerjakan dalam file dokumen word Times New Roman, Size 12. Sertakan sumber
setiap Anda mengutip tulisan/karya orang lain.

1. Jelaskan keterkaitan indera pendengaran dan perabaan dengan anak tuna netra!
Kaitan indra pendengaran dengan anak tuna netra, pengembangan keterampilan
mendengarkan juga secara bertahap akan membuat sadar akan pola perilaku yang ada
disekitar. Seorang individu tunanetra akan tau kemana dan kapan dia akan meminta
bantuan juga benar-benar memerlukannya.
Seseorang merasakan sensasi suara ketika getaran dari suara masuk ke dalam telinga
kita dan menyebabkan sel rambut dalam telinga kita bergerak bolak-balik. Kemampuan
seseorang untuk mendengar sangat tergantung pada seberapa utuh sel rambut itu.
Ketika sel itu hilang, mereka tidak tumbuh kembali.
Orang tuna netra sering menungguli orang yang dapat melihat dalam tugas
pendengara, misalnya dalam menemukan sumber suara. Hal ini bukan disebabkan organ
sensorik, melainkan pada proses informasi sensorik di otak.
Kaitan indra perabaan dengan anak tuna netra, dengan meraba perbedaan
bentuk kemasannya atau teksturnya, kita dpaat membedakan bermacam benda. Jika
anak anda sudah mengembangkaan kesadaran akan fungsi indra perabaan, anak akan
mendapati bahwa banyak informasi tentang lingkungan anda. Indra perabaan tidak
terbatas pada tangan saja. Arus udara yang menerpa wajah anda juga dapat
menginformasikannya. Bagi individu tunanetra, tongkat merupakan perpanjangaan
fungsi indra perabaan. Tongkat tidak hanya mendeteksi hambatan jalan, tetapi juga
memberikan informasi tentang tekstur permukaan jalan sehingga orang tuna netra
dapat mengetahui apakah yang diinjaknya itu tanah becek atau lainnya.
Sistem indera pada manusia tersusun atas alat indera berupa :
a. Mata, berfungsi untuk fotoseptor yang terdapat pada retina mata berupa sel batang
dan sel kerucut
b. Telinga. Berfungsi untuk fenoseptor yang terdapat di koklea berupa organ korti
c. Hidung, berfungsi untuk kemoseptor yang terdapat di rongga hidung bagian atas
berupa sillia sel olfaktori
d. Lidah, berfungsi untuk kemoseptor yang terdapat di papilla lidah berupa kuncup
pengecap
e. Kulit, berfungsi untuk mekanoseptor yang terdapat pada lapisan dermis kulit berupa
ujung saraf meisner, ujung saraf pacini, ujung saraf rufini, ujung saraf Krause dan
saraf tanpa selaput.
Kemampuan indera penglihatan tidak berfungsi normal, maka untuk melakukan
aktivias sehari-hari anak tuna netra akan menggunakan indera pendengaran dan
indera peraba untuk memahami sekitarnya. Kebiasaan memakai indera pendengar
dan peraba ini akan membuat indera pendengar lebih tajam dan indera peraba lebih
peka dari pada orang normal lainnya.

2. Berikan salah satu contoh media yang dapat digunakan guru untuk membimbing anak
netra dan jelaskan penggunaan media tersebut!
Salah satu contoh media yang dapat digunakan untuk guru membimbing anak
netra adalah Buku Braille. Buru Braille merupakan buku yang dicetak dengan huruf
timbul berupa kombinasi enam titik yang disebut huruf Braille, nama symbol dan huruf
timbul ini diambil dari seorang tuna netra yang bernama Louis Braille yang kehilangan
penglihatannya sejak usia 3 tahun. Mula huruf Braille tidak diketahui, bahkan dinegara
tempat Louis dilahirkan, yakni Perancis. Penemuan yang sangat bermanfaat bagi
tunanetra di seluruh dunia tersebut, baru diterima setelah Louis Braille meninggal
dunia.
Untuk membuat buku Braille, terdapat 3 cara yaitu mengetik ulang atau memindai buku
cetak tinta ke dalam Microsoft Word, mengetik menggunakan mesin ketik Braille analog
dan menulis menggunakan alat tulis Braille yang disebut dengan reglet dan stylus.
Penggunaan media :
a. Langkah pertama, anak menggunakan reglet dan stylus, penggaris berlubang enam
dan paku penusuk kertas yang biasa digunakan untuk menulis Braille adalah
mengenalkan dulu teknus menulis, sebab bila kemampuan menulsi sudah tercapai
maka kemampuan membaca akan mengikutinya.
b. Menulis menggunakan reglet dan stylus mengajarkan anak lebih mengenal huruf
beserta titik huruf pada Braille. Dengan metode ini, anak sendiri yang langsung
melubangi titik braile dikertas. Meski begitu, teknik ini masih memiliki kelemahan
karena anak menjadi lambat membaca.

Dalam mengajarkan huruf brailee bisa menggunakan nyanyian, karena ini menjadi
salah satu factor penting agar kemampuan anak membaca huruf Braille tercapai dan
ingatan anak akan huruf Braille anak lebih cepat. Membaca buku Braille sangat
dianjurkan bagi tunanetra yang baru belajar baca tulis. Karena huruf Braille dapat
membuat tuna netra melatih kepekaan rabaan tangan serta dapat mengeja penulisan
kosakata yang benar, dibandingkan belajar dengan format buku lainnya.

3. Menurut saudara system pendidikan manakah yang paling tepat digunakan untuk anak
tuna rungu!
Menurut saya, system pendidikan yang tepat digunakan untuk anak tuna rungu
adalah system pendidikan segregasi.
System pendidikan segregasi adalah system pendidikan yang terpisah dari system
pendidikan anak normal. Pendidikan anak tuna rungu melalui system segregasi adalah
penyelenggaraan pendidikaan yang dilaksanakan di tempat khusus dan terpisah dari
penyelenggaraan pendidikan untuk anak mendengar atau normal dengan memiliki
kurikulum sendiri.
Tempat pendidikan melalui system segregasi meliputi :
a. Sekolah khusus
Sekolah khusus bagi anak tunarungu disebut Sekolah Luar Biasa Bagian B (SLB-B),
dilengkapi dengan asrama, tetapi ada juga yang hanya mengikuti pembelajaran
harian. Sekolah ini memiliki kurikulum tersendiri yang di khususkan bagi anak tuna
rungu. Adapun jenjang pendidikannya meliputi :TKLB-B (taman kanak-kanak Luar
Biasa bagian B) dengan lama pendidikan 1-3 tahun. SDLB-B (sekolah luar biasa
bagian B) yang merupakan pendidikan umum setingkat SD dengan lama pendidikan
6 tahun, SMPLB-B (sekolah menengah pertama luar biasa bagian B) yang merupakan
pendidikan semi kejuruan dengan lama pendidikan 3 tahun. Dan SMALB-B (sekolah
menengah luar biasa bagian B) yang merupakan pendidikan kejuruan setingkat SLTA
dengan lama pendidikan 3 tahun.
b. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
Sekolah pada tingkat dasar yang menampung berbagai jenis kelainan seperti
anak tunanetra, tunarungum tunagrahita dan tunadaksa dalam satu sekolah. SDLB
ini merupakan bagian dari SLB. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulu SLB untuk
tingkat dasar yang sesuai dengan jenis kemain anak. Akan tetapi, bagi anak yang
mempunyai kemampuan dibidang akademik dapat menggunakan kurikulum biasa,
sehingga SLDB ini dapat dijadikan jembatan untuk menyalurkan anak luar biasa ke
sekolah biasa.
c. Kelas jauh atau Kelas Kunjung
Kelas jauh adalah kelas yang dibentuk atau disediakan untuk memberikan
pelayanan pendidikan bagi anak luar biasa termasuk anak tunarungu yang
bertempat tinggal jauh dari SDLB. Dalam penyelenggaraannya yang menjadi tenaga
pengajar adalah guru yang bertugas di SLB terdekat yang berfungsi sebagai guru
kunjung. Oleh karena itu, kelas jauh ini disebut juga kelas kunjung, sedangkan
kegiatan administrasi dilaksanakan di SLB induknya. Penyelenggaraan kelas jauh
atau kelas kunjung ini merupakan kebijakan pemerintah dalam rangka penuntasan
wajib belajar serta pemerataan kesempatan belajar.

4. Jelaskan Chronological age dan mental age yang berkaitan dengan penyandang
tunagrahita dan buatlah bagannya!
Chronological age adalah jumlah berlalu sejak kelahiran seseorang, biasanya
dinyatakan dalam istilah bulan dan tahun dan biasa disebut juga umur kalender.
Misalnya apabila seorang anak yang berusia 8 tahun mampu menjawab dengan benar
sebanyak 24 soal maka ia dikatakan memiliki usia mental 8 tahun. Dan IQ nya (8/8)x100
= 100. Seorang anak lain yang berusia 6 tahun tetapi sudah mampu menjawab dengan
benar sebanyak 24 dalam tes yang sama maka akan memperoleh usia mental 8 tahun
pula sehingga IQ nya adalah (8/6)x100=133 .
Mental age adalah tingkat usia kemampuan mental seseorang. Ini didasarkan
pada usia dimana dibutuhkan rata-rata individu untuk mencapai tingkat pencapaian
mental yang sama. Dan biasanya diukur dengan tes kecerdasan standar.
Anak tuna grahita adalah anak berkebutuhan khusus yang memiliki tingkat
intelegensinya dibawah rata-rata tepatnya dibawah 70. Disamping itu mereka
mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mereka
kurang cakap dalam memikirkan hal yang abstrak yang sulit dan berbelit dan terjadi
pada masa perkembangan.
Bagan Chronological Age dan Mental Age :
5. Buatlah scenario pembelajaran yang sederhana dari salah satu strategi tersebut yang
menurut saudara paling tepat diterapkan pada anak tuna grahita!
Ada beberapa cara pembelajaran yang bisa diterapkan pada anak tuna grahita.
Contohnya pengajaran secara individual, pengajaran ini diberikan kepada anak tuna
grahita dalam kurun waktu tertentu dan ruang tertentu pula, sedangkan
pembelajarannya sejalan dengaan bidang studi yang sama, tetapi kedalaman dan
keluasan materi pelajaran disesuaikan dengan tiap-tiap kemampuan anak.
Dalam pembelajaran ini, guru dapat menerapkan scenario pembelajaran dengan
cara mengelompokkan yang memungkinkan murid dapat berinteraksi dengan sesama,
mampu bekerja sama. Kemudian guru melakukan kegiatan yang beraneka ragam yang
dapat menumbuhkan semangat belajar anak. Guru juga dapat menyediakaan media
pembelajaran yang dapat meningkatkan motorik anak, contohnya puzzle dan form
board. Dan bagi siswa yang berhasil dalam menyelesaikan pembelajaran, guru
memberikan reward atau penghargaan yang bertujuan membantu anak untuk
mendorong perilaku yang baik dan kerja keras, dan membantu anak untuk memotivasi
diri.

Anda mungkin juga menyukai