Anda di halaman 1dari 6

Nama : INA

NIM : 858155945

TUGAS : ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

1. BANYUWANGI,KOMPAS.com - Alifia Kamelia, siswi kelas 4 SDN Karangrejo 3 terlihat tekun menulis
didampingi seorang guru. Beberapa kali mereka terlihat berbicara namun berbeda dengan
komunikasi pada umumnya, guru yang mendampingi Alifia, dengan sabar beberapa kali mengulang
jawaban yang ditanyakan oleh bocah perempuan berambut panjang tersebut sehingga Alifia benar-
benar memahami. Alifia adalah salah satu siswa kebutuhan khusus. Sejak bayi, dia mengalami
gangguan pendengaran sehingga kesulitan saat belajar berbicara. Baru saat masuk sekolah TK, Alifia
mengenakan alat bantu dengar di kedua telinganya hingga saat ini, dia duduk di kelas 4 SD. Ainur
Joyo, ayah kandung Alifia kepada Kompas.com Jumat (22/9/2017) mengatakan, sengaja
menyekolahkan anaknya di SDN Karangrejo 3 agar anaknya bisa bersosialisasi dengan murid umum
lainnya. Selain itu, dia juga mendapatkan informasi jika sekolah yang berada di Kelurahan Karangrejo
Kecamatan Kota Banyuwangi tersebut menerima anak kebutuhan khusus seperti anaknya. "Tidak
banyak sekolah umum yang menerima anak kebutuhan khusus seperti Alifia. saya bersyukur dia bisa
bersekolah disini. Dia semakin percaya diri, apalagi teman-temannya yang umum serta gurunya
memahami kondisi Alifia. Tidak pernah anak saya mengadu jika di olok-olok karena kondisinya
berbeda," ucap Ainur sambil mengelus rambut anaknya.

Dengan suara patah-patah. Alifia bercerita bahwa dia senang bisa bersekolah dan memiliki banyak
teman yang baik. Dia mengaku sangat menyukai pelajaran matematika. "Kalau besar ingin jadi
dokter," katanya sambil tersenyum. Berbeda dengan Alifia, Khairul Umum siswa kelas tiga
penyandang autis, masih didampingi ibunya saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Bahkan
sesekali Rachmawati, ibu kandung Umam menemani anak keempatnya didalam kelas. "Walaupun
guru dan teman-temannya tahu kondisi Umam, tapi saya sadar bahwa gurunya juga butuh bantuan
karena bukan hanya Umam yang diawasi dan diajar. Umam bisa bersekolah di sini saja saya sudah
bersyukur luar biasa," kata Rahmawati. Selain menempuh pendidikan di sekolah umum, Umam juga
mengikuti terapi di luar sekolah. Walaupun jarak dari rumahnya menuju sekolah cukup jauh dan
ditempuh dengan motor sekitar 20 menit, Rachmawati mengaku sengaja memilih SD Karangrejo
agar anaknya lebih mandiri. Dia mengetahui sekolah tersebut dari tempat terapi. "TK nya dulu juga
di sekolah inklusi dan saat lulus diarahkan ke sini. Jauh enggak apa-apa toh ini buat masa depan
Umam agar dia mandiri," katanya. Sementara itu Yayuk Prayuwati, kepala sekolah SDN Karangrejo 3
mengatakan, penerapan sekolah inklusi sudah dilakukan sejak 8 tahun lalu. Saat itu siswa pertama
inklusi yang terima adalah siswa yang mengalami kelainan fisik pada kaki. "Kami terima karena tidak
mungkin dia sekolah di SLB karena jaraknya cukup jauh dari rumahnya. Jika kami tolak maka dia tidak
sekolah. Dia siswa pertama kami sewindu yang lalu," ucap Yayuk. Sejak saat itu, setiap tahun selalu
ada anak berkebutuhan khusus yang mendaftar menjadi murid. Mereka kebanyakan adalah warga
yang tinggal di sekitar sekolah namun ada juga yang rumahnya jauh dari sekolah. Untuk memberikan
pengajaran maksimal, pihak sekolah memberikan pelatihan khusus kepada dua guru pendamping
untuk mendampingi anak berkebutuhan khusus selama di sekolah.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Anak-anak Berkebutuhan Khusus yang
Sekolah di SD Negeri".Penulis Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati | EditorErlangga Djumena

2. UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan. Pasal ini mengamanatkan bahwa semua warga negara, termasuk anak-anak yang
memiliki keterbatasan atau yang berada dalam kondisi kurang beruntung, berhak mendapatkan
pendidikan, terutama pendidikan Sekolah Dasar.

3. Pada tahun 1948, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah

meluncurkan Deklarasi Hak Asasi Manusia yang menjamin hak setiap orang

untuk memperoleh pendidikan yang layak sehingga dapat berperan secara

penuh di masyarakat. Pada tahun 1989 PBB meluncurkan Konvensi Hak Anak

(The Convention of The Right of Children), dan Indonesia telah meratifikasi

deklarasi dan konvensi ini. Selanjutnya, terdapat konferensi dunia tentang

“Pendidikan untuk Semua” (Education for All) diselenggarakan di Jomten,

Bangkok pada tahun 1989. Konferensi ini merekomendasikan agar semua

anak memperoleh pendidikan di sekolah dan layanan pendidikan sesuai

kondisi anak. Hal itu melahirkan embrio konsep pendidikan inklusif. Untuk

memperkuat konvensi tersebut, pada tahun 1991 PBB mengeluarkan resolusi

berupa Standar Kesamaan Kesempatan bagi Penyandang Disabilitas (Standard

Rules on Equalization of Opportunities for People with Disabilities). Salah

satu resolusi adalah mendesak negara-negara agar menjamin pendidikan bagi

penyandang disabilitas sebagai bagian integral dari sistem pendidikan umum.

Selanjutnya, pada tahun 1995 UNESCO menyelenggarakan konferensi tentang

pendidikan kebutuhan khusus di Salamanca, Spanyol. Konferensi tersebut

memperluas program “Pendidikan untuk Semua” (Education for All) untuk

menggalakkan pendidikan inklusif agar sekolah-sekolah dapat melayani

semua anak, terutama yang berkebutuhan pendidikan khusus. Konferensi ini

melahirkan Pernyataan Salamanca (Salamanca Statement) tentang prinsip,

kebijakan, dan praktik-praktik dalam pendidikan kebutuhan khusus, di


antaranya menegaskan kembali komitmen terhadap pendidikan untuk anak,

remaja, dan orang dewasa berkebutuhan khusus dalam sistem pendidikan

reguler yang juga harus mengakomodasi mereka dalam rangka pedagogi yang

berpusat pada diri anak yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Mendorong partisipasi orang tua, masyarakat, dan organisasi penyandang

disabilitas dalam perencanaan dan pengambilan keputusan menyangkut

masalah program pendidikan kebutuhan khusus (UNESCO 2009).

4. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN KPENDIDIKAN SEGREGASI

Keuntungan system pendidikan segregasi:

Rasa ketenangan pada anak luar biasa.

Komunikasi yang mudah dan lancar.

Metode pembelajaran yang khusus sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak.

Guru dengan latar belakang pendidikan luar biasa

Mudahnya kerjasama dengan multidisipliner.

Sarana dan prasarana yang sesuai.

Merasa diakui kesamaan haknya dengan anak normal terutama dalam memperoleh pendidikan.

Dapat mengembangakan bakat ,minta dan kemampuan secara optimal.

Lebih banyak mengenal kehidupan orang normal.

Mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

Harga diri anak luar biasa meningkat.

Dapat menumbuhkan motipasi dalam belajar.

Guru lebih mudah untuk merencanakan dan melakukan pembelajaran karena siswanya homogen.

Siswa tidak menjadi bahan ejekan dari siswa lain yang normal.

Kelemahan sistem pendidikan segregasi:

Sosialisasi terbatas

Penyelenggaraan pendidikan yang relative mahal


Bebas bersaing

Egoistik, menumbuhkan kesenjangan kualitas pendidikan

Efektif dan efisien untuk kepentingan individu

Menumbuhkan disintegrasi

Tidak terikat

Mahal dan butuh fasilitas banyak Spesifik dan spesialis

Memperlemah persatuan nasional

Potensial untuk pengembangan otonomi

KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN KPENDIDIKAN INTEGRASI

Dibandingkan dengan sistem segregasi, sistem integrasi ini merupakan suatu kemajuan, yaitu:

Siswa berkebutuhan khusus dapat bermain bersama-sama dengan siswa pada umumnya. Ini berarti
ada proses sosialisasi sedini mungkin, saling mengenal antara siswa berkebutuhan khusus dan yang
tidak, begitu pula sebaliknya. Ini akan berdampak pada pertumbuhan sikap siswa-siswa tersebut,
yang akan bermanfaat pula kelak jika mereka telah dewasa.

Siswa berkebutuhan khusus mendapatkan suasana yang lebih kompetitif, karena di sekolah umum
ada lebih banyak siswa dibanding SLB.

Siswa berkebutuhan khusus dapat membangun rasa percaya diri yang lebih baik.

Siswa berkebutuhan khusus dapat bersekolah di mana saja, bahkan sekolah yang dekat dengan
tempat tinggalnya, asal ia memenuhi persyaratan yang diminta; jadi tidak perlu terpisah dari
keluarga mereka.

Dari sisi kurikulum, dengan menempuh pendidikan di sekolah umum, anak berkebutuhan khusus
akan mendapatkan materi pelajaran yang sama dengan siswa pada umumnya.

Kelemahan dari sistem integrasi ini adalah siswa anak berkebutuhan khusus harus menyesuaikan
diri dengan metode pengajaran dan kurikulum yang ada. Pada saat-saat tertentu, kondisi ini dapat
menyulitkan mereka. Misalnya, saat siswa diwajibkan mengikuti mata pelajaran ”menggambar.”
Karena memiliki hambatan penglihatan, tentu saja siswa yang merupakan anak berkebutuhan
khusus tidak bisa ”menggambar.” Tapi, karena mata pelajaran ini wajib dengan kurikulum yang
”ketat”, ”tidak fleksibel,” tidaklah dimungkinkan bagi guru maupun siswa berkebutuhan khusus
untuk melakukan ”adaptasi atau subsitusi” –untuk mata pelajaran ”menggambar” tersebut. Yang
dimaksud substitusi adalah menggantikan mata pelajaran tersebut dengan tugas lain yang memiliki
nilai kompetensi sama. Misalnya, menggambar adalah mata pelajaran yang melatih kreatifitas otak
kanan untuk bidang visual; bisa digantikan dengan tugas lain yang memiliki tujuan kompetensi sama
atau setara, misalnya mengarang.

KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN KPENDIDIKAN INKLUSI

Keuntungan sistem pendidikan Inklusi:

Keuntungan dari pendidikan inklusi anak berkebutuhan khusus maupun anak pada umumnya dapat
saling berinteraksi secara wajar sesuai dengan tuntutan kehidupan sehari-hari di masyarakat, dan
kebutuhan pendidikannya dapat terpenuhi sesuai potensinya masing-masing.

Kelemahan sistem pendidikan inklusi :

Minimnya sarana penunjang sistem pendidikan inklusi, terbatasnya pengetahuan dan ketrampilan
yang dimiliki oleh para guru sekolah inklusif menunjukkan betapa sistem pendidikan inklusi belum
benar – benar dipersiapkan dengan baik. Apalagi sistem kurikulum pendidikan umum yang ada
sekarang memang belum mengakomodasi keberadaan anak – anak yang memiliki perbedaan
kemampuan (difabel). Sehingga sepertinya program pendidikan inklusif hanya terkesan program
eksperimental.

KESIMPULAN

Dengan adanya sistem pendidikan Segregasi, integrasi, dan Inklusi, para siswa yang mempunyai
disabilitas dapat menentukan alternatif sistem yang tepat untuk mendapatkan haknya dalam
memperoleh pendidikan. Sebagai pendidik, seharusnya berusaha untuk dapat mendidik para
siswanya baik itu dengan disabilitas ataupun yang tidak. Karena, pada dasarnya tidak ada manusia
yang sempurna.

Dikarenakan siswa tidak hanya membutuhkan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk dapat
bergabung dalam masyarakat maka diperlukan sistem yang mengajarkan berinteraksi dengan
teman-teman sebaya ataupun yang lain.

5. Beberapa model layanan yang digunakan untuk menangani anak berbakat antara lain:

Model layanan kognitif-afektif


Model layanan perkembangan moral

Model perkembangan nilai

Dan layanan berbagai bidang khusus lain

Model layanan yang paling efektif untuk menangani anak berbakat dari aspek kognitif diantaranya
adalah:

Diberikan kesempatan untuk dapat meloncat kelas ke kelas yang lebih tinggi dalam waktu singkat
(mempercepat masa belajar).

Membentuk kelas khusus dengan pengajar yang khusus pula yang fokus melatih kepandaian anak
berbakat tersebut.

Menyediakan perangkat latih yang diperlukan si anak berbakat sehingga kepandaian atau
keahliannya dapat tersalurkan sesuai perkembangannya.

Mengirim mereka ke ajang-ajang kompetisi baik di jenjang nasional maupun internasional.

Pemerintah harus menjamin kelangsungan pendidikannya sampai ke jenjang universitas tanpa biaya
apabila yang bersangkutan berasal dari keluarga kurang mampu.

Penjelasan:

Anak berbakat adalah anak yang cukup spesial yang mempunyai bakat-bakat khusus yang diatas
rata-rata rekan sebayanya. Untuk itu dalam menyalurkan bakat dan kepandaian khusus ini mereka
perlu ditangani secara khusus agar keterampilan mereka tersalurkan dan tidak sia-sia. Mereka
umumnya dapat mempelajari sesuatu sangat cepat jauh melebihi teman-teman sebayanya.

Berikut ciri-ciri anak berbakat:

Memiliki IQ diatas 130

Memiliki nilai-nilai pelajaran akademis yang mendekati sempurna

Memiliki keinginan belajar yang tinggi

Memiliki keingintahuan yang besar tentang sesuatu yang mereka minati

Mampu menguasai dan menyelesaikan pelajaran dengan cepat

Untuk itu pihak pendidik harus mampu mendeteksi bakat-bakat khusus siswa mereka yang memiliki
kepandaian di luar rata-rata ini dan memfasilitasi segala keperluan si anak berbakat ini agar
bakatnya dapat dibina dan disalurkan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain membawa nama baik
keluarga, anak berbakat ini juga dapat membawa harum nama bangsa apabila dapat diikutkan ke
ajang-ajang kompetisi dunia sesuai bakatnya untuk mewakili negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai