Anda di halaman 1dari 8

B. Contoh karangan.

1. NARASI,
Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia
memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan
di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah.
Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang
dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.
Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia
ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno
dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada
tahun 1949.
Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama
pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara
nonblok pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh
perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang
2. DESKRIPSI
Irfan sempat setahun meninggalkan bangku sekolah, setamat SMP anak ketiga dari
empat bersaudara ini terpaksa harus turun ke jalan, menjajakan koran di lampulampu merak kota Madiunr. Ketidakmampuan orang tua membuyarkan harapannya
untuk melanjutkan pendidikan ke SMA, jenjang yang lebih tinggi dari jasah yang
dipunyainya.
Di tengah kehilangan pengharapan, dia memperoleh informasi ada sekolah yang
bisa memberi kesempatan untuk terus belajar. Sekolah itu dalah SMA Tunas
Harapan Madiun. Tak banyak persyaratan, tidak mesti mengeluarkan biaya yang
cukup besar, sebagaimana lazimnya lembaga pendidikan formal lain. Ke sanalah
Irfan melangkah ditemani orang tuanya.
Irfan bukan satu-satunya siswa dari keluarga kurang mampu yang belajar di sekolah
itu. Ada Supri yang sehari-hari berjualan kue, ada juga Haris yang sehari-hari
menjual gula-gula. Sebagaimana halnya Irfan, Supri tidak bisa melanjutkan
pendidikan setamat SMP. Sebagai anak yatim yang sudah kehilangan ayah,
megelurakan uang untuk membiayai pendidikan menjadi suatu hal tak mudah
dijangkau. Irfan 17 tahun kini kelas 1, sedangkan Supri 19 tahun dan Haris 20 tahun
duduk dikelas 2.
Kepala SMA Tunas Harapan Madiun, Bambang Sudibyo Samad, M.Pd.I menuturkan
sedikitnya ada 10 orang anak jalanan yang ditampung di sekolah ini. Tak hanya
putus sekolah karena ketidakmampuan orang tua tapi hampir semuanya juga sudah
menjadi pekerja, mencari uang untuk membantu orang tua.

Kebijakan seperti apa yang diberikan kepada mereka? Bambang menuturkan tidak
ada persyaratan administratif yang ketat, misalnya harus ada surat pindah atau
keterangan lain dari sekolah sebelumnya. Kalau sudah menunjukkan ijasah SMP
yang dimilikinya kita bisa terima. Yang penting mereka bisa bersekolah tuturnya.
Hanya saja menurut Bambang meski sudah kembali bersekolah tapi semuanya
masih melakukan aktivitas kesehariannya, mencari uang di luar waktu mereka
sekolah.
Soal biaya, Bambang mengatakan, kita tidak memberikan beban biaya pendaftaran.
Kebijakan lain SPP hanya dikenai separo yang besarnya Rp. 13.000 per bulan.
Itupun tidak semua mampu membayar meski telah diberi keringanan. Menghadapi
kenyataan semacam ini pihak sekolah tidak bisa berbuat banyak, Yayasan tidak
masalah tuturnya.
Bahkan, menurut Bambang ada tiga guru yang membantu pembiayaan lima anak.
Ada pula yang tetap bersekolah, tapi tidak membayar. Seragam sekolah pun ada
yang dibelikan guru, ada pula pemberian dari teman sesama siswa, terutama yang
sudah tamat. Bagi Bambang dan para pendidik di sekolah inimenarik anak usia
sekolah untuk bisa masuk ke lembaga pendidikan formal merupakan suatu
kepuasan yang tidak bisa dinilai dengan lembar-lembar rupiah.
SMA Tunas Harapan memang bukan sekolah favorit di kota itu. Terletak di
kelurahan Sambirejo, kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun. Lokasi sekolah ini tidak
berada di jalan utama. Bangunan sekolah berlantai dua seluas 380 meter persegi
dibangun di atas lahan seluas 410 meter persegi.
Kondisi ini menunjukkan ada halaman yang lapang untuk bisa digunakan siswa
bermain. Bahkan beberapa bagian atap bangunan sekolah ini juga sudah bocor.
Meski dalam kondisi sederhana, tapi Bambang masih bisa bersyukur tidak ada
anak-anak yang berkeliaran pada jam-jam pelajaran berlangsung
Dibangun pada 1998 kini SMA Tunas Harapan membina 300 siswa yang terdiri atas
6 ruang kelas. Para siswa dididik oleh 18 guru, dua diantaranya guru negeri yang
diperbantukan. Dibanding tahun-yahun sebelumnya, sekolah ini pernah mendidik
siswa dalam jumlah yang cukup. Meski mengalami gelombang surut dalam jumlah
siswa, tapi dia masih menyimpan optimisme ditengah kesederhanaanya. Saya
optimis sekolah ini kedepan bisa berkembang: katanya. Apalagi ada kebersamaan
diantara sesama guru Bambang mungkin sama optimismenya dengan Irfan, Supri
atau Haris dalam memandang kehidupan yang lebih baik.
Membaca kutipan jenis karangan deskripsi di atas yang disusun kedalam delapan
paragraf, kita mendapat informasi tentang optimisme salah satu lembaga
pendidikan sederhana di Madiun, dan beberapa siswanya dari keluarga tidak
mampu yang mendapat bantuan dana untuk terus bersekolah. Wacana tersebut
beruapaya mendeskripsikan dari peristiwa yang satu ke peristiwa lainnya

berdasarkan ruang dan waktu. Kita sebagai pembaca akan ikut melihat, mendengar,
serta merasakan kesulitan yang dialami Irfan, Supri dan Haris ketika sekolah. Selain
itu dijelaskan pula kegiatan yang dilakukan sehari-hari sehabis sekolah, ada yang
menjajakan koran, menjual kue ataupun membantu orang tuanya. Kondisi sekolah,
tempat dan pendiriannya juga dideskripsikan satu persatu secara urut
dan lugas sehingga pembaca mengetahu kondisi SMA Tunas Harapan Madiun
sebenarnya.
3. EKSPOSISI
Dengan segala potensi yang dimilikinya itu, televisi telah mendatangkan banyak
perdebatan yang tidak kunjung berakhir. Bagi orang dewasa, mungkin apa yang
ditampilkan oleh televisi itu bukanlah sebuah masalah besar, sebab mereka sudah
mampu memilih, memilah dan memahami apa yang ditayangkan di layar televisi.
Namun bagaimana dengan anak-anak? Dengan segala kepolosan yang dimilikinya,
belum tentu mereka mampu menginterpretasikan apa yang mereka saksikan di
layar televisi dengan tepat dan benar. Padahal Keith W. Mielke sebagaimana dikutip
oleh Arini Hidayati dalam bukunya berjudul Televisi dan Perkembangan Sosial Anak
mengatakan bahwa:
Masalah paling mendasar bukanlah jumlah jam yang dilewatkan si anak untuk
menonton televisi, melainkan program-program yang ia tonton dan bagaimana para
orang tua serta guru memanfaatkan program-program ini untuk sedapat mungkin
membantu kegiatan belajar mereka.(1998:74).
Dari kutipan tersebut diatas jelas bahwa yang harus diwaspadai oleh para guru dan
orang tua adalah acara apa yang ditonton anak di televisi itu dan bukannya berapa
lama anak menonton televisi. Padahal kecenderungan yang ada justru sebaliknya.
Orang tua jarang benar-benar memperhatikan apa yang ditonton anak-anaknya dan
lebih sering melarang anak-anak agar jangan menonton televisi terlalu lama karena
bisa mengganggu jam belajar mereka.
Disamping itu, apakah pernah pula terbersit dalam benak orang tua untuk ikut
menonton tayangan-tayangan televisi yang diklaim sebagai tayangan untuk anakanak? Pernahkan orang tua memperhatikan, apakah tayangan untuk anak itu
memang sesuai dengan usianya? Padahal disinilah peran orangtua menjadi sangat
penting artinya. Orang tualah yang menjadi guru, pembimbing, pendamping dan
pendorong pertumbuhan anak yang paling utama. Dari orangtualah anak pertama
kali belajar tentang sesuatu kebenaran dan kemudian menanamkan kepercayaan
atas kebenaran itu.
Sudah menjadi tanggung jawab orang tua pula untuk selalu mendampingi anakanak dalam menonton televisi, memberikan pengertian dan penjelasan atas apa
yang tidak dimengerti oleh anak-anak. Memberikan penjelasan kenapa suatu tindak
kekerasan bisa terjadi dan apa akibat dari semua itu.
Orang tua juga harus jeli dalam melihat program-program acara televisi yang
ditonton oleh anak. Apakah cocok dengan usianya, apakah bersifat mendidik atau
justru malah merusak moral si anak. Mungkin sebagai orang tua, tidak akan

kesulitan untuk langsung melarang seorang anak untuk menonton film-film dewasa
yang mengandung unsur seks dan kekerasan secara vulgar, karena dengan
memandang sepintas lalu saja sudah jelas diketahui bahwa acara tersebut tidak
cocok untuk anak. Tetapi pernahkah orangtua mengamati film-film kartun yang
kelihatannya memang sudah layak menjadi konsumsi anak-anak? Pernahkah orang
tua peduli bahwa berbagai tayangan film kartun Jepang yang mempertontonkan
heroisme, seperti film seri Kenji, Dragon Ball dan sebagainya telah menyebabkan
seorang anak menjadi seorang yang agresif? Demikian pula dengan tayangan filmfilm kartun yang penuh romantisme seperti Sailor Moon? Dan bagaimana pula
dengan film-film yang lain?
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa tingkat pornografi pada film kartun anakanak itu cukup tinggi, dan diantara film-film kartun anak di Asia, film kartun
produksi Jepang menempati posisi paling tinggi dalam penayangan unsur
pornografi. Sebagai contoh, Film Seri Crayon Sinchan yang sekarang begitu di
gemari di Indonesia, ternyata di Jepang sendiri film tersebut tidak diperuntukkan
untuk konsumsi anak-anak melainkan untuk konsumsi orang dewasa yang ingin
kembali ke masa kanak-kanak. Akibatnya saat ini muncul perdebatan yang cukup
seru dalam membahas masalah film seri Crayon Sinchan ini.
Sebuah tulisan di Jawa Pos yang mengetengahkan keprihatinan terhadap film
tersebut mengatakan bahwa sosok Sinchan itu tidak cocok untuk menjadi teladan
bagi anak-anak. Sinchan sering bertindak kurang ajar dan kekurang ajarannya itu
sering mengarah ke masalah seks. Sebagai anak kecil, Sinchan sering bermimpi
tentang perempuan-perempuan dengan bikini dan ia pun senang sekali
menyingkapkan rok ibunya.
Memang dikatakan oleh Joseph T. Klapper bahwa media bukanlah penyebab
perubahan satu-satunya melainkan ada faktor-faktor lain yang menengahi
(mediating factors). Namun bagaimanapun juga, jika mengacu pada teori efek
media maka terdapat teori Belajar, dimana seseorang itu belejar melakukan sesuatu
dari media. Seorang anak bisa dengan fasihnya menirukan ucapan atau lagu-lagu
yang di dengarnya di televisi. Mereka pun dengan segala kepolosan dan
keluguannya sering pula menirukan segala gerak dan tingkah laku tokoh idolanya di
televisi. Dengan demikian tidaklah mustahil jika anak-anak pun akan menirukan
kenakalan Sinchan dengan segala kekurang ajarannya. Atau menirukan tindakan
Superman ketika menumpas kejahatan dengan memukuli anak lain yang
dianggapnya sebagai musuh. Dan ini menjadi langkah pembenar setiap anak-anak
berbuat sesuatu, yang bisa jadi melanggar norma umum yang ada di tengah
masyarakat kita.
Langkah Antisipasi
Bagaimanapun juga kehadiran televisi merupakan sebuah kebutuhan, tidak sekadar

sebagai sarana untuk memudahkan kita mengakses setiap informasi tapi juga
berperan sebagai sarana penghibur yang mudah untuk kita dapatkan. Tetapi, tetap
saja efek negatif selalu ada dan ini perlu untuk diantisipasi secara serius. Apalagi
kalau yang terkena dampaknya adalah anak-anak yang notabene mereka akan
menjadi iron stock di masa datang.
Secara khusus penulis berharap orang tua yang secara langsung berhubungan dan
berkaitan dengan pengaruh televisi terhadap anak-anak bisa mengambil langkahlangkah nyata. Walaupun tidak menutup kemungkinan memberikan alternatif solusi
terhadap pihak terkait seperti pihak media televisi dan para pemerhati media
secara umum. Pertama, jelas perlu ada sosialisasi secara massif kepada para orang
tua tentang bahaya program yang ada di televisi pada setiap media yang ada,
termasuk koran ini dan juga diperlukan kewaspadaan yang penuh dengan tidak
membiarkan anak-anak menonton televisi dengan bebas. Meskipun label pihak
televisi yang diberikan adalah acara untuk anak. Kedua, perlu penjagaan program
acara televisi secara langsung dengan cara mendampingi waktu anak-anak
menonton televisi dan sekaligus bisa memberi penjelasan saat dibutuhkan. Untuk
itu, kesiapan orang tua untuk mendampingi di tengah kesibukan seabrek kegiatan
mutlak diperlukan. Ketiga, perlu diupayakan pemberdayaan masyarakat dengan
diadakan lembaga kontrol yang bisa memberi masukan dan kajian kritis tentang isi
program siaran televisi dan dampak yang ada.
4. ARGUMENTASI
Pengaruh Televisi pada Anak
Televisi merupakan media elektronik yang memiliki banyak saluran atau chanel
dengan berbagai program tayanganyang dapat ditonton penikmatnya. Penikmat
televisi pun dari berbagai kalangan, anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.
Namun dengan semakin banyaknya program tayangan yang ada, televisi dapat
menimbulkan berbagai masalah khususnya masalah pada anak.
Program-program acara televisi semakin lama tidak mementingkan unsur-unsur
mendidik melainkan hanya sebagai hiburan semata. Terutama sinetron-sinetron
anak yang di dalamnya terdapat adegan berkelahi hingga kisah percitaan yang
sebenarnya belum pantas disaksikan oleh anak-anak.
Bagi orang dewasa, mungkin apa yang ditampilkan oleh televisi itu bukanlah
sebuah masalah besar sebab mereka sudah mampu memilih memilah, dan
memahami apa yang dilihat pada layar televisi lain halnya dengan anak-anak.
Belum tentu mereka mampu mengerti dan memahami apa yang mereka saksikan di
layar televisi dengan tepat dan benar. Dengan kepolosannya bisa saja mereka
meniru apa yang telah ia saksikan sebelumnya.
Contohnya saja film anime Jepang Naruto yang menyebabkan anak-anak lebih suka
berkelahi menirukan adegan-adegan yang ada. Contoh lainnya ialah film kartun

Crayon Sinchan yang tayang setiap hari Minggu ini. Kartun ini memang digemari
oleh anak-anak di Indonesia, namun sosok Sinchan tidak cocok untuk dijadikan
teladan bagi anak-anak karena ia selalu memikirkan perempuan-perempuan yang
mengarah pada pola pikir kedewasaan.
Disamping itu, terkadang orang tua jarang memperhatikan dan jarang ikut
menonton tayangan-tayangan televisi yang sesuai dengan usia anaknya. Padahal
peran serta kejelian orang tualah yang diperlukan untuk memberikan pengertian
dan penjelasan bila anak tidak mengerti.

5. PERSUASI
Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan Obat Berbahaya. Selain Narkoba,
istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia adalah NAPZA yang merupakan (singkatan dari Narkotika, Psikotropika,
dan Zat Adiktif) yang berarti bahan atau zat yang jika di masukkan kedalam tubuh
manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikkan, dapat mengubah
pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat
menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis. Semua istilah ini baik
Narkoba atau NAPZA, mengacu pasa sekelompok zat yang umumnya mempunyai
resiko kecanduan bagi penggunaannya.
Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa
dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk
penyakit tertentu. Namun kini pemanfaatannya disalahgunakan, diantaranya
dengan pemakaian yang telah diluar batas dosis (over dosis), hal tersebut
dikarenakan berbagai alasan mulai dari keinginan untuk coba-coba, bersenangsenang, ikutan trend/gaya, lambing status social, ingin melupakan persoalan, dan
lain-lain maka narkoba disalahgunakan. Penggunaan terus-menerus dan
berkelanjutan akan menyebabkan ketergantungan atau dependensi, disebut juga
kecanduan.
Penyalahgunaan terhadap narkoba sangat dipengaruhi oleh pergaulan bebas
remaja sekarang. Penolakan untuk ajakan mencoba merasa gengsi diucapkan, itu
karena pikiran tidak gaul jika belum mencicipi narkoba. Apalagi di era sekarang
dimana segala sesuatu mudah di dapatkan termasuk untuk mendapatkan barang
yang berwujud bubuk putih tersebut. Dampak yang paling fatal dari
penyalahgunaan narkoba ini adalah over dosis yang mengakibatkan kematian. Dari
data BNN, sekitar 15.000 orang harus meregang nyawa setiap tahunnya akibat
pemakaian narkoba, dimana 78% nya adalah remaja. Begitu banyaknya dampak
yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba ini, setidaknya remaja bisa berpikir
lebih bijaksana lagi sebelum mencoba hal-hal baru.
Begitu besarnya bahaya barkoba nampaknya kurang diperhatikan oleh remaja yang

masih bermental labil. Yang terpikir oleh mereka hanyalah kesenangan sesaat yang
ditimbulkan oleh narkoba. Padahal narkoba yang dikonsumsi secara terus menerus
dan juga dalam dosis yang tidak sesuai dapat menyebabkan rusaknya organ tubuh
(seperti jantung, paru-paru, hati, ginjal, pembuluh darah dan juga system saraf
pusat/otak) yang pastinya dapat merusak masa depan remaja tersebut. Rusaknya
organ reproduksi yang akan menyulitkan untuk mendapatkan keturunan, HIV/AIDS
(yang hingga sekarang belum ditemukan obat untuk mengatasinya), hingga
gangguan psikologis (tidak percaya diri, malas sehingga menjauhkan diri dari
prestasi) dan dampak social (dijauhi dari pergaulan social yang nantinya
mengakibatkan kehidupan si remaja semakin terkucilkan). Bangsa ini akan
kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan
merebaknya HIV/AIDS. Kehidupan remaja sama dengan kehilangan sumber daya
manusia bagi bangsa, karena remaja adalah pemegang tongkat estafet dan penerus
bangsa disaat akan datang.
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba diluar keperluan medis tanpa
pengawasa dokter, merupakan perbuatan melanggar hukum yang tertuang dalam
(pasal 59 UU No.5 Tahun 1997, tentang Psikotropika) dan (Undang-Undang No.22,
tahun 1997 tentang Narkotika). Sedangkan dalam pandangan agama islam
penyalahgunaan narkoba dan meminum minuman beralkohol merupakan dosa
besar, sebagaimana terdapat dalam (Q.S. Al-Baqarah, 2:219 dan Q.S. Al-Maidah,
5:91). Setiap zat, bahan atau minuman yang dapat memabukkan dan melemahkan
akal sehat, seperti halnya minuman bralkohol, haram hukumnya dalam (H.R.
Abdullah bin Umar.R.a).
Upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba dikalangan pelajar, sudah
sebaiknya menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua pihak
termasuk orang tua, guru, dam masyarakat harus turut berperan aktif dalam
mewaspadai ancaman narkoba terutama remaja/pelajar saat ini. Sampai sekarang
belum ada pengobatan yang begitu efektif untuk para penderita pemakai narkoba
yang besar. Orang-orang yang memakai narkoba sama halnya dengan membeli
tiket satu jam perjalanan tanpa bisa kembali lagi. Itu artinya meskipun terasa ada
kesembuhan tetapi masih ada pengaruh yang membahayakan. Bukan hanya
dampak terhadap kesehatan apabila kita memakai narkoba tetapi kita juga bisa
mendapat hukuman. Jadi apapun alasannya narkoba bukan jalan untuk membantu
kenikmatan atau kesenangan hidup.
Berbicara tentang narkoba sepertinya kasus penyalahgunaan di Negara kita tidak
pernah ada habisnya. Berdasarkan data dari Badan Narkotikan Nasional (BNN)
hingga tahun 2008 saja jumlah pengguna narkoba di Inonesia mencapai 3,2 juta
orang. Dari jumlah ini 32% nya adalah pelajar dan juga mahasiswa.
Jangan pernah merima ajakan untuk mencoba memakai narkoba. HINDARI
NARKOBA SEBELUM NARKOBA MENJERATMU. Karena penyalahgunaan narkoba
adalah bayang-bayang kematian dalam hidup, juga akan menghapus impian

hidupmu, bahkan kepribadianmu.


Untuk itu apapun alasannya, dan sebabnya jangan pernah mengkonsumsi obat
terlarang tersebut apalagi hanya untuk pergaulan semata. Karena narkoba hidup
malu matipun malu. Sama sekali tidak ada manfaat dari pemakaian narkoba itu
sendiri.
AWAS KAMU NYOBA.. KETAGIHAN
KAMU MAKE. KEMATIAN
SAY NO TO DRUGS !
NARKOBA ADALAH PEMBUNUH BERDARAH DINGIN !!
JAUHI ATAU MATI !!
REFERENSI:
http://nasi99.wordpress.com/2011/04/15/macam-macam-karangan-danpengertiannya/
http://aminsetyo.abatasa.co.id/post/detail/25822/contoh-karangan-narasiterbaru.html
http://educationesia.blogspot.com/2012/12/contoh-karangan-deskripsi.html
http://www.jualbeliforum.com/sastra/276641-3-contoh-karangan-eksposisi.html
http://petikmakna.blogspot.com/2013/02/contoh-paragraf-argumentasi-beserta.html
http://irmakinanthi.wordpress.com/2013/01/27/contoh-karangan-argumentasi/
http://aneka-wacana.blogspot.com/2012/06/contoh-karangan-persuasi-tentang.html

Anda mungkin juga menyukai