BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tolak pandangan baik dan buruk atau benar dan salah dari norma-norma dan nilai-
nilai, pertanggungjawaban dan pilihan. Dalam dunia bisnis etika memiliki peranan
yang sangat penting ketika keuntungan bukan lagi menjadi satu-satunya tujuan
organisasi. Bisnis juga akan menjadi lebih sukses jika mempunyai perhatian pada
etika, karena hal ini akan meningkatkan reputasi organisasi dan meningkatkan
motivasi karyawan serta dapat mengurangi berbagai kerugian akibat perilaku yang
kurang etis yang dilakukan oleh karyawan. Perilaku yang tidak etis seperti minum-
berbagai pelanggaraan etika lainnya. Hal ini dapat menjadi sesuatu yang serius
mengingat perilaku yang tidak etis dapat menjurus kearah tindakan kriminal serta
Banyak sebab yang menjadikan perilaku yang tidak etis yang ditunjukkan
karyawan tersebut muncul. Hal ini terkait pada individu karyawan saja, tetapi juga
menyangkut keseluruhan proses dalam organisasi. Dalam hal ini manajemen sumber
daya manusia mempunyai peran penting untuk menjamin bahwa organisasi bertindak
etika bisnis yang sesuai dengan organisasi, sehingga tindakan kurang etis dapat di
cegah. Fungsi manajemen sumber daya manusia adalah melindungi organisasi dari
tindakan yang tidak etis dari karyawan. Manajemen sumber daya manusia juga
dapat mampu menjadi penggerak dalam organisasi dalam menanggani isu-isu etika,
B. Rumusan Masalah
akan dibahas adalah “ Bagaimana Etika dan hubungan dengan tenaga kerja?”
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Etika dan
D. Manfaat Penelitian
makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:
3
1. Kegunaan Teoritis
dan juga sebagai sarana untuk belajar di dalam menganalisa suatu masalah.
Dan juga sebagai sumbangan pemikiran bagi peneliti yang mau mengambil
E. Metodologi Penelitian
dianalisis dan ditelaah lalu diuraikan dan dipaparkan dalam bentuk laporan yang
bersifat deskriptif.
penulis memilih metode deskriptif. Pengertian metode deskriptif yaitu suatu metode
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir, 1985: 63).
Tujuan dari penelitian deskriptif ini menurut Nazir (2005:54) yaitu untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
primer penulis kutip dari buku-buku yang relevan. Selanjutnya pendekatan data
sekunder.
dikumpulkan pihak lain. Jadi, dalam penelitian ini peneliti tidak langsung
memperoleh data dari sumbernya. Peneliti bertindak sebagai pemakai data (Wasito,
1995: 69). Yang diambil dengan mengutip dokumen-dokumen penting seperti jurnal,
artikel, karya ilmiah orang lain yang dipublikasikan di internet yang berhubungan
topik penelitian.
internet untuk memperoleh beberapa teori yang dibahas. Penulis juga menggunakan
data umum (general reference) yaitu data yang diambil dari kamus istilah bahasa.
Adapun teknik pengumpulan dan analisis data akan penulis jelaskan sebagai
berikut:
mengunakan cara:
a. Dokumentasi;
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
ini penulis juga melakukan kajian dokumentasi, yaitu berupa data-data seperti
Dalam penelitian ini teknik analisa data yang penulis gunakan adalah teknik
analisa deskriptif kualitatif (berupa kata-kata bukan angka). Teknik analisis data
adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis
kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data bermaksud untuk
mengorganisasikan data yang telah diperoleh, baik dari data primer maupun
sekunder.
(1992:15) menjelaskankan bahwa data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan
cara seperti observasi, wawancara, atau intisari rekaman yang kemudian “diproses”
melalui pencatatan, pengetikan atau pengaturan kembali. Teknik analisis data yang
3. Pengolahan data
6
Data yang telah didapatkan penulis akan diolah melalui proses ’editing’, yaitu
penulis akan memeriksa kembali data atau keterangan yang telah terkumpul dalam
record book. Kemudian data dipaparkan dalam bentuk laporan atau narasi.
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konseptualisasi Etika
1. Pengertian Etika
278), disebutkan bahwa Etika adalah Ilmu Pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral). Menurut Verkyuil, Perkataan etika berasal dari kata ethos sehingga muncul
kata-kata etika. Perkataan ethos dapat diartikan sebagai kesusilaan, perasaan batin
atau kecenderungan hati seseorang untuk berbuat kebaikan (Rudolf Pasaribu, 1988:
2). Sedangkan menurut James J. Spillane SJ (dalam Budi Santoso, dkk., 1992: 42,
tingkah laku seseorang terhadap orang lain. Menurut Hamzah Ya’kub (1983: 7)
mendefinikan bahwa etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana
yang buruk dan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui
oleh akal pikiran. Menurut Herman Soewardi (Depdikbud, 1988: 7) etika dapat
dijelaskan dengan membedakan dengan tiga arti, yaitu (1) ilmu tentang apa yang baik
dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) (2) kumpulan asas
8
atau nilai yang berkenaaan dengan akhlak (3) nilai mengenai benar dan salah yang
filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku
pendekatan yang kritis dalam melihat dan menggumuli nilai dan norma moral
dan norma moral tersebut. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku
hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok. Seorang akademisi
dan rohaniwan. Magnis Suseno mengatakan bahwa etika adalah sebuah ilmu dan
bukan sebuah ajaran. Yang memberi kita norma tentang bagaimana kita harus hidup
adalah moralitas. Sedangkan etika justru hanya melakukan refleksi kritis atas norma
atau ajaran moral tersebut atau kita juga bisa mengatakan bahwa moralitas adalah
petunjuk konkret yang siap pakai tentang bagaimana kita harus hidup. Sedangkan
etika adalah perwujudan dan pengejawantahan secara kritis dan rasional ajaran moral
yang siap pakai. Keduanya mempunyai fungsi yang sama, yaitu memberi kita
orientasi bagaimana dan ke mana kita harus melangkah dalam hidup ini. Tetapi
bedanya moralitas langsung mengatakan kepada kita; inilah caranya anda harus
dengan cara itu dan mengapa harus dengan cara itu? (Salam, 1987: 2).
9
kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia
disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat
hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak
yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri
norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23),
sebagai berikut:
1. Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku
manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu
yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa
adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait
tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu
2. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-
norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan
10
hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di
masyarakat.
karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu
normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap
perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup
mempunyai kode etik yang formal dalam organisasi tetapi pengaruh kode etik dalam
11
etik hanya sebagai hiasan saja. Kode etik perusahaan tidak akan efektif jika tidak
didukung dengan norma-norma informal yang berlaku. Bagaimanapun juga kode etik
dan benar-benar dijalankan. Kode etik perusahaan belum bisa mampu membangun
sebuah peusahaan etis. Oleh sebab itu perlu adanya konsep etika yang matang yang
tidak hanya mampu mengurangi kerugian yang berakibatkan perilaku karyawan yang
tidak etis, tetapi juga membuat suatu konsep etika yang mampu membangun budaya
etis organisasial.
Salah satu prinsip dasar dari kode etik perhimpunan Manajer SDM dan
Manajer SDM dapat membantu mendorong budaya etis, artinya lebih dari
utama profesional SDM adalah berhubungan dengan orang, mereka harus membantu
kode etik perusahaan, merencanakan sumber daya manusia yang etis yang mampu
menciptakan nilai tambah ekonomi juga harus berperan sebagai perencanaan strategi
dijalankan.
melalui pemberian hukuman bagi mereka yang sering melanggar etika. Penerapan
yang terlalu kuat pada konsep etika yang berorentasi pada pemenuhan etika tersebut,
mempunyai akibat yang kurang baik pada dampak yang dihasilkan, karena perhatian
meningkatkan mentalitas yamg lebih etis dan bermoral mungkin kurang dapat
pelanggaran etika meskipun tidak mempunyai derajat yang sama dengan konsep etika
Tujuan utama dalam konsep penanaman nilai-nilai etika ini bukan untuk
disosialiasasikan dengan adanya sharing nilai-nilai etika dalam organisasi. Dalam hal
ini setiap anggota organisasi mempunyai status yang sama. Dengan begitu organisasi
membawa komitmen bersama yamg diaplikasikan secara sama pada semua anggota.
Karena karyawan mendapat perhatian atas kontribusinya, maka mereka akan merasa
dan konsultasi etika, serta mendukung konsensus mengenai etika bisnis. Manajemen
manajemen sumber daya manusia. Adanya konsistensi antara kebijakan dan praktek
Sebagai contoh, jika karyawan didorong untuk melaksanakan suatu standar etika
tertentu, tetapi standar tersebut tidak diintegrasikan dalam standar penilaian kinerja,
reward, sistem kompensasi serta sistem manajemen sumber daya manusia lainnya,
Hak-hak yang harus dipenuhi sebagai seorang karyawan agar konsep etika
dapat menghasilkan keputusan yang etis setiap level manajemen sumber daya
manusia adalah :
1. Hak atas pekerjaan, kerja merupakan hak asasi manusia karena dengan hak
akan hidup.
2. Hak atas upah yang adil sehingga tidak ada diskrimanitif dalam pemberian
upah.
3. Hak untuk berserikat dan berkumpul, dapat menjadi media advokasi bagi
pekerja.
5. Hak untuk diproses hukum secara sah, hak untuk diperlakukan sama.
1. Kolusi bentuk penyogokan yang terjadi pada calon karyawan yang ingin naik
2. Lamaran peluang kerja yang mencantumkan agama dan ras suku pada media
massa.
psikologis yang dimiliki secara otoritas oleh bidang HRD dalam proses
berwenang.
permasalahan etika terkait dengan satu diantara tiga pengertian etika dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1988), yaitu nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau bermasyarakat. Perilaku kolusi menyogok jelas sekali merupakan
tindakan jalur pintas demi mencapai tujuannya. Jalan pintas yang dilakukan
sebenarnya tidak akan menjadi masalah jika dilakukan dalam kerangka norma
jalan pintas yang digunakan bertentangan dengan norma kebaikan yang semestinya
tertera dalam kehidupan bermasyarakat. Perjalanan untuk mencapai suatu tujuan yang
16
baik haruslah pula menggunakan cara yang baik. Cara yang baik itu adalah dengan
promosi jabatan itu didapat melalui keringatnya sendiri bukan berdasarkan unsur lain
Problem etika yang kedua berkaitan erat dengan pengertian etika yang lain
(masih dalam pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988) yaitu, ilmu tentang
yang baik dan apa yang buruk. Norma baik yang tertanam dalam masyarakat umum
adalah tidaklah etis ketika pencantuman hal-hal yang bersifat pribadi dicantumkan
dalam media massa yang melibatkan berbagai macam kalangan pihak. Sehingga
ketika pencatuman tersebut dalam hal ini adalah ras agama ditampilkan, maka tentu
kedua hal tersebut tidaklah menjadi hal esensi dalam kompetensi yang dibutuhkan
pengertian kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Dalam kode etik
yang ditetapkan dalam dunia SDM tidak dibenarkan jika pelaksanaan training hanya
dijalankan semata-mata untuk proyek saja. Buat apa menghabiskan banyak uang atau
mendulang banyak uang, namun tujuan sebenarnya dari pelatihan tidaklah didapat.
Jadi, pelatihan hanya formalitas kegiatan saja. Hal itu tentu saja merendahkan
martabat pelatihan itu sendiri. Berkaitan dengan hal itulah menurut kelompok kami,
pengertian kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Tidak etis ketika
sumber data mengenai deskripsi psikologis yang dimiliki oleh seseorang diketahui
tersebut dan tujuan yang jelas kenapa data tersebut dibutuhkan. Selama kedua
pertimbangan tersebut tidak ada, maka tindakan mengetahui hasil data deskripsi
seperti sebelumnya, yaitu kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
Gaji merupakan ranah area pribadi yang secara etis diketahui oleh orang yang
bersangkutan saja dan pihak diatas yang mengelola keuangan penggajian. Suatu hal
pribadi jelas tidak diperkenankan untuk diketahui oleh pihak lain tanpa seizin dari
pihak yang memiliki otoritas. Pemahaman itulah yang menjadi kumpulan dari nilai-
nilai yang terbentuk dalam suatu masyarakat sehingga membentuk perilaku akhlak
Penyebab perilaku tidak etis meliputi tiga aspek yaitu: karyawan memiliki
baik, adanya pengaruh orang lain, keluarga ataupun norma sosial menjadi lebih
menghasilkan perilaku yang tidak dapat diterima, ethical dilemma muncul dikarena
B. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan, yaitu usia 15-65 tahun. Berdasarkan UU No 13. tahun 2003, tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
Tenaga kerja secara umum debedakan menjadi dua, yaitu Tenaga Kerja Jasmani dan
Tenaga Kerja Terlatih adalah tenaga kerja yang memerlukan pelatihan dan
Tenaga Kerja tidak Terdidik dan Terlatih adalah tenaga kerja yang dalam
1. Berdasarkan kemampuan.
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang mendapatkan suatu keahlian
atau kemahiran padasuatu bidang karena sekolah atau pendidikan formal dan
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam
bidang tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian terlatih ini
danlain-lain.
20
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang
hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh tenaga kerja model ini seperti kuli,
buruh angkut, buruh pabrik, pembantu, tukang becak, dan masih banyak lagi
contoh lainnya.
a. Tenaga keja jasmani yaitu tenaga kerja yang mengandalkan fisik atau jasmani
b. Tenaga kerja rohani yaitu tenaga kerja yang memerlukan pikiran untuk
perusahaan.
yang harmonis antara Perusahaan dengan karyawannya adalah syarat utama yang
harus di penuhi.
suatu pedoman tentang Perilaku Etis (Code of Conduct) yang memuat nilai-nilai etika
berusaha. Nilai-nilai yang di anut oleh Perusahaan harus mendukung Visi, Misi,
Tujuan, dan Strategi Perusahaan serta harus di terapkan terlebih dahulu oleh jajaran
kerja yang profesional, jujur, terbuka, peduli, dan tanggap terhadap setiap kegiatan
Maksud dan tujuan Perilaku Etis ini tidak hanya untuk memastikan bahwa
yang terkait, namun memberikan panduan bagi perusahaan atau karyawan dalam
budaya perusahaan.
semata.
berlaku.
perusahaannya.
kariernya.
paguyuban/serikat pekerja.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma
moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup
2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
maupun masyarakat.
keuntungan semata.
perusahaannya.
25
mengembangkan kariernya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Budi Santoso, dkk. Editor, 1992, Nilai-nilai Etis dan Kekuasaan Utopis, Yogyakarta:
Kanisius
http://apmionline.org/apmi/index.php?option=com_content&view=article&id=53&Ite
mid=48, diakses 6 november 2013.
Milles, Matthew B., dan Huberman, A. Michael, 1992, Analisis Data Kualitatif,
Jakarta: UI Press.
Nazir, Moh., 2005, Metode Penelitian, Cet. VI, Bogor: Ghalia Indonesia.
WJS Poerwadarminta, 1986, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka