Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika merupakan cara berpikir mengenai perilaku manusia di bawah pangkal

tolak pandangan baik dan buruk atau benar dan salah dari norma-norma dan nilai-

nilai, pertanggungjawaban dan pilihan. Dalam dunia bisnis etika memiliki peranan

yang sangat penting ketika keuntungan bukan lagi menjadi satu-satunya tujuan

organisasi. Bisnis juga akan menjadi lebih sukses jika mempunyai perhatian pada

etika, karena hal ini akan meningkatkan reputasi organisasi dan meningkatkan

motivasi karyawan serta dapat mengurangi berbagai kerugian akibat perilaku yang

kurang etis yang dilakukan oleh karyawan. Perilaku yang tidak etis seperti minum-

minuman keras, penggunaan obat-obatan terlarang di tempat kerja, penyalahgunaan

email, tidak melaporkan pelanggaran karyawan lain kepada manajemen, serta

berbagai pelanggaraan etika lainnya. Hal ini dapat menjadi sesuatu yang serius

mengingat perilaku yang tidak etis dapat menjurus kearah tindakan kriminal serta

perilaku lain yang merugikan perusahaan, baik finansial maupun nonfinansial.

Banyak sebab yang menjadikan perilaku yang tidak etis yang ditunjukkan

karyawan tersebut muncul. Hal ini terkait pada individu karyawan saja, tetapi juga

menyangkut keseluruhan proses dalam organisasi. Dalam hal ini manajemen sumber

daya manusia mempunyai peran penting untuk menjamin bahwa organisasi bertindak

secara fair dan etis karyawan, klien, serta stakeholder lainnya.


2

Manajemen sumber daya manusia memainkan peran penting dalam

membantu organisasi untuk meningkatkan nilai-nilai etika organisasi. Manajemen

merupakan pendorong organisasi dalam usaha melatih karyawan agar mempunyai

etika bisnis yang sesuai dengan organisasi, sehingga tindakan kurang etis dapat di

cegah. Fungsi manajemen sumber daya manusia adalah melindungi organisasi dari

tindakan yang tidak etis dari karyawan. Manajemen sumber daya manusia juga

bertanggung jawab dalam usaha-usaha organisasi untuk menangani etika perilaku,

dapat mampu menjadi penggerak dalam organisasi dalam menanggani isu-isu etika,

serta bertanggung jawab dalam pengembangan dan pelatihan mengenai pentingnya

peningkatan moral karyawan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang

akan dibahas adalah “ Bagaimana Etika dan hubungan dengan tenaga kerja?”

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Etika dan

hubungan dengan tenaga kerja.

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang akan dilaksanakan dalam penyusunan

makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:
3

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

perkembangan pengetahuan mengenai etika dan hubungan dengan tenaga kerja

dan juga sebagai sarana untuk belajar di dalam menganalisa suatu masalah.

Dan juga sebagai sumbangan pemikiran bagi peneliti yang mau mengambil

tema yang sama.

E. Metodologi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) yang merupakan

penelitian kualitatif, data-data yang didapatkan oleh penulis, kemudian akan

dianalisis dan ditelaah lalu diuraikan dan dipaparkan dalam bentuk laporan yang

bersifat deskriptif.

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002: 136). Dalam Penelitian ini,

penulis memilih metode deskriptif. Pengertian metode deskriptif yaitu suatu metode

dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem

pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir, 1985: 63).

Tujuan dari penelitian deskriptif ini menurut Nazir (2005:54) yaitu untuk membuat

deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Sebagai data


4

primer penulis kutip dari buku-buku yang relevan. Selanjutnya pendekatan data

sekunder.

Data sekunder (secondary reference) adalah informasi yang telah

dikumpulkan pihak lain. Jadi, dalam penelitian ini peneliti tidak langsung

memperoleh data dari sumbernya. Peneliti bertindak sebagai pemakai data (Wasito,

1995: 69). Yang diambil dengan mengutip dokumen-dokumen penting seperti jurnal,

artikel, karya ilmiah orang lain yang dipublikasikan di internet yang berhubungan

topik penelitian.

Disamping penulis kutip dari data sekunder (secondary reference) melalui

internet untuk memperoleh beberapa teori yang dibahas. Penulis juga menggunakan

data umum (general reference) yaitu data yang diambil dari kamus istilah bahasa.

Adapun teknik pengumpulan dan analisis data akan penulis jelaskan sebagai

berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan

mengunakan cara:

a. Dokumentasi;

Menurut Arikunto (2006: 231) memaparkan bahwa dokumentasi yaitu

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,

buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan

sebagainya. Untuk mendukung validitas data atau informasi, dalam penelitian


5

ini penulis juga melakukan kajian dokumentasi, yaitu berupa data-data seperti

jurnal-jurnal yang dibukukan untuk menganalisa persoalan yang dibahas.

2. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini teknik analisa data yang penulis gunakan adalah teknik

analisa deskriptif kualitatif (berupa kata-kata bukan angka). Teknik analisis data

adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan

satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis

kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data bermaksud untuk

mengorganisasikan data yang telah diperoleh, baik dari data primer maupun

sekunder.

Menurut Arikunto (2002: 103) mengemukakan bahwa analisis data ialah

mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan

mengkategorikannya. Sedangkan analisis kualitatif menurut Miles dan Huberman

(1992:15) menjelaskankan bahwa data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan

rangkaian angka-angka. Data tersebut mungkin telah dikumpulkan dalam berbagai

cara seperti observasi, wawancara, atau intisari rekaman yang kemudian “diproses”

melalui pencatatan, pengetikan atau pengaturan kembali. Teknik analisis data yang

digunakan adalah analisis kualitatif. Analisis Kualitatif digunakan untuk

mendiskriptifkan atau memberikan gambaran secara mendalam dan menyeluruh, Sifat

analisisnya lebih ditekankan pada makna dari variabel yang diteliti.

3. Pengolahan data
6

Data yang telah didapatkan penulis akan diolah melalui proses ’editing’, yaitu

penulis akan memeriksa kembali data atau keterangan yang telah terkumpul dalam

record book. Kemudian data dipaparkan dalam bentuk laporan atau narasi.
7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konseptualisasi Etika

1. Pengertian Etika

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, (WJS Poerwadarminta, 1986:

278), disebutkan bahwa Etika adalah Ilmu Pengetahuan tentang asas-asas akhlak

(moral). Menurut Verkyuil, Perkataan etika berasal dari kata ethos sehingga muncul

kata-kata etika. Perkataan ethos dapat diartikan sebagai kesusilaan, perasaan batin

atau kecenderungan hati seseorang untuk berbuat kebaikan (Rudolf Pasaribu, 1988:

2). Sedangkan menurut James J. Spillane SJ (dalam Budi Santoso, dkk., 1992: 42,

lihat pula Soegarda Poerbakawatja, 1976: 82), memaparkan bahwa etika

memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam pengambilan

keputusan moral. Etika mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi

individual dengan objektivitas untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan

tingkah laku seseorang terhadap orang lain. Menurut Hamzah Ya’kub (1983: 7)

mendefinikan bahwa etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana

yang buruk dan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui

oleh akal pikiran. Menurut Herman Soewardi (Depdikbud, 1988: 7) etika dapat

dijelaskan dengan membedakan dengan tiga arti, yaitu (1) ilmu tentang apa yang baik

dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) (2) kumpulan asas
8

atau nilai yang berkenaaan dengan akhlak (3) nilai mengenai benar dan salah yang

dianut suatu golongan atau masyarakat.

Burhanuddin Salam (1987:1), menjelaskan bahwa etika adalah sebuah cabang

filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku

manusia dalam hidupnya. Sebagai cabang filsafat, etika sangat menekankan

pendekatan yang kritis dalam melihat dan menggumuli nilai dan norma moral

tersebut serta permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kaitannya dengan nilai

dan norma moral tersebut. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai

nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku

hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok. Seorang akademisi

dan rohaniwan. Magnis Suseno mengatakan bahwa etika adalah sebuah ilmu dan

bukan sebuah ajaran. Yang memberi kita norma tentang bagaimana kita harus hidup

adalah moralitas. Sedangkan etika justru hanya melakukan refleksi kritis atas norma

atau ajaran moral tersebut atau kita juga bisa mengatakan bahwa moralitas adalah

petunjuk konkret yang siap pakai tentang bagaimana kita harus hidup. Sedangkan

etika adalah perwujudan dan pengejawantahan secara kritis dan rasional ajaran moral

yang siap pakai. Keduanya mempunyai fungsi yang sama, yaitu memberi kita

orientasi bagaimana dan ke mana kita harus melangkah dalam hidup ini. Tetapi

bedanya moralitas langsung mengatakan kepada kita; inilah caranya anda harus

melangkah. Sedangkan etika harus mempersoalkan; apakah saya harus melangkah

dengan cara itu dan mengapa harus dengan cara itu? (Salam, 1987: 2).
9

Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan

kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia

disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat

hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak

yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri

sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-

norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23),

sebagai berikut:

1. Etika Deskriptif

Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku

manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu

yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa

adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait

dengan situasi dan realitas yang membudaya.

Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau

tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu

memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.

2. Etika Normatif

Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya

dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan

tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-

norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan
10

hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di

masyarakat.

Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat

diklasifikasikan menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:

 Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus

membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.

 Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan

baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.

 Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma,

karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu

yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.

 Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat

normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap

perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup

informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat

informatif, direktif dan reflektif.

2. Konsep Etika Bukan Sekedar Kode Etik

Kode etik menetapkan aturan kehidupan organisasi, termasuk tanggung-jawab

professional, pengembangan professional, kepemimpinan yang etis, kejujuran dan

keadilan, konflik kepentingan, dan megunakan informasi. Banyak organisasi yang

mempunyai kode etik yang formal dalam organisasi tetapi pengaruh kode etik dalam
11

perilaku anggotanya perlu dipertanyakan. Banyak anggota yang menganggap kode

etik hanya sebagai hiasan saja. Kode etik perusahaan tidak akan efektif jika tidak

didukung dengan norma-norma informal yang berlaku. Bagaimanapun juga kode etik

harus sesuai dengan norma-norma dalam organisasi, disebarluaskan kepada karyawan

dan benar-benar dijalankan. Kode etik perusahaan belum bisa mampu membangun

sebuah peusahaan etis. Oleh sebab itu perlu adanya konsep etika yang matang yang

tidak hanya mampu mengurangi kerugian yang berakibatkan perilaku karyawan yang

tidak etis, tetapi juga membuat suatu konsep etika yang mampu membangun budaya

etis organisasial.

Salah satu prinsip dasar dari kode etik perhimpunan Manajer SDM dan

Standar Profesional dalam MSDM ditetapkan bahwa ” Sebagai Profesional SDM,

mempunyai tanggung-jawab untuk memberikan nilai tambah pada organisasi yang

dilayani dan memberikan kontribusi bagi keberhasilan etika organisasi”.

Manajer SDM dapat membantu mendorong budaya etis, artinya lebih dari

sekedar menggantung poster kode etik di dinding. Sebaliknya, karena pekerjaan

utama profesional SDM adalah berhubungan dengan orang, mereka harus membantu

untuk mempraktekkan etika ke dalam budaya perusahaan. Mereka perlu membantu

membangun lingkungan di mana karyawan bekerja di seluruh organisasi untuk

mengurangi penyimpangan etika.


12

3. Perencanaan Strategi Konsep Etika

Manajemen sumber daya manusia tidak hanya berperan sebagai penyusunan

kode etik perusahaan, merencanakan sumber daya manusia yang etis yang mampu

menciptakan nilai tambah ekonomi juga harus berperan sebagai perencanaan strategi

konsep etika. langkah-langkahnya:

1. Menentukan standar etika yang ingin ditanamkan.

2. Mengindentifikasi faktor-faktor etis kritikal yang dapat digunakan dalam

mendorongnya konsep etika perusahaan.

3. Mengindentifikasi kemampuan, prosedur, kompetensi yang diperlukan.

4. Mengintegrasikan konsep etika dalam strategi bisnis yang dilakukan.

5. Mengembangkan langkah-langkah konkret yang dapat digunakan dalam

mengimplementasikan, mengawasi dan mengevaluasi konsep etika yang

dijalankan.

4. Implementasi Konsep Etika Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia, konsep etika dapat diimplementasikan

dalam bentuk pengawasan organisasional yang didasarkan pada sosialisasi aturan-

aturan, memonitor perilaku dan disilpin karyawan, serta mempengaruhi perilaku

melalui pemberian hukuman bagi mereka yang sering melanggar etika. Penerapan

yang terlalu kuat pada konsep etika yang berorentasi pada pemenuhan etika tersebut,

mempunyai akibat yang kurang baik pada dampak yang dihasilkan, karena perhatian

karyawan akan tertumpu pada usaha-usaha untuk menghindari hukuman saja.


13

Dengan demikian, hanya akan tercipta atmosfir dimana karyawan berusaha

untuk tidak tekena hukuman, sedangkan keinginan ataupun cita-cita untuk

meningkatkan mentalitas yamg lebih etis dan bermoral mungkin kurang dapat

diwujudkan. Pemenuhan etika secara umum dapat membantu mengurangi

pelanggaran etika meskipun tidak mempunyai derajat yang sama dengan konsep etika

yang berorentasi pada penanaman nilai-nilai etika.

Tujuan utama dalam konsep penanaman nilai-nilai etika ini bukan untuk

kedisiplinan, tetapi lebih pada usaha-usaha untuk meningkatkan kepedulian karyawan

terhadap perkembangan nilai-nilai etika yang lebih berarti. Tujuan tersebut

disosialiasasikan dengan adanya sharing nilai-nilai etika dalam organisasi. Dalam hal

ini setiap anggota organisasi mempunyai status yang sama. Dengan begitu organisasi

membawa komitmen bersama yamg diaplikasikan secara sama pada semua anggota.

Karena karyawan mendapat perhatian atas kontribusinya, maka mereka akan merasa

bangga dengan nilai-nilai etika dalam organisasi.

Konsep penanaman nilai-nilai etika lebih menekankan pada aktivitas-aktivitas

yang membantu karyawan dalam pembuatan keputusan, menyediakan nasihat-nasihat

dan konsultasi etika, serta mendukung konsensus mengenai etika bisnis. Manajemen

sumber daya manusia mempunyai peranan penting dalam menjaga keseimbangan

antara penanaman nilai-nilai etika dan pemenuhan etika tersebut.

Implementasi konsep etika harus mampu diintegrasikan dalam setiap aktivitas

manajemen sumber daya manusia. Adanya konsistensi antara kebijakan dan praktek

diharapkan dapat menghindari persepsi yang ambigu yang diterima karyawan.


14

Sebagai contoh, jika karyawan didorong untuk melaksanakan suatu standar etika

tertentu, tetapi standar tersebut tidak diintegrasikan dalam standar penilaian kinerja,

reward, sistem kompensasi serta sistem manajemen sumber daya manusia lainnya,

maka akan menimbulkan perasaan ketidakadilan bagi karyawan. Dengan

mengintegrasikan program etika ke dalam fungsi-fungsi organisasional diharapkan

akan menjadikan pelaksanaan konsep etika menjadi lebih efektif.

Hak-hak yang harus dipenuhi sebagai seorang karyawan agar konsep etika

dapat menghasilkan keputusan yang etis setiap level manajemen sumber daya

manusia adalah :

1. Hak atas pekerjaan, kerja merupakan hak asasi manusia karena dengan hak

akan hidup.

2. Hak atas upah yang adil sehingga tidak ada diskrimanitif dalam pemberian

upah.

3. Hak untuk berserikat dan berkumpul, dapat menjadi media advokasi bagi

pekerja.

4. Hak untuk perlindungan keamanan dan kesehatan.

5. Hak untuk diproses hukum secara sah, hak untuk diperlakukan sama.

6. Hak atas rahasia pribadi.

7. Hak atas kebebasan suara hati.

Walaupun hak-hak para pekerja telah di penuhi kadang terjadi suatu

permasalahan-permasalahan yang di alami oleh para pekerja yaitu


15

1. Kolusi bentuk penyogokan yang terjadi pada calon karyawan yang ingin naik

jabatan (promosi jabatan).

2. Lamaran peluang kerja yang mencantumkan agama dan ras suku pada media

massa.

3. Pelatihan-pelatihan (training) yang dilakukan hanya berdasarkan untuk

mendapatkan proyek tender saja. Jadi pelatihan dilaksanakan tidak

berdasarkan kebutuhan yang ada.

4. Pemberian hasil penilaian psikologis (ex: psikotest) kepada seseorang yang

berada di luar bidang yang berwenang. Contohnya, pemberian hasil penilaian

psikologis yang dimiliki secara otoritas oleh bidang HRD dalam proses

kegiatan rekrutmen kepada di luar bidang HRD.

5. Pemberitahuan besaran nominal jumlah gaji kepada pihak yang tidak

berwenang.

Penjelasan dari permasalahan diatas, problem pertama termasuk dalam

permasalahan etika terkait dengan satu diantara tiga pengertian etika dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (1988), yaitu nilai mengenai benar dan salah yang dianut

suatu golongan atau bermasyarakat. Perilaku kolusi menyogok jelas sekali merupakan

tindakan jalur pintas demi mencapai tujuannya. Jalan pintas yang dilakukan

sebenarnya tidak akan menjadi masalah jika dilakukan dalam kerangka norma

kebaikan yang dapat diterima oleh masyarakat. Namun, permasalahannya adalah

jalan pintas yang digunakan bertentangan dengan norma kebaikan yang semestinya

tertera dalam kehidupan bermasyarakat. Perjalanan untuk mencapai suatu tujuan yang
16

baik haruslah pula menggunakan cara yang baik. Cara yang baik itu adalah dengan

memberikan usaha yang optimal melalui kemampuan dirinya sendiri. Sehingga,

promosi jabatan itu didapat melalui keringatnya sendiri bukan berdasarkan unsur lain

yang menyalahi noma kebaikan yang berlaku.

Problem etika yang kedua berkaitan erat dengan pengertian etika yang lain

(masih dalam pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988) yaitu, ilmu tentang

yang baik dan apa yang buruk. Norma baik yang tertanam dalam masyarakat umum

adalah tidaklah etis ketika pencantuman hal-hal yang bersifat pribadi dicantumkan

dalam media massa yang melibatkan berbagai macam kalangan pihak. Sehingga

ketika pencatuman tersebut dalam hal ini adalah ras agama ditampilkan, maka tentu

menimbulkan ketidaksukaan masyarakat akan hal tersebut. Lagi pula pencantuman

kedua hal tersebut tidaklah menjadi hal esensi dalam kompetensi yang dibutuhkan

dalam suatu pekerjaan..

Permasalahan ketiga juga termasuk permasalahan etika dalam kategori

pengertian kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Dalam kode etik

yang ditetapkan dalam dunia SDM tidak dibenarkan jika pelaksanaan training hanya

dijalankan semata-mata untuk proyek saja. Buat apa menghabiskan banyak uang atau

mendulang banyak uang, namun tujuan sebenarnya dari pelatihan tidaklah didapat.

Jadi, pelatihan hanya formalitas kegiatan saja. Hal itu tentu saja merendahkan

martabat pelatihan itu sendiri. Berkaitan dengan hal itulah menurut kelompok kami,

kode etik itu ditetapkan.


17

Permasalahan keempat ini juga termasuk dalam etika dalam kategori

pengertian kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Tidak etis ketika

sumber data mengenai deskripsi psikologis yang dimiliki oleh seseorang diketahui

oleh banyak pihak. Pengetahuan akan deskripsi psikologis tersebut haruslah

mempertimbangkan izin dari orang bersangkutan yang memiliki deskripsi psikologis

tersebut dan tujuan yang jelas kenapa data tersebut dibutuhkan. Selama kedua

pertimbangan tersebut tidak ada, maka tindakan mengetahui hasil data deskripsi

psikologis tersebut tidak dibenarkan (tidak etis).

Problem kelima merupakan permasalahan etika dalam pengertian yang sama

seperti sebelumnya, yaitu kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

Gaji merupakan ranah area pribadi yang secara etis diketahui oleh orang yang

bersangkutan saja dan pihak diatas yang mengelola keuangan penggajian. Suatu hal

pribadi jelas tidak diperkenankan untuk diketahui oleh pihak lain tanpa seizin dari

pihak yang memiliki otoritas. Pemahaman itulah yang menjadi kumpulan dari nilai-

nilai yang terbentuk dalam suatu masyarakat sehingga membentuk perilaku akhlak

seperti apa yang seharusnya dilakukan.

Cara yang dilakukan oleh manajemen untuk menyelesaikan permasalahan

diatas dengan cara menciptakan hubungan kerja yang sukses diantaranya:

1. Membentuk komite karyawan dan manajemen.

2. Membuat buku pegangan karyawan.

3. Sistem pengupahan yang profesional.


18

4. Menciptakan suasana kerja yang kondunsif

5. Menampung keluhan, saran, kritik karyawan.

5. Sebab Perilaku Yang Tidak Etis

Penyebab perilaku tidak etis meliputi tiga aspek yaitu: karyawan memiliki

kemampuan kognitif yang rendah menyebabkan tingkat penerimaan yang kurang

baik, adanya pengaruh orang lain, keluarga ataupun norma sosial menjadi lebih

menentukan dalam mempengaruhi perilaku karyawan, adanya ethical dilemma yaitu

situasi yang menyebabkan adanya pilihan-pilihan yang muncul yang berpotensi

menghasilkan perilaku yang tidak dapat diterima, ethical dilemma muncul dikarena

adanya ketidaksesuaian antara personel, organisasional dan profesional.

B. Tenaga Kerja

1. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan

pekerjaan, yaitu usia 15-65 tahun. Berdasarkan UU No 13. tahun 2003, tenaga kerja

adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

dan jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

Tenaga kerja secara umum debedakan menjadi dua, yaitu Tenaga Kerja Jasmani dan

Tenaga Kerja Rohani.

Tenaga kerja Jasmani terdiri dari :


19

 Tenaga Kerja Terdidik adalah tenaga kerja yang memerlukan jenjang

pendidikan yang tinggi. Misalnya dokter, guru, insinyur dsb.

 Tenaga Kerja Terlatih adalah tenaga kerja yang memerlukan pelatihan dan

pengalaman. Misalnya sopir, montir dsb.

Tenaga Kerja tidak Terdidik dan Terlatih adalah tenaga kerja yang dalam

pekerjaannya tidak memerlukan pendidikan ataupun pelatihan terlebih dahulu.

Misalnya tukag sapu, tukang sampah dsb.

2. Penggolongan Tenaga Kerja

1. Berdasarkan kemampuan.

a. Tenaga kerja terdidik/ tenaga ahli/tenaga mahir

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang mendapatkan suatu keahlian

atau kemahiran padasuatu bidang karena sekolah atau pendidikan formal dan

non formal. Contohnya seperti sarjana ekonomi, insinyur, sarjana muda,

doktor, master, dan lain sebagainya.

b. Tenaga kerja terlatih.

Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam

bidang tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian terlatih ini

tidak memerlukan pendidikan karena yang dibutuhkan adalah latihan dan

melakukannya berulang-ulang sampai bisa dan menguasai pekerjaan tersebut.

Contohnya adalah supir, pelayan toko, tukang masak, montir, pelukis,

danlain-lain.
20

c. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih.

Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang

hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh tenaga kerja model ini seperti kuli,

buruh angkut, buruh pabrik, pembantu, tukang becak, dan masih banyak lagi

contoh lainnya.

2. Penggolongan tenaga kerja menurut sifatnya dibedakan menjadi:

a. Tenaga keja jasmani yaitu tenaga kerja yang mengandalkan fisik atau jasmani

dalam proses produksi

b. Tenaga kerja rohani yaitu tenaga kerja yang memerlukan pikiran untuk

melakukan dalam proses produksi

3. Penggolongan tenaga kerja menurut fungsi pokok dalam perusahaan.

a. Tenaga kerja bagian produksi.

b. Tenaga kerja bagian pemasaran.

c. Tenaga kerja bagian umum dan administrasi

4. Penggolongan tenaga kerja menurut hubungan dengan produk

a. Tenaga kerja langsung

b. Tenaga kerja tidak langsung

5. Penggolongan tenaga kerja menurut kegiatan departemen-departemen dalam

perusahaan.

a. Tenaga kerja departemen produksi.

b. Tenaga kerja departemen non produksi


21

6. Penggolongan tenaga kerja menurut jenis pekerjaannya.

a. Tenaga kerja bagian pabrik

b. Tenaga kerja bagian kantor

c. Tenaga kerja bagian lapangan

3. Hubungan Etika Dengan Tenaga Kerja

Bahwa untuk mencapai tujuan Perusahaan sehingga Perusahaan dapat

menjalankan kegiatan opersionalnya dengan baik dan lancar, mampu meraih

keuntungan dan berkembang di masa depan, maka terciptanya hubungan kerjasama

yang harmonis antara Perusahaan dengan karyawannya adalah syarat utama yang

harus di penuhi.

Untuk menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis, Direksi menetapkan

suatu pedoman tentang Perilaku Etis (Code of Conduct) yang memuat nilai-nilai etika

berusaha. Nilai-nilai yang di anut oleh Perusahaan harus mendukung Visi, Misi,

Tujuan, dan Strategi Perusahaan serta harus di terapkan terlebih dahulu oleh jajaran

pimpinan Perusahaan untuk selanjutnya meresap ke dalam jajaran Perusahaan.

Budaya kerja perlu di bangun untuk menjaga berlangsungnya lingkungan

kerja yang profesional, jujur, terbuka, peduli, dan tanggap terhadap setiap kegiatan

Perusahaan serta kepentingan pihak stakeholders. Selain itu, budaya kerja di

kembangkan untuk memotivasi karyawan dalam bekerja.

Pada hakekatnya Perilaku Etis berisi tentang keharusan yang wajib

dilaksanakan dan larangan yang harus dihindari sebagai penjabaran pelaksanaan


22

prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yaitu : Transparansi,

Akuntabilitas, Responsibilitas (Pertanggungjawaban), Independensi (Kemandirian),

dan Fairness (Kewajaran).

Maksud dan tujuan Perilaku Etis ini tidak hanya untuk memastikan bahwa

perusahaaan telah mematuhi semua peraturan perusahaan dan perundang-undangan

yang terkait, namun memberikan panduan bagi perusahaan atau karyawan dalam

melakukan interaksi berdasarkan nilai-nilai moral yang merupakan bagian dari

budaya perusahaan.

Etika dan Hubungan dengan Tenaga Kerja ialah sebagai berikut:

1. Tidak melakukan eksploitasi atas tenaga kerja/pekerja demi mengejar keuntungan

semata.

2. Memperlakukan pekerja/karyawan sebagai asset perusahaan yang berharga, bukan

hanya sekedar komoditi dan pelengkap semata.

3. Melakukan pembayaran upah pekerja/karyawan, tunjangan-tunjangan kesejahteraan

dan menyediakan fasilitas kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang

berlaku.

4. Tidak melakukan diskriminasi atau perbedaan berdasarkan SARA kepada

pekerja/karyawan, baik dalam rangka penerimaan maupun penempatan di

perusahaannya.

5. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pekerja/karyawan untuk

menunjukkan kemampuannya dan meningkatkan keterampilannya.


23

6. Melakukan penilaian secara objektif (adil) dan menghilangkan sentimen pribadi

dalam rangka evaluasi atas hasil pekerjaan pekerja/karyawan untuk mengembangkan

kariernya.

7. Tidak berusaha menghalang-halangi pekerja/karyawan untuk membentuk wadah

paguyuban/serikat pekerja.

8. Taat dan tunduk pada Undang-undang Tenaga Kerja dan peraturan-peraturan

ketenagakerjaan yang berlaku di wilayah Republik Indonesia.


24

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma

moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup

manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok.

2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun masyarakat.

3. Etika dan Hubungan dengan Tenaga Kerja ialah sebagai berikut:

 Tidak melakukan eksploitasi atas tenaga kerja/pekerja demi mengejar

keuntungan semata.

 Memperlakukan pekerja/karyawan sebagai asset perusahaan yang berharga,

bukan hanya sekedar komoditi dan pelengkap semata.

 Melakukan pembayaran upah pekerja/karyawan, tunjangan-tunjangan

kesejahteraan dan menyediakan fasilitas kerja sesuai dengan peraturan

ketenagakerjaan yang berlaku.

 Tidak melakukan diskriminasi atau perbedaan berdasarkan SARA kepada

pekerja/karyawan, baik dalam rangka penerimaan maupun penempatan di

perusahaannya.
25

 Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pekerja/karyawan untuk

menunjukkan kemampuannya dan meningkatkan keterampilannya.

 Melakukan penilaian secara objektif (adil) dan menghilangkan sentimen

pribadi dalam rangka evaluasi atas hasil pekerjaan pekerja/karyawan untuk

mengembangkan kariernya.

 Tidak berusaha menghalang-halangi pekerja/karyawan untuk membentuk

wadah paguyuban/serikat pekerja.

 Taat dan tunduk pada Undang-undang Tenaga Kerja dan peraturan-peraturan

ketenagakerjaan yang berlaku di wilayah Republik Indonesia.


26

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi


Revisi V, Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi


Revisi IV, Cet. XIII, Jakarta: Rineka Cipta

Budi Santoso, dkk. Editor, 1992, Nilai-nilai Etis dan Kekuasaan Utopis, Yogyakarta:
Kanisius

Depdikbud, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Depdikbud

Hamzah Ya’kub, 1983, Etika Islam, Bandung: Diponegoro

http://apmionline.org/apmi/index.php?option=com_content&view=article&id=53&Ite
mid=48, diakses 6 november 2013.

Milles, Matthew B., dan Huberman, A. Michael, 1992, Analisis Data Kualitatif,
Jakarta: UI Press.

Nasir, M., 1985, Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indah.

Nazir, Moh., 2005, Metode Penelitian, Cet. VI, Bogor: Ghalia Indonesia.

Rudolf Pasaribu, 1988, Teori Etika Praktis, Medan: Pieter

Salam, Burhanudin., Etika Sosial:Asas Moral dalam Kehidupan Manusia, Jakarta:


Rineka Cipta, 1997).

Soegarda Poerbakawatja, 1976, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung.

Wasito, Hermawan, 1995, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.

WJS Poerwadarminta, 1986, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai