HASMIANA
530024905
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
Daftar Isi………………………………………………………………………………… ii
BAB I
Pendahuluan...................................................................................................................... 1
Permasalahan..................................................................................................................... 2
BAB II
Definisi.............................................................................................................................. 3
Klasifikasi.......................................................................................................................... 3
Karakteristik....................................................................................................................... 4
Alasan Seseorang Bergabung Dalam Kelompok............................................................. 5
Fase Pembentukan Kelompok.......................................................................................... 6
Masalah Dinamika Kelompok.......................................................................................... 6
Perbedaan Kelompok dan Tim Dalam Konteks Pekerjaan.............................................. 8
Jenis-Jenis Tim................................................................................................................. 9
BAB III
Kesimpulan........................................................................................................................ 13
Saran.................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTATA…………………………………………………………………… 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Kerja sama biasanya dilakukan atas dasar tujuan yang sama, yaitu tujuan yang hendak
dicapai. Dalam suatu organisasi sangat diperlukan adanya suatu kerja sama kelompok (team
work), karena semua penggerak suatu organisasi adalah manusia, bukan mesin, computer
atau yang lainnya. Dan secara psikologis, manusia terbagi dalam tiga sifat, yaitu manusia
sebagai insan individual, manusia sebagai insan sosial dan manusia sebagai insan
berketuhanan. Sebagai insan individual, manusia memiliki harga diri, mempunyai sifat mau
menang sendiri, egois, dan lain-lain. Sebagai insan berketuhanan, manusia diharapkan untuk
taat beribadah, mengikuti ajaranNya dan menjauhi laranganNya, dan lain-lain. Sebagai insan
sosial, manusia dituntut untuk mampu berinteraksi, membangun persahabatan, kerja sama,
saling menghargai, baik di dalam keluarga, di tempat kerja maupun di lingkungan tempat
tinggalnya. .
Dalam suatu organisasi atau perusahaan, biasanya terdiri atas beberapa bagian atau unit
kerja, dimana masing-masing bagian atau unit kerja tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling
berkaitan satu sama lain. Sedangkan yang menggerakkan aktivitas di seluruh bagian atau unit
kerja adalah sumber daya manusia. Sehingga diperlukan pemahaman yang utuh dari sumber
daya manusia yang ada tentang hakekat organisasi atau perusahaan, supaya bisa tercipta suatu
kerja sama tim atau team work yang baik yang bisa meningkatkan produktivitas kerja dan
kinerja organisasi atau perusahaan.
Kerja sama dalam suatu tim merupakan keunggulan kompetitif yang tertinggi dalam
suatu organisasi atau perusahaan. Bahkan ada yang menggambarkan kekuatan suatu tim
sebagai berikut : “ Jika kamu dapat membuat semua orang di suatu organisasi menuju ke arah
yang sama, kamu dapat menguasai industri apapun, di pasar manapun, menghadapi
persaingan seperti apa dan kapanpun “. Membangun suatu tim yang kuat sangat
dimungkinkan dan sebenarnya sederhana, tetapi memang sulit untuk diwujudkan. Karena
kerja sama tim atau kelompok merupakan cara untuk menguasai beberapa perilaku anggota
atau orang-orang dalam suatu organisasi yang tidak sama, yang secara teoritis tidak rumit,
tetapi sangat sulit diterapkan dalam kenyataan sehari-harinya. Kerja sama tim atau kelompok
1
yang baik akan tercipta jika setiap anggota tim atau kelompok memiliki komitmen yang
sama. Oleh karena itu dalam melakukan kerja sama tim atau kelompok lebih banyak
membutuhkan keberanian, ketekunan dan kedisiplinan.
Setiap individu dalam kehidupannya memiliki kepentingan dan tujuan. Sebagai mahluk
sosial, satu individu tentu memerlukan individu lainnya. beberapa individu yng mempunyai
kepentingan dan tujuan yang sama, maka dibentuklah kelompok. Dengan membentuk
kelompok, maka diharapkan akan semakin mudah untuk mencapai kepentingan dan tujuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka para anggota organisasi diminta melakukan tugas-tugas
tertentu, sebagai hasilnya para anggota organisasi akan membentuk kelompok sesuai dengan
tugasnya tersebut
B. PERMASALAHAN
1. Bagaimana membangun kerja sama tim ( Tim Kerja) atau kelompok yang baik ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
1. Kelompok
Kelompok adalah suatu kolektif yang terdiri atas berbagai organisme dimana
eksistensi semua anggota sangat penting untuk memuaskan berbagai kebutuhan individu.
Artinya, kelompok merupakan suatu alat untuk mendapatkan berbagai kebutuhan individu.
Individu menjadi milik kelompok karena mereka mendapatkan berbagai kepuasan sebaik
mungkin melalui organisasi yang tidak dengan mudah mereka dapatkan melalui cara
lainnya (Cartwright & Zander, 1971: 20).
Dari tiga pengertian di atas, maka dapat saya simpulkan bahwa pengertian kelompok
tidak terlepas dari unsur-unsur berupa keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan
interaksi dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Namun ini
tidak berlaku bagi sekumpulan individu yang tidak memenuhi unsur-unsur di atas, maka
belumlah dikatakan sebagai kelompok misalnya penonton sepakbola yang menjadi
sekumpulan individu namun mereka tidak saling mengenal dan tidak melakukan interaksi.
2. Tim Kerja
Tim kerja (work group) adalah kelompok yang berinteraksi utamanya untuk saling
berbagi informasi untuk membuat keputusan guna membantu satu sama lain dalam hal
wilayah kewenangannya masing-masing.
Kelompok kerja tidak memiliki kebutuhan ataupun kesempatan guna terlibat di dalam
kerja kolektif yang memerlukan upaya gabungan. Akibatnya, kinerja mereka sekadar totalitas
kontribusi dari seluruh individu anggota kelompok. Tidak ada sinergi positif yang
3
menciptakan tingkat kinerja keseluruhan yang lebih besar ketimbang totalitas input yang
mereka berikan.
Sementara itu, Tim Kerja mengembangkan sinergi positif melalui upaya yang
terkoordinasi. Upaya individual mereka menghasilkan suatu tingkat kinerja yang lebih besar
ketimbang totalitas input para individunya.
B. KLASIFIKASI
Kelompok formal adalah sub unit sah dari organisasi yang telah ditetapkan oleh
anggaran dasar atau suatu ketetapan management. Jadi kelompok ini sengaja dibentuk untuk
memenuhi tugas yang nyata guna mendukung tugas organisasi.
C. KARAKTERISTIK
4
3. Pembentukan dan penegasan strukutr (organisasi) kelompok yang jelas dan terdiri atas
peranan-peranan dan kedudukan hierarkis yang lambat laun berkembang dengan
sendirinya dalam usaha pencapaian tujuan. Terjadi pembatasan yang jelas antara usaha-
usaha dan orang yang termasuk ingroup serta usaha-usaha dan orang outgroup.
4. Terjadinya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota
kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasikan
tujuan kelompok. Norma-norma dan pedoman tingkah laku ini sebagaiman juga struktur
pembagian tugas anggotanya merupakan norma dan struktur yang khas bagi kelompoknya
itu.
Ada sejumlah alasan mengapa seseorang mau bergabung dalam kelompok, diantaranya :
a) Rasa aman.
Dengan bergabung dalam kelompok seseorang mengharap akan merasa aman karena
tidak sendirian lagi dalam menggapai harapan. Dengan adanya rasa aman ini maka
orang akan dapat lebih aktif dan kreatif dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu, baik
tujuan individu maupun tujuan kelompoknya.
b) Status dan harga diri.
Seseorang bergabung dalam kelompok untuk meningkatkan status atau harga dirinya.
Dengan bergabung dalam kelompok tersebut maka anggota-anggotanya akan merasa
harga diri dan statusnya menjadi semakin tinggi di masyarakat meskipun belum tentu
masyarakat menilainya seperti itu.
c) Interaksi dan afiliasi.
Seseorang bergabung dalam kelompok untuk memenuhi salah satu kebutuhan
manusia yang paling mendasar yaitu sosialisasi dan afiliasi. Manusia tidak akan
merasa nyaman jika hidup sendirian, walaupun kebutuhan yang lain terpenuhi.
Manusia membutuhkan teman untuk berbicara, berdiskusi, berbagi baik kebahagiaan
maupun penderitaan. Manusia butuh teman untuk didengar pendapat, harapan dan
cita-citanya.
d) Kekuatan.
Dengan bergabung dalam kelompok maka seseorang akan merasa memiliki kekuatan
untuk meraih impian dan harapannya. Karena tidak sendirian lagi maka ia akan
5
merasa kuat. Ia bisa berbagi, bisa meminta pendapat, nasihat, bahkan meminta tolong
kepada anggota yang lain.
e) Pencapaian tujuan.
Dengan bergabung dalam kelompok, tujuan akan lebih mudah dicapai dibanding bila
sendirian. Dengan bekerjasama, gotong royong, saling membantu, saling mendukung,
saling menguatkan, tentu tujuan akan lebih mudah diraih dibanding bila dengan
berfikir, bersikap dan berbuat sendiri.
f) Kekuasaan.
Dengan bergabung dalam kelompok maka seseorang berkesempatan untuk
mempengaruhi orang lain. Kelompok memberi kekuasaan tanpa wewenang formal
dari organisasi. Bagi orang yang memilik kebutuhan akan kekuasaan, kelompok
merupakan wadah untuk pemenuhannya.
A. Dinamika kelompok
adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki
hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung
dalam situasi yang dialami.
6
Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan
bersama.
7
Konflik
Perbedaan kepentingan dan harapan – harapan yang ada di dalam kelompok boleh jadi
tidak dapat di hindari. Hal ini dapat berpotensi menjadi konflik yang akan menghambat
tercapainya sasaran.
8
Kepemimpina Berbagi atau Solo
n dirotasi
H . JENIS-JENIS TIM
Tim dapat diklasifikasikan berdasar tujuannya. Terdapat 4 bentuk umum dari tim yang
biasa kita temukan sehari-hari yaitu : Tim Problem-Solving, Tim Self-Managed Work,
TimCross-Functional, dan Tim Virtual.
TIM PROBLEM-SOLVING – Kata tim mulai populer sejak 1980-an. Bentuk tim awalnya
serupa satu sama lain. Mereka umumnya terdiri atas 4 hingga 12 pekerja yang
dibayar per jam dari departemen yang sama yang saling bertemu sekian jam setiap minggu
untuk membahas peningkatan kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. Tim seperti ini disebut
Tim Problem-Solving.
9
Dalam tim jenis ini, para anggota saling berbagi gagasan dan menawarkan saran
seputar proses dan metode kerja seperti apa yang perlu dilakukan agar produktivitas dapat
ditingkatkan. Jarangkali tim-tim ini diberikan otoritas untuk secara unilateral (sendirinya)
menerapkan saran mereka ke dalam tindakan. Satu hal yang dikenal sebagai bentuk
TimProblem-Solving adalah Lingkaran Kualitas. Ini merupakan tim kerja terdiri atas
gabungan 8 hingga 10 pekerja dan supervisor yang saling berbagi gagasan wilayah
kewenangan dan bertemu secara teratur guna mendiskusikan masalah kualitas pekerjaan
mereka, menyelidiki sebab-sebab masalah, dan merekomendasikan penyelesaian.
TIM SELF-MANAGED WORK – Tim Problem-Solving sudah ada di jalur yang benar,
tetapi mereka tidak beranjak jauh dalam hal pelibatan pekerja dalam proses pembuatan
keputusan (apalagi implementasi) yang berhubungan dengan suatu pekerjaan. Kekurangan ini
mendorong eksperimen dari tim yang benar-benar otonom yang tidak hanya
bercorak problem-solving melainkan juga menerapkan penyelesaian dan punya kewenangan
penuh atas hasil-hasilnya.
Tim Work Self-Managed umumnya terdiri atas 10 hingga 15 orang yang mengambil
alih tanggung jawab dari para supervisor. Tanggung jawab ini termasuk kendali menyeluruh
atas kecelakaan kerja, penentuan penilaian pekerjaan, pemecahan masalah organisasi, dan
pilihan prosedur-prosedur pemeriksaan yang dilakukan secara kolektif. Tim ini bahkan
memilih sendiri anggotanya. Robbins mencontohkan Xerox, General
Motors, CoorsBrewing, PepsiCO, Hewlett-Packard, Honeywell, M&M/Mars, dan Aetna
Life sebagai contoh sejumlah nama perusahaan populer yang telah mengimplementasikan
konsep tim self-managed work. Perkiraan menyebut sekitar 30% pekerja Amerika Serikat
10
menggunakan bentuk tim, dan diantara firma-firma besar, jumlah tersebut mendekati angka
50%.
Sebagai contoh, masih menurut Robbins, antara tahun 1999 hingga Juni 2000
manajemen senior IBM menarik 21 pekerja dari sekitar 100 ribu staf teknologi informasinya
guna meminta saran bagaimana perusahaan bisa cepat menyelesaikan proyek dan
memasarkan produk secara cepat ke pasar. Ke-21 anggota dipilih karena mereka punya
karakteristik yang serupa dimana mereka pernah berhasil memimpin proyek-proyek
11
berjangka cepat. “Speed Team”, demikian julukan tim tersebut, bekerja selama 8 bulan saling
berbagi informasi, menguji perbedaan antara proyek-proyek berjangka cepat dan lambat, dan
mereka mampu melahirkan rekomendasi-rekomendasi seputar bagaimana IBM bisa
mempercepat produksinya.
Tim Virtual dapat melakukan lebih banyak hal ketimbang tim-tim lainnya, terutama
dalam hal berbagi informasi, pembuatan keputusan, dan perampungan pekerjaan. Mereka
terdiri atas para anggota dari organisasi yang sama ataupun hubungan anggota organ dengan
para pekerja dari organisasi lain semisal supplier ataupun partner perusahaan.
Terdapat 3 faktor utama yang membedakan Tim Virtual dengan tim-tim lain
yang face-to-face, yaitu : (1) Ketiadaan komunikasi lisan-fisik; (2) terbatasnya konteks sosial,
dan (3) kemampuan mengatasi masalah waktu dan hambatan tempat. Dalam
komunikasi face-to-face, orang menggunakan paraverbal seperti nada suara, intonasi, dan
volume suara serta nonverbal seperti gerak mata, roman muka, gerak tangan, dan bahasa
tubuh lainnya. Keduanya semakin menjelaskan komunikasi, tetapi kini hal-hal tersebut nihil
di dalam Tim Virtual. Tim Virtual menderita kekuarangan laporan sosial yang manusiawi
akibat interaksi langsung yang kecil diantara para anggotanya.
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jika setiap anggota tim atau kelompok dalam organisasi atau perusahaan memahami
pentingnya sebuah kerjasama, maka hubungan kerja antar bagian atau unit kerja akan
berjalan dengan baik dan lancar, sehingga program-program yang sudah direncanakan mudah
dicapai.
Jika masing-masing anggota tim atau kelompok mempunyai energi dan potensi yang baik,
akan bersinergi menjadi suatu kekuatan yang maha dahsyat. Tidak ada egoisme sektoral
diantara disiplin ilmu, antar bagian atau unit kerja dan masing-masing pihak tidak ada
keinginan menonjolkan diri sendiri.
SARAN
Tidak ada organisasi atau perusahaan yang sukses karena “superman”, tetapi sebagian
besar organisasi atau perusahaan akan berjaya karena adanya “superteam” Semua
kekuatan diarahkan untuk terwujudnya visi, misi dan strategi organisasi atau
perusahaan, tercapainya kinerja yang optimal yang akan mendukung kesejahteraan
seluruh anggota tim atau kelompok dalam organisasi atau perusahaan.
Untuk membangun kerjasama kelompok, ada beberapa hal yang perlu dilakukan
antara lain, membangun rasa saling percaya, saling pengertian, keterbukaan, kejujuran
dan keberanian, membangun komunikasi, realisasi diri, motivasi, saling
ketergantungan dan lain sebagainya
13
DAFTAR PUSTAKA
I Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, I Wayan Mudiartha Utama, 2012, “Manajemen Sumber
Daya Manusia”, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta Patrick Lencioni, 2006, “Mengatasi
Lima Disfungsi sebuah Tim”, Edisi Pertama, Salemba
Empat, Jakarta
Sumber:
http://syamsulshaleh.blogspot.com/2011/10/kelompok-dan-tim-kerja.html
http://setabasri01.blogspot.com/2011/01/kelompok-dan-tim-dalam-organisasi.html
14