Anda di halaman 1dari 16

TUGAS 2

PERILAKU KELOMPOK DAN TIM KERJA

HASMIANA
530024905

MATA KULIAH : PRILAKU ORGANISASI


TUTOR : DR. SARWO EDY HANDOYO, S.E, M.M PPS

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


BIDANG MINAT KEUANGAN
UNIVERSITAS TERBUKA
2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
Daftar Isi………………………………………………………………………………… ii
BAB I
Pendahuluan...................................................................................................................... 1
Permasalahan..................................................................................................................... 2
BAB II
Definisi.............................................................................................................................. 3
Klasifikasi.......................................................................................................................... 3
Karakteristik....................................................................................................................... 4
Alasan Seseorang Bergabung Dalam Kelompok............................................................. 5
Fase Pembentukan Kelompok.......................................................................................... 6
Masalah Dinamika Kelompok.......................................................................................... 6
Perbedaan Kelompok dan Tim Dalam Konteks Pekerjaan.............................................. 8
Jenis-Jenis Tim................................................................................................................. 9
BAB III
Kesimpulan........................................................................................................................ 13
Saran.................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTATA…………………………………………………………………… 14

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN

Kerja sama biasanya dilakukan atas dasar tujuan yang sama, yaitu tujuan yang hendak
dicapai. Dalam suatu organisasi sangat diperlukan adanya suatu kerja sama kelompok (team
work), karena semua penggerak suatu organisasi adalah manusia, bukan mesin, computer
atau yang lainnya. Dan secara psikologis, manusia terbagi dalam tiga sifat, yaitu manusia
sebagai insan individual, manusia sebagai insan sosial dan manusia sebagai insan
berketuhanan. Sebagai insan individual, manusia memiliki harga diri, mempunyai sifat mau
menang sendiri, egois, dan lain-lain. Sebagai insan berketuhanan, manusia diharapkan untuk
taat beribadah, mengikuti ajaranNya dan menjauhi laranganNya, dan lain-lain. Sebagai insan
sosial, manusia dituntut untuk mampu berinteraksi, membangun persahabatan, kerja sama,
saling menghargai, baik di dalam keluarga, di tempat kerja maupun di lingkungan tempat
tinggalnya. .

Dalam suatu organisasi atau perusahaan, biasanya terdiri atas beberapa bagian atau unit
kerja, dimana masing-masing bagian atau unit kerja tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling
berkaitan satu sama lain. Sedangkan yang menggerakkan aktivitas di seluruh bagian atau unit
kerja adalah sumber daya manusia. Sehingga diperlukan pemahaman yang utuh dari sumber
daya manusia yang ada tentang hakekat organisasi atau perusahaan, supaya bisa tercipta suatu
kerja sama tim atau team work yang baik yang bisa meningkatkan produktivitas kerja dan
kinerja organisasi atau perusahaan.

Kerja sama dalam suatu tim merupakan keunggulan kompetitif yang tertinggi dalam
suatu organisasi atau perusahaan. Bahkan ada yang menggambarkan kekuatan suatu tim
sebagai berikut : “ Jika kamu dapat membuat semua orang di suatu organisasi menuju ke arah
yang sama, kamu dapat menguasai industri apapun, di pasar manapun, menghadapi
persaingan seperti apa dan kapanpun “. Membangun suatu tim yang kuat sangat
dimungkinkan dan sebenarnya sederhana, tetapi memang sulit untuk diwujudkan. Karena
kerja sama tim atau kelompok merupakan cara untuk menguasai beberapa perilaku anggota
atau orang-orang dalam suatu organisasi yang tidak sama, yang secara teoritis tidak rumit,
tetapi sangat sulit diterapkan dalam kenyataan sehari-harinya. Kerja sama tim atau kelompok

1
yang baik akan tercipta jika setiap anggota tim atau kelompok memiliki komitmen yang
sama. Oleh karena itu dalam melakukan kerja sama tim atau kelompok lebih banyak
membutuhkan keberanian, ketekunan dan kedisiplinan.

Setiap individu dalam kehidupannya memiliki kepentingan dan tujuan. Sebagai mahluk
sosial, satu individu tentu memerlukan individu lainnya. beberapa individu yng mempunyai
kepentingan dan tujuan yang sama, maka dibentuklah kelompok. Dengan membentuk
kelompok, maka diharapkan akan semakin mudah untuk mencapai kepentingan dan tujuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka para anggota organisasi diminta melakukan tugas-tugas
tertentu, sebagai hasilnya para anggota organisasi akan membentuk kelompok sesuai dengan
tugasnya tersebut

B. PERMASALAHAN

1. Bagaimana membangun kerja sama tim ( Tim Kerja) atau kelompok yang baik ?

2. Bagaimana Analisa mengenai kasus sehubungan dengan Tim dan Kelompok?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
1. Kelompok

Kelompok adalah agregat sosial dimana anggota-anggotanya yang saling tergantung,


dan setidak-tidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain.

Kelompok adalah suatu kolektif yang terdiri atas berbagai organisme dimana
eksistensi semua anggota sangat penting untuk memuaskan berbagai kebutuhan individu.
Artinya, kelompok merupakan suatu alat untuk mendapatkan berbagai kebutuhan individu.
Individu menjadi milik kelompok karena mereka mendapatkan berbagai kepuasan sebaik
mungkin melalui organisasi yang tidak dengan mudah mereka dapatkan melalui cara
lainnya (Cartwright & Zander, 1971: 20).

Sedangkan menurut Wekley dan Yulk (1977) mengemukakan bahwa kelompok


merupakan suatu kumpulan orang yang berinteraksi satu sama lain secara teratur dalam suatu
periode tertentu, dan merasakan adanya ketergantungan diantara mereka dalam rangka
mencapai satu atau lebih tujuan bersama.

Dari tiga pengertian di atas, maka dapat saya simpulkan bahwa pengertian kelompok
tidak terlepas dari unsur-unsur berupa keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan
interaksi dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Namun ini
tidak berlaku bagi sekumpulan individu yang tidak memenuhi unsur-unsur di atas, maka
belumlah dikatakan sebagai kelompok misalnya penonton sepakbola yang menjadi
sekumpulan individu namun mereka tidak saling mengenal dan tidak melakukan interaksi.

2. Tim Kerja

Tim kerja (work group) adalah kelompok yang berinteraksi utamanya untuk saling
berbagi informasi untuk membuat keputusan guna membantu satu sama lain dalam hal
wilayah kewenangannya masing-masing.

Kelompok kerja tidak memiliki kebutuhan ataupun kesempatan guna terlibat di dalam
kerja kolektif yang memerlukan upaya gabungan. Akibatnya, kinerja mereka sekadar totalitas
kontribusi dari seluruh individu anggota kelompok. Tidak ada sinergi positif yang

3
menciptakan tingkat kinerja keseluruhan yang lebih besar ketimbang totalitas input yang
mereka berikan.

Sementara itu, Tim Kerja mengembangkan sinergi positif melalui upaya yang
terkoordinasi. Upaya individual mereka menghasilkan suatu tingkat kinerja yang lebih besar
ketimbang totalitas input para individunya.

B. KLASIFIKASI

Kelompok dapat dibedakan berdasarkan klasifikasinya. Sejalan dengan penelitian


yang dilakukan dalam lingkungan organisasi atau perusahaan, maka ada jenis kelompok
formal dan kelompok non-formal.

Kelompok formal adalah sub unit sah dari organisasi yang telah ditetapkan oleh
anggaran dasar atau suatu ketetapan management. Jadi kelompok ini sengaja dibentuk untuk
memenuhi tugas yang nyata guna mendukung tugas organisasi.

Kelompok non-formal adalah kelompok yang muncul sebagai upaya pemenuhan


kebutuhan individu dengan mengembangkan tata hubungan dengan anggota lain dalam
organisasi. Kelompok informal hanya dapat terbentuk apabila lokasi fisik anggota-
anggotanya, sifat pekerjaan, dan jadwal kerja memungkinkan untuk terbentuknya kelompok.
Oleh karena itu kelompok informal muncul dari kombinasi antara faktor-faktor formal dan
kebutuhan manusia sebagai anggotanya.

C. KARAKTERISTIK

Penelitian mendalam mengenai sifat-sifat dan hasil-hasil interaksi dalam kehidupan


(empat) ciri kelompok yaitu :
1. Terdapat dorongan (motif) yang sama pada individu-individu yang menyebabkan
terjadinya interaksi di antaranya kearah tujuan yang sama.
2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu-individu yang satu dari
yang lain berdasarkan reaksi-reaksi dan kecakapan-kecakapan-kecakapan yang berbeda-
beda antara individu yang terlibat di dalamnya. Oleh karea itu, lambat laun mulai
terbentuk pembagian tugas serta struktur tugas-tugas tertentu dalam usaha bersama untuk
mencapai tujuan yang sama itu. Di sisi lain, terbentuk pula norma-norma yang kkhas
Dalam interaksi kelompok kearah tujuannya sehinggga mulai terbentuk kelompok sosial
dengan cirri-ciri yang khas.

4
3. Pembentukan dan penegasan strukutr (organisasi) kelompok yang jelas dan terdiri atas
peranan-peranan dan kedudukan hierarkis yang lambat laun berkembang dengan
sendirinya dalam usaha pencapaian tujuan. Terjadi pembatasan yang jelas antara usaha-
usaha dan orang yang termasuk ingroup serta usaha-usaha dan orang outgroup.
4. Terjadinya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota
kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasikan
tujuan kelompok. Norma-norma dan pedoman tingkah laku ini sebagaiman juga struktur
pembagian tugas anggotanya merupakan norma dan struktur yang khas bagi kelompoknya
itu.

D. ALASAN SESEORANG BERGABUNG DALAM KELOMPOK

Ada sejumlah alasan mengapa seseorang mau bergabung dalam kelompok, diantaranya :
a) Rasa aman.
Dengan bergabung dalam kelompok seseorang mengharap akan merasa aman karena
tidak sendirian lagi dalam menggapai harapan. Dengan adanya rasa aman ini maka
orang akan dapat lebih aktif dan kreatif dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu, baik
tujuan individu maupun tujuan kelompoknya.
b) Status dan harga diri.
Seseorang bergabung dalam kelompok untuk meningkatkan status atau harga dirinya.
Dengan bergabung dalam kelompok tersebut maka anggota-anggotanya akan merasa
harga diri dan statusnya menjadi semakin tinggi di masyarakat meskipun belum tentu
masyarakat menilainya seperti itu.
c) Interaksi dan afiliasi.
Seseorang bergabung dalam kelompok untuk memenuhi salah satu kebutuhan
manusia yang paling mendasar yaitu sosialisasi dan afiliasi. Manusia tidak akan
merasa nyaman jika hidup sendirian, walaupun kebutuhan yang lain terpenuhi.
Manusia membutuhkan teman untuk berbicara, berdiskusi, berbagi baik kebahagiaan
maupun penderitaan. Manusia butuh teman untuk didengar pendapat, harapan dan
cita-citanya.
d) Kekuatan.
Dengan bergabung dalam kelompok maka seseorang akan merasa memiliki kekuatan
untuk meraih impian dan harapannya. Karena tidak sendirian lagi maka ia akan

5
merasa kuat. Ia bisa berbagi, bisa meminta pendapat, nasihat, bahkan meminta tolong
kepada anggota yang lain.
e) Pencapaian tujuan.
Dengan bergabung dalam kelompok, tujuan akan lebih mudah dicapai dibanding bila
sendirian. Dengan bekerjasama, gotong royong, saling membantu, saling mendukung,
saling menguatkan, tentu tujuan akan lebih mudah diraih dibanding bila dengan
berfikir, bersikap dan berbuat sendiri.
f) Kekuasaan.
Dengan bergabung dalam kelompok maka seseorang berkesempatan untuk
mempengaruhi orang lain. Kelompok memberi kekuasaan tanpa wewenang formal
dari organisasi. Bagi orang yang memilik kebutuhan akan kekuasaan, kelompok
merupakan wadah untuk pemenuhannya.

E. FASE PEMBENTUKAN KELOMPOK

1. Forming (pembentukan). Fase ini merupakan fase awal di mana keadaan


kedakpastian akan tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelompok harus di hadapi.
2. Storming (merebut hati). Fase ini di cirikan adanya konflik intra kelompok.
3. Norming (pengaturan norma). Fase ini menggambarkan adaanya perkembangan
hubungan dan kelompok menunjukkan adanya kohesi (kepaduan).
4. Performing (melaksanakan). Fase ini memperlihatkan fungsi kelompok yang berjalan
dengan baik dan di terima oleh anggota.
5. Anjouring (pengakhiran). Fase ini merupakan fase terakhir yang ada pada kelompok
yang bersifat temporer, yang di dalamnya tidak lagi berkenaan dengan pelaksanaan
tugas – tugas tetapi dengan berakhirnya rangkaian kegiatan.

F. MASALAH DINAMIKA KELOMPOK

A. Dinamika kelompok

adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki
hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung
dalam situasi yang dialami.

Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika


berati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan

6
Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan
bersama.

Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain :

a. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.


b. Memudahkan pekerjaan.

c. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban


pekerjaan yang terlalu besar sehingga selesai lebih cepat, efektif dan efisien. Salah
satunya dengan membagi pekerjaan besar sesuai bagian kelompoknya masing masing
atau sesuai keahlian.
d. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat dengan memungkinkan
setiap individu memberikan masukan, berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam
masyarakat.

B. Masalah utama dalam dinamika kelompok


Karena kelompok terdieri dari sejumlah orang dan biasanya dengan latar belakang yang
berbeda-beda, maka sangat mungkin bahwa di dalam kelompok itu ditemukan banyak
masalah. Hal ini perlu sekali mendapat perhatian diantaranya :
 Kepemimpinan
Kepemimpinan bersifat srtategis karena dapat menentukan efektif tidaknya proses
kelompok. Di dalam praktik, masalah kepemimpinan sangatlah pelik. Mulai dari mencari
orang yang cocok, dapat di terima dan mampu, merupakan beberapa di antaranya isu –
isu penting, tidak jarang suatu kelompok menjadi buyar karena kesalahan memilih
pemimpin.
 Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
Biasanya merupakan inti dari tugas atau misi kelompok. Pengambilan keputusan di dalam
kelompok secara praktik lebih sulit daripada teori. Namun demikian harus di akui bahwa
pengambilan keputusan kelompok secara umum lebih baik kualitasnya daripada
keputusan yang di ambil secara individual..
 Komunikasi
Kelompok merupakan kumpulan dari para indivudu yang berinteraksi satu sama lain
sehingga masalah komunikasi memegang pesan sentral. Melalui komunikasi yang baik
maka saling pengertian akan tercipta. Sehingga pada akhirnya akan memperkuat kohesi
dan tercapainya tujuan – tujuan kelompok.

7
 Konflik
Perbedaan kepentingan dan harapan – harapan yang ada di dalam kelompok boleh jadi
tidak dapat di hindari. Hal ini dapat berpotensi menjadi konflik yang akan menghambat
tercapainya sasaran.

G. PERBEDAAN KELOMPOK DAN TIM DALAM KONTEKS PEKERJAAN

Stephen P. Robbins melakukan pembedaan antara Kelompok Kerja dengan Tim


Kerjaberdasarkan 4 variabel yaitu: Sasaran, Sinergi, Akuntabilitas, dan Keahlian.
Perbedaannya dapat dilihat dalam skema-skema berikut :

Beda Kelompok Kerja vs. Tim Kerja versi Robbins


Sementara itu, penulis lain seperti Laurie J. Mullins membedakan Kelompok dan Tim
berdasarkan 6 variabel yaitu: Ukuran, Seleksi, Kepemimpinan, Persepsi, Gaya, dan
Semangat. Taksonomi beda lengkapnya sebagai berikut:

Variabel Tim Kelompok

Ukuran Terbatas Medium dan


Besar

Seleksi Krusial Imaterial

8
Kepemimpina Berbagi atau Solo
n dirotasi

Persepsi Pemahaman Fokus pada


pengetahuan pemimpin
saling
melengkapi

Gaya Peran Konvergensi,


koordinasi yang konformisme
tersebar

Semangat Interaksi Kebersamaan


dinamis mengalahkan
musuh

H . JENIS-JENIS TIM

Tim dapat diklasifikasikan berdasar tujuannya. Terdapat 4 bentuk umum dari tim yang
biasa kita temukan sehari-hari yaitu : Tim Problem-Solving, Tim Self-Managed Work,
TimCross-Functional, dan Tim Virtual.

Gambar Tim Problem Solving versi Robbins

TIM PROBLEM-SOLVING – Kata tim mulai populer sejak 1980-an. Bentuk tim awalnya
serupa satu sama lain. Mereka umumnya terdiri atas 4 hingga 12 pekerja yang
dibayar per jam dari departemen yang sama yang saling bertemu sekian jam setiap minggu
untuk membahas peningkatan kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. Tim seperti ini disebut
Tim Problem-Solving.
9
Dalam tim jenis ini, para anggota saling berbagi gagasan dan menawarkan saran
seputar proses dan metode kerja seperti apa yang perlu dilakukan agar produktivitas dapat
ditingkatkan. Jarangkali tim-tim ini diberikan otoritas untuk secara unilateral (sendirinya)
menerapkan saran mereka ke dalam tindakan. Satu hal yang dikenal sebagai bentuk
TimProblem-Solving adalah Lingkaran Kualitas. Ini merupakan tim kerja terdiri atas
gabungan 8 hingga 10 pekerja dan supervisor yang saling berbagi gagasan wilayah
kewenangan dan bertemu secara teratur guna mendiskusikan masalah kualitas pekerjaan
mereka, menyelidiki sebab-sebab masalah, dan merekomendasikan penyelesaian.

Gambar Tim Self-Managed Work versi Robbins

TIM SELF-MANAGED WORK – Tim Problem-Solving sudah ada di jalur yang benar,
tetapi mereka tidak beranjak jauh dalam hal pelibatan pekerja dalam proses pembuatan
keputusan (apalagi implementasi) yang berhubungan dengan suatu pekerjaan. Kekurangan ini
mendorong eksperimen dari tim yang benar-benar otonom yang tidak hanya
bercorak problem-solving melainkan juga menerapkan penyelesaian dan punya kewenangan
penuh atas hasil-hasilnya.

Tim Work Self-Managed umumnya terdiri atas 10 hingga 15 orang yang mengambil
alih tanggung jawab dari para supervisor. Tanggung jawab ini termasuk kendali menyeluruh
atas kecelakaan kerja, penentuan penilaian pekerjaan, pemecahan masalah organisasi, dan
pilihan prosedur-prosedur pemeriksaan yang dilakukan secara kolektif. Tim ini bahkan
memilih sendiri anggotanya. Robbins mencontohkan Xerox, General
Motors, CoorsBrewing, PepsiCO, Hewlett-Packard, Honeywell, M&M/Mars, dan Aetna
Life sebagai contoh sejumlah nama perusahaan populer yang telah mengimplementasikan
konsep tim self-managed work. Perkiraan menyebut sekitar 30% pekerja Amerika Serikat

10
menggunakan bentuk tim, dan diantara firma-firma besar, jumlah tersebut mendekati angka
50%.

Gambar Tim Cross-Functional versi Robbins

TIM CROSS-FUNCTIONAL – Menurut Robbins, Custom Research, Inc, firma riset


pemasaran di Minneapolis, Amerika Serikat secara historis telah mengorganisir departemen-
departemen yang bersifat fungsional, tetapi manajemen senior menyimpulkan bahwa
departemen-departemen tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan yang berubah-ubah dari
klien-klien firma. Akibat dari hal tersebut, firma ini menggagas dibentuknya satu tim lintas
departemen yang bertujuan meningkatkan komunikasi dan penelusuran catatan kerja, yang
akan membawa pada peningkatan produktivitas dan kepuasan klien. Organisasi ini
mencerminkan Tim Cross-Functional. Tim ini terdiri atas pekerja-pekerja dari tingkat hirarki
yang serupa tetapi beda wilayah pekerjaannya. Mereka bergabung bersama guna
menyelesaikan suatu pekerjaan.

Robbins menyebutkan, banyak organisasi sudah menggunakan Tim Cross-


Functionalseperti ini semisal IBM membentuk gugus tugas tahun 1960-an yang terdiri atas
pekerja lintas departemen dalam perusahaan guna mengembangkan Sistem 360 yang terbukti
sukses. Gugus tugas tiada lain melainkan Tim Cross-Functional yang sifatnya temporer.
Namun, Robbins mencatat bahwa ledakan penggunaan Tim Cross-Functional kemudian juga
terjadi di tahun 1980-an yang dilakukan
oleh Toyota, Honda, Nissan, BMW, GeneralMotors, Ford, dan DaimlerChrysler.

Sebagai contoh, masih menurut Robbins, antara tahun 1999 hingga Juni 2000
manajemen senior IBM menarik 21 pekerja dari sekitar 100 ribu staf teknologi informasinya
guna meminta saran bagaimana perusahaan bisa cepat menyelesaikan proyek dan
memasarkan produk secara cepat ke pasar. Ke-21 anggota dipilih karena mereka punya
karakteristik yang serupa dimana mereka pernah berhasil memimpin proyek-proyek

11
berjangka cepat. “Speed Team”, demikian julukan tim tersebut, bekerja selama 8 bulan saling
berbagi informasi, menguji perbedaan antara proyek-proyek berjangka cepat dan lambat, dan
mereka mampu melahirkan rekomendasi-rekomendasi seputar bagaimana IBM bisa
mempercepat produksinya.

Gambar Tim Virtual versi Robbins


TIM VIRTUAL – Tim-tim yang telah dibahas melakukan pertemuan face-to-face. Tim
Virtual menggunakan teknologi komputer guna menghubungkan orang-orang yang terpisah
secara fisik guna mencapai sasaran bersama.Teknik tersebut memungkinkan orang saling
bekerjasama lewat metode online, kendati mereka dipisahkan yuridiksi negara bahkan benua.

Tim Virtual dapat melakukan lebih banyak hal ketimbang tim-tim lainnya, terutama
dalam hal berbagi informasi, pembuatan keputusan, dan perampungan pekerjaan. Mereka
terdiri atas para anggota dari organisasi yang sama ataupun hubungan anggota organ dengan
para pekerja dari organisasi lain semisal supplier ataupun partner perusahaan.

Terdapat 3 faktor utama yang membedakan Tim Virtual dengan tim-tim lain
yang face-to-face, yaitu : (1) Ketiadaan komunikasi lisan-fisik; (2) terbatasnya konteks sosial,
dan (3) kemampuan mengatasi masalah waktu dan hambatan tempat. Dalam
komunikasi face-to-face, orang menggunakan paraverbal seperti nada suara, intonasi, dan
volume suara serta nonverbal seperti gerak mata, roman muka, gerak tangan, dan bahasa
tubuh lainnya. Keduanya semakin menjelaskan komunikasi, tetapi kini hal-hal tersebut nihil
di dalam Tim Virtual. Tim Virtual menderita kekuarangan laporan sosial yang manusiawi
akibat interaksi langsung yang kecil diantara para anggotanya.

12
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Jika setiap anggota tim atau kelompok dalam organisasi atau perusahaan memahami
pentingnya sebuah kerjasama, maka hubungan kerja antar bagian atau unit kerja akan
berjalan dengan baik dan lancar, sehingga program-program yang sudah direncanakan mudah
dicapai.

Jika masing-masing anggota tim atau kelompok mempunyai energi dan potensi yang baik,
akan bersinergi menjadi suatu kekuatan yang maha dahsyat. Tidak ada egoisme sektoral

diantara disiplin ilmu, antar bagian atau unit kerja dan masing-masing pihak tidak ada
keinginan menonjolkan diri sendiri.

SARAN

 Tidak ada organisasi atau perusahaan yang sukses karena “superman”, tetapi sebagian
besar organisasi atau perusahaan akan berjaya karena adanya “superteam” Semua
kekuatan diarahkan untuk terwujudnya visi, misi dan strategi organisasi atau
perusahaan, tercapainya kinerja yang optimal yang akan mendukung kesejahteraan
seluruh anggota tim atau kelompok dalam organisasi atau perusahaan.
 Untuk membangun kerjasama kelompok, ada beberapa hal yang perlu dilakukan
antara lain, membangun rasa saling percaya, saling pengertian, keterbukaan, kejujuran
dan keberanian, membangun komunikasi, realisasi diri, motivasi, saling
ketergantungan dan lain sebagainya

13
DAFTAR PUSTAKA

Dibyo Sumantri, “Membangun Kerjasama Kelompok (Team Building)”,

I Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, I Wayan Mudiartha Utama, 2012, “Manajemen Sumber

Daya Manusia”, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta Patrick Lencioni, 2006, “Mengatasi
Lima Disfungsi sebuah Tim”, Edisi Pertama, Salemba

Empat, Jakarta

Suprapti, 2001, “Modul Diklat Prajabatan Gol. III”, LAN RI.

Yeti Syukriyati, 2010, “Pentingnya Kerjasama Kelompok”, Psikologi Kelompok Yeti in

Proses Dasar Dalam Kelompok, 7 Nopember

-----------------------, “Modul Prajabatan Membangun Kerjasama Tim”, LAN RI

Sumber:
http://syamsulshaleh.blogspot.com/2011/10/kelompok-dan-tim-kerja.html
http://setabasri01.blogspot.com/2011/01/kelompok-dan-tim-dalam-organisasi.html

14

Anda mungkin juga menyukai