Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 kanker payudara
Kanker payudara adalah kondisi ketika sel kanker terbentuk di jaringan
payudara. Kanker bisa terbentuk di kelenjar yang menghasilkan susu
(lobulus), atau di saluran (duktus) yang membawa air susu dari kelenjar ke
puting payudara. Kanker juga bisa terbentuk di jaringan lemak atau jaringan
ikat di dalam payudara.Kanker payudara terbentuk saat sel-sel di dalam
payudara tumbuh tidak normal dan tidak terkendali. Sel tersebut umumnya
membentuk tumor yang terasa seperti benjolan.
B. Gejala kanker payudara
Gejala kanker payudara bisa bervariasi, bisa sama bisa juga tidak, di
antaranya:
1. Adanya benjolan di payudara atau penealan jaringan yang terasa berbeda
dari jaringan di sekitarnya.
2. Perubahan pada bentuk dan ukuran payudara.
3. Kulit payudara memerah
4. Pengelupasan kulit areola dan kulit payudara.
5. Nyeri dan pembengkakan pada payudara.
6. Darah ke luar dari puting payudara.
7. Benjolan atau pembengkakan di bawah ketiak.
8. Puting tertarik masuk ke dalam.
C. Penyebab Kanker Payudara
Kanker payudara terjadi karena sel-sel di payudara tumbuh tidak normal
dan tidak terkendali. Sel-sel ini membelah dengan cepat dan berkumpul
membentuk benjolan, lalu bisa menyebar ke kelenjar getah bening atau ke
organ lain.Belum diketahui apa penyebab sel-sel tersebut berubah menjadi sel
kanker, namun para ahli menduga adanya interaksi antara faktor genetik
dengan gaya hidup, lingkungan, dan hormon, sehingga sel menjadi abnormal
dan tumbuh tidak terkendali.
D. Faktor Risiko Kanker Payudara

1
Beberapa faktor diketahui bisa meningkatkan risiko kanker payudara.
Namun demikian, seseorang dengan sejumlah faktor risiko belum tentu
terserang kanker payudara, sebaliknya seseorang tanpa faktor risiko dapat
terkena kanker. Seseorang yang pernah terserang kanker di satu payudara
memiliki risiko tinggi terkena kanker pada payudara yang lain.Faktor lain
yang bisa meningkatkan risiko kanker payudara antara lain:
1. Usia. Risiko kanker payudara akan meningkat seiring usia bertambah.
2. Jenis kelamin. Wanita lebih rentan terserang kanker payudara dibanding
pria.
3. Paparan radiasi. Seseorang yang pernah menjalani radioterapi, rentan
mengalami kanker payudara.
4. Obesitas. Berat badan yang berlebih meningkatkan risiko terserang kanker
payudara.
5. Belum pernah hamil. Wanita yang pernah hamil dan menyusui memiliki
risiko kanker payudara lebih kecil dibanding wanita yang belum pernah
hamil dan menyusui.
6. Melahirkan pada usia tua. Wanita yang baru memiliki anak di atas usia 30
tahun lebih berisiko mengalami kanker payudara.
7. Konsumsi alkohol. Studi terbaru menunjukkan, konsumsi alkohol dalam
jumlah sedikit tetap meningkatkan risiko kanker payudara.
8. Terapi pengganti hormon. Setelah menopause, wanita yang mendapat
terapi pengganti hormon dengan estrogen dan progesterone lebih berisiko
terkena kanker payudara.
9. Mulai menstruasi terlalu muda. Wanita yang mengalami menstruasi di
bawah usia 12 tahun diketahui lebih berisiko mengalami kanker payudara.
10. Telat menopause. Wanita yang belum mengalami menopause hingga usia
55 tahun juga berisiko mengalami kanker payudara.
11. Riwayat kanker payudara pada keluarga. Mutasi pada gen BRCA1 dan
BRCA2 juga bisa membuat kanker payudara diturunkan dari orang tua ke
anaknya. Selain itu, seseorang yang memiliki anggota keluarga dekat yang
menderita kanker payudara, juga lebih berisiko mengalaminya.
D. Patofisiologi

2
a) Transformasi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses
rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan
promosi.
b) Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel
yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel
ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa
bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak
semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan
gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk
mengalami suatu keganasan.Progesteron, sebuah hormon yang
menginduksi ductal side-branching pada kelenjar payudara dan
lobualveologenesis pada sel epitelial payudara, diperkirakan berperan
sebagai aktivator lintasan tumorigenesis pada sel payudara yang diinduksi
oleh karsinogen. Progestin akan menginduksi transkripsi regulator siklus
sel berupa siklin D1 untuk disekresi sel epitelial. Sekresi dapat
ditingkatkan sekitar 5 hingga 7 kali lipat dengan stimulasi hormon
estrogen, oleh karena estrogen merupakan hormon yang mengaktivasi
ekspresi pencerap progesteron pada sel epitelial. Selain itu, progesteron
juga menginduksi sekresi kalsitonin sel luminal dan morfogenesis
kelenjar.
c) Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan
terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk
terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

d) Fase metastasis

3
Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi
pada kanker payudara, beberapa diantaranya disertai komplikasi lain
seperti simtoma hiperkalsemia, pathological fractures atau spinal cord
compression. Metastasis demikian bersifat osteolitik, yang berarti bahwa
osteoklas hasil induksi sel kanker merupakan mediator osteolisis dan
mempengaruhi diferensiasi dan aktivitas osteoblas serta osteoklas lain
hingga meningkatkan resorpsi tulang.Tulang merupakan jaringan unik
yang terbuat dari matriks protein yang mengandung kalsium dengan
kristal hydroxyappatite sehingga mekanisme yang biasa digunakan oleh
sel kanker untuk membuat ruang pada matriks ekstraselular dengan
penggunaan enzim metaloproteinase matriks tidaklah efektif. Oleh sebab
itu, resorpsi tulang yang memungkinkan invasi neoplastik terjadi akibat
interaksi antara sel kanker payudara dengan sel endotelial yang dimediasi
oleh ekspresi VEGF. VEGF merupakan mitogen angiogenik positif yang
bereaksi dengan sel endotelial. Tanpa faktor angiogenik negatif seperti
angiostatin, sel endotelial yang berinteraksi dengan VEGF sel kanker
melalui pencerap VEGFR-1 dan VEGFR-2, akan meluruhkan matriks
ekstraselular, bermigrasi dan membentuk tubulus.

2.2 Kanker serviks


A. Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim.
Umumnya, kanker serviks tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Gejala
baru muncul saat kanker sudah mulai menyebar. Dalam banyak kasus, kanker
serviks terkait dengan infeksi menular seksual.Serviks adalah bagian bawah
rahim yang terhubung ke vagina. Salah satu fungsi serviks adalah
memproduksi lendir atau mukus. Lendir membantu menyalurkan sperma dari
vagina ke rahim saat berhubungan seksual. Selain itu, serviks juga akan
menutup saat kehamilan untuk menjaga janin tetap di rahim, dan akan melebar
atau membuka saat proses persalinan berlangsung.

B. Gejala Kanker Serviks

4
Kanker serviks umumnya tidak menimbulkan gejala pada stadium awal.
Gejala baru muncul saat kanker memasuki stadium lanjut. Pada kondisi
tersebut, gejala yang muncul bisa berupa:
1) Perdarahan melalui vagina di luar masa menstruasi, setelah
berhubungan intim, atau setelah menopause.
2) Keluar cairan berbau tidak sedap dari vagina, yang kadang
bercampur darah.
3) Timbul rasa sakit tiap berhubungan seksual.
4) Nyeri panggul.
Bila kanker semakin menyebar ke jaringan di sekitarnya, beberapa
gejala lain yang dapat muncul meliputi:
1) Diare.
2) Mual dan muntah.
3) Kejang.
4) Kehilangan selera makan.
5) Penurunan berat badan.
6) Perut membengkak.
7) Nyeri saat buang air kecil.
8) Terdapat darah dalam urine (hematuria).
9) Perdarahan pada dubur saat buang air besar.
10) Pembengkakan pada kaki.
11) Tubuh mudah lelah.

C. Penyebab Kanker Serviks


Kanker serviks terjadi ketika sel-sel yang sehat mengalami
perubahan atau mutasi genetik. Mutasi genetik ini mengubah sel yang
normal menjadi abnormal, kemudian berkembang secara tidak terkendali
dan membentuk sel kanker. Walau demikian, hingga saat ini belum
diketahui apa yang menyebabkan perubahan pada gen tersebut. Sel kanker
yang tidak ditangani, akan menyebar ke jaringan di sekitarnya. Penyebaran
terjadi melalui sistem limfatik, yaitu aliran getah bening yang berfungsi
menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi. Bila sudah mencapai sistem

5
limfatik, sel kanker dapat menyebar ke berbagai organ tubuh, misalnya
tulang. Proses ini disebut dengan metastasis.

D. Patofisiologi
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area mulut rahim.
Serviks merupakan bagian terbawah dan ujung dari rahim atau uterus. Serviks
menghubungkan antara uterus dan liang vagina. Serviks memiliki dua bagian
yaitu ektoserviks yang merupakan bagian luar serviks dan endoserviks yang
merupakan bagian dalam serviks.Ektoserviks ditempati oleh sel skuamousa
yang pipih dan tipis. Sedangkan bagian endoserviks yang merupakan bagian
dalam serviks, ditempati oleh sel kolumnar. Area tempat dimana ektoserviks
bertemu dengan endoserviks dinamakan area transformasi (T-zone). Area
transformasi ini merupakan tempat pertama kali terjadinya perkembangan sel
abnormal atau lesi pra kanker di serviks. Kanker serviks memiliki dua tipe
histopatologi yaitu karsinoma sel skuamosa (squamous cell carcinoma) dan
adenokarsinoma (adenocarcinoma). Jenis kanker serviks yang terbanyak
adalah tipe karsinoma sel skuamosa (squamous cell carcinoma) yaitu sekitar
80-90% dari semua kasus kanker serviks.
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus Human papiloma Virus
(HPV) tipe tertentu yang ditularkan melalui hubungan seksual. Dua tipe virus
HPV yaitu tipe 16 dan 18 merupakan tipe terbanyak yang menyebabkan lesi
pra kanker dan kanker serviks. Virus HPV 16/18 menyebabkan 70% kasus
kanker serviks di dunia dengan rincian 41% - 67% menyebabkan lesi kanker
high-grade dan 16 – 32% menyebabkan lesi kanker low-grade. Selain virus
HPV tipe 16/18, tipe virus HPV lain yang menyebabkan kanker serviks di
dunia diantaranya virus HPV 31, 33, 35, 45, 52 dan 58. Keenam tipe virus
HPV ini menjadi penyebab 20% kasus kanker serviks di dunia. Infeksi virus
HPV dapat terjadi pada sebagian besar wanita yang aktif secara seksual.
Tetapi biasanya sekitar 90% infeksi virus HPV dapat hilang dengan
sendirinya dalam beberapa bulan sampai 2 tahun. Rata-rata sekitar 5% infeksi
virus HPV yang persisten dapat berkembang menjadi lesi pra kanker yang
ditandai dengan perubahan histopatologi yaitu lesi CIN (cervical

6
intraepithelial neoplasia) derajat 2 dan 3 dalam waktu 3 tahun setelah infeksi.
Hanya 20% dari lesi CIN 3 yang berkembang menjadi kanker serviks dalam
waktu 5 tahun dan hanya 40% dari lesi CIN 3 yang berkembang menjadi
kanker serviks dalam waktu 30 tahun.

E. Faktor Risiko Kanker Serviks


Beberapa faktor yang menyebabkan perempuan terpapar HPV (sebagai
penyebab dari kanker serviks) adalah sebagai berikut:
1. Usia
Faktor alamiah pencetus kanker serviks adalah wanita usia diatas
40 tahun. Semakin tua seorang wanita maka makin tinggi risikonya
terkena kanker serviks (Kartikawati, 2013).Puncak perkembangan kanker
serviks berada pada usia 47 tahun. Sekitar 47% wanita dengan kanker
serviks invasif berusia di bawah 35 tahun saat terdiagnosis. Sekitar 10 %,
kanker serviks terjadi pada wanita yang lebih tua (> 65 tahun) dan
cenderung meninggal karena penyakit karena stadium lanjut mereka saat
didiagnosis (Gattoc, et al, 2015). Menurut Dr. A. M. Puguh, SPOG, Ahli
Kebidanan dan Kandungan RS Husada Jakarta, semua wanita yang aktif
secara seksual, memiliki risiko terkena kanker serviks atau tahap awal
penyakit ini tanpa memandang usia atau gaya hidup. Jika ditarik angka
rata-rata, kanker serviks ini sering menjangkiti dan dapat membunuh
wanita di usia produktif sekitar 30-50 tahun yang mana pada saat itu
mereka masih memiliki tanggung jawab ekonomi dan sosial terhadap
anak-anak dan anggota keluarga lainnya.
2. Usia pertama kali melakukan hubungan seksual
Sesuai dengan etiologi infeksinya, wanita yang memulai hubungan
seksual pada usia muda akan meningkatkan risiko terkena kanker serviks
karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia
dewasa maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun
akan berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat. (Rasjidi, 2014)

3. Paritas

7
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat dkk (2013),
menyimpulkan bahwa banyaknya anak yang dilahirkan berpengaruh dalam
timbulnya
penyakit kanker serviks. Paritas merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya kanker
serviks dengan besar risiko 4,55 kali untuk terkena kanker serviks pada
wanita
dengan paritas >3 dibandingkan wanita dengan paritas
4. Multipartner seks (Berganti-Ganti Pasangan)
Wanita yang memiliki 7 ataulebih kehamilan aterm mungkin
memiliki peningkatan risiko kanker serviks (National CancerInstitute,
2012).Berganti ganti pasangan seksual, memungkinkan tertularnya
penyakit kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini
akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi
lebih banyak. Bila hal ini terus menerus terjadi, sel kanker pun akan terus
berkembang. Perilaku berganti-ganti pasangan seksual akan meningkatkan
penularan penyakit kanker serviks. Risiko terkena kanker serviks
meningkat 10 kali lipat pada wanita mempunyai teman seksual 6 orang
atau lebih dibandingkan wanita yang mempunyai 1 pasangan seksual.
(Azis, 2008)
5. Merokok
Tembakau yang mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang
dihisap
sebagai rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclic
aromatic
hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok konsentrasi
nikotin
pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek
langsung
bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal
sehingga
dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus (Kartikawati, 2013).Berdasarkan

8
penelitian yang dilakukan oleh Trimble dkk (2011), pada perokok aktif
yaitu menkonsumsi rokok 10-15 batang perhari menyebabkan resiko
neoplasia pada serviks. Wanita yang merokok memiliki risiko 4–13 kali
lebih besar untuk mengalami ca serviks daripada wanita yang tidak
merokok. Hal ini dikarenakan nikotin dalam rokok mempermudah semua
selaput lendir termasuk sel mukosa dalam rahim untuk menjadi
terangsang.
6. Penggunaan Pembersih Vagina (Douching)
Vagina yang sehat justru harus mengandung bakteri Lactobacillus,
yang merupakan bakteri baik untuk menjaga keasaman vagina agar kuman
tak mudah menginfeksi. Kebiasaan menggunakan cairan vagina
(douching) akan memberantas bakteri Lactobacillus tersebut, sehingga
vagina lebih rentan mengalami infeksi. Salah satunya adalah infeksi
Human Papilloma Virus (HPV), yang menyebabkan kankerserviks.
Penelitian yang dilakukan Neuman (2012) di Utah, Amerika
Serikatmenyatakan bahwa douching Penelitian yang dilakukan Dhorethea
(2015), menyatakan bahwa cairan pembersih vagina/ douching yang
beredar dipasaran berisi air dan campuran bahan seperti suka, baking soda
atau iudium yang biasanya langsung digunakan wanita ke dalam vagina
melalui tube. Kebiasaan ini akan mengganggu bakteri sehat (lactobacillus)
yang sudah ada serta mengganggu keasaman vagina.

2.3 Kanker prostat


A. Pengertian Kanker Prpstat
Prostat merupakan kelenjar seukuran buah kenari yang terdapat di dalam
sistem reproduksipria, yang terletak di antara leher kandung kemih dan saluran
kemih (uretra). Prostat mengeluarkan cairan berwarna putih yang memberi
nutrisi dan mengangkut sperma, yang disebut sebagai semen. Hormon pria
yang disekresi oleh testis secara langsung memengaruhi pertumbuhan dan
fungsi prostat.Kasus baru di Hong Kong meningkat dari 683 kasus pada tahun
2000, menjadi 1655 pada tahun 2013 dan sebagian besar pasien berada di atas
usia 60 tahun.

9
B. Faktor resiko
• Usia: di atas 50 tahun
• Turunan: pria dengan riwayat keluarga yang pernah mengalami kanker
prostat memiliki
faktor risiko yang lebih tinggi
• Diet: asupan makanan dengan kandungan kalori dan lemak yang tinggi
secara berkepanjangan
• Lainnya: merokok, kelebihan berat badan, dan penyakit prostat, dll.

C. Patofisiologi kanker prostast


Menurut Mansjoer Arif dkk (2000), sebagian besar kanker prostat adalah
adenokarsinoma yang berasal dari sel asinar prostat dan bermula dari volume
yang kecil kemudian membesar hingga menyebar. Karsinoma prostat paling
sering ditemukan pada zona perifer sekitar 75%, pada zona sentral atau zona
transisi sekitar 15-20%, sedangkan menurut Presti (2004), dan Purnomo
(2011), sekitar 60-70% terdapat pada zona perifer, 10-20% pada zona
transisional, dan 5-10% pada zona sentral. Munculnya kanker prostat secara
laten pada usia tua banyak terjadi.
Sepuluh persen pria usia enam puluh tahun mempunyai kanker
prostat’diam’dan tidak bergejala. Persentasi ini bertambah usia. Pada tiga
puluh persen kematian pria yang sebelumnya mempunyai keluhan atau gejala
kanker prostat ternyata pada pemeriksaan ditemukan adanya tumor ganas ini.
Pertumbuhan dari kankeprostat asimtomatis yang kebemukan pada umumnya
lambat sekali. Sembilan puluh persen tumor tersebut merupakan
adenokarsinoma. Umumnya, penyakitnya multifocal keganasan sering terjadi
terletak di pinggir kelenjar. Prognosisnya langsung bergantung pada derajat
keganasan sel-sel dan kadar infiltrasi ke dalam pembuluh darah limfe dan
pembuluh balik (Jong dan Sjamsuhidayat, 2004) Menurut Mc. NEAL (1988),
mengemukakan konsep tantang zona anatomi dari prostat. Komponen
kelenjar dari prostat sebagian besar terletak atau membentuk zona perifer.
Zona perifer ini ditambah dengan zona sentral yang terkecil merupakan 95%
dari komponen kelenjar. Komponen kelenjar yang lain (5%) membentuk zona

10
transisi. Zona transisi ini terletak tepat di luar uretra di daerah verumontanum.
Proses hiperplasia dimulai di zona transisi. Sebagian besar proses keganasan
(60-70%) bermula di zona perifer, sebagian juga dapat tumbuh di zona
transisi dan zona sentra Karsinoma prostat berupa lesi multi sentrik. Kanker
prostat menyebar ke kelenjar limfe di panggul kemudian ke kelenjar limfe
retroperitoneal atas. Penyebaran hematogen terjadi melalui V,vertebralis ke
tulang panggul, femur proksimal, ruas tulang lumbal, dan tulang iga.
Metastasis tulang sering bersifat osteoklastik. Kanker ini jarang menyebar ke
sumsum tulang dan visera, khususnya hati dan paru (jong dan Sjamsuhidajat,
D. Gejala kanker prostat
1. Lebih sering buang air kecil, terutama saat malam hari
2. Merasa nyeri atau butuh waktu lama saat buang air kecil
3. Terdapat darah dalam air kencing atau air mani
4. Tekanan air kencing berkurang
5. Air kencing keluar saat batuk atau tertawa
6. Tidak mampu kencing sambil berdiri
7. Disfungsi ereksi

E. Penyebab kanker prostat


Penyebab kanker prostat yang pasti hingga kini masih belum diketahui.
Tapi pada tingkat dasar, kanker prostat disebabkan oleh perubahan pada DNA
sel prostat normal. Tapi, kanker prostat memengaruhi terutama pria yang
berusia lanjut. Sekitar delapan dari sepuluh kasus diderita oleh pria berusia di
atas 65 tahun.

11
2.4 Gangguan Menstruasi
1) Amenore
a) Pengertian
Amenore primer adalah tidak terjadinya menarke sampai usia 17 tahun,
dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder. Sedangkan Amenore
sekunder berarti tidak terjadi menstruasi selama 3 bulan atau lebih pada
orang yang telah mengalami siklus menstruasi.
b) Penyebab
Penyabab amenore dapat fisiologik, endokrinologik,organik,atau akibat
gangguan perkembangan.
c) Faktor Resiko
a. Aktivitas fisik yang terlalu berat
b. Keadaan stres (wanita pengungsi, dipenjara, hidup dalam ketakutan),
c. Atlit wanita
d. Anoreksia nervosa dan bulimia
e. Terlalu kurus dan Obesitas
f. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti antidepresan
d) Patologi
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan
dapat berupatumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan
hormone yang membuat menjaditerganggu. Kelainan kompartemen IV
(lingkungan) gangguan pada pasien ini disebabkanoleh gangguan mental
yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya
pelepasanneurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat
pelepasan gonadrotropin.Kelainanovarium dapat menyebabkan
amenorrhea primer maupun sekuder. Amenorrhea primermengalami
kelainan perkembangan ovarium ( gonadal disgenesis ).Kegagalan
ovarium
premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan kematia
nfolikel, dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurka
n. Melakukan kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dim
ana dibutuhkan kalori yang banyak

12
Sehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan
hormone steroid seksual( estrogen dan progesteron ) tidak tercukupi.Pada
keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk
mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan
progesteron yang memicuterjadinya amenorrhea.Pada keadaan latihan
berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan derifat morfin.
Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen
dan progesterone menurun.
Pada keadaan tress berlebih cortikotropin realizinghormonedilepaskan.
Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan
GnRH.
e) Tanda dan Gejala
a. Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
1. Tidak terjadi haid
2. Produksi hormon estrogen dan progesteron menurun.
3. Nyeri kepala
4. Badan lemah
1) Dismenore
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh kejang
otot uterus. Disminore primer apabila tidak terdapat gangguan fisik yang
menjadi penyebab dan hanya terjadi selama siklus-siklus ovulatori.
a) Penyebab
Penyebabnya adalah adanya jumlah prostaglandin F₂à yang berlebihan
pada darah menstruasi, yang merangsang hiperaksivitas uterus.
b) Faktor Resiko
a. Dismenore dapat timbul pada perempuan dengan menometroragia yang
meningkat.
b. Menarke usia dini
c. Riwayat keluarga dengan keluhan dismenore
d. Indeks masa tubuh yang tidak normal
e. Kebiasaan memakan makanan cepat saji
f. Durasi perdarahan saat haid

13
g. Terpapar asap rokok
h. Konsumsi kopi
i. Alexythimia.
c) Patologi
Korpus luteum akan mengalami regresi apabila tidak
terjadi kehamilan. Hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron
dan mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga mudah pecah dan
melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 akan menghidrolisis
senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium dan menghasilkan
asam arakhidonat. Asam arakhidonat bersama dengan kerusakan
endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat dan menghasilkan
prostaglandin PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan dismenoreprimer
didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya,
yang merangsang miometrium.
Akibatnya terjadi peningkatan kontraksi dan disritmi uterus, sehingga
terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan mengakibatkan iskemia.
Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi,
selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung saraf aferen
nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia
d) Tanda dan Gejala
Gejala utama adalah nyeri, dimuali pada saat awitan menstruasi.
Nyeri dapat tajam, tumpul, siklik, atau menetap; dapat berlangsung dalam
beberapa jam sampai satu hari. Kadang-kadang, gejala-gejala tersebut dapat
lebih lama dari satu hari tapi jarang melebihi 72 jam. Gejala-gejala sistemik
yang menyertai berupa mual, diare, sakit kepala, dan perubahan emosional.

2.5 INFEKSI SALURAN REPRODUKSI (ISR)

14
A. Pengertian
Infeksi saluran reproduksi (ISR) adalah masuk dan
berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi kedalam saluran reproduksi.
Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa bakteri, jamur, virus dan
parasit. Perempuan lebih mudah terkena ISR dibandingkan laki-laki,
karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat ke anus dan saluran
kencing. ISR pada perempuan juga sering tidak diketahui , karena
gejalanya kurang jelas dibandingkan laki-laki.
B. Penyebab
Penyebab infeksi saluran reproduksi biasanya yaitu :
1. Bakteri
2. Virus
3. Parasit
4. Jamur
C. Faktor Risiko terjadinya IMS pada seseorang :
1. Adanya Duh tubuh pada mitra seksual
2. Umur <21 tahun
3. Pasangan seksual lebih dari satu
4. Pasangan seksual baru 3 bulan terakhir
5. Belum menikah
6. Pernah seks anal
7. Pernah berhubungan seksual dengan PSK tanpa pelindung
8. Pernah berhubungan seksual dengan ODHA
9. Riwayat menderita ulkus kelamin, GO

D. Gejala
1. Gejala umum
1) Rasa sakit atau gatal di kelamin
2) Muncul benjolan, bintik atau luka disekitar kelamin
3) Keluar cairan yang tidak biasa dan bau dari alat kelamin
4) Terjadinya pembengkakan di pangkal paha

15
2. Gejala Pada Perempuan
1) Dampaknya lebih serius dan sulit didiagnosa karena umumnya
asimptomatik
2) Keluar cairan yang tidak biasa dan berbau tidak enak dari alat
kelamin
3) Keluar darah bukan pada masa haid
4) Sakit pada saat berhubungan seks
5) Rasa sakit pada perut bagian bawah
3. Gejala Pada Laki-Laki
1) Terasa sakit saat kencing
2) Keluar cairan/nanah dari alat kelamin
3) Terjadi pembengkakan pada buah pelir dan terasa sakit atau panas

E. Jenis Infeksi Saluran Reproduksi berdasarkan kuman penyebab :


1) Gonore
a) Merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Neisseria
Gonorrhoeae atau Gonococcus. Masa tunas 2-5 hari pada pria,
sedangkan pada wanita sulit ditentukan oleh karena pada umumnya
tidak menimbulkan keluhan atau gejala.
b) Gejala
1. Gejala pada wanita
Pada wanita, gejala awal kadang-kadang sangat ringan hingga keliru
dengan infeksi kandung kemih atau infeksi vagina. Gejala bisa
meliputi:
a) Sering buang air kecil dan sakit
b) Anus gatal, nyeri dan terjadi pendarahan
c) Cairan vagina abnormal
d) Pendarahan vagina abnormal selama atau setelah berhubungan seks
atau antara periode haid
e) Alat kelamin terasa gatal

16
f) Perdarahan haid tidak teratur
g) Perut bagian bawah terasa sakit
h) Perdarahan haid tidak teratur
i) Kelenjar bengkak dan nyeri pada pembukaan vagina (kelenjar
Bartholin)
j) Hubungan seksual terasa menyakitkan
k) Yang jarang terjadi, sakit tenggorokan dan penyakit mata menular
2. Gejala pada pria
Pada pria, gejala biasanya cukup jelas, tetapi beberapa orang
mengalami gejala ringan atau tanpa gejala, dan tanpa disadari dapat
menularkan infeksi gonore untuk pasangan seksnya.
Gejala bisa meliputi:
a) Cairan penis abnormal (terlihat seperti susu pada awalnya, kemudian
kuning, lembut, dan berlebihan, kadang-kadang darah kebiruan)
b) Sering buang air kecil dan sakit
c) Anus gatal, nyeri dan terjadi pendarahan
d) Yang jarang terjadi, sakit tenggorokan dan penyakit mata menular
c) Komplikasi pada laki-laki adalah infeksi pada testis atau buah zakar,
saluran sperma sehingga bisa menimbulkan penyempitan dan
berakhir kemandulan. Sedangkan Komplikasi pada wanita adalah
terjadinya penjalaran infeksi ke rahim dan saluran telur sehingga
dapat menyebabkan kemandulan. Bila mengenai ibu hamil yang
dapat menyebabkan kebutaan.
d) Patologi
Infeksi dimulai dengan adhesi pada sel mukosa (urethra, vagina,
rectum, tenggorok)kemudian penetrasi ke submukosa dan menyebar
baik secara langsung maupun hematogen.
1. Langsung pada pria menyebabkan prostatitis dan epididymitis,
sedangkan pada wanita langsung menyebar ke kelenjar Bartholin,
paraserviks, tuba falopii, dst.
2. Hematogen

17
Hanya 1% kasus, kebanyakan dari asymptomatic infection pada
wanita. Inidisebabkan adanya kelainan pertahanan tubuh, misalnya.
Defisiensi C6-9 atau bakteri yang kebal terhadap antibodi dan
komplemen, bakteri dengan protein porin A pada dinding sel
kemudian menginaktivasi C3b. Manifestasi berupa arthritis, lesikulit,
dan tenosynovitis.
2) Sifilis (raja singa).
a) Definisi sifilis adalah infeksi yang disebabkan oleh treponema
pallidum dan bersifat kronis, dapat menyerang semua organ tubuh
dan dapat menyerupai banyak penyakit. Masa tunas berkisar antara
10-90 hari.

b) Gejala :
- Stadium I (sifilis primer) timbul antara 2-4 minggu setelah kuman
masuk. Ditandai dengan adanya benjolan kecil merah biasanya 1
buah, kemudian menjadi luka atau koreng yang tidak disertai rasa
nyeri. Pada stadium ini biasanya disertai pembengkakan kelenjar
getah bening regional. Luka atau koreng tersebut akan hilang secara
spontan meski tanpa pengobatan dalam waktu 3-10 minggu, tetapi
penyakitnya akan berlanjut ke stadium II.
- Stadium II (sifilis sekunder). Stadium ini terjadi setelah 6-8 minggu
dan bisa berlangsung sampai 9 bulan. Kelainan dimulai dengan
adanya gejala nafsu makan yang menurun, demam, sakit kepala,
nyeri sendi. Pada stadium ini juga muncul gejala menyerupai
penyakit kulit lain berupa bercak merah, benjolan kecil-kecil seluruh
tubuh, tidak gatal, kebotakan rambut dan juga dapat disertai
pembesaran kelenjar getah bening yang bersifat menyeluruh.
Stadium laten dini terjadi apabila sifilis sekunder tidak diobati,
setelah beberapa minggu atau bulan gejala-gejala akan hilang
seakan-akan sembuh spontan. Namun infeksi masih berlangsung
terus dan masuk ke stadium laten lanjut. Stadium laten lanjut.

18
Setelah 1 tahun, sifilis masuk ke stadium laten lanjut yang dapat
berlangsung bertahun-tahun.
- Stadium III (sifilis tersier). Umumnya timbul antara 3-10 tahun
setelah infeksi. Ditandai dengan 2 macam kelainan yaitu berupa
kelainan yang bersifat destruktif pada kulit, selaput lendir, tulang
sendi serta adanya radang yang terjadi secara perlahan-lahan pada
jantung, sistim pembuluh darah dan syaraf.
c) Komplikasi : Pada kehamilan terjadi sifilis congenital.
d) Patologi
- Stadium Dini
Pada sifilis yang didapat, Treponema pallidum masuk ke dalam
kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui
senggama. Kuman tersebut berkembang biak, jaringan bereaksi
dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel-
sel plasma, terutama di perivaskuler, pembuluh-pembuluh darah
kecil berproliferasi dikelilingi oleh Treponema pallidum dan sel-sel
radang. Enarteritis pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan
hipertrofi endotelium yang menimbulkan obliterasi lumen
(enarteritis obliterans). Pada pemeriksaan klinis tampak sebagai SI.
Sebelum SI terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah bening
regional secaralimfogen dan berkembang biak, terjadi penjalaran
hematogen yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Multiplikasi
diikuti oleh reaksi jaringan sebagai SII yang terjadi 6-8 minggu
setelah SI. SI akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat
tersebut berkurang jumlahnya. Terbentuklah fibroblas-fibroblas dan
akhirnya sembuh berupa sikatrik. S II juga mengalami regresi
perlahan-lahan lalu menghilang. Timbul stadium laten. Jika infeksi
T.pallidum gagal diatasi oleh proses imunitas tubuh, kuman akan
berkembang biak lagi dan menimbulkan lesi rekuren. Lesi dapat
timbul berulang-ulang.
- Stadium Lanjut

19
Stadium laten berlangsung bertahun-tahun karena treponema dalam
keadaan dorman. Treponema mencapai sistem kardiovaskuler dan
sistem saraf pada waktu dini, tetapi kerusakan perlahan-lahan
sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan
gejala klinis. Kira-kira dua pertiga kasus dengan stadium laten tidak
memberi gejala.
3) Herpes Genitalis.
a) Definisi herpes genitalis ialah infeksi pada genital yang
disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV), terutama HSV tipe
2, yang sering bersifat berulang. Masa tunas berkisar antara 3-7
hari, tetapi dapat lebih lama.
b) Gejala : Rasa seperti terbakar dan gatal, beberapa jam sebelum
timbul lesi; Kadang-kadang disertai gejala umum, misalnya
lemas, demam dan nyeriotot; Timbul gelembung-gelembung yang
berkelompok dengan mudah pecah; Gejala lesi awal dapat lebih
berat dan lama; Pada bentuk ulang (rekurens), biasanya didahului
oleh factor pencetus seperti stress psikis, trauma, koitus yang
berlebihan, makanan yang sulit merangsang, alcohol, obat-obatan
dan beberapa hal yang sulit diketahui.
c) Komplikasi herpes genitalis adalah kanker leher rahim, kehamilan
lahir muda, kelainan congenital dan kematian.
d) Pathway
Individu dengan HSV berkontak seksual dengan individu lain dan
mengalami pergesekan pada permukaan kulit daerah kelamin dan
selangkangan. Saat itu pula Virus dapat masuk melewati kulit
yang lembab atau Mukosa pada kelamin. Kemudian virus tersebut
menginvasi atau disebut viral shadding yaitu virus bereplikasi
dengan menghancurkan sel penjamu dan virion. Dari situlah akan
berkembang dan menjadi penyakit Herpes Genetal.

2.6 GANGGUAN PROSTAT DAN TESTIS


A. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

20
BPH atau yang biasa dikenal dengan pembesaran prostat jinak terjadi ketika
kelenjar prostat membesar, sehingga saluran kemih akan menyempiy. Kondisi ini
dpat menyebabkan otot kandung kemih menebal. Lambat laun, dinding kandung
kemih akan melemah, dan mengalami kesulitan untuk mengeluarkan urine dari
kandung kemih. BPH umumnya sering terjadi seiring bertambahnya usia.
a. Penyebab
Penyebab pasti dari BPH masih belum diketahui saat ini. Namun, studiklinis
menunjukkan bahwa prostat kebanyakan pria pada usia 50 tahun akan meningkat
secara bertahap karena perubahan hormonal yang menyebabkan pertumbuhan
berlebih dari jaringan prostat. Jaringan otot di prostat juga akan berkontraksi dan
menyempitkan uretra. Ini bisa menghalangi aliran urine normal dan menyebabkan
kesulitan buang air kecil.
b. Faktor Resiko
Faktor resiko yang paling berperan dalam BPH adalah usia, selain adanya
testis yang fungsional sejak pubertas (faktor hormonal). Dari berbagai studi
terakhir ditemukan hubungan positif antara BPH dengan riwayat BPH dalam
keluarga, kurangnya aktivitas fisik, diet rendah serat, konsumsi vitamin E,
konsumsi daging merah, obesitas, sindrom metabolik, inflamasi kronik pada
prostat, dan penyakit jantung.
c. Patofisiologi
Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra pars
prostatica dan menghambat aliran urine sehingga menyebabkan tingginya tekanan
intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih
kuat untuk melawan tekanan, menyebabkan terjadinya perubahan anatomi buli-
buli, yakni: hipertropiototdestrusor, trabekulasi, terbentuknyaselula, sakula, dan
divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut dirasakan sebagai
keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms
(LUTS)9.
Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini
menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya refluks

21
vesikoureter. Jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal9.
d. Tanda & Gejala
BPH biasanya dimulai dengan aliran urin lambat. Karena tidak ada rasa sakit
atau gangguan yang jelas, kebanyakan pria cenderung mengabaikannya. Bila
kondisinya menjadi lebih serius, ada kesulitan dalam memulai buang air kecil. Hal
ini karenapembesaran prostat menekan ke bawah pada uretra dan menyebabkan
uretra menyempit, kandung kemih kemudian dipaksa menekan lebih keras untuk
mengusir keluarnya urin. Dinding kandung kemih menjadi lebih tebal dan tebal
sementara kandung kemih menahan sedikit air kencing. Hal ini dapat
menyebabkan gejala berikut :
1. Sering buang air kecil. Memiliki keinginan untuk buang air kecil berkali-kali di
siang hari dan bangun lebih sering pada malam hari untuk buang air kecil.
2. Kesulitan mulai buang air kecil atau tertunda mulai saat mencoba buang air
kecil
3. Ragu-ragu, sebentar-sebentar, aliran urin lemah atau lambat. Menghentikan
dan mulai atau bahkan menggiring bola saat buang air kecil.
4. Dribbling di akhir buang air kecil
5. Merasa bahwa kandung kemih tidak sepenuhnya dikosongkan setelah buang air
kecil. Sulit untuk buang air kecil
6. Memiliki dorongan kuat atau tiba-tiba untuk buang air kecil cukup sering,
terutama di malam hari
7. Mendorong inkontinensia, yaitu ketidakmampuan untuk mengendalikan buang
air kecil
8. Inkontinensia urin
9. Retensi urin akut: Ketidakmampuan yang tiba-tiba dan menyakitkan untuk
buang air kecil yang menyebabkan retensi urin akut di kandung kemih
10. Ketidaknyamanan perut bagian bawah
11. Darah dalam urin (hematuria)
DAFTAR PUSTAKA

22
Bushman W. Etiology, epidemiology, and natural history of benign prostatic
hyperplasia. UrolClin North Am 2009;36 (4):403-415

Parsons J. Kellog, dkk. Metabolic factors associated with benign prostatic


hyperplasia. The journals of clinical endocrinology and metabolism. 2006.
Volume 91 no 7 2562-2568. URL :http://www.joem.endojournals.org. diakses 17
Juli 2012

docshare01.docshare.tips
https://www.medicinejournal.co.uk
Http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1076/916
Https://digilib.uns.ac.id/
Https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/.../16877
https://www.academia.edu/9762320/amenorrhea_patologi_umum_
Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../4/chapter%20ii.pdf
https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/perdarahan-uterus-
abnormal/patofisiologi
https://www.academia.edu/33687665/laporan_pendahuluan_disfungsional_uteri_b
leeding_dub
https://www.academia.edu/34668539/referat_pendarahan_uterus_abnormal
https://hellosehat.com/penyakit/perdarahan-uterus-abnormal/
https://www.google.co.id/url?q=http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
jbk7722b2fae02full.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwi2vJLxk4rhAhWE8HMBHaFMC
eQQFjABegQICxAD&usg=AOvVaw0QxWlpT4QIFoqL3wcyz_fE
http://repository.ump.ac.id/3916/3/KUSTANTI%20BAB%20II.pdf
https://hellosehat.com/penyakit/perdarahan-uterus-abnormal/amp/
http://dokita.co/blog/kontrol-emosi-no-more-premenstrual-syndrome-pms/

23

Anda mungkin juga menyukai