Hand Out Siku & Tangan
Hand Out Siku & Tangan
Elbow
Berdirilah disamping pasien dan peganglah anterior lateral arm pasien. Tangan disekeliling
biceps, Abduksi dan ekstensikan arm hingga processus olecranon lebih jelas terlihat. Fleksi
elbow kira-kira 90 .
1) Epicondylus Medial
Terletak di atas sisi medial dari ujung distal humerus. Ini lebih besar dan berada dibwawh
kulit, bentuk tulangnya tampak keluar dari jaringan disekitarnya.
Kebanyakan nyeri pada tulang dan otot dimana saja termasuk pada siku terjadi akibat gerakan
kuat yang berulang-ulang dan berkepanjangan. Gerakan di siku dilakukan oleh dua kelompok
otot yang kerjanya saling berlawanan, yaitu kelompok otot fleksor yang melekat pada siku
bagian sisi dalam (medial) untuk membengkokkan lengan bawah pada sendi siku dan
kelompok otot ekstensot yang melekat pada siku bagian sisi luar (lateral) untuk meluruskan
lengan bawah pada sendi siku.
Untuk mencegah otot-otot fleksor dan ekstensor bergesekan pada waktu otot-otot tersebut
bekerja (kontraksi) maka sendi siku mempunyai suatu struktur yang disebut bursa dan serabut
otot dilekatkan pada tulang dengan tendon.
Dalam menghadapi penderita dengan nyeri di daerah siku kewaspadaan diarahkan kepada 2
jenis nyeri, yaitu nyeri di siku sebagai penjalaran nyeri yang berasal dari tulang leher atau
bahu dan nyeri yang berasal dari siku sendiri.
Beberapa masalah kesehatan yang berasal dari siku dan sering menyebabkan nyeri pada siku
dapat disebabkan masalah pada sendinya sendiri maupun struktur disekitar sendi seperti bursa
dan tendon.
Pada gerakan yang menimbulkan nyeri dapat memberikan informasi tentang komponen-
komponen mana dari sendi siku yang mengalami gangguan.
Demikian pula adanya penyakit-penyakit tertentu yang sedang diderita seperti diabetes
melitus, artritis reumatoid (encok), osteoartritis, penyakit gout (asam urat), diketahuinya
pekerjaan seseorang dan hobi olahraga yang diminati penderita dapat mempermudah
mengetahui penyebab nyeri pada siku tersebut.
Pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri siku perlu
dilakukan secara cermat, yang meliputi pemeriksaan saraf pada lengan, pemeriksaan pada
ruas tulang leher, sendi bahu, pergelangan tangan dan tangan.
Perabaan pada daerah siku dan sekitarnya yang linu-ngilu, bengkak, merah dan panas perlu
dilakukan, adanya trauma (ruda paksa) dan perubahan warna setempat perlu pula
diperhatikan. Adanya daerah-daerah yang keras di sekitar siku yang dalam keadaan normal
tidak keras (indurasi) perlu pula dicari, yang dapat disebabkan kelainan tendon.
Tulisan ini selanjutnya akan membahas nyeri pada siku yang disebabkan kelainan pada sendi
siku dan struktur di sekitarnya.
Penderita dengan tennis elbow datang berobat ke dokter dengan nyeri pada siku bagian
lateral, baik yang baru saja dialami maupun telah dialami selama beberapa waktu. Nyeri di
siku biasa dirasakan pada waktu menggerakkan tangan pada sendi pergelangan tangan atau
sewaktu mengembangkan jari-jari tangan maupun sewaktu mengepalkan tinju dengan kuat.
Tennis elbow pada pemain tenis adalah hal yang sering didapati bagi yang baru belajar main
tenis. Kesalahan yang mereka lakukan sehingga mengalami nyeri pada siku adalah karena
memukul bola secara backhand (pukulan dengan sikunya mengarah ke net) sehingga otot-otot
ekstensor bekerja di luar kemampuannya untuk melakukan backhand yang berhasil.
Demikian juga, pemain golf yang baru belajar golf menderita golfer’s elbow jika ia terlampau
cepat menekukkan tangan pada sendi pergelangan tangan waktu hendak memukul bola
dengan siku menuju ke samping tubuhnya.
Nyeri siku seperti yang dialami oleh penderita tennis elbow maupun golfer’s elbow bukanlah
hanya terjadi pada pemain tennis dan pemain golf saja, tetapi juga sering terjadi pada ibu
rumah tangga pada masa menjelang hari raya (misalnya lebaran, natal dan tahun baru),
karena pada waktu itu pembantu rumah tangga sedang pulang kampung sehingga
menyebabkan ibu rumah tangga harus mencuci, memeras dan menjemur pakaian.
Pada waktu mencuci dan memeras pakaian maka kelompok otot ekstensor bekerja keras
dalam waktu yang lama, yang selama ini pekerjaan tersebut sudah tidak biasa lagi
dilakukannya dan akibatnya terjadi nyeri pada siku bagian latetal.
Tergantung pada kelompok otot mana yang lebih kuat bekerja maka Tennis elbow maupun
golfer’s elbow akan terjadi. Mereka yang mengerjakan perabot, men cat dan membersihkan
kebun yang selama ini jarang dilakukannya mudah mendapat tennis elbow atau golfer’s
elbow.
Biasanya penderita yang mengalami tennis elbow atau golfer’s elbow adalah mereka yang
berusia 40-55 tahun, sedangkan pada yang berusia 60 tahun ke atas (lansia) dan di bawah 40
tahun jarang terjadi.
Sebahagian besar penderita dengan tennis elbow atau golfer’s elbow mengeluh rasa nyeri
pada siku, dan pada umumnya penderita dapat menunjukkan sendiri kepada orang lain lokasi
rasa nyerinya, bahkan penderita dapat mengetahui bahwa daerah siku yang dikenai sedikit
membengkak.
Pada tennis elbow nyeri siku dapat terjadi sewaktu sewaktu penderita menggerakkan
tangannya ke atas dengan punggung tangan berada pada sebelah atas (dorsofleksi) melawan
tahanan yang dilakukan orang lain terhadap tangannya, sedangkan pada golfer’s elbow
penderita merasa nyeri siku jika penderita membalikkan telapak tangan sehingga menghadap
ke arah bawah (pronasi) melawan tahanan yang dilakukan orang lain terhadap lengan
bawahnya.
Selain itu, dapat dirasakan kebas-kebas pada lengan bawah dari siku yang mengalami nyeri.
Pada bursitis yang terjadi pada sendi siku, timbul nyeri siku dan pada daerah siku dapat
diraba bursa yang membengkak disertai berisi cairan, yang dapat disebabkan penyakit gout,
artritis rematoid dan trauma.
Pada tendinitis, nyeri dirasakan penderita di lipatan siku bagian sisi dalam (medial), dapat
pula berupa rasa pegal atau tidak enak pada lipatan siku tersebut yang terjadi sewaktu lengan
bawah diluruskan pada sendi siku.
Penanganan
Jika tidak didapati trauma pada penderita maka pemeriksaan rontgen tidak diperlukan.
Penderita perlu mendapat obat-obat untuk kesembuhan ataupun meringankan penderitaannya.
Selain daripada itu, penderita diberitahu untuk menghentikan segala kegiatan seperti
mencuci, memeras pakaian, menjemur pakaian, mencat, mengerjakan perabot, membersihkan
kebun, mengepel, bermain tenis, golf dan lain-lain sampai penderita sembuh.
Anatomi
Fraktur tulang humerus, laserasi pergelangan tangan dan pemasangan infus secara
umum dapat menyebabkan cedera saral radialis dan tindakan dekompresi serta reparasi
diperlukan pada kebanyakan kasus. Entrapmen idiopatik pada saraf dapat terjadi namun
sangat jarang. Nervus interosea posterior ( PIN) merupakan cabang langsung dari nervus
radialis di distal sendi siku, setelah berbelok nervus ini menembus otot supinator melalui
'lengkung Frohse', yang merupakan suatu daerah cincin fibrosa. Sebelum saral radialis distal
bercabang menjadi PIN dan nervus radialis sensoris, terbentuk cabang extensor carpi radialis.
Pada saat PIN berlanjut ke distal, saraf ini menginervasi supinator dan ekstensor-ekstensor
pergelangan tangan dan jari-jari. Cabang-Cabang extensor carpi radialis brevis muncul
proximal dari lokasi kompresi saraf . Pada kasus ini extensor carpi radialis longus tetap utuh,
dan pasien dengan kompresi PIN dapat tidak mengalami wrist drop, meskipun pada ekstensi
terdapat pergeseran radial. Beberapa cabang yang menuju supinator sering kali muncul
proksimal dari lengkung Frohse sehingga gerakan supinasi masih tetap utuh.
Evaluasi pasien
Pasien dengan entrapmen PIN dapat mengalami kelumpuhan tanpa rasa sakit, atau
mengalami nyeri yang sering sulit dibedakan dengan epikondilitis lateral. Kondisi nyeri ini
disebut 'resistent tennis elbow' atau ' sindrom terowongan radial'. Baik nyeri atau tanpa rasa
sakit, kondisi ini dapat terjadi setelah penggunaan lengan bawah secara berlebihan. Jika pada
epikondilitis lateral nyeri dirasakan secara langsung pada epikondilus lateral, pada kasus
kompresi PIN, nyeri dirasakan pada saraf kelompok otot-otot extensor, kira-kira 3 cm distal
dari siku. Suatu uji provokasi untuk membedakan epikondilitis lateralis dengan kompresi
PIN adalah supinasi dan ekstensi jari tengah dengan tahanan.
Lokasi kompresi yang mungkin dari PIN pada daerah lengan bawah adalah pada
adhesi antara otot-otot brachialis dan brakioradialis, tepi dari extensor carpi radialis brevis,
serabut fibrosa yang berhubungan dengan otot supinator, dan satu set cabang vaskular yang
kadang-kadang istilahkan sebagi 'the leash of Henry'. Jalan keluar dari supinator distal adalah
suatu lokasi entrapmen yang jarang.
Tatalaksana
http://dhaenkpedro.wordpress.com/golfers-elbow-syndrome/
Golfer’s elbow syndrome adalah suatu keadaan nyeri pada siku bagian dalam,
tepatnya pada tendon otot flexor carpi radialis dan otot pronator teres, yang disebabkan
karena gerakan flexi pergelangan tangan dan pronasi siku hentak dan berulang kali. Keadaan
ini semakin nyeri bila dipakai beraktifitas flexi pergelangan tangan disertai pronasi, seperti
pada gerakan menggenggam atau memegang atau saat posisi tendon tersebut terulur.
Nyeri pada sendi siku bagian dalan ini cukup mengganggu, karena gerakan sendi ini
komplek dan didukung oleh beberapa sendi,
Penyebab cidera tendon otot ini karena adanya trauma hentak maupun berulang
sehingga terjadi tendonitis yaitu peradangan atau iritasi pada tendon, dimana terjadi jaringan
fibrous antara otot dan tulang. Tendon adalah jaringan penyambung kuat yang merupakan
ujung otot dan menempel pada tulang. Tendon dibentuk oleh serabut-serabut reticular dari
substansia intrasel yang terdiri dari serbut kolagen yang mengandung fibril yang menjadi
satu ikatan oleh substansia semen yang amorf.
Ada tanda-tanda peradangan pada permukaan kulit baik lihat maupun disentuh,
Keluhan pada sendi siku bagian dalam, bukan hanya pada golfer’s elbow syndrome saja, tapi
ada keluhan lain yang letaknya sama namun beda gejala dan penangganannya. Kondisi lain
yang letaknya sama dengan golfer’s elbow syndrome, yaitu :
Peradangan terjadi kerena ada kerobekan dan/atau adanya cidera pada jaringan, sehingga
terjadi respon fisiologis berupa :
Gangguan sistim sirkulasi, dimana terjadi fase vasokontriksi pada menit ke 5-10 pada daerah
cidera,fase vasodilatasi pada cidera karena adanya kerobekan membrane sel maupun
pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan suplai darah sebagai reaksi dalam transportasi
untuk pembentukan fibrinogen dan transportasi sel darah putih sebagai reaksi antibodi tubuh,
Terjadi reaksi kimia atau disebut juga chemotaxis, dimana akibat cidera maka permeabilitas
membrane pembuluh darah terbuka/melebar sehingga bradykinin dan histamine ada pada
daerah interstitial menimbulkan impuls nyeri, sebagai alarm tubuh karena ada ketidak-
beresan pada jaringan, ditambah lagi adanya produksi sel darah putih yang melakukan
fagositas dan regenerasi sel, (Protaglandin, leukotrienes dan thromboxanes), Masa dimana sel
yang mengalami gangguan sistim, secara fisiologis berusaha untuk melakukan regenerasi.
Penyebab golfer’s elbow syndrome disebabkan oleh beberapa aktifitas dan factor lain, di
antaranya adalah :
Mikro trauma berulang akibat gerak flexi pergelangan tangan dan/atau pronasi siku, sehingga
mengakibatkan kerobekan (rupture) tendon otot flexor carpi radialis dan/atau pronator teres,
Strain otot flexor carpi radialis dan pronator teres,
Inflamasi kronis pada tendon otot carpi radialis dan pronator teres.
Mekanisme penurunan nyeri pada golfer’s elbow syndrome dengan menggunakan modalitas
ultrasound bertujuan untuk memutus proses inflamasi pada tendon otot, sebab adanya
inflamasi terjadi nyeri stress dan produksi zat-zat iritan.
Arus yang dipilih adalah arus pulsa dengan tujuan untuk mengutamakan efek non thermal
ultrasound untuk memutus siklus inflamasi dengan mengharapkan efek perpaduan antara
cavitasi dan acoustic streaming (=radiasi) agar dapat diperoleh penarikan keluar sel mast dari
macrophage dan calsium sehingga terjadi hiperemia kapiler dan meningkatkan aliran limfe
sehingga terjadi penurunan ambang nyeri. Dan adanya efek microstreaming yang meng-iritasi
serabut saraf ber-myelin, sehingga terjadi post excitatory depression pada saraf ortosimpatis
agar terjadi relaksasi otot dan vasodilatasi pembuluh darah.
Karena tujuan utama untuk menurunkan nyeri, tapi tak terelakkan pula untuk tujuan
regenerasi jaringan/ tendon yang cidera, maka efek refleksi gelombang yaitu kompresi dan
rarefraksi jaringan yang menimbulkan micromassage, tetap terjadi agar dapat diperoleh
proses pemulihan kembali.
Demikian juga adanya ossilasi partikel pada tranduser yang dikenakan pada kulit/jaringan,
maka sel-sel juga mengalami gerak ossilasi sehingga terjadi efek panas yang dapat
meningkatkan vasodilatasi. Diharapkan adanya peningkatan suplai makanan, O2 dan
percepatan sekresi zat iritan, akan mempercepat proses perbaikan fibrilasi jaringan, pembuluh
darah dan perbaikan sel penyangga jaringan.
http://www.infofisioterapi.com/proses-pemeriksaan-fisioterapi-pada-elbow-joint.html
Elbow joint terdiri dari 3 potong tulang yaitu os humerus, os ulna dan os radius yang saling
berhubungan dan ketiga tulang tersebut sama-sama berada dalam satu ruang sendi. Elbow
joint dibentuk oleh tiga buah persendian yaitu :
1. Ulnohumeral joint atau trochlear joint termasuk uni axial hinge joint, dengan pola gerakan
fleksi ekstensi. MLPP atau posisi istirahat untuk sendi ini adalah fleksi elbow 70 derajat dan
lengan bawah supinasi 10 derajat, sedangkan posisi netral 0 derajat, mid posisi antara
supinasi dan pronasi. CPP ekstensi dan lengan bawah supinasi
2. Radiohumeral joint, juga termasuk uni axial hinge joint, dengan pola gerakan supinasi dan
pronasi. MLPP untuk sendi tersebut adalah elbow fleksi 70 derajat dan supinasi lengan bawah
10 derajat, sementara CPP-nya yaitu fleksi elbow 90 derajat dan supinasi lengan bawah 5
derajat.
3. Proksimal radioulnar joint, termasuk uni axial pivot joint, pola gerakannya sama yaitu
supinasi dan pronasi. Posisi istirahat/MLPP adalah supinasi 35 derajat dan fleksi elbow 70
derajat, sedangkan CPP adalah supinasi 5 derajat.
Assesment
Anamnesis
Selain melakukan anamnesis umum juga penting sekali melakukan anamnesis khusus
berkaitan dengan sendi siku, hal-hal yang perlu dipertanyakan adalah:
1. Jenis keluhan
2. Ketepatan waktu dan durasi keluhan
3. Lokasi dan distribusi keluhan
4. Provokasi oleh sikap dan gerak yang menimbulkan keluhan
5. Dan lain-lain menyangkut organ tubuh lain yang terkait, tindaka operasi maupun terapi
medis lainnya.
Inspeksi
Pemeriksaan ini dapt dilakukas secara statik, dinamik, lokal dan segmental. Inspeksi dimulai
saat pertama kali pasien masuk keruangan pemeriksaan, perhatikan posisi sikap tubuh saat
duduk, berdiri atau saat aktif. Perhatikan gerakan lengan, siku dan tangan pasien saat
berpegangan atau membuka baju. Disamping itu perhatikan pula posisi dan sikap kepala –
leher – thoraks dan lengan (quadrant), neck shoulder line, bahu, kontak axilla sampai tangan
(segmental), posisi siku terhadap lengan atas dan lengan bawah serta jaringan pada elbow
joint.
PEMERIKSAAN FUNGSI
1. Quick text/Orientasi teks
a. Abduksi-elevasi shoulder
Pada saat terjadi gerakan abduksi-elevasi shoulder, terjadi gerakan osteolinematik yang
proporsional antara humerus dengan scapula (scapurolhumeral rhytm). Pada awal gerak
abduksi 30° terjadi gerak humerus 30° sementara scapula berada pada posisi tetap bahkan
sedikit abduksi.
Pada jarak 30°-60° terjadi gerakan proporsional antara abduksi humerus : scapula sebesar 2 :
1. Selanjutnya pada abduksi 60°-120° terjadi gerakan eksternal rotasi humerus secara
bertahap sebesar 90° untuk menghindari benturan antara acromion dengan head-of humerus.
Pada gerak abduksi 120°-180° gerak proporsional tetap berlanjut dan pada jarak ini mulai
terjadi gerakan intervertebral dan costa yang bermakna pada akhir ROM.
b. Cervical fleksi-ekstensi dan gerakan 3 dimensi
Pemeriksaan ini merupakan provokasi terhadap cervical untuk mendeteksi kemungkinan
patologi berasal dari cervical. Hal-hal yang perlu di perhatikan seperti pola gerak, irama
gerak, nyeri local/nyeri alihan, bunyi, range of motion serta endfeel
c. Ekstensi
2. Pemeriksaan fungsi gerak dasar
a. Gerak aktif meliputi :
• Fleksi dan ekstensi elbow joint, 140-150° dan 0-10°
• Supinasi lengan bawah, 90°
• Pronasi lengan bawah, 90°
b. Gerak pasif meliputi :
• Fleksi elbow, dengan endfeel lunak
• Ekstensi elbow, dengan endfeel bone to bone (keras) oleh karena adanya benturan antara
olecranon denga fossa olecranon humeri. Gerakan yang berlebihan dengan elastic endfeel
dapat disebabkan oleh karena fraktur atau dislokasi.
• Pronasi lengan bawah, endfeel tissue stretch, kerena adanya regangan dari jaringan lunak
• Supinasi lengan bawah, dengan endfeel idem supinasi, karena regangan dari jaringan lunak.
Adapun pola kapsular untuk elbow joint adalah fleksi > ekstensi
c. Gerak TIMT/RIM mencakup :
• Fleksi dan ekstensi elbow
• Pronasi dan supinasi lengan bawah
• Palmar fleksi wrist joint
• Dorsal fleksi dari tangsi wrist joint
• Ulnar deviasi dan radial deviasi wrist joint
Pengertian
Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Arthritis Distal Radioulnar joint
Tujuan
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal
Kebijakan
1. Indikasi
- Assessment fisioterapi dan temuannya pada kasus Arthritis Distal Radioulnar
- Intervensi fisioterapi pada Arthritis Distal Radioulnar
2. Kontra indikasi:
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Osteoporosis
- TBC tulang
Proses Pemeriksaan Fisioterapi Pada Elbow Joint
Posted on 21 November 2010. Tags: Acromion, anamnesis, Anamnesis Khusus, Anamnesis
Umum, anatomi, Axilla, bahu, dislokasi, Elbow joint, endfeel, extremitas superior,
Fisioterapi, Fraktur, gerak, Gerak aktif, Gerak Pasif, Gerak proporsional, Gerakan, Humerus,
jaringan, jaringan lunak, makanan, Mekanikal, nyeri, Nyeri local, Operasi, organ, pasien,
patologi, pemeriksa, pemeriksaan fungsi, radial deviasi, Radius, range, Range of Motion,
ROM., Scapula, sendi, sikap, siku, TENS, tubuh, Tulang, uang, Ulna, ulnar deviasi
Elbow joint terdiri dari 3 potong tulang yaitu os humerus, os ulna dan os radius yang saling
berhubungan dan ketiga tulang tersebut sama-sama berada dalam satu ruang sendi. Elbow
joint dibentuk oleh tiga buah persendian yaitu :
1. Ulnohumeral joint atau trochlear joint termasuk uni axial hinge joint, dengan pola gerakan
fleksi ekstensi. MLPP atau posisi istirahat untuk sendi ini adalah fleksi elbow 70 derajat dan
lengan bawah supinasi 10 derajat, sedangkan posisi netral 0 derajat, mid posisi antara
supinasi dan pronasi. CPP ekstensi dan lengan bawah supinasi Read the full story
OBAT HERBAL KUAT TAHAN LAMA OLES HERBAL UTK KUAT TAHAN
REKOMENDASI BOYKE LAMA REKOMENDASI BOYKE!
KumpulBlogger.com
a. Refleks Superficial
- Refleks dinding perut : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal,
intra umbilikal dari lateral ke medial. Respon : kontraksi dinding perut.
- Refleks Cremaster : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah. Respon :
elevasi testes ipsilateral.
- Refleks Gluteal : goresan atau tusukan pada daerah gluteal. Respon : gerakan reflektorik
otot gluteal ipsilateral.
b. Refleks Tendon / Periosteum
- Refleks Biceps (BPR) : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon
m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada
sendi siku.
- Refleks Triceps (TPR) : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi
siku dan sedikit pronasi. Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku.
- Refleks Periosto Radialis : ketukan pada periosteum ujung distal os symmetric posisi lengan
setengah fleksi dan sedikit pronasi. Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi
karena kontraksi m.brachiradialis.
- Refleks Periostoulnaris : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan
setengah fleksi dan antara pronasi supinasi. Respon : pronasi tangan akibat kontraksi
m.pronator quadrates.
- Refleks Patela (KPR) : ketukan pada tendon patella dengan hammer. Respon : plantar fleksi
longlegs karena kontraksi m.quadrises femoris.
- Refleks Achilles (APR) : ketukan pada tendon achilles. Respon : plantar fleksi longlegs
karena kontraksi m.gastroenemius.
- Refleks Klonus Lutut : pegang dan dorong os patella ke arah distal. Respon : kontraksi
reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung.
- Refleks Klonus Kaki : dorsofleksikan longlegs secara maksimal, posisi tungkai fleksi di
sendi lutut. Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung.
c. Refleks Patologis
- Babinsky : penggoresan telapak longlegs bagian lateral dari posterior ke anterior. Respon :
ekstensi ibu jari longlegs dan pengembangan jari longlegs lainnya.
- Chadock : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari
posterior ke anterior. Respon : seperti babinsky.
- Oppenheim : pengurutan krista anterior tibia dari proksimal ke distal. Respon : seperti
babinsky.
- Gordon : penekanan betis secara keras. Respon : seperti babinsky.
- Schaefer : memencet tendon achilles secara keras. Respon : seperti babinsky.
- Gonda : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari longlegs ke-4. Respon : seperti babinsky.
- Stransky : penekukan (lateral) jari longlegs ke-5. Respon : seperti babinsky.
- Rossolimo : pengetukan ada telapak kaki. Respon : fleksi jari-jari longlegs pada sendi
interfalangeal.
- Mendel-Beckhterew : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum. Respon : seperti
rossolimo.
- Hoffman : goresan pada kuku jari tengah pasien. Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya
fleksi.
- Trommer : colekan pada ujung jari tengah pasien. Respon : seperti Hoffman.
- Leri : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengan diluruskan dengan
bagian ventral menghadap ke atas. Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku.
- Mayer : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak tangan. Respon : tidak terjadi
oposisi ibu jari.
d. Refleks Primitive
- Sucking Reflex : sentuhan pada bibir. Respon : gerakan bibir, lidah, dan rahang bawah
seolah-olah menyusui.
- Snout Reflex : ketukan pada bibir atas. Respon : kontraksi otot-otot disekitar bibir / di
bawah hidung.
- Grasps Reflex : penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien. Respon : tangan
pasien mengepal.
- Palmo-mental Reflex : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar.
Respon : kontraksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral).
Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain yaitu pemeriksaan
fungsi luhur :
a. Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas perintah.
b. Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis.
c. Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata.
d. Fingdragnosia : kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih, dan membedakan jari-
jari, baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari tengah.
e. Disorientasi kiri-kanan : ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik sendiri maupun orang
lain.
f. Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika sederhana.
Sindrom Torasik Outlet
Patofisiologi
Kesemutan pada tangan ketika abduksi bahu atau elevasi bahu merupakan temuan
yang umum pada pasien dengan sindrom torasik outlet neurogenik, sementara defisit
neurogenik yang dapat diukur sangat jarang. Sindrom torasik outlet neurogenik disebabkan
oleh adanya serabut abnormal yang menyilang pada plexus brakialis, sering menginsersi iga
servikal yang rudimenter. Gejala ini sering terjadi setelah whisplash injury, spasme otot
cervical mungkin berperan pada patogenesis sindrom ini
Evaluasi Pasien
Gambaran klasik adalah kelemahan dari semua otot intrinsik tangan dan hilangnya
sensorik sepanjang sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah. Tes hiperabduksi, yang
merubah pulsasi dengan gerakan abduksi lengan bukanlah indikator yang dapat dipercaya,
mengingat dapat ditemukan juga pada orang normal. Pemeriksaan elektrodiagnostik biasanya
tidak memperlihatkan kelainan.
Tatalaksana
Latihan yang bersifat terapeutik meningkatkan rentang gerakan (ROM) dari sendi
leher dan bahu, memperkuat otot rhomboid dan trapezius dan menginduksi postur yang lebih
tegak sehingga dapat membantu mengurangi parestesia yang reversibel. Pada kasus yang
jarang dimana pasien mengalami perburukan dari fungsi neurologik, eksplorasi pleksus
brakialis dapat direkomendasi walaupun memiliki beberapa risiko.
Struktur Jaringan Lunak Pembentuk Ekstremitas
Superior Part 5
Posted on 22 August 2010. Tags: aponeurosis, carpal, carpometacarpal, ekstensor, fleksor,
hamatum, jaringan, jaringan lunak, ligamen, medial, Metacarpal, Origo, Otot, otot-otot,
pisiform, posterior, saraf, sendi, Ulna
Persarafan : N. Radialis
Fungsi :
Persarafan : N. Radialis
OTOT-OTOT HYPOTHENAR
Persarafan : N. Ulnaris
Persarafan : N. Ulnaris
Fungsi :
Persarafan : N. Ulnaris
Fungsi :
Persarafan : N. Ulnaris
Fungsi :
OTOT-OTOT THENAR
Persarafan : N. Medianus
Fungsi :
Persarafan :
Origo :
- Caput profunda : Ossa capitatum, trapezium, trapezoideum, dan basis osis carpi I
Insertio : Ossa sesamoidea radial sendi dasar ibu jari/aponeurosis ibu jari
Fungsi :
Origo :
Insertio : Ossa sesamoidea ulnar sendi dasar ibu jari dan basis phalanx proksimal ibu jari
Fungsi :
Persarafan :
Origo :
Insertio : Ossa sesamoidea ulnar sendi dasar ibu jari dan basis phalanx proksimal ibu jari
Fungsi :
Persarafan : N. Radialis
Origo : Epicondilus lateralis humeri, Ligamen collateral radial, dan Annulare radii
Fungsi :
- Sendi Jari V
Persarafan : N. Radialis
Origo : Epicondilus lateralis humeri, Ligamen collateral radial, dan Annulare radii
Fungsi :
- Sendi Jari V
Persarafan : N. Radialis
Origo :
- Sendi tangan : Fleksi dorsal, abduksi ke arah ulnar Read the full story
Adapun tulang pembentuk regio ekstremitas superior yaitu: Scapula, Clavicula, Humerus,
Radius, Ulna, carpal, Metacarpal, Phalangs.
Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang membentuk
bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh.
2.
Humerus (Tulang Lengan Atas)
Batang humerus terletak di antara batas atas pectoralis penyisipan besar proksimal dan distal
ridge supracondylar. Ini merupakan tengah tiga perlima dari seluruh humerus. Bagian
anterior tuberositas semakin besar meluas ke anterior punggungan yang berakhir pada fosa
coronoid distal. Aspek posterior yang lebih besar terus tuberositas sebagai lateral distal ridge
yang berakhir di supracondylar lateral punggungan. Melds tuberositas yang lebih kecil
menjadi medial terletak punggung bukit yang membentuk punggungan supracondylar medial
distal.
Klasifikasi
Tipe I, terjadi keretakan olekranon tanpa adanya pemisahan
Tipe II, Keretakan disertai pemisahan
Tipe III, fraktur komunitif
Gambaran Klinis
Pengobatan
Gambaran Klinis
Di temukan nyeri tekan, pembengkakan, gangguan pergerakan serta krepitasi
Pemeriksaan radiologis
Dapat di ketahui dislokasi yang mungkin menyertai fraktur Continue Reading
1. Klavikula
2. Skapula
3. Humerus
4. Radius
5. Ulna
6. Ossa Karpalia
7. Ossa Metakarpalia
8. Ossa Phalanges
Diagnosis
1. Anamnesis
Trauma
Adanya penyakit penyerta
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan neurologis
4. Pemeriksaan radiologis
X-ray
5. Pemeriksaan Laboratorium
6. Pemeriksaan khusus
Etiologi
1. Trauma
2. Patologis
1. Fraktur klavikula
2. Fraktur scapula
Fraktur scapula
Dapat terjadi pada badan, leher, processus akromion dan processus korakoid
Akibat trauma langsung
Gejala nyeri serta pembengkakan pada daerah yang terkena trauma
Pengobatan
Biasanya tidak ada pergeseran yang hebat, pengobatan umumnya hanya bersifat konservatif
Fraktur klavikula
Klasifikasi
Gambaran klinis
Pemeriksaan radiologis
Pada fraktur 1/3 tengah, klavikula bagian tengah terangkat ke atas oleh tarikan
sternokleidomastoideus dan fragmen lateral tertarik ke bawah oleh muskulus pectoralis
mayor.
Pengobatan
Komplikasi
Mal-union
Kerusakan pembuluh darah atau paru-paru
Non-union
Deformitas yang jelek berupa penonjolan tulang ke arah kulit
Arthritis pasca traumatic
Persarafan : N. Radialis
Origo : Epicondilus lateralis humeri, Ligamen collateral radial, dan Annulare radii
Fungsi :
- Sendi siku : Ekstensi
- Sendi Jari V
Persarafan : N. Radialis
Origo : Epicondilus lateralis humeri, Ligamen collateral radial, dan Annulare radii
Fungsi :
- Sendi Jari V
Persarafan : N. Radialis
Origo :
Fungsi :
Fungsi Tangan
Gerak cupping (arkus tangan) dan flatte-ning (datar); terjadi saat fleksi jari-jari tangan, dan
saat ekstensi jari-jari tangan gerak ini dapat memperbaiki fungsional tangan.
Mekanisme ekstensor, terdiri atas :
- Menghasilkan gerak clawing pada jari2 tangan.
- Ekstensi PIP & DIP secara bersamaan membentuk flattening tangan.
Pola menggenggam dan memegang, terdiri atas :
- Power grip yang terdiri atas : cylindrical grip, spherical grip, hook grip, dan lateral
prehension
- Pola precision yang terdiri atas : pad-to-pad, tip-to-tip, dan pad-to-side prehension.
- Kombinasi pola diatas. Continue Reading
Klasifikasi Sendi
Posted on 01 June 2010. Tags: cartilago sendi, Diarthroses, geometris sendi, jaringan fibrous,
kapsul sendi, kemampuan gerakan, Klasifikasi Sendi, kompleksitas sendi, membran sinovial,
sendi-sendi fibrous, Sendi-sendi Tak Bergerak, Sendi-sendi yang Sedikit Bergerak,
sternocostal joint, sutura tengkorak, Symphyses, Synchondroses
Pada ahli anatomi telah mengelompokkan sendi dalam beberapa
hal yaitu berdasarkan pada kompleksitas sendi, sejumlah axis yang terjadi, geometris sendi,
atau kapabiltas/ kemampuan gerakan.
b. Syndesmoses : pada sendi ini, jaringan fibrous yang padat mengikat tulang secara
bersamaan, memberikan gerakan yang sangat terbatas. Sebagai contoh adalah
coracoacromial, mid-radioulnar, mid-tibiofibular dan inferior tibiofibular joints.
a. Synchondroses : pada sendi ini, tulang yang membentuk sendi dipertahankan secara
bersamaan oleh lapisan cartilago hyalin yang tipis. Sebagai contoh adalah sternocostal joint
dan epiphyseal plates (sebelum ossification/mengeras) Continue Reading