HEMIPARESE DEXTRA
ET CAUSA INFARK CEREBRI
OLEH :
UMMU AIMAN C014182022
A. MIFTACHUL JANNAH C014182023
FADHIL KURNIAWAN C014182024
LUTHFI THUFAIL AKHMAD C014182025
LOVELY OKTAVIA PUTRI P. C014182026
SUPERVISOR PEMBIMBING :
dr. Husnul Mubarak, Sp. KFR
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada Bagian Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.
Supervisor Pembimbing,
ii
14
BAB 1
STATUS PASIEN
1.1 Anamnesis
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. L
Umur : 15 Februari 1954/65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Karampang Pa Ja Timur
Status : Menikah
Tanggal Masuk : 1 April 2019
Tanggal Periksa : 6 April 2019
No RM : 878855
B. Keluhan Utama
Lemah separuh tubuh sebelah kanan
C. Anamnesis Terpimpin
Pasien mengalami lemah separuh tubuh sebelah kanan sejak 14 hari. Awalnya
pasien mengeluhkan sesak napas dan dirawat di RS Jeneponto karena masalah
jantung bengkak 20 hari yang lalu. Pasien dirawat selama 3 hari kemudian
pulang. 3 hari setelah dirumah, pasien ditemukan tidak bisa menggerakkan
tangan dan kaki kanannya saat pasien ingin berwudhu pukul 05.00. pasien
tidak bisa berbicara, wajah mencong ke kanan. Pasien kemudian dirawat di
RS di Jeneponto dan dirujuk ke RSWS makassar. Saat ini pasien belum bisa
diajak berkomunikasi, tetapi masih dapat mengerti jika diperintah dokter
untuk mengedipkan mata dan terkadang pasien menangis saat diajak
komunikasi oleh anaknya. Pasien juga tidak dapat menelan makanan padat
dan cair. Pasien hanya bisa berbaring dan tidak bisa duduk. Riwayat penyakit
yang sama sudah pernah dialami 2 kali, dan menurut keluarga pasien ini
adalah serangan yang terburuk. Riwayat hipertensi ada tetapi tidak berobat
teratur (konsumsi captopril), riwayat jantung bemgkak, riwayat merokok ada
tetapi sudah berhenti. Riwayat diabetes, kolesterol, dan pengobatan 6 bulan
tidak ada.
1.2 PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
- Keadaan umun : Sakit sedang
- Kesadaran : E4M5V1
- Status Gizi : Subjective Global Assessment (SGA) skor B
B. Tanda Vital
- Tekanan darah : 140/70 mmHg
- Heart Rate : 84 kali/menit
- Respirasi : 24 kali/menit
- Suhu : 36,2o Celcius
C. Thoraks
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, bising tidak ada
Paru
Inspeksi : Pengembangan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : Vocal fremitus sulit dinilai
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler, ronki basal paru bilateral
minimal
15
D. Trunkus
Inspeksi : sulit dievaluasi
Palpasi : sulit dievaluasi
Perkusi : sulit dievaluasi
Tanda Patrick : sulit dievaluasi
Tanda Contrapatrick : sulit dievaluasi
Tanda Lasseque : sulit dievaluasi
E. Abdomen
Inspeksi : Datar mengikuti gerak napas
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : Timpani (+) kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
F. Ekstremitas
Oedem Akral dingin
1 - - -
2 - - -
G. Status Neurologis
Kesadaran : Delirium E5M5V1
Fungsi Luhur : Sulit dievaluasi, kesan afasia global(?)
Fungsi Motorik dan Refleks :
Pergerakan dan Kekuatan otot kesan Lateralisasi Dextra.
Tonus
N
N
16
Refleks Fisiologis Refleks Patologis
+1 +2 Neg Neg
+1 +2 Neg Neg
BAK : perkateter
Interpretasi :
20 = Mandiri
12-19 = Ketergantungan ringan
17
9-11 = Ketergantungan sedang
5-8 = Ketergantungan berat
0-4 = Ketergantungan total
ROM MMT
Shoulder
Elbow
Wrist
18
Ulnar deviation Full/Full (0-350) 1/2
Fingers
Flexion
Thumbs
Hip
19
Abduction Sulit dievaluasi (nyeri)/Full 1/2
(0-450)
Adduction Sulit dievaluasi (nyeri)/Full 1/2
(0-200)
External rotation Sulit dievaluasi (nyeri)/Full 1/2
(0-450)
Ankle
Toes
Flexion
Big Toe
Flexion
20
MTP Full/Full (0-250) 1/2
21
N. VII (N. Fasialis) Motorik
- Angkat alis Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
- Memejamkan mata Normal Normal
- Memperlihatkan gigi Normal Abnormal
- Tersenyum
Normal Abnormal (parase)
Sulit dievaluasi
Sensorik
Sulit dievaluasi
- Pengecapan (2/3
anterior lidah)
N. VIII (N. Sensorik
Vestibulo- - Tes pendengaran Normal
Koklearis) - Romberg Test Sulit dievaluasi
N. IX Motorik
(N. Glosofaringeus) Letak uvula Sulit dinilai
N. X (N. Vagus) Sensorik
- Pengecapan (1/3 Sulit dievaluasi
posterior lidah)
Motorik
- Otot Sternokleido- Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
N. XI mastoideus
(N.Aksesorius) - Otot Trapezius
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
N. XII (N. Motorik
Hipoglosus) - Menjulurkan lidah Sulit dievaluasi
22
Ureum 60 10-50 mg/dl
Kreatinin 1,5 <1,3 mg/dl
Fungsi Hati
SGOT 69 <38 U/L
SGPT 31 <41 U/L
Elektrolit
Natrium 151 136-145 mmol/l
Kalium 4.4 3,5-5,1 mmol/l
Clorida 123 97-111 mmol/l
23
1.4.3 Pemeriksaan CT-Scan
Pemeriksaan Radiologi
Hasil :
- Lesi hipodens (15HU) pada lobus temporalis sinistra corona radiata dan
centrum semioval sinistra
- Tampak lesi hipodens 9HU pada nukleus lentiformis sinistra
- Lesi hipodens 16 HU nukleuslentiformis dan parieto oksipital dekstra
- Sulci dan gyri prominent
- Midline tidak shift
- Sistem ventrikel mengalami dilatasi , ruang subarachnoid dalam batas
normal
- Kedua sinus paranasalis dan air cell mastoid dalam batas normal
- Kedua bulbus oculi dan ruang retro bulbar yang terscan kesan baik
- Tulang tulang intak
24
Kesan:
- infark lobus temporal corona radiata dan centrum semioval sinistra
- Infark nukleus lentiformis dan parietooksipital dekstra
- Enchepalomalacia nucleus lentiformis sinistra
- Brain arthrophy disertai ventrikulomegali
1.5 Diagnosis
Diagnosis Fungsional
25
1.6 Tatalaksana
Tatalaksana
No. Masalah
Farmakologi Nonfarmakologi
1. Hemiparese Dextra -Fisioterapi Terapi
panas (Short Wave
Diathermy) : Dilakukan
sebanyak 3x dalam
seminggu.
-Terapi okupasi : untuk
memperbaiki Activity
-
Daily Living (Barthel
Index).
-Selalu menggerakkan
ekstremitas saat berada di
rumah untuk mencegah
kontraktur serta
dekubitus.
3. Hipertensi Ramipril 5 mg/24 jam/ -Hindari penggunaan
oral garam yang berlebih.
Furosemid 20 mg/12
jam/ IV
4. Neurologi -Citicholin 500mg/12 - ROM Exercise
jam/IV - Strenghtening
-Mecobalamin 500 Exercise
mg/24 jam/oral - Latihan Transfer
- Clopidogrel 40 mg/12 Pasien
jam/ IV - Reedukasi Motorik
Fasilitasi Breathing
Diafragma
26
Speech Therapi :
Latihan disfagia
Mobilisasi Oral
Motor
27
bisa berbaring dan tidak bisa duduk. Riwayat penyakit yang sama sudah pernah
dialami 2 kali, dan menurut keluarga pasien ini adalah serangan yang terburuk.
Riwayat hipertensi ada tetapi tidak berobat teratur (konsumsi captopril), riwayat
jantung bemgkak, riwayat merokok ada tetapi sudah berhenti. Riwayat diabetes,
kolesterol, dan pengobatan 6 bulan tidak ada.
Dari hasil pemeriksaan fisis (6 April 2019) didapatkan pasien sakit sedang,
delirium GCS 10 (E4M5V1) dan status gizi SGA skor B (gizi kurang). Tanda vital:
tekanan darah 140/70 mmHg, nadi : 84x/menit, suhu : 36,2°C dan pernapasan
24x/menit. Dari pemeriksaan auskultasi didapatkan bunyi napas vesikuler, ronki
basal paru bilateral minimal.
28
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi arteri di otak yang dapat dapat
disebabkan trombosis maupun emboli. Sedangkan stroke hemoragik disebabkan
oleh ruptur arteri, baik intraserebral maupun subarakhnoid.
Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai stroke yang disebabkan oleh
infark serberi (stroke iskemik).
29
Infark serebri adalah kematian neuron-neuron, sel glia dan sistem
pembuluh darah yang disebabkan kekurangan oksigen dan nutrisi yang sampai
pada otak. Berdasarkan penyebabnya Infark dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
30
dislipidemia, penyakit jantung, merokok, alkohol, obesitas, dan penggunaan
kontrasepsi oral.
2.3 PATOMEKANISME
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk system arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering
adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri
karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi
aliran darah. Energi yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan neuronal berasal
dari metabolisme glukosa dan disimpan di otak dalam bentuk glukosa atau
glikogen untuk persediaan pemakaian selama 1 menit. Bila tidak ada aliran darah
lebih dari 30 detik gambaran EEG akan mendatar, bila lebih dari 2 menit aktifitas
jaringan otak berhenti, bila lebih dari 5 menit maka kerusakan jaringan otak
dimulai, dan bila lebih dari 9 menit manusia dapat meninggal.
Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa yang
diperlukan untuk pembentukan ATP akan menurun, akan terjadi penurunan Na+
K+ ATP-ase, sehingga membran potensial akan menurun. K+ berpindah ke ruang
ekstraselular, sementara ion Na dan Ca berkumpul di dalam sel. Hal ini
menyebabkan permukaan sel menjadi lebih negatif sehingga terjadi membran
depolarisasi. Saat awal depolarisasi membran sel masih reversibel,tetapi bila
menetap terjadi perubahan struktural ruang menyebabkan kematian jaringan otak.
Keadaan ini terjadi segera apabila perfusi menurun dibawah ambang batas
kematian jaringan,yaitu bila aliran darah berkurang hingga dibawah 10 ml / 100
gram / menit.
Akibat kekurangan oksigen terjadi asidosis yang menyebabkan gangguan
fungsi enzim-enzim, karena tingginya ion H. Selanjutnya asidosis menimbulkan
edema serebral yang ditandai pembengkakan sel, terutama d glia, dan berakibat
terhadap mikrosirkulasi. Oleh karena itu terjadi peningkatan resistensi vaskuler
31
dan kemudian penurunan dari tekanan perfusi sehingga terjadi perluasan daerah
iskemik.
32
Tekanan darah yang tinggi dapat meningkatkan gaya gesek pada dinding
endotel. Peningkatan turbulensi disekitar endotel akan merusak integritas dari
dinding endotel. Kerusakan ini akan melepaskan sitokin dan faktor-faktor yang
merangsang agregasi trombosit. Lama kelamaan trombus yang terbentuk akan
semakin besar nda menghambat aliran darah ke otak. Saat asupan nutrisi dan
oksigen ke otak tidak lagi mencukupi dalam jangka waktu tertentu akan
menybabkan stroke
1. Arteri vertebralis
a. Hemiplegi alternan
b. Hemiplegi ataksik
2. Arteri karotis interna (sirkulasi anterior ; gejala-gejalanya biasanya unilateral).
Lokasi lesi yang paling sering adalah pada bifurkasio arteria karotis komunis
menjadi arteria karotis interna dan eksterna. Gejala-gejala yaitu :
a. Buta mutlak sisi ipsilateral
b. Hemiparese kontralateral
33
3. Arteri Basilaris 2
a. Tetraplegi
b. Gangguan kesadaran
c. Gangguan pupil
d. Kebutaan
e. Vertigo
4. Arteria serebri anterior (gejala primernya adalah perasaan kacau)
a. Kelemahan kontralateral lebih besar pada tungkai. Lengan bagian
proksimal mungkin ikut terserang. Gerakan voluntar pada tungkai
terganggu.
b. Gangguan sensorik kontralateral.
c. Demensia, refleks mencengkeram dan refleks patologis
5. Arteria serebri posterior (dalam lobus mesencepalon atau talamus)
a. Koma.
b. Hemiparesis kontralateral.
c. Afasia visual atau buta kata (aleksia).
d. Kelumpuhan saraf otak ketiga – hemianopsia, koreoatetosis.
6. Arteria serebri media
a. Monoparesis atau hemiparesis kontralateral (biasanya mengenai
tangan).
b. Kadang-kadang hemianopsia kontralateral (kebutaan).
c. Afasia global (kalau hemisfer dominan yang terkena) ; gangguan semua
fungsi yang ada hubungannya dengan percakapan dan komunikasi.
d. Disfagia.
34
2.5 DIAGNOSIS
1. Anamnesis :
a. Terutama terjadinya keluhan / gejala defisit neurologi yang mendadak
b. Tanpa trauma kepala
c. Adanya faktor resiko GPDO
2. Pemeriksaan Fisik
a. Adanya defisit neurologi fokal
b. Ditemukan faktor resiko (hipertensi, kelainan jantung, dll)
c. Bising pada auskultasi atau kelainan pembuluh darah lainnya
d. Pemeriksaan penunjang
3. Stroke dengan oklusi pembuluh darah dapat dilakukan pemeriksaan :
1. CT Scan dan MRI
Untuk menetapkan secara pasti letak dan kausa dari stroke. CT scan
menunjukkan gambaran hipodens.
2. Ekokardiografi
35
Pada dugaan adanya tromboemboli kardiak (transtorakal, atau
transesofageal)
5. Transcranial Doppler
Dapat untuk melihat sejauh mana anastomosis membantu daerah yang
tersumbat
36
2.7 TATALAKSANA
b. Menghilangkan vasokonstriksi
Calcium channel blocker, agar diberikan dalam 3 jam pertama dan
belum ada edema otak (GCS >12)
37
2. Mencegah kerusakan sel yang iskemik.
a. Mengurangi kebutuhan oksigen: hipotermi, barbiturat
b. Menghambat pelepasan glutamat, dengan merangsang reseptor
adenosine dari neuron; mengurangi produksi glutamate dengan
methionin
c. Mengurangi akibat glutamate
NMDA blocker pada iskemia regional
d. Inhibisi enzim yang keluar dari neuron seperti enzim protein kinase C
yang melarutkan membrane sel dapat diinhibisi dengan ganglioside
GM1
e. Menetralisir radikal bebas dengan vitamin C, vitamin E, superoxide
dismutase seperti 2-1 aminosteroid (lazeroid) akan memperpanjang half
life dari endothelial derived relaxing factor.
f. Mengurangi produksi laktat : turunkan gula darah sampai normal
g. Mengurangi efek brain endorphine : naloxone
3. Memulihkan sel yang masih baik
Metabolic activator seperti citicholin, piracetam, piritinol bekerja dalam
bidang ini
38
a. Membuka sumbatan
Trombolisis dengan streptokinase atau urikinase, keduanya merubah
sirkulasi plasminogen menjadi plasmin. Jadi timbul systemic lytic state,
serta dapat menimbulkan bahaya infark hemoragik
b. Menghilangkan vasokonstriksi
Calcium channel blocker, agar diberikan dalam 3 jam pertama dan
belum ada edema otak (GCS >12)
d. Inhibisi enzim yang keluar dari neuron seperti enzim protein kinase C
yang melarutkan membrane sel dapat diinhibisi dengan ganglioside
GM1
39
e. Menetralisir radikal bebas dengan vitamin C, vitamin E, superoxide
dismutase seperti 2-1 aminosteroid (lazeroid) akan memperpanjang half
life dari endothelial derived relaxing factor.
f. Mengurangi produksi laktat : turunkan gula darah sampai normal
g. Mengurangi efek brain endorphine : naloxone
8. Memulihkan sel yang masih baik
Metabolic activator seperti citicholin, piracetam, piritinol bekerja dalam bidang
ini
40
Pakailah bentuk rehabilitasi yang spesifik untuk defisit
penderita
o Terapi preventif
Pencegahan Primer, untuk mencegah terjadinya ateroma, yaitu:
41
Mengurangi isap rokok
Mengurangi kadar gula darah pada penderita DM.
Mengontrol penyakit jantung
Olahraga
Mengurangi hematokrit kalau meningkat
Mengurangi trombositosis dengan aspirin.
Tahap Rehabilitasi
Fase Akut :
a. Dilakukan saat kondisi hemodinamik belum stabil
b. Tujuan meniminalisir gejala sisa dan membantu perfusi otak terjaga baik
serta mencegah komplikasi
c. Monitoring tanda vital setiap sebelum dan setelah latihan terapeutik
d. Mobilisasi dini mobilisasi sendi / transfer bertahap (FT)
i. Restriksi transfer pada Hemoragik stroke / Embolic stroke
e. Disfagia latihan orofarilaringeal motor exercise (ST)
f. Redukasi motorik Motor planning learning melawan efek spastisitas
(FT)
g. Latihan pernapasan Meningkatkan perfusi otak (FT/OT)
h. Latihan dan positioning anti-spastisitas (FT)
Fase subakut
a. Fase ini kondisi hemodinamic pasien umumnya sudah stabil dan rawat
jalan
42
b. Tujuan mengembalikan kemampuan melakukan ADL
c. Dengan atau tanpa rehabilitasi, sistem saraf melakukan pola reorganisasi
membentuk sirkuit jaras yang baru, revaskularisasi dan aktivasi jaringan
perilesional
d. Rehabilitasi membuat pola reorganisasi ini menjadi lebih terarah dengan
utilisasi energi dengan seefisien mungkin
e. Identifikasi dan antisipasi gejala/tanda penyulit (periksa TV jika perlu)
f. Latihan gerakan sendi dengan pola fungsional meraih benda,
memegang, mengusap, membawa sendok ke mulut, dsb (OT)
g. Latihan transfer lanjut duduk ke berdiri(vv), (FT)
h. Latihan stabilitas postural duduk dan berdiri statis dan dinamis (FT)
i. Latihan fungsi motorik halus (OT)
j. Latihan ambulasi berjalan dengan biomekanik / metabolik se-efisien
mungkin (FT)
k. Latihan fungsi kognitif (OT)
l. Latihan berbicara dan berbahasa (ST)
m. Latihan kebugaran moderat (FT)
n. Latihan penggunaan alat adaptif (OT)
Fase kronis (Maintenance phase)
a. Pada fase ini sirkuit motor planning sudah terbentuk memantapkan dan
mempertahankan
b. Fokus meningkat dari Kemandirian ADL menjadi kemandirian Vokasional
(Kembali Bekerja)
c. Latihan gerakan motorik halus tahap lanjut
Latihan kebugaran
43
DAFTAR PUSTAKA
Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. 2005. Gambaran umum tentang
gangguan peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology edisi kedua
Heiss WD, Thiel A, Grond M, Graf R. Which targets are relevant for therapy of acute
Hinkle, JL. Guanci, MM. Acute Ischemic Stroke Review. J Neurosci Nurs. 2007; 39
16
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis
Aesculapius.