Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT

EVALUASI PELAYANAN RESPON CEPAT RADIOLOGI DAN LABORATORIUM


DALAM PELAYANAN GAWAT DARURAT DI RSUD RA. KARTINI
KABUPATEN JEPARA

Diajukan guna memenuhi syarat Kepaniteraan Komprehensif


Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro di RSUD RA. Kartini Kab. Jepara

Disusun oleh :
Muhammad Agiana Pratama
Kenny Farisan Badri
Adelia Cynthia Maharani
Febrina Wijayanti Putri
Inggrid Camelia
Khumayroh Rahmawati Buana
Bima Utama
Afrizal Eka Ramadhani
Hanif Prasetyo
Ardina Filindri

KEPANITERAAN KOMPREHENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
JEPARA
2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Evaluasi Ketepatan Identifikasi Pasien di RSUD RA. Kartini Kab. Jepara, telah disajikan
guna melengkapi persyaratan kepaniteraan komprehensif dokter muda Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang pada tanggal 11 September sampai 6 November 2017 di RSUD
RA. Kartini Kab. Jepara

Jepara, Novemver 2017

Mengesahkan,

Pembimbing, Pembimbing,

dr. Noor Hayati dr. Sukmawati Kangiden, M.Kes

Direktur RSU RA Kartini Jepara

drg. Kusnarto, M.Kes

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan
rahmat-Nya, sehingga laporan ini dapat penulis selesaikan.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas dan syarat dalam menempuh kepaniteraan
komprehensif dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. drg. Kusnarto, M.Kes dan seluruh pihak RSUD RA Kartini kabupaten Jepara yang telah
memberikan kesempatan kami untuk belajar tentang manajemen rumah sakit di RSUD RA.
Kartini Kabupaten Jepara.
2. dr. Sukmawati Kangiden, M.Kes dan dr. Andita selaku pembimbing dari pihak RSUD RA.
Kartini Kab. Jepara, atas masukan dan sarannya.
3. Dosen Fakultas Kedokteran UNDIP selaku pembimbing mahasiswa di P2UKM Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
4. Teman-teman dokter muda Fakultas Kedokteran UNDIP yang telah memberikan bantuan
dalam menyelesaikan laporan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, oleh karena itu saran dan kritik
sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penyusun berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jepara, November 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................................. i


KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
Daftar Isi ........................................................................................................................................ iii
Daftar Tabel .................................................................................................................................... v
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian .................................................................................................................. 3
1.3 Manfaat ................................................................................................................................. 3
1.4 Ruang Lingkup...................................................................................................................... 3
1.5 Metodologi ........................................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................................. 5
LANDASAN TEORI ...................................................................................................................... 5
2.1 Pelayanan Gawat Darurat ..................................................................................................... 5
2.2 Pelayanan Cito di Rumah Sakit ............................................................................................ 6
2.2 Standar Pelayanan Cito Radiologi dan Laboratorium .......................................................... 7
2.4. Standar Pelayanan Cito Laboratorium ................................................................................. 9
BAB III ......................................................................................................................................... 11
HASIL ........................................................................................................................................... 11
3.1 Permintaan Cito Laboratorium ........................................................................................... 11
3.2 Permintaan Cito Radiologi .................................................................................................. 11
3.3 Instalasi Radiologi .............................................................................................................. 12

iii
BAB IV ......................................................................................................................................... 14
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 14
4.1 Laboratorium....................................................................................................................... 14
4.2 Instalasi Radiologi .............................................................................................................. 14
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 15
5.2 Saran ................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 17

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Telusur Terhadap jumlah Permintaan Cito Laboratorium di IGD ....................... 11
Tabel 2. Hasil Telusur Terhadap Jumlah permintaan Cito Radiologi di IGD .............................. 11
Tabel 3. Hasil Telusur Terhadap Hasil Sampel Radiologi ........................................................... 12
Tabel 4. Hasil Telusur Terhadap Sampel Laboratorium ............................................................... 12

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan era yang semakin maju, dimana tuntutan masyarakat juga semakin
meningkat, maka rumah sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan harus menyediakan
suatu pelayanan yang prima. Isu yang masih sangat hangat saat ini adalah penanaman nilai patient
safety pada seluruh komponen profesional di rumah sakit. Salah satu langkah dalam mewujudkan
patient safety di rumah sakit adalah sespon cepat dan ketepatan diagnosis pasien.
Ketepatan diagnosis pasien menjadi hal yang penting. Kesalahan karena kekeliruan
diagnosis pasien dapat terjadi di hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Perlu
proses kolaboratif antar pelaku pelayanan kesehatan untuk mengurangi kesalahan dalam
pengambilan keputusan dalam penatalaksanaan pasien.
Proses diagnosis pasien perlu dilakukan dari sejak awal pasien masuk instalasi gawat
darurat rumah sakit yang kemudian penatalaksanaan tersebut akan menunjang terapi pasien di
instalasi rawat inap rumah sakit, seperti memberikan obat, darah atau produk darah dan tindakan
atau prosedur lainnya. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan diagnosis pasien dan
kecepatan dalam melakukan tatalaksana awal yang nantinya bisa berakibat fatal jika pasien
menerima prosedur medis yang terlambat. Hal ini diperlukan adanya respon cepat dari
pemeriksaan penunjang yang sangat vital dan harus selalu ada di setiap rumah sakit seperti
pelayanan radiologi dan Laboratorium.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes, pada tahun 2007
jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.319 yang terdiri atas1.033 RSU dengan jumlah kunjungan
ke RSU sebanyak 33.094.000, sementara data kunjungan ke IGD sebanyak 4.402.205 (13,3 % dari total
seluruh kunjungandi RSU), dari jumlah seluruh kunjungan IGD terdapat 12,0 % berasal dari pasien
rujukan.
Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pertolongan segera
yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan, atau pelayanan pasien
gawat darurat memegang peranan penting yang sangat penting (Time saving is life saving) bahwa

1
waktu adalah nyawa. Salah satu indikator mutu pelayanan berupa respon time atau waktu tanggap,
hal ini sebagai indikator proses untuk mencapai indikator hasil yaitu kelangsungan hidup.1
Pertolongan gawat darurat melibatkan dua komponen utama yaitu pertolongan fase pra
rumah sakit dan fase rumah sakit. Kedua komponen tersebut sama pentingnya dalam upaya
pertolongan gawat darurat. Pertolongan gawat darurat memiliki sebuah waktu standar pelayanan
yang dikenal dengan istilah waktu tanggap (respon time) yaitu maksimal 5 menit. Waktu tanggap
gawat darurat merupakan gabungan dari waktu tanggap saat pasien tiba di depan pintu rumah sakit
sampai mendapat respon dari petugas instalasi gawat darurat dengan waktu pelayanan yang
diperlukan pasien sampai selesai proses penanganan gawat darurat.1,2
Dari beberapa penelitian sehubungan dengan waktu tanggap (respon time) penanganan
gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) di beberapa rumah sakit, di dapatkan rerata waktu
tanggap di IGD RS. Cipto Mangunkusumo kurang lebih delapan menit. Adapun di RSUD. Bantul
didapatkan rerata waktu tanggap baik kasus bedah maupun non bedah di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Bantul adalah 10 menit.3,4
Waktu tanggap tersebut harus mampu dimanfaatkan untuk memenuhi prosedur utama dalam
penanganan kasus gawat darurat yaitu Airway, Breathing, Circulation dan Disability. Airway
berarti penanganan pada saluran nafas yang terhambat karena kecelakaan atau penyakit. Breathing
berarti penanganan terhadap kemampuan paru-paru dalam memompa keluar-masuk udara.
Circulation yang berarti penanganan terhadap kemampuan jantung untuk memompa darah dan
disability yang berarti penanganan terhadap kemungkinan terjadinya cacat permanen akibat
kecelakaan.1,5,6
Waktu tanggap pelayanan dapat dihitung dengan hitungan menit dan sangat dipengaruhi oleh
berbagai hal baik mengenai jumlah tenaga maupun komponen-komponen lain yang mendukung
seperti pelayanan laboratorium, radiologi, farmasi, dan administrasi. Waktu tanggap dikatakan
tepat waktu atau tidak terlambat apabila waktu yang diperlukan tidak melebihi waktu rata-rata
standar yang ada. Salah satu indikator keberhasilan penanggulangan medik penderita gawat
darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai kepada penderita gawat darurat
baik pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana. Keberhasilan waktu tanggap sangat
tergantung kepada kecepatan yang tersedia serta kualitas pemberian pertolongan untuk
menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak di tempat kejadian, dalam perjalanan hingga
pertolongan rumah sakit. 1,5,6

2
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Untuk mengevaluasi penerapan respon cepat tindakan pada pasien oleh petugas
radiologi dan tenaga medis di laboratorium di RSUD RA Kartini Kab. Jepara.
Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan petugas medis dalam penanganan pasien gawat
darurat di RSUD RA Kartini Kab. Jepara.
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien dalam prosedur penanganan pasien
gawat darurat di RSUD RA Kartini Kab. Jepara.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan prosedur respon cepat pasien oleh petugas medis di
RSUD RA Kartini Kab. Jepara.

1.3 Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi penerapan respon cepat,
yang dalam lingkup ini adalah respon cepat pemeriksaan penunjang diagnosis, oleh berbagai pihak
RSUD RA. Kartini Kab. Jepara sebagai salah satu penyedia fasilitas pelayanan kesehatan
masyarakat Kab. Jepara.

1.4 Ruang Lingkup


Waktu : Pengambilan data dilakukan pada tanggal 25 September sampai 30 September 2017
mencakup permintaan pemeriksaan penunjang CITO Radiologi dan Laboratorium.
Lokasi : IGD, Laboratorium, Instalasi Radiologi, RSUD.RA.Kartini Jepara.
Materi : Data hasil pengamatan jumlah waktu yang dibutuhkan dalam pelayanan pemeriksaan
penunjang CITO Radiologi dan Laboratorium mengenai penerapan prosedur Respon
cepat pasien gawat darurat di RSUD RA. Kartini Kab. Jepara.

3
1.5 Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang menghasilkan data kualitatif berupa
pengamatan langsung berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam permintaan CITO pemeriksaan
penunjang radiologi dan laboratorium. Subjek penelitian ini adalah petugas laboratorium, petugas
radiologi, dokter jaga radiologi, instalasi laboratorium dan instalasi radiologi RSUD RA. Kartini
Kab. Jepara. Pengambilan sampel ditentukan dengan berdasarkan permintaan permintaan CITO
pemeriksaan penunjang Radiologi dan Laboratorium proporsi sampling yang terwakili dari tiap-
tiap shift jaga IGD dokter kompre. Sampel diambil dengan cara accidental sampling. Analisis data
dengan menggunakan deskiriptif kualitatif.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pelayanan Gawat Darurat


Gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan
oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving).
Gawat Darurat (Azrul, 1997) yang dimaksud gawat darurat (emergency care) adalah bagian
dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk
menyelamatkan kehidupannya (life saving). Instalasi gawat darurat adalah salah satu sumber
utama pelayanan kesehatan di rumah sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD
menjadi khas, diantaranya adalah pasien yang perlu penanganan cepat walaupun riwayat
kesehatannya belum jelas.
Instalasi gawat darurat (IGD) adalah layanan yang disediakan untuk kebutuhan pasien yang
dalam kondisi gawat darurat dan harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
penanganan darurat yang cepat. Sistem pelayanan yang diberikan menggunakan sistem triage,
dimana pelayanan diutamakan bagi pasien dalam keadaan darurat (emergency) bukan berdasarkan
antrian.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah bagian terdepan dan sangat berperan di Rumah Sakit,
baik buruknya pelayanan bagian ini akan memberi kesan secara menyeluruh terhadap pelayanan
rumah sakit. Pelayanan gawat darurat mempunyai aspek khusus karena mempertaruhkan
kelangsungan hidup seseorang. Oleh karena itu dan segi yuridis khususnya hukum
kesehatan terdapat beberapa pengecualian yang berbeda dengan keadaan biasa. Menurut segi
pendanaan, nampaknya hal itu menjadi masalah, karena dispensasi di bidang ini sulit dilakukan.
Untuk menuju pelayanan yang memuaskan dibutuhkan sarana dan prasarana yang
memadai, meliputi ruangan, alat kesehatan utama, alat diagnostik dan alat penunjang diagnostik
serta alat kesehatan untuk suatu tindakan medik. Disamping itu juga tidak kalah pentingnya
sumber daya manusia yang memenuhi syarat, baik kuantitas maupun kualitas. Petugas
yang mempunyai pengetahuan yang tinggi, keterampilan yang andal dan tingkah laku yang baik.
Unit Gawat Darurat berperan sebagai gerbang utama jalan masuknya penderita gawat
darurat. Kemampuan suatu fasilitas kesehatan secara keseluruhan dalam hal kualitas dan kesiapan

5
dalam perannya sebagai pusat rujukan penderita dari pra rumah tercermin dari kemampuan unit
ini. Standarisasi Unit Gawat Darurat saat ini menjadi salah satu komponen penilaian penting dalam
perijinan dan akreditasi suatu rumah sakit. Penderita dari ruang UGD dapat dirujuk ke unit
perawatan intensif, ruang bedah sentral, ataupun bangsal perawatan. Jika dibutuhkan, penderita
dapat dirujuk ke rumah sakit lain.
Upaya pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu system
yang terpadu dan tidak terpecah-pecah. Sistem mengandung pengertian adanya komponen-
komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, mempunyai sasaran (output) serta
dampak yang diinginkan (outcome). Sistem yang bagus juga harus dapat diukur dengan melalui
proses evaluasi atau umpan balik yang berkelanjutan.

2.2 Pelayanan Cito di Rumah Sakit


Dalam jargon rumah sakit dikenal istilah yang sangat dipahami oleh tenaga medis yaitu
‘cito’.‘Cito’ berasal dari kata Latin yang bermakna ‘segera’ (immediately). Pasien yang dibawa
ke rumah sakit dalam kondisi sakit atau cedera parah, akan dimasukkan dalam kategori ‘cito’
yang bermakna harus ditangani saat itu juga, karena penundaan dapat mengancam keselamatan
jiwanya. Istilah ‘cito’ yang dipakai di Indonesia mengadopsi dari bahasa Belanda dan biasanya
ditulis dengan kartu status pasien (medical record) dan kertas resep obat dengan huruf berukuran
besar. Ditulis pada medical record agar dokter segera menangani pasien ini dan pada kertas resep
obat agar obat yang diminta segera dikeluarkan oleh apotik tanpa harus mengantri sesuai dengan
giliran.
Dikenal istilah ‘cito dispensetur’ dalam apotik yang bermakna ‘keluarkan obat segera’
(let it be dispensed quickly), yang artinya obat ini diberi prioritas pertama. Itulah sebabnya pada
hakekatnya, apotik harus buka 24 jam, karena kasus ‘cito’ ini bisa terjadi kapan saja, termasuk di
tengah malam buta. Istilah ‘cito’ juga berlaku bagi laboratorium klinis dan pemeriksaan rontgen,
sehingga idealnya kedua sarana penunjang medis ini harus ‘standby’ 24 jam.
Untuk itulah dikenal istilah ‘petugas jaga’ yang menjalankan shiftsepanjang malam.
Istilah ‘cito’ ini, ternyata berbeda dengan yang dipakai di negara yang berbahasa Inggris. Di sana
dipakai istilah ‘stat’ yang merupakan singkatan dari kata Latin ‘statim’. Maknanya juga sama
yaitu ‘immediately’ atau ‘without delay’ (jangan ditunda). Di rumah sakit, melalui pengeras suara
yang terhubung ke seluruh penjuru RS, dokter akan dipanggil disertai dengan kata darurat ‘stat’
ini. Ini sebagai kode bagi dokter yang bersangkutan bahwa pasien dalam kondisi gawat yang
6
memerlukan penanganan segera. Seperti ‘cito’, tulisan ‘stat’ ini dibubuhkan pada kertas resep
obat, kertas permintaan pemeriksaan laboratorium dan kertas pemeriksaan rontgen yang
memerlukan tindakan ‘gerak cepat’.
Tindakan ‘cito’ atau ‘stat’ ini dilaksanakan bukan saja untuk menyelamatkan nyawa
pasien yang terancam, tetapi untuk berpacu dengan dengan ‘golden hours’. Sebagai contoh,
pasien yang tiba di rumah sakit dengan serangan stroke, maka dia hanya mempunyai ‘golden
hours’ selama enam jam untuk bisa diatasi dengan baik dan diharapkan dapat pulih kembali
seperti sedia kala. Bilamana ‘golden hours’ ini sudah terlewatkan, maka sekalipun nyawanya
dapat diselamatkan, besar kemungkinan dia akan mengalami kecacatan yang permanen. Begitu
halnya dengan kasus emergensi lainnya yang masing-masing mempunyai ‘golden hours’ yang
berbeda-beda. Prinsipnya ‘cito’ dan ‘stat’ mengamanatkan pasien ditangani sesegera mungkin.
Nilai kritis merupakan nilai dari hasil pemeriksaan laboratorium yang bila tidak segera
ditangano dapat menyebabkan pasien dalam kondisi yang serius atau mengancam jiwa pasien.
Kriteria laporan hasil kritis yang dimaksud antara lain :
1. Tiap hasil pemeriksaan laboratorium yang termasuk kategori kritis (Lampiran)
2. Hasil pemeriksaa yang dilaporkan hanya pemeriksaan yang diminta saja.
Waktu pelaporan yang

2.2 Standar Pelayanan Cito Radiologi dan Laboratorium


Standar Pelayanan Cito Radiologi sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1014/MENKES/XI/2008 tentang standar pelayanan radiologi diagnostik di sarana
pelayanan kesehatan. RSUD RA. Kartini memiliki standar pelayanan Cito untuk Radiologi
diagnostik yang mana tercantum dalam SPO “Prosedur Pemeriksaan Cito” dimana terdapat
waktu pengambilan hasil Pemeriksaan yang sudah ditetapkan oleh Direktur RSUD RA Kartini
Jepara.
No Pemeriksaan Radiologi Waktu Tunggu Hasil Pemeriksaan
1 Foto Thoraks Kurang 3 jam
2 Foto Konvensional dan kontras Kurang 6 jam
3 Pemeriksaan CT Scan Kurang 6 jam
4 Pemeriksaan USG Kurang 1 jam
5 Pemeriksaan USG Doppler Kurang 2 jam

7
6 Pemeriksaan Cito Kurang 1 jam
7 Hasil Pemeriksaan Kritis Kurang 1 jam

Hasil pemeriksaan kritis adalah hasil pemeriksaan radiologi yang harus dilaporkan ke
dokter klinisi segera (kurang dari 1 jam). Hasil pemeriksaan radiologi kritis menyangkut kondisi
pasien yang memerlukan tindakan segera untuk menolong atau memperbaiki kondisi umum
pasien. Berikut ini adalah daftar pemeriksaan kritis radiologi.
No Hasil Pemeriksaan Radiologi Kritis Gambaran Radiologi
1 Efusi pleura masif Gambaran perselubungan masif hemithoraks
2 Pneumothoraks Gambaran radiolusen avaskuler hemithoraks
3 Abdomen perforasi Gambaran Free air subdiafragma
4 Abdomen ileus obstruksi Gambaran herring bone appearence
5 Perdarahan otak Gambaran hiperdens pada otak
6 Infark luas Gambaran hipodens hemisfer otak
7 Korpus alineum saluran nafas Gambaran radioopak pada saluran nafas

Sedangkan pelaporan hasil kritis pemeriksaan radiologi di RSUD RA.Kartini Jepara


berdasarkan keputusan Direktur RSUD RA Kartini nomor 060/48 tahun 2016 adalah foto-foto
radiologi yang termasuk kriteria hasil kritis langsung diserahkan ke radiolog untuk segera dibaca
oleh dokter radiologi. Foto yang sudah selesai dibaca dimasukan ke amplop, kemudian dilakukan
pencatatan di buku “Hasil Kritis” oleh petugas radiologi. Penyerahan hasil kritis oleh petugas
radiologi segera diserahkan atau disampaikan berdasarkan asal rujukan :
a. Rawat Jalan
Diserahkan oleh petugas radiologi pada pasien dalam waktu ≤ 1 jam dari setelah waktu
pendaftaran. Pasien diminta kembali ke dokter pengirim secepatnya. Sementara itu radiolog atau
petugas radiologi menghubungi dokter DPJP untuk menyampaikan hasil bacaan secara lisan.
b. Rawat Inap
Hasil dapat diambil dalam waktu ≤1 jam, dimana petugas radiologi menghubungi
perawat ruangan dengan mencatat penerima telepon, jam, dan tanggal, jika tidak ada respon
ditelpon lagi setelah 15 menit dari telepon pertama. Perawat ruangan menyampaikan hasil
bacaan radiolog ke dokter DPJP.

8
c. Instalasi Gawat Darurat
1) Didalam jam kerja :
Foto langsung divaca radiologi. Dalam waktu ≤ 1 jam foto langsung diserahkan ke
petugas IGD (dokter/perawat/ dengan mengisi buku ekspedisi)
2) Diluar jam kerja :
a) Pemeriksaan X-Ray Konventional
Langsung diserahkan ke dokter jaga IGD untuk dikonsultasikan, jika menginginkan
bacaan hasil langsung dikonsulkan kepada dokter spesialis radiologi
b) CT Scan
Radiografer memberikan informasi yang ditemukan hasil kritis pada dokter jaga IGD
dalam waktu kurang 15 menit setelah pemeriksaan selesai. Kemudian foto dikonsultasikan ke
radiolog untuk dilakukan pembacaan hasil ekspertise.

2.4. Standar Pelayanan Cito Laboratorium


Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik maka perlu adanya
kerjasama yang terkoordinasi antara pelayanan penunjang medik dan pendukung lain yang lebih
optimal. Instalasi Laboratorium berfungsi untuk membantu dokter dalam penegakkan diagnosis
dan penatalaksanaan penderita. Fungsi Instalasi Laboratorium demikian besar, baik dalam
tanggung jawab profesional, tanggung jawab teknis maupun tanggung jawab pengelolaan.
RSUD. RA. Kartini memiliki standar prosedur pelayanan laboratorium Cito sesuai dengan Surat
Keputusan Direktur RSUD RA Kartini No 445/25/2016 tentang pelayanan laboratorium patologi
klinik. Petugas IGD mengorder jenis pemeriksaan laboratorium melalui input SIMRS dan
menghubungi petugas laboratorium via Airphone untuk konfirmasi permintaan pemeriksaan
laboratorium Cito. Kemudian petugas datang untuk mengambil sampel pemeriksaan di IGD.
Hasil yang telah selesai segera dilaporkan kurang dari 1 jam melalui Airphone dan print hasil
ditempatkan pada rak atau keranjang IGD.
RSUD RA. Kartini memiliki standar pelayanan pemeriksaan Laboratorium tepat waktu.
Pelayanan pemeriksaan tepat waktu adalah pemeriksaan laborat yang sesuai dengan jangka
waktu yang telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur RSUD RA Kartini No
445/25/2016 tentang tenaga teknis memberikan informasi mengenai lamanya waktu pemeriksaan
dan banyaknya pasien.

9
 Pasien cito : Hasil 1 jam setelah pengambilan sampel melihat permintaan
pemeriksaan
 Darah rutin (LED, Hb, Leukosit, Hapus darah tepi) : hasil 140 menit
 Gula darah I/II : hasil 140 menit
 Pemeriksaan kimia darah : hasil 120 menit.

Mengenai pelaporan hasil kritis laboratorium petugas laboratorium melakukan


pemeriksaan berdasarkan permintaan dokter, hasil pemeriksaan yang telah diverifikasi, apabila
dijumpai hasil pemeriksaan yang abnormal dilakukan pemeriksaan ulang.Petugas laboratorium
melaporkan ke petugas ruangan atau dokter untuk segera dilaporkan DPJP agar dapat dilakukan
tindakan kelanjutan terhadap pasien. Untuk kelanjutan pengobatan atau tindakan menjadi
tanggung jawab DPJP.

10
BAB III

HASIL

3.1 Permintaan Cito Laboratorium


Data didapatkan melalui pengamatan langsung permintaan cito laboratorium pada saat
jaga IGD dokter komprehensif di RSUD RA. Kartini selama 4 hari dalam 1 minggu.

NO Hari dan Tanggal TOTAL


SAMPEL
1 Selasa , 26 September 2017 9
2 Rabu, 27 September 2017 12
3 Jumat, 29 September 2017 14
4 Sabtu, 30 September 2017 11
Tabel 1. Hasil Telusur Terhadap jumlah Permintaan Cito Laboratorium di IGD
Dari hasil telusur petugas tentang identifikasi pasien di bagian Laboratorium, didapatkan
hasil bahwa 47,8% dari permintaan dokter jaga IGD, petugas di bagian Laboratorium dapat
melakukan pemeriksaan sesuai dengan permintaan dan dapat mengekspertisi hasil dari
pemeriksaan yang dilakukaan

3.2 Permintaan Cito Radiologi


Data didapatkan melalui pengamatan langsung permintaan cito radiologi pada saat jaga
IGD dokter komprehensif di RSUD RA. Kartini selama 4 hari dalam 1 minggu.
NO Hari dan Tanggal TOTAL
SAMPEL
1 Selasa , 26 September 2017 4
2 Rabu, 27 September 2017 5
3 Jumat, 29 September 2017 3
4 Sabtu, 30 September 2017 4
Tabel 2. Hasil Telusur Terhadap Jumlah permintaan Cito Radiologi di IGD

11
Dari hasil telusur pengetahuan petugas tentang identifikasi pasien di bagian Radiologi,
didapatkan hasil bahwa 37,5% dari permintaan dokter jaga IGD, petugas di bagian Radiologi dapat
melakukan pemeriksaan sesuai dengan permintaan dan dapat mengekspertisi hasil dari
pemeriksaan yang dilakukaan

3.3 Instalasi Radiologi

No HARI DAN TANGGAL JUMLAH HASIL SAMPEL SESUAI


SAMPEL PERMINTAAN
1 Selasa , 26 September 2017 4 1
2 Rabu, 27 September 2017 5 2
3 Jumat, 29 September 2017 3 0
4 Sabtu, 30 September 2017 4 3

Tabel 3. Hasil Telusur Terhadap Hasil Sampel Radiologi


Dari hasil telusur pengetahuan petugas tentang identifikasi pasien di bagian Radiologi,
didapatkan hasil bahwa 37,5% dari permintaan dokter jaga IGD, petugas di bagian Radiologi dapat
melakukan pemeriksaan sesuai dengan permintaan dan dapat mengekspertisi hasil dari
pemeriksaan yang dilakukaan

3.4 Instalasi Laboratorium


No HARI DAN TANGGAL JUMLAH HASIL SAMPEL
SAMPEL SESUAI PERMINTAAN
1 Selasa , 26 September 2017 9 3
2 Rabu, 27 September 2017 12 5
3 Jumat, 29 September 2017 14 8
4 Sabtu, 30 September 2017 11 6

Tabel 4. Hasil Telusur Terhadap Sampel Laboratorium

12
Dari hasil telusur petugas tentang identifikasi pasien di bagian Laboratorium, didapatkan
hasil bahwa 47,8% dari permintaan dokter jaga IGD, petugas di bagian Laboratorium dapat
melakukan pemeriksaan sesuai dengan permintaan dan dapat mengekspertisi hasil dari
pemeriksaan yang dilakukaan

13
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Laboratorium
Dari data hasil telusur terhadap permintaan pemeriksaan penunjang laboratorium diketahui
bahwa terdapat sebanyak 46 permintaan dalam kurun waktu 4 hari selama jadwal jaga dokter
komprehensif di IGD. Dari 46 permintaan tersebut merupakan permintaan cito. Didapatkan data
sejumlah 22 hasil yang sesuai dengan permintaan dokter jaga IGD yang merupakan permintaan
pemeriksaan laboratorium cito, dan 23 tidak sesuai dengan permintaan dokter jaga IGD
dikarenakan hasil pemeriksaan keluar melebihi batas waktu yang ditentukan dari definisi cito. Hal
ini dapat terjadi dikarenakan petugas yang bekerja sedikit terutama pada jam jaga malam hari,
sedangkan permintaan pemeriksaan laboratorium banyak pada IGD maupun rawat inap di Rumah
Sakit. Hasil permintaan pemeriksaan penunjang laboratorium cito tidak disampaikann kembali ke
dokter jaga IGD, hal ini dapat terjadi karena tidak adanya petugas yang mengantarkan hasil
kembali ke IGD. Kesulitan petugas dalam melakukan pengambilan sampel pada pasien terntentu
seperti pasien balita dan lansia sehingga petugas membutuhkan waktu lebih lama dalam
melakukan pengambilan sampel yang berdampak pada waktu yang dibutuhkan petugas.

4.2 Instalasi Radiologi

Dari data hasil telusur terhadap permintaan pemeriksaan Radiologi diketahui bahwa
terdapat sebanyak 16 permintaan dalam kurun waktu 4 hari selama jadwal jaga dokter
komprehensif di IGD. Dari 16 permintaan Radiologi tersebut didapatkan sebanyak 6 pemeriksaan
radiologis yang sesuai dengan permintaan dokter jaga IGD, dan didapatkan 10 permintaan yang
tidak sesuai dengan pemeriksaan radiologi. Hal ini dapat terjadi karena hasil ekspertisi dari dokter
spesialis radiologi tidak langsung disampaikan kepada dokter jaga IGD melainkan langsung
disampaikan kepada DPJP di bangsal. Untuk beberapa kasus hasil pemeriksaan yang didaptakan
hanya berupa foto tanpa hasil ekspertisi sehingga tidak memenuhi syarat sesuai dengan SPO.

14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Penelitian tentang evaluasi pelayanan respon cepat radiologi dan laboratorium dalam
pelayanan gawat darurat di RSU RA. Kartini Kabupaten jepara adalah sebagai berikut.
Didapatkan data sejumlah 22 hasil yang sesuai dengan permintaan dokter jaga IGD yang
merupakan permintaan pemeriksaan laboratorium cito, dan 23 tidak sesuai dengan permintaan
dokter jaga IGD.
Hambatan – hambatan yang terjadi pada pemeriksaan laboratorium adalah jumlah petugas
yang bekerja sedikit terutama pada jam jaga malam hari. Hasil permintaan pemeriksaan penunjang
laboratorium cito tidak disampaikann kembali ke dokter jaga IGD. Kesulitan petugas dalam
melakukan pengambilan sampel pada pasien terntentu.
Didapatkan sebanyak 6 pemeriksaan radiologis yang sesuai dengan permintaan dokter jaga
IGD, dan didapatkan 10 permintaan yang tidak sesuai dengan pemeriksaan radiologi.
Hambatan-hambatan yang terjadi pada pemeriksaan radiologis adalah hasil ekspertisi dari
dokter spesialis radiologi tidak langsung disampaikan kepada dokter jaga IGD. Untuk beberapa
kasus hasil pemeriksaan yang didaptakan hanya berupa foto tanpa hasil ekspertisi sehingga tidak
memenuhi syarat sesuai dengan SPO.

5.2 Saran
Peneliti memberikan masukan kepada RSU RA Kartini agar melaksanakan monitoring dan
evaluasi secara rutin agar mutu pelayanan tetap baik sesuai dengan SPO yang sudah ditetapkan
oleh direktur.
Peneliti ingin memberikan masukan agar dapat menambah jumlah petugas terutama pada
saat diluar jam kerja, memaksimalkan pelaporan hasil melalui komputer agar dapat diakses dengan
mudah oleh dokter IGD.

15
Kami harap penelitian ini dapat bermanfaat untuk Rumah Sakit Umum Raden Ajeng
Kartini di Kabupaten Jepara. semoga dengan penelitian ini kita dapat menerapkan pelayanan
respon cepat dalam meningkatkan mutu pelayanan.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Sucista A. 2011. Pembuatan aplikasi penentuan rute optimal menuju pelayanan gawat
darurat berbasis mobile. Skripsi. Stmik Amikom: Yogyakarta.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit. Jakarta.

3. Purnama DI. 2008. Evaluation of Obstetric Emergency Referral Cases at Dr. Cipto
Mangunkusumo Hospital January - December 2008. Skripsi. Jakarta.

4. Pranowo KT, Hendrik. 2006 Pengaruh waktu Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medis


terhadap Mutu Pelayanan di Instalasi Gawat Daurat Bantul. Skripsi. Yogyakarta.
5. Haryatun N. 2008. Perbedaan Waktu Tanggap Tindakan Keperawatan Pasien Cedera
Kepala Kategori 1 – V di Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Moewardi: Jawa Tengah.
6. Pratiwi A, Panggah W. 2008. Hubungan Beban Kerja Dengan Waktu Tanggap Perawat
Gawat Darurat Menurut Persepsi Pasien Di Instalasi Gawat Darurat RSU. Pandan Arang
Boyolali. Jawa Tengah.
7. Manuaba TW. Tindak bedah organ dan sistem organ payudara. In: R. Sjamsuhidayat,
Jong WD, editor. Buku ajar ilmu bedah. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2005. p. 388- 401.
8. Driscoll P, David Skinner. Initial assessment and management Primary Survey Peter
Driscoll. available at
www.primarytraumacare.org/PTCmain/Training/pdf/PTCC_INDO.pdf
9. Advanced Trauma Life Support Untuk Dokter. Edisi 7. Komisi Trauma “IKABI”
2004.
10. Dries D. Initial Evaluation of the Trauma Patient. Update on 2 January 2012, available
at http://www.medscape.com

11. Saanin S. Manajemen Penanganan Korban Bencana Tindakan Pada Pasien


Gawat-Darurat. Update on 29 th Desember 2011, available at
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery
12. Anjaryani WD. 2009. Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Perawat di
RSUD Tugurejo Semarang. Skripsi. Universitas Diponegoro: Semarang.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Tentang Standar Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit. Jakarta.

17
14. Permana HP. 2007. Indikator Kinerja Rumah Sakit. Update on 26th January 2012,
available at Indikator Kinerja RS-Hanna Subanegara.pdf.
15. Pranowo KT, Hendrik. 2006 Pengaruh waktu Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
Medis terhadap Mutu Pelayanan di Instalasi Gawat Daurat Bantul. Skripsi.
Yogyakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai