Anda di halaman 1dari 17

21

BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 Data WPS

1. Nama : Ny. A
Alamat : Gang IV
Pengasuh : Ny. S
Alamat Asal : Jepara
Usia : 28 tahun
Status : Janda
Jumlah anak :2
Lama bekerja : 2 tahun
Pendidikan : Tamat SD
Agama : Islam

2. Nama : Ny. L
Alamat : Gang IV
Pengasuh : Ny. R
Alamat Asal : Boja
Usia : 24 tahun
Status : Tidak menikah
Jumlah anak :-
Lama bekerja : 1 tahun
Pendidikan : Tamat SMK
Agama : Islam

3. Nama : Ny. P
Alamat : Gang IV
Pengasuh : Ny. R
22

Alamat Asal : Sidoarjo


Usia : 22 tahun
Status : Tidak Menikah
Jumlah anak :-
Lama bekerja : 1 tahun
Pendidikan : Tamat SMP
Agama : Islam

4. Nama : Ny. N
Alamat : gang IV
Pengasuh : Ny. I
Alamat Asal : Kendal
Usia : 26 tahun
Status : Tidak menikah
Jumlah anak :-
Lama bekerja : 3 tahun
Pendidikan : Tamat SD
Agama : Islam

5. Nama : Ny. S
Alamat : gang IV
Pengasuh : Ny. S
Alamat Asal : Jepara
Usia : 17 tahun
Status : Tidak menikah
Jumlah anak :-
Lama bekerja : 10 bulan
Pendidikan : Tamat SMP
Agama : Islam
23

Wawancara dilakukan pada tanggal 11 Februari 2016 kepada 5 orang WPS.


Berdasarkan tingkat pendidikannya, 2 orang yang tamat SD, 2 orang tamat SMP,
dan 1 orang tamat SMK.
Riwayat bekerja di Sunan Kuning, Ny. S, Ny. L dan Ny. P kurang lebih
dari 1 tahun Ny. A kurang lebih 2 tahun, dan Ny. N kurang lebih 3 tahun. Yang
melatar belakangi responden bekerja di Sunan Kuning karena alasan ekonomi
yang kurang (100%).
Pada saat diwawancarai 5 responden mengaku sudah mendapatkan
informasi mengenai IMS dan HIV dari Griya Asa dan pembinaan yang dilakukan
di wilayah Sunan Kuning. Hasil dari tanya jawab singkat mengenai pemahaman
IMS, responden memiliki pengetahuan yang cukup mengenai IMS (infeksi
menular seksual), para WPS hanya mengetahui mengenai pengertian, cara
penularan IMS dan gejala yang timbul bila terinfeksi. Para WPS sering tidak sadar
bahwa dirinya terinfeksi penyakit menular seksual hingga saat skrining dilakukan.
Namun seluruh WPS tidak pernah mengobati sendiri apabila terinfeksi IMS di
luar obat yang diberikan griya ASA.
Semua responden melakukan skrining di klinik Griya Asa dan mengaku
melakukan skrining, 3 responden melakukan skrining secara rutin 2 minggu sekali
dan 2 responden melakukan skrining seminggu sekali. 3 dari 5 responden
melakukan skrining karena diperintah oleh pengurus Resosialisasi dan sisanya
atas kesadaran sendiri. Semua responden mengetahui manfaat skrining dan
menyatakan bahwa skrining tersebut sangat penting untuk mengetahui mereka
terinfeksi atau tidak.
Berdasarkan informasi dari responden yang diwawancarai, beberapa
responden yang terkena IMS tidak selalu menggunakan kondom saat berhubungan
seksual.

3.2 Wawancara dengan Pengurus Resosialisasi dan Petugas Outreach


Data mengenai peran pengurus resosialisasi didapatkan dari wawancara
dengan petugas resosialisasi. Berdasarkan hasil wawancara, untuk masalah
kesehatan, pengurus resosialisasi bekerja sama dengan klinik Griya ASA telah
24

menjalankan beberapa program yang telah dijalankan hingga saat ini, diantaranya
yaitu mewajibkan WPS untuk mengikuti pembinaan (sekolah), melakukan
skrining IMS, melakukan deteksi dini HIV melalui klinik VCT, mengadakan
senam setiap 1 minggu sekali pada pukul 06.00 WIB dengan pembagian jadwal
Gang 1, 2, dan 3 setiap hari Jumat dan Gang 4, 5, 6 setiap hari Sabtu. Selain itu
terdapat penyediaan kondom gratis serta menjatuhkan sanksi bagi WPS yang
melanggar tata tertib. Program dan tata tertib tersebut berlaku untuk WPS yang
tinggal di Sunan Kuning maupun WPS yang statusnya freelance (panggilan)/yang
tinggal di kos.
Kegiatan Skrining IMS yang dilakukan 2 minggu sekali, dimana klinik
IMS Griya menjangkau WPS di gang 4, 5, dan, 6, tetapi tidak menutup
kemungkinan WPS di gang 1, 2, dan 3 untuk datang dan memeriksakan diri di
klinik IMS Griya ASA. Hal ini dikarenakan WPS yang berada di gang 1, 2, dan 3
merupakan jangkauan dari wilayah kerja Puskesmas Lebdosari.

3.3 Wawancara dengan Petugas Outreach


Data mengenai peran petugas outreach didapatkan dari hasil wawancara
dengan petugas outreach. Berdasarkan hasil wawancara, petugas outreach
menjalin kerjasama dengan klinik Griya ASA untuk melakukan penyuluhan
kepada WPS, menyediakan materi penyuluhan, dan melaporkan WPS yang
terkena IMS ke tim outreach agar dapat dilakukan pendekatan personal. Selain itu
petugas outreach juga berperan dalam menangani WPS yang tidak rutin
melakukan skrining. Petugas outreach menetapkan beberapa peraturan yaitu
apabila WPS terkena IMS sebanyak tiga kali maka WPS tersebut dikeluarkan dari
pekerjaannya, apabila WPS tidak mengikuti kegiatan rutin yang diadakan
pengurus resosialisasi seperti skrining, senam, sekolah dan VCT sebanyak tiga
kali maka WPS akan mendapatkan hukuman berupa kuliah pada jam 7 malam
hingga jam 3 dini hari.
Upaya pencegahan lainnya yang telah dilakukan adalah dengan
mewajibkan penggunaan kondom di Sunan Kuning, akan tetapi pemantauan
apakah WPS tersebut benar-benar memakai kondom atau tidak masih sulit
25

dilakukan karena setiap WPS hanya diwajibkan menawarkan kondom kepada


pelanggan akan tetapi keputusan ditangan pelanggan. Bagi WPS yang tidak
menggunakan kondom, tidak ada sanksi khusus yang diberikan.

3.4 Wawancara dengan petugas PE (peer educator)


Wawancara dilakukan kepada Ny. M yang bekerja sebagai Pemandu
Karaoke. Berdasarkan hasil wawancara PE berperan untuk melakukan
pendekatan interpersonal kepada WPS yang belum skrining dan WPS yang
terkena IMS. Selain itu PE juga bertugas untuk memastikan WPS
menggunakan kondom saat berhubungan seksual dan memantau ketersediaan
kondom.

3.5. PENGAMATAN KLINIK IMS


3.5.1 Kegiatan Klinik
Kegiatan yang dilakukan di klinik IMS antara lain, skrining IMS, VCT,
dan Mobile VCT dan IMS yang dilaksanakan di panti-panti pijat (Puri sehat tanah
mas, flamboyant johar, dan mulya jaya), jalanan, terminal, serta di perkumpulan
yang ada di kelurahan dan kecamatan. Jangkauan VCT dan Mobile VCT lebih
dititikberatkan ke ibu hamil dan ibu rumah tangga. Waktu pelaksaaan Mobile IMS
adalah 1 bulan sekali, sedangkan Mobile VCT 3 bulan sekali.
Penyuluhan, penjangkauan, dan pembinaan WPS dilakukan di gedung
serbaguna, dijadwalkan sebagai berikut:
Hari Senin: Gang 1,2,3 oleh Puskesmas Lebdosari
Hari Kamis: Gang 4,5,6 oleh Griya ASA

3.5.2 Man (SDM)


Petugas klinik IMS terdiri dari:
 1 orang petugas PKBI (bidan)
 1 orang dokter yang merangkap sebagai CST
 1 orang analis/petugas laboratorium
 2 orang admin
26

 1 orang konselor

3.5.3 Sarana prasarana


a. Ruang Registrasi dan Ruang Tunggu
Ruang registrasi yang ada di Klinik IMS digunakan juga sebagai
ruang tunggu bagi pasien. Terdapat kursi untuk menunggu di dekat ruang
registrasi. Ruang registrasi terdiri dari 1 meja dan 2 kursi. Kondisi ruangan
cukup nyaman, karena dilengkapi dengan kipas angin, dan sirkulasi udara
yang cukup. Penerangan ruangan juga cukup baik.
b. Ruang Pemeriksaan :
Di dalam ruang pemeriksaan, terdapat meja untuk meletakkan
peralatan pemeriksaan, kursi pemeriksa, applicator, lampu sorot, bedgyn,
ember, lemari penyimpanan obat dan peralatan pemeriksaan, kipas angin,
tempat sampah serta baskom tertutup yang berisi spekulum. Lampu ruang
pemeriksaan cukup terang. Di samping itu, di dinding ruang pemeriksaan
juga terlihat SOP pemeriksaan. Terdapat wastafel untuk mencuci tangan
akan tetapi keadaan wastafel kurang bersih.

Gambar 2. Ruang pemeriksaan klinik IMS


27

c. Ruang Laboratorium :
Terdapat meja dan kursi, peralatan dan bahan untuk membuat
preparat pemeriksaan, satu buah mikroskop, peralatan pengecatan serta
buku catatan pemeriksaan

Gambar 3. Ruang laboratorium

Alur Pelayanan
Alur kegiatan skrining IMS di Klinik IMS Griya ASA adalah sebagai berikut:

Register Pengambilan Sekret Laboratorium

Hasil

Terapi / Konseling

Positif Negatif

VCT Pernah IMS / Tidak

VCT
Gambar 4. Alur Kegiatan Skrining IMS
28

Uraian dari alur kegiatan tersebut di atas adalah sebagai berikut:


1. Data yang dicatat di Register :
- Informed consent : Nama, ID lama, ID baru, tanggal, kesediaan tindakan
medis, tanda tangan pasien dan petugas kesehatan
- Identitas : No. Registrasi (Nama dan tanggal lahir), alamat, umur,
umur hubungan seks pertama, jenis kelamin, pasangan
tetap, status perkawinan, status kehamilan, usia kehamilan,
pendidikan terakhir, daerah asal, faktor risiko, pekerjaan,
tipe KD, tanggal kunjungan, kunjungan ke, alasan
kunjungan, jenis kontak, keluhan IMS
- Faktor Risiko : Hubungan seks terakhir, caranya, kondom HUS terakhir,
pelicin, minum antibiotik 1 hari yang lalu, jumlah pasangan
seks 1 minggu terakhir, kondom HUS 1 minggu terakhir,
tipe KD pasangan tetap, pekerjaan pelanggan, lama jadi PS,
cuci vagina 1 minggu terakhir
- Keluhan IMS
2. Data yang dicatat di Ruang Pemeriksaan:
- Tanda klinis IMS
- pH vagina
- Pengobatan topikal dan injeksi
3. Data yang dicatat di Ruang Laboratorium:
- PMN Urethra/ Serviks
- Diplokokus intrasel Urethra/ Serviks
- PMN Anus
- Diplokokus Intrasel Anus
- T. vaginalis
- Kandida
- Sniff Test
- Clue cells
4. Data yang dicatat di Ruang Dokter:
29

- Diagnosis
- Pengobatan
- Konseling pengobatan
- Informasi umum IMS/ HIV/ AIDS
- Informasi perilaku sex aman (A,B,C)
- Informasi layanan VCT
- Jumlah kondom yang diberikan
- Jumlah materi KIE diberikan
- Dirujuk ke VCT
- Dirujuk ke RS
- Kartu rujukan pasangan
- Tanda tangan
- Nama pemeriksa

3.5.4 Metode
Dalam melaksanakan kegiatan di klinik IMS Griya ASA telah
terbentuk SOP untuk pelayanan IMS beserta cara pengambilan dan
pemeriksaan spesimen. Petugas yang melaksanakan tindakan telah
melakukan tugas sesuai dengan SOP yang ada, yaitu:
Pelayanan IMS
Setelah dari ruang administrasi, pasien dipersilakan untuk ke ruang
pemeriksaan, petugas administrasi membawa baki berisi slide dan CM
pasien dan menyerahkan kepada petugas pemeriksaan.
1. Memperkenalkan diri pada pasien dan jelaskan posisi Anda di klinik IMS
2. Menganamnesa keluhan pasien dan mengisi CM
3. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan, adalah :
 Tujuan pengambilan sediaan
 Cara pengambilan sediaan
 Berapa lama harus menunggu hasil
30

 Pasien membuka pakaian dalamnya


 Naik ke meja pemeriksaan
4. Setelah membuka pakaian dalam, minta pasien untuk naik ke meja
pemeriksaan, bimbing pasien untuk mendapatkan posisi yang baik dalam
melakukan pemeriksaan.
5. Tutupi bagian bawah tubuh pasien dengan selimut atau kain untuk
membuat pasien lebih nyaman.
6. Tenangkan pasien, beri dukungan, minta pasien untuk rileks dan petugas
memulai pemeriksaan fisik.

Cara pengambilan spesimen


Pengambilan sampel sekret vagina:
- Pengambilan sampel pasien wanita dilakukan oleh pemeriksa wanita.
- Menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan dan
menganjurkan kepada pasien untuk merasa rileks.
- Setiap pengambilan sampel untuk masing-masing pemeriksaan harus
menggunakan spekulum/ cotton applicator steril
- Masukkan daun spekulum cocor bebek steril dalam keadaan tertutup
dengan posisi tegak/ vertikal ke dalam vagina dan setelah seluruhnya
masuk, kemudian putar pelan-pelan sampai daun spekulum dalam posisi
datar/ horizontal. Buka spekulum dan dengan bantuan lampu sorot vagina,
cari serviks. Kunci spekulum pada posisi itu sehingga serviks terfiksasi.
- Lakukan pemeriksaan serviks, vagina dan pengambilan spesimen
- Dari forniks posterior dan dinding vagina: dengan cotton applicator steril
untuk pembuatan sediaan, mengoleskan pada objek glass dalam lingkaran
2 kali (untuk ditetes NaCl 0,9% dan KOH 10%)
- Pengambilan spesimen dari endoserviks dengan cotton aplicator steril
untuk pembuatan sediaan, mengoleskan pada objek glass untuk dilakukan
pengecatan Methylen Blue
- Untuk pemeriksaan pH, setelah cotton applicator dioleskan pada objek
glass, juga dioleskan pada pita pH untuk mengetahui pH vagina
31

- Lepas spekulum: kunci spekulum dilepaskan sehingga spekulum dalam


posisi tertutup, putar spekulum 90 derajat sehingga daun spekulum dalam
posisi tegak, dan keluarkan spekulum perlahan-lahan.

Cara pemeriksaan spesimen


Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh seorang analis.
a. Pemeriksaan Sediaan Kering:
1) Keringkan sediaan diudara
2) Fiksasi dengan melewatkannya diatas api
3) Genangi/Tetesi sediaan dengan Methylen blue 0.3% - 1% selama 30 detik
4) Cuci dengan air mengalir
5) Keringkan sediaan
6) Periksa sediaan dibawah mikroskop dengan lensa objektif 100x
menggunakan minyak imersi untuk melihat adanya lekosit PMN dan
diplokokus intraseluler
7) Catat hasil pemeriksaan pada catatan medis dan buku register laboratorium
IMS
8) Berikan lembar catatan medis pada ruangan konseling dan pengobatan
9) Interpretasi hasil:
 Lekosit PMN Positif bila:
o Ditemukan ≥ 30 PMN/lpb (sampel secret wanita)
o Ditemukan ≥ 5 PMN/lpb (sampel secret uretra/pria)
 Diplokokus Positif bila:
o Ditemukan ≥ 1 Diplokokus Intrasel/100 lpb
b. Pemeriksaan sediaan basah vagina
1) Teteskan 1 tetes NaCl 0,9 % pada salah satu hapusan, aduk dengan ujung
kaca penutup (cover glass)
2) Tutup menggunakan kaca penutup dengan menempelkan salah satu sisi
kaca penutup pada sediaan dan menutupnya secara perlahan.
32

3) Teteskan 1 tetes KOH 10 % pada hapusan yang lainnya, cium ada


tidaknya bau amis, aduk dengan kaca penutup (cover glass) kemudian
tutup dengan kaca penutup
4) Periksa sediaan NaCl terlebih dahulu dibawah mikroskop dengan lensa
objektif 10x dan 40x untuk melihat adanya Trichomonas vaginalis dan
Clue cell
5) Periksa sediaan KOH 10% dibawah mikroskop dengan lensa objektif 10x
dan 40x untuk melihat adanya bentuk-bentuk Kandida
6) Masukan sediaan yang sudah diperiksa kedalam campuran hipocloride
0.5%
7) Tulis hasil pemeriksaan pada catatan medis dan buku register laboratorium
IMS
8) Berikan lembar catatan medis pada ruangan konseling dan pengobatan
9) Interpretasi hasil:
 Trichomonas vaginalis Positif bilaDitemukan ≥ 1 T. vaginalis
(bentuk seperti layang-layang dan bergerak) pada sediaan NaCl 0.9%
 Clue cell Positif bila≥ 25% dari epitel yang ditemukan
permukaannya di tutupi oleh bakteri pada sediaan NaCl 0.9%
 Kandida positif bila ditemukan ≥ 1 pseudohypae dan atau blatospora
pada sediaan KOH 10%.

Untuk pelayanan klinik mobile IMS dan VCT ditambahkan SOP sebagai berikut:
1. Tahapan Persiapan
a. Tim klinik melakukan koordinasi dengan Behaviour Changes
Intervention (BCI) atau orang kunci lain untuk melakukan asesmen
lokasi dan menentukan lokasi yang akan digunakan sebagai tempat
mobile klinik
b. Tim klinik dan tim BCI memilih waktu dan lokasi pelayanan sesuai
kriteria
i. Lokasi cukup dekat dengan kelompok sasaran
ii. Lokasi cukup aman dan layak bagi kelompok sasaran
33

iii. Mendapat ijin dari yang berwenang


c. Bersama-sama menentukan jadwal dan waktu pelayanan sedapat
mungkin disesuaikan dengan kelompok sasaran dan memastikan
bahwa mobile klinik dapat dilaksanakan
d. Satu minggu sebelum pelaksanaan tim melakukan konfirmasi
pelaksanaan mobile klinik kepada orang kunci atau pihak terkait di
lokasi
e. Jumlah klien minimal 10 orang

2. Tahapan Pelaksanaan
Pelaksanaan pelayanan oleh petugas dilaksanakan sesuai standart
pelayanan yang ada, dengan catatan khusus:
a. Konselor VCT
Setiba di lokiasi konselor VCT mempersiapkan ruang konseling
senyaman mungkin dengan posisi konseling L.
b. Petugas laboratorium
Sebelum menuju lokasi memastikan:
1. Mikroskop harus ditempatkan di dalam kotak kayu.
2. Mikropipet, rotator, sentrifuge ditempatkan dalam kotak
atau kardus.
3. Reagensia dan bahan-bahan cair ditempatkan di dalam
kotak plastik.
4. Reagen RPR dan determin sifilis serta reagensia HIV
ditempatkan dalam coolbox yang diberi es dan reagen tidak
boleh menempel dengan es.
5. Peralatan pengambilan darah ditempatkan dalam satu kotak
plastik khusus.
6. Perlengkapan laboratorium lain dimasukkan dalam satu
kardus.
Setiba di lokasi:
1. Alasi meja laboratorium dengan taplak meja plastik.
34

2. Siapkan 2 tempat sampah untuk sampah infeksius dan non-


infeksius dan lapisi dengan kantong plastik.
3. Siapkan bahan-bahan dan tempat pengambilan darah.
4. Siapkan peralatan dan bahan untuk pewarnaan dan sediaan
basah.
5. Tempatkan rotator, sentrifuge, mikroskop di atas meja
bebas getaran atau di lantai.
6. Melakukan prosedur selanjutnya mengikuti protap
pemeriksaan lab sederhana dan anti-HIV.
c. Alur pelayanan IMS dan VCT sesuai dengan standar.
d. Penyimpanan dokumen IMS, VCT, dan laboratorium untuk
sementara disimpan dalam tas/tempat teratur/tempat tertutup dan
akan dipindahkan ke lemari file segera sesudah tiba kembali di
klinik dan menjadi tanggung jawab konselor dan petugas
administrasi
e. Petugas admministrasi dapat dirangkap oleh perawat untuk
pelayanan IMS dan konselor untuk VCT.
f. Konselor perlu memberikan informasi jelas, mengenai tempat,
waktu pelayanan VCT yang dapat diakses klien setiap waktu.
3. Tahapan Pelaporan
Evaluasi dan hasil pelayanan mobile klinik dilaporkan oleh tim dalam
pelaporan narasi bulanan.

3.5.5 Proses pemeriksaan pasien IMS


WPS wajib melakukan skrining IMS setiap 2 minggu. Bagi mereka
yang mendapatkan hasil positif akan diberikan obat dan akan di evaluasi
setiap 1 minggu oleh petugas Klinik IMS dengan mewajibkan untuk
datang periksa dan kontrol di Klinik IMS. Selain itu dilakukan konseling
dan pendekatan personal IRA (Individual Risk Assessment)kepada WPS
tersebut.
35

Untuk kasus condyloma akuminata yang berat yang membutuhkan


penanganan electrocauter maka pasien IMS dirujuk ke fasilitas kesehatan
yang dapat menangani penyakit tersebut.

3.5.6 Universal Precaution


 Perlindungan diri
Petugas selalu menggunakan sarung tangan lateks (handscoon) saat
melakukan pemeriksaan.
 Sterilisasi alat
Alat – alat yang telah digunakan dilakukan sterilisasi dengan alat
khusus sterilisasi di dalam ruang pemeriksaan.
Proses penatalaksanaan peralatan untuk klinik IMS sebagai berikut:
a. Dekontaminasi
Dekontaminasi dilaksanakan dengan merendam peralatan pada
larutan khlorin 0,5% selama minimal 10 menit segera setelah
pemakaian alat.
Cara menyiapkan larutan khlorin:
Satu sendok makan bubuk khlorin(kaporit) dilarutkan dalam dua
liter air atau larutan pemutih Sunclin/ Bayclin (1:10).
b. Pencucian
Cuci dan sikat peralatan dengan deterjen dan air untuk
menghilangkan protein, minyak, dan partikel-partikel. Jika
peralatan tidak dicuci terlebih dahulu, proses sterilisasi atau
disinfeksi tingkat tinggi tidak efektif. Peralatan yang sudah dicuci,
dibilas dan dikeringkan dulu sebelum diproses lebih lanjut.
c. Penyimpanan
Untuk peralatan pemeriksaan yang tidak dibungkus karena dipakai
setiap hari (spekulum) dapat disimpan di dalam kontainer steril.
Peralatan yang disimpan di dalam kontainer steril dan tertutup
paling lama untuk satu minggu. Simpanlah peralatan dalam
keadaan kering.
36

 Pembuangan limbah
Tempat sampah yang ada di dalam ruang pemeriksaan menggunakan
ember biasa yang di dalamnya terdapat kantong plastik hitam, untuk
alat suntik yang telah dipakai dibuang di dalam kotak kuning.
Untuk pelaksanaan pemberian profilaksis pasca pajanan. Berdasarkan
pengamatan di klinik IMS sudah sesuai dengan SOP yang telah
ditentukan.

3.5.7 Kerjasama Klinik Griya ASA dengan Elemen lain


a. Feedback ke outreach
Klinik IMS bertujuan untuk memonitor hasil kegiatan outreach di lingkungan
Resosialisasi Argorejo. Kegiatan outreach yang menjadi sorotan bagi klinik IMS
dalam hal ini adalah angka kejadian dan penularan IMS, yang meliputi angka
kejadian GO baru dan episode GO/cervicitis. Feedback ke outreach yang
dilakukan antara lain adalah:
1. Feedback ke outreach mengenai jumlah WPS yang belum melakukan
skrining
Dari data di klinik IMS akan diketahui jumlah WPS yang belum skrining.
Data tersebut akan dilaporkan kepada pihak outreach untuk ditindaklanjuti
dengan melakukan pendekatan kepada WPS yang belum melakukan
skrining, sehingga diharapkan jumlah WPS yang memeriksakan diri untuk
skrining mencapai 100%.

2. Feedback ke outreach mengenai angka kejadian GO baru


Bila ditemukan kasus GO baru, klinik IMS bertugas untuk memberikan
feedback ke outreach agar melakukan pendekatan secara personal
mengenai pengetahuan IMS, cara penularan, pencegahan, dan perubahan
perilaku berisiko.
3. Feedback ke outreach mengenai angka kejadian episode GO/cervicitis
berulang
37

Bila ditemukan kasus episode GO/cervicitis yang berulang, klinik IMS


memberikan feedback ke outreach agar diberikan sanksi yang tegas bagi
WPS seperti sekolah malam. Selain itu, WPS dengan IMS harus
melakukan skrining secara rutin sehingga dapat dipantau hasil dari
pemberian terapinya.

b. Feedback ke pengurus resosialisasi


Secara umum, pengurus resosialisasi sudah puas dengan pelaksanaan
klinik IMS. Jumlah kejadian IMS yang ditemukan melalui skrining IMS akan
dilaporkan ke pihak resosialisasi sehingga pihak resosialisasi dapat
menindaklanjuti, antara lain dengan cara menegur secara lisan kepada
mucikari hingga memberikan sanksi seperti pemberhentian WPS sementara
apabila terjadi IMS berulang. Pihak resosialisasi pun perlu memberikan
dukungan bagi para WPS dalam menurunkan angka kejadian IMS dengan
peraturan mengenai pemakaian kondom 100% dan membagikan kondom
kepada para WPS setiap usai kunjungan ke klinik IMS. Selain itu, untuk
mencegah adanya WPS yang tidak mau melakukan skrining, pengurus
resosialisasi melakukan kebijakan kepada para WPS yang tidak melakukan
skrining akan dikenakan denda sebasar Rp.50.000,00.
c. Feedback ke petugas PE (peer educator)
Jumlah WPS yang belum skrining dan WPS yang terkena IMS
diinformasikan kepada PE sehingga PE dapat melakukan pendekatan
interpersonal kepada WPS yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai