BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut FI edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas
emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut
dengan emulgator.
Emulsi berasal dari kata emulsion yang artinya menyerupai milk, warna
emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang
lemak, protein dan air. Emulsi ini biasa disebut dengan emulsi vera atau emusli
alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut.
eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab, tragaconth dan kuning
telur. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut
emulsi, emulgator alam yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa
Sediaan emulsi selain dikenal sebagai sediaan cair, juga dapat berupa
sediaan setengah padat. Penggunaasn sediaan ini pada saat ini makin populer
karena dapat digunakan untuk pemakaian dalam maupun untuk pemakaian luar.
Emulsi merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari dua cairan yang
tidak mau bercampur, dimana cairan yang satu terbagi rata dalam cairan yang lain
dalam bentuk butir-butir halus karena distabilkan oleh komponen yang ketiga
yaitu emulgator.
yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak
dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Metode yang dapat digunakan untuk
Lipophilic Balance)
harga yang persis dibutuhkan oleh suatu emulsi. Oleh karena itu sering digunakan
emulgator kombinasi dengan harga HLB rendah dan harga HLB tinggi.
dan Span 40 dan akan dicari pada kombinasi emulgator dengan perbandingan
B. Maksud Praktikum
memahami hal-hal yang berperan dalam pembuatan dan kestabilan dari suatu
emulsi .
C. Tujuan Percobaan
pembuatan emulsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
mengandung dua cairan immiscible yang satu terdispersi secara seragam sebagai
tetesan dalam cairan lainnya. Sediaan emulsi merupakan golongan penting dalam
bentuk yang cocok untuk beberapa bahan berminyak yang tidak diinginkan oleh
Emulsi adalah sediaan yang mengandung baan obat cair atau larutan obat,
surfaktan yang cocok. Dimana emulsi juga merupakan sediaan yang mengandung
dua zat yang tidak bercampur, biasanya air dalam minyak dimana cairan yang zat
terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain (Anief, 1987).
yang paling penting dan nyata adalah emulsi yang memiliki stabilitas
fisik adequate, tanpa ini, emulsi akan segera kembali menjadi dua bagian fase.
emulsidaripada dalam larutan. Umumnya ini karena pembagian efek antara fase
minyak dan fase air yang mana menyebabkan penurunan konsentrasi “efektif”
dari bahan aktif. Pembagian juga diambil kedalam jumlah dimana pengawet
Akhirnya stabilitas kimia dari bahan bervariasi pada emulsi seharusnya diterima
pada tahap emulsifikasi daripada ketika berada pada fase baik. Pada diskusi,
pertimbangan detail akan batasan pertanyaan dari stabilitas fisik diulang pada
topik ini setelah dipublikasikan oleh Garret dan Kitchnrer dan Musseilwhite.
percobaan untuk situasi yang dimengerti pada kedua emulsi sederhana o/w
1. Perpindahan keatas atau kebawah dari tetesan terdispersi relatif pada fase
2. Agregat dan koalesens, dispersi tetesan untuk pemisahan kembali menjadi fase
massa.
Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.
Berdasarkan fasa terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu (Ansel, 1989) :
1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak terdispersi di dalam fasa air.
2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam fasa minyak.
Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah satu sediaan yang terdiri dari
dua cairan tidak bercampur, dimana yang satu terdispersi seluruhnya sebagai
emulsi merupakan bahan cair, emulsi dapat dapat diguanakan untuk pemakaian
dalam dan luar serta dapat digunakan untuk sejumlah kepentingan yang berbeda
(Parrot, 1970).
Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar (sebagai
contoh air), sedangkan lainnya relatif non polar (sebagai contoh minyak).
(Lachman, 1994) :
1. Bila fase minyak didispersikan sebagai bola-bola ke seluruh fase kontinu air,
sistem tersebut dikenal sebagai suatu emulsi minyak dalam air (o/w).
2. Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu, emulsi tersebut dikenal
Emulsi yang dipakai untuk obat luar bertipe o/w atau w/o, ntuk tipe o/w
molekul atau ion pada permukaan antara minyak/air. Menurut hukum Gibbs
bebas permukaan secara nyata adalah fakta bahwa tetesan dikelilingi oleh
mendekat.
ganda yang kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik polarisasi. Sifat-sifat
Cair”. Jika lebih banyak dikenal melalui struktur spesialnya mesifase yang
tensid/air, suhu dan seni dan cara penyiapan emulsi. Daerah strukturisasi kristal
cair yang berbeda dapat karena pengaruh terhadap distribusi fase emulsi.
B. Uraian Bahan
mempunyai rasa.
RM : C3O6H27Cl17
Kelarutan : Praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam air dan dapat
kapas.
mempunyai rasa.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dalam etil
HLB Butuh : 15
1. Hitung jumlah tween dan span yang dibutuhkan untuk masing-masing HLB
butuh.
dibutuhkan .
3. Campukan minyak dengan span dan air dengan tween lalu panaskan di atas
HLB.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alumunium foil,
batang pengaduk, cawan perselen, gelas kimia 250 ml, gelas ukur 100 ml, kompor
listrik,lap kasar, mixer, pipet tetes, sendok tanduk, stopwatch, dan timbangan.
B. Bahan
C. Cara Kerja
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, Tween 80 dan span 80
dengan HLB butuh 7, HLB butuh 8, HLB butuh 9, HLB butuh 10, HLB butuh
11dan HLB butuh 12. Dimasukkan 77 ml air suling ke dalam gelas ukur 100 ml
HLB butuh 7, lalu diaduk dan dipanaskan air hingga suhunya 75oC (dinyatakan
sebagai fase air). Kedalam cawan porselen yang berisi span dituangkan paraffin
cair sebanyak 10 ml kemudian diaduk dan dipanaskan di atas penangas air sampai
suhu 70oC (dinyatakan sebagai fase minyak). Setelah mencapai suhu 70oC
pemanasan dihentikan, dan fase minyak diemulsikan ke dalam fase air sedikit
demi sedikit lalu diaduk dengan pengaduk elektrik (mixer) selama 5 menit secara
sama dilakukan untuk HLB butuh 8, 9 10, 11 dan 12 dengan volume air suling
BAB IV
A. Data Pengamatan
38 43 35 32 31 28
2. Perhitungan
Dik:
Paraffin = 20 %
Emulgator = 3 % = 3 % x 100 = 3 g
Air = ad 100 %
Tween 80 ( HLB 15 )
10,7a = 8,1
a = 0,757
tween 80 = 0,757 g
10,7a = 11,1
a = 1,037
tween 80 = 1,037 g
10,7a = 14,1
a = 1,317
tween 80 = 1,317 g
10,7a = 17,1
a = 1,598
tween 80 = 1,598 g
10,7a = 20,1
a = 1,878
tween 80 = 1,878 g
10,7a = 23,1
a = 2,158
tween 80 = 2,158 g
B. Pembahasan
Emulsi adalah suatu sistem yang secara termadinamik tidak stabil, terdiri
dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair yang lainnya.
Sistem ini biasanya distabilkan dengan adanya emulsi. Dalam bidang farmasi,
emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fase terdispersinya
1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam fase air.
2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi di dalam fase minyak
dengan sistem yang kompleks (multiple emulsion). Sistem ini merupakan jenis
faktor yang penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi
oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang yang banyak
digunakan adalah zat aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan.
Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan tegangan antar permukaan air
dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fase
kimia, molekul surfaktan terdiri atas gugus polar dan non polar. Apabila surfaktan
dimasukkan ke dalam sistem yang dari air dan minyak, maka guugus polar akan
terarah ke fasa air sedangkan gugus non polar terarah ke fasa minyak. Surfaktan
yang mempunyai gugus polar lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi
minyak dalam air, sedangkan bila gugus non polar yang lebih kuat maka akan
dan tween yang akan digunakan dan bahan yang lainnya. Pencampuran bahan
berdasarkan dari sifat bahan itu tujuannya bahan yang berfase air dicampur
dengan fase air itu sendiri dan untuk fase minyak juga pada fase minyak itu
sendiri.
Jadi pada percobaan ini untuk fase air yaitu tween 80 dan air, sedangkan
untuk fase minyak yaitu span 80 dan minyak kelapa pada cawan porselen.
tersebut memiliki suhu lebur yang sama yaitu pada suhu 70oC sehingga dapat
Pada fase air dilakukan pengaturan suhu, yaitu suhu dilebihkan sedikit dari
suhu rata-rata kedua fase minyak dan air sebab pada fase ini dapat terjadi
penurunan suhu yang cepat. Lalu campuran dikocok, dengan cara pengocokan
minyak untuk terdispersi ke dalam air dengan baik serta emulgator dapat
pemisahan antara fase air dan fase minyak, perubahan warna dari kedua fase
tersebut, dan volume dari emulsi setelah 4 hari kemudian. Penyimpanan emulsi
secara drastis, kondisi ini akan lebih mempercepat pengamatan kita terhadap
ditimbang dalam membuat suatu emulsi dengan beberapa komposisi dengan HLB
Perubahan Warna
Untuk HLB 12, terjadi perubahan warna dari putih susu menjadi warna
putih keruh pada hari keempat. Untuk HLB 11, perubahan warna terjadi pada hari
ketiga yaitu dari warna putih susu menjadi putih keruh sampai pada hari keempat.
Untuk HLB 7-10, terjadi perubahan warna menjadi putih keruh pada hari
keempat.
Pemisahan Fase
Pada HLB 10 dan HLB 11 tidak terjadi pemisahan fasa pada hari pertama.
Pada HLB 11 pemisahan fasa terjadi pada hari ketiga menjadi 2 fasa. Untuk HLB
7, terjadi perubahan volume pada hari pertama. Untuk HLB 12, terjadi perubahan
Dari hasil perhitungan di peroleh HLB butuh 12, dengan ukuran creaming
28. dengan di peroleh HLB butuh 12 dapat di ketahui bahwa tipe emulsi yang di
gunakan dalam percobaan ini adalah tipe emulsi o/w (oil in water) atau m
/a
(minyak dalam air), dimana emulsi tipe o/w yaitu emulsi yang terdiri atas butiran
minyak yang tersebar atau terdispersi kedalam air. Minyak sebagai fase internal
dan air sebagai fase eksternal. jadi hasil percobaan ini sesuai dengan literatur, di
mana di katakan bahwa nilai HLB 4-6 menunjukkan emulsi tipe w/o, sedangkan
- Suhu yang tidak sama dari kedua fase ketika dicampur, dimana kenaikan
adalah terjadinya :
beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi yang paling pekat
akan berada di sebelah atas atau di sebelah bawah tergantung dari bobot jenis
Fenomena ini tejadi bukan semata-mata karena energi bebas permukaan tetapi
juga karena tidak semua globul terlapis oleh film antar permukaan. Koalesen
demulsifikasi adalah proses lebih lanjut pada keadaan koalesen dimana kedua
fasa ini terpisah kembali menjadi dau cairan yang tidak bercampur. Kedua
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Juga emulgator yang dibutuhkan untuk tiap harga HLB butuh adalah :
2,243 g.
1,963 g.
1,683 g.
Pada HLB butuh 10, tween 80 adalah 1,598 g dan span 80 adalah
1,402 g.
Pada HLB butuh 11, tween 80 adalah 1,878 g dan span 80 adalah
1,122 g.
Pada HLB butuh 12, tween 80 adalah 2,158 g dan span 80 adalah
0,842 g.
b. Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa semakin rendah HLB suatu
B. Saran
mempersiapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan dalam raktikum agar
SKEMA KERJA
Dicampurkan masing-masing bahan di dalam gelas kimia 100 ml, pada fase air
Masing-masing fase dipanaskan, pada fase minyak bersuhu 70 oC dan fase air
75oC
DAFTAR PUSTAKA