Anda di halaman 1dari 25

EMULSIFIKASI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut FI edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu

cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas

emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut

dengan emulgator.

Emulsi berasal dari kata emulsion yang artinya menyerupai milk, warna

emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang

lemak, protein dan air. Emulsi ini biasa disebut dengan emulsi vera atau emusli

alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut.

Pada pertengahan abad ke XVIII, ahli farmasi dari Francis

memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olevarum, oleum anisi dan

eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab, tragaconth dan kuning

telur. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut

emulsi spuria atau emulsi buatan.

Emulgator adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan

emulsi, emulgator alam yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa

menggunakan proses yang rumit.

Sediaan emulsi selain dikenal sebagai sediaan cair, juga dapat berupa

sediaan setengah padat. Penggunaasn sediaan ini pada saat ini makin populer

karena dapat digunakan untuk pemakaian dalam maupun untuk pemakaian luar.

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

Emulsi merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari dua cairan yang

tidak mau bercampur, dimana cairan yang satu terbagi rata dalam cairan yang lain

dalam bentuk butir-butir halus karena distabilkan oleh komponen yang ketiga

yaitu emulgator.

Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor

yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak

dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Metode yang dapat digunakan untuk

menilai efisiensi emulgator yang ditambahkan adalah metode HLB (Hydrophilic-

Lipophilic Balance)

Akan tetapi dalam kenyataannya, jarang sekali ditemukan HLB dengan

harga yang persis dibutuhkan oleh suatu emulsi. Oleh karena itu sering digunakan

emulgator kombinasi dengan harga HLB rendah dan harga HLB tinggi.

Dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan dengan membuat suatu

emulsi parafin cair dengan menggunakan kombinasi emulgator yaitu Tween 80

dan Span 40 dan akan dicari pada kombinasi emulgator dengan perbandingan

berapa emulsi parafin yang dibuat lebih stabil.

B. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami hal-hal yang berperan dalam pembuatan dan kestabilan dari suatu

emulsi .

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :

1. Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam

pembuatan emulsi.

2. Membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan.

3. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi.

4. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan emulsi.

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

Emulsi yang digunakan dalam bidang farmasi adalah sediaan yang

mengandung dua cairan immiscible yang satu terdispersi secara seragam sebagai

tetesan dalam cairan lainnya. Sediaan emulsi merupakan golongan penting dalam

sediaan farmasetik karena memberikan pengaturan yang dapat diterima dan

bentuk yang cocok untuk beberapa bahan berminyak yang tidak diinginkan oleh

pasien (Jenkins, 1957).

Emulsi adalah sediaan yang mengandung baan obat cair atau larutan obat,

terdispersi dalam cairan pembawa , distabilkan dengan zat pengemulsi atau

surfaktan yang cocok. Dimana emulsi juga merupakan sediaan yang mengandung

dua zat yang tidak bercampur, biasanya air dalam minyak dimana cairan yang zat

terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain (Anief, 1987).

Ada beberapa kriteria yang ditemui dalam pembuatan emulsi. Mungkin

yang paling penting dan nyata adalah emulsi yang memiliki stabilitas

fisik adequate, tanpa ini, emulsi akan segera kembali menjadi dua bagian fase.

Sebagai tambahan, jika produk emulsifikasi mempunyai aktivitas

antimikroba(seperti lotio pengobatan), harus dijamin bahwa formulasi memiliki

derajat aktivitas. Sering bahan menunjukkan aktivitas antimokroba rendah dalam

emulsidaripada dalam larutan. Umumnya ini karena pembagian efek antara fase

minyak dan fase air yang mana menyebabkan penurunan konsentrasi “efektif”

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

dari bahan aktif. Pembagian juga diambil kedalam jumlah dimana pengawet

dipertimbangkan untuk mencegah mikrobiologi yang mengganggu pada emulsi.

Akhirnya stabilitas kimia dari bahan bervariasi pada emulsi seharusnya diterima

dengan beberapa perhatian, seperti bahan mungkin mudah mengalami degradasi

pada tahap emulsifikasi daripada ketika berada pada fase baik. Pada diskusi,

pertimbangan detail akan batasan pertanyaan dari stabilitas fisik diulang pada

topik ini setelah dipublikasikan oleh Garret dan Kitchnrer dan Musseilwhite.

Untuk informasi pada pengaruh bahwa emulsifikasi dapat mempunyai aktivitas

biologi dan kimia dari material dalam emulsi (Martin,1990).

Teori dari stabilitas emulsi telah didiskusikan oleh Eccleston dalam

percobaan untuk situasi yang dimengerti pada kedua emulsi sederhana o/w

danw/o, dan sistem komersial kompleks.Tiga fenomena besar dengan stabilitas

fisik, adalah (Martin,1990) :

1. Perpindahan keatas atau kebawah dari tetesan terdispersi relatif pada fase

kontinyu, diistilahkan dengan kriming atau sedimentasi.

2. Agregat dan koalesens, dispersi tetesan untuk pemisahan kembali menjadi fase

massa.

3. Inversi, perubahan emulsi o/w menjadi emulsi w/o dan sebaliknya

Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.

Berdasarkan fasa terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu (Ansel, 1989) :

1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak terdispersi di dalam fasa air.

2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam fasa minyak.

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah satu sediaan yang terdiri dari

dua cairan tidak bercampur, dimana yang satu terdispersi seluruhnya sebagai

globula-globula terhadap yang lain. Walaupun umumnya kita berpikir bahwa

emulsi merupakan bahan cair, emulsi dapat dapat diguanakan untuk pemakaian

dalam dan luar serta dapat digunakan untuk sejumlah kepentingan yang berbeda

(Parrot, 1970).

Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar (sebagai

contoh air), sedangkan lainnya relatif non polar (sebagai contoh minyak).

(Lachman, 1994) :

1. Bila fase minyak didispersikan sebagai bola-bola ke seluruh fase kontinu air,

sistem tersebut dikenal sebagai suatu emulsi minyak dalam air (o/w).

2. Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu, emulsi tersebut dikenal

sebagai produk air dalam minyak (w/o).

Emulsi yang dipakai untuk obat luar bertipe o/w atau w/o, ntuk tipe o/w

menggunakan zat penegemulsi disamping beberapa yang dikemukakan tadi yakni

natrium lauril sulfat, trietanolamin stearat (Martin, 1990).

Mekanisme kerja emulgator surfaktan (Martin, 1990) :

1. Membentuk lapisan monomolekuler ; surfaktan yang dapat menstabilkan

emulsi bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi

molekul atau ion pada permukaan antara minyak/air. Menurut hukum Gibbs

kehadiran kelebihan pertemuan penting mengurangi tegangan permukaan. Ini

menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena pengurangan sejumlah energi

bebas permukaan secara nyata adalah fakta bahwa tetesan dikelilingi oleh

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

sebuah lapisan tunggal koheren yang mencegah penggabungan tetesan yang

mendekat.

2. Membentuk lapisan multimolekuler ; koloid liofolik membentuk lapisan

multimolekuler disekitar tetesan dari dispersi minyak. Sementara koloid

hidrofilik diabsorbsi pada pertemuan, mereka tidak menyebabkan penurunan

tegangan permukaan. Keefektivitasnya tergantung pada kemampuan

membentuk lapisan kuat, lapisan multimolekuler yang koheren.

3. Pembentukan kristal partikel-partikel padat ; mereka menunjukkan pembiasan

ganda yang kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik polarisasi. Sifat-sifat

optis yang sesuai dengan kristal mengarahkan kepada penandaan ‘Kristal

Cair”. Jika lebih banyak dikenal melalui struktur spesialnya mesifase yang

khas, yang banyak dibentuk dalam ketergantungannya dari struktur kimia

tensid/air, suhu dan seni dan cara penyiapan emulsi. Daerah strukturisasi kristal

cair yang berbeda dapat karena pengaruh terhadap distribusi fase emulsi.

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

B. Uraian Bahan

1. Air suling (Ditjen. POM, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

RM/BM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih ,tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai fase air

2. Parafin Cair (Ditjen. POM, 1979)

Nama resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM

Nama lain : Parafin cair

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol(95 %) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai fase minyak

3. Sorbitan (Exipients, 2000)

Nama resmi : SORBITAN MONOOLEAT

Nama lain : Sorbitan atau span 80

RM : C3O6H27Cl17

Pemerian : Larutan berminyak, tidak berwarna, bau

karakteristik dari asam lemak.

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

Kelarutan : Praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam air dan dapat

bercampur dengan alkohol sedikit larut dalam minyak biji

kapas.

Kegunaan : Sebagai emulgator dalam fase minyak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

HLB Butuh : 4,3

4. Polisorbut 80 (Ditjen. POM, 1979)

Nama resmi : POLYSORBATUM 80

Nama lain : Polisorbat 80, tween

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir tidak

mempunyai rasa.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dalam etil

asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam parafin

cair P dan dalam biji kapas P

Kegunaan : Sebagai emulgator fase air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

HLB Butuh : 15

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

C. Prosedur Kerja (Mirawati,2014)

1. Hitung jumlah tween dan span yang dibutuhkan untuk masing-masing HLB

butuh.

2. Timbang masing-masing minyak, air, tween dan span sejumlah yang

dibutuhkan .

3. Campukan minyak dengan span dan air dengan tween lalu panaskan di atas

penangas air sampai suhu 60oC.

4. Tambahkan campuran minyak di dalam campuran air dan segera diaduk

dengan pengaduk listrik pada kecepatan dan waktu yang sama.

5. Masukkan ke dalam tabung sendimentasi dan beri tanda untuk masing-masing

HLB.

6. Amati kestabilan selama 6 hari.

7. Catat pada harga HLB berapa emulsi relative paling stabil

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alumunium foil,

batang pengaduk, cawan perselen, gelas kimia 250 ml, gelas ukur 100 ml, kompor

listrik,lap kasar, mixer, pipet tetes, sendok tanduk, stopwatch, dan timbangan.

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah aquadest,

paraffin cair, span 80, dan tween 80.

C. Cara Kerja

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, Tween 80 dan span 80

ditimbang dalam cawan porselen sesuai perhitungan untuk membuat emulsi

dengan HLB butuh 7, HLB butuh 8, HLB butuh 9, HLB butuh 10, HLB butuh

11dan HLB butuh 12. Dimasukkan 77 ml air suling ke dalam gelas ukur 100 ml

kemudian ditambahkan tween 80 sebanyak 20 ml yang telah ditimbang dengan

HLB butuh 7, lalu diaduk dan dipanaskan air hingga suhunya 75oC (dinyatakan

sebagai fase air). Kedalam cawan porselen yang berisi span dituangkan paraffin

cair sebanyak 10 ml kemudian diaduk dan dipanaskan di atas penangas air sampai

suhu 70oC (dinyatakan sebagai fase minyak). Setelah mencapai suhu 70oC

pemanasan dihentikan, dan fase minyak diemulsikan ke dalam fase air sedikit

demi sedikit lalu diaduk dengan pengaduk elektrik (mixer) selama 5 menit secara

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

intermitten shaking. Setelah itu didiamkan selam 10 detik, selanjutnya

dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml, lalu diamati selama 4 hari.

Kemudian Emulsi dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml Cara yang

sama dilakukan untuk HLB butuh 8, 9 10, 11 dan 12 dengan volume air suling

masing-masing 77 ml. Dan dilakukan pengamatan selama 4 hari.

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan

1. Tabel Hasil Volume Creaming

Ukuran Creaming (mL)

HLB HLB HLB HLB HLB HLB


7 8 9 10 11 12

38 43 35 32 31 28

Keterangan : Ukuran Creaming

2. Perhitungan

Dik:

Paraffin = 20 %

Emulgator = 3 % = 3 % x 100 = 3 g

Air = ad 100 %

Tween 80 ( HLB 15 )

Span 80 ( HLB 4,3 )

 Untuk HLB Butuh 7

(a x 15) + [ (3-a) x 4,3 ] = 3 x 7

15a + 12,9 – 4,3a = 21

15a – 4,3a = 21 – 12,9

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

10,7a = 8,1

a = 0,757

 tween 80 = 0,757 g

 span 80 = 3 – 0,757 = 2,243 g

 Untuk HLB Butuh 8

(a x 15) + [ (3-a) x 4,3 ] = 3 x 8

15a + 12,9 – 4,3a = 24

15a – 4,3a = 24 – 12,9

10,7a = 11,1

a = 1,037

 tween 80 = 1,037 g

 span 80 = 3 – 1,037 = 1,963 g

 Untuk HLB Butuh 9

(a x 15) + [ (3-a) x 4,3 ] = 3 x 9

15a + 12,9 – 4,3a = 27

15a – 4,3a = 27 – 12,9

10,7a = 14,1

a = 1,317

 tween 80 = 1,317 g

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

 span 80 = 3 – 1,317 = 1,683 g

 Untuk HLB Butuh 10

(a x 15) + [ (3-a) x 4,3 ] = 3 x 10

15a + 12,9 – 4,3a = 30

15a – 4,3a = 30 – 12,9

10,7a = 17,1

a = 1,598

 tween 80 = 1,598 g

 span 80 = 3 – 1,598 = 1,402 g

 Untuk HLB Butuh 11

(a x 15) + [ (3-a) x 4,3 ] = 3 x 11

15a + 12,9 – 4,3a = 33

15a – 4,3a = 33 – 12,9

10,7a = 20,1

a = 1,878

 tween 80 = 1,878 g

 span 80 = 3 – 1,878 = 1,122 g

 Untuk HLB Butuh 12

(a x 15) + [ (3-a) x 4,3 ] = 3 x 12

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

15a + 12,9 – 4,3a = 36

15a – 4,3a = 36 – 12,9

10,7a = 23,1

a = 2,158

 tween 80 = 2,158 g

 span 80 = 3 – 2,158 = 0,842 g

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

B. Pembahasan

Emulsi adalah suatu sistem yang secara termadinamik tidak stabil, terdiri

dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair yang lainnya.

Sistem ini biasanya distabilkan dengan adanya emulsi. Dalam bidang farmasi,

emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fase terdispersinya

dikenal dua jenis emulsi, yaitu

1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam fase air.

2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi di dalam fase minyak

Apabila menggunkan surfaktan sebagai emulgator dsapat pula terjadi emulsi

dengan sistem yang kompleks (multiple emulsion). Sistem ini merupakan jenis

emulsi air-minyak-air atau sebaliknya.

Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan

faktor yang penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi

oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang yang banyak

digunakan adalah zat aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan.

Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan tegangan antar permukaan air

dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fase

terdisperisnya.Tipe emulsi dapat ditentukan dari jenis surfaktan digunakan. Secara

kimia, molekul surfaktan terdiri atas gugus polar dan non polar. Apabila surfaktan

dimasukkan ke dalam sistem yang dari air dan minyak, maka guugus polar akan

terarah ke fasa air sedangkan gugus non polar terarah ke fasa minyak. Surfaktan

yang mempunyai gugus polar lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

minyak dalam air, sedangkan bila gugus non polar yang lebih kuat maka akan

cenderung membentuk emulsi air dalam minyak.

Pada percobaan ini mula-mula dilakukan adalah menentukan jumlah span

dan tween yang akan digunakan dan bahan yang lainnya. Pencampuran bahan

berdasarkan dari sifat bahan itu tujuannya bahan yang berfase air dicampur

dengan fase air itu sendiri dan untuk fase minyak juga pada fase minyak itu

sendiri.

Jadi pada percobaan ini untuk fase air yaitu tween 80 dan air, sedangkan

untuk fase minyak yaitu span 80 dan minyak kelapa pada cawan porselen.

Kemudian pencampuran dilakukan pada suhu 70oC. Alasannya, kedua fase

tersebut memiliki suhu lebur yang sama yaitu pada suhu 70oC sehingga dapat

diperoleh emulsi yang baik dan tidak pecah.

Pada fase air dilakukan pengaturan suhu, yaitu suhu dilebihkan sedikit dari

suhu rata-rata kedua fase minyak dan air sebab pada fase ini dapat terjadi

penurunan suhu yang cepat. Lalu campuran dikocok, dengan cara pengocokan

intermitten menggunakan mikser selama 5 menit.dan diistirahatkan setiap 20

detik. Pengocokan intermitten dilakukan untuk memberikan kesempatan pada

minyak untuk terdispersi ke dalam air dengan baik serta emulgator dapat

membentuk lapisan film pada permukaan fase terdispersi.

Pengamatan emulsi dilakukan selama 4 hari tujuannya untuk melihat

pemisahan antara fase air dan fase minyak, perubahan warna dari kedua fase

tersebut, dan volume dari emulsi setelah 4 hari kemudian. Penyimpanan emulsi

dilakukan pada suhu yang dipaksakan (stress coindition) perlakuan ini

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

dimaksudkan untuk mengetahui kestabilan emulsi dimana terjadi penurunan suhu

secara drastis, kondisi ini akan lebih mempercepat pengamatan kita terhadap

stabil atau tidaknya suatu emulsi.

Penambahan 10% pada saat penimbangan dari bahan-bahan yang

ditimbang dalam membuat suatu emulsi dengan beberapa komposisi dengan HLB

butuh yang berbeda bertujuan untuk mencegah pengurangan komposisi bahan

karena adanya bahan tertinggal pada wadah.

Dari hasil pengamatan sampai hari kelima :

Perubahan Warna

Untuk HLB 12, terjadi perubahan warna dari putih susu menjadi warna

putih keruh pada hari keempat. Untuk HLB 11, perubahan warna terjadi pada hari

ketiga yaitu dari warna putih susu menjadi putih keruh sampai pada hari keempat.

Untuk HLB 7-10, terjadi perubahan warna menjadi putih keruh pada hari

keempat.

Pemisahan Fase

Pada HLB 10 dan HLB 11 tidak terjadi pemisahan fasa pada hari pertama.

Pada HLB 11 pemisahan fasa terjadi pada hari ketiga menjadi 2 fasa. Untuk HLB

7, terjadi perubahan volume pada hari pertama. Untuk HLB 12, terjadi perubahan

volume pada hari ketiga.

Dari hasil perhitungan di peroleh HLB butuh 12, dengan ukuran creaming

28. dengan di peroleh HLB butuh 12 dapat di ketahui bahwa tipe emulsi yang di

gunakan dalam percobaan ini adalah tipe emulsi o/w (oil in water) atau m
/a

(minyak dalam air), dimana emulsi tipe o/w yaitu emulsi yang terdiri atas butiran

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

minyak yang tersebar atau terdispersi kedalam air. Minyak sebagai fase internal

dan air sebagai fase eksternal. jadi hasil percobaan ini sesuai dengan literatur, di

mana di katakan bahwa nilai HLB 4-6 menunjukkan emulsi tipe w/o, sedangkan

nilai HLB 7-10 menunjukkan emulsi tipe o/w.

Berdasarkan pengamatan selama empat hari berturut-turut dapat dilihat

bahwa hasil yang diperoleh kurang stabil. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi ketidakstabilan dari emulsi di antaranya :

- Suhu pemanasan tidak konstan

- Perbedaan intensitas pengadukan

- Pencampuran kurang merata

- Kekompakan dan elastisitas fillm yang melindungi zat terdispersi

- Ketidaktelitian dalam pengamatan kestabilan emulsi.

- Suhu yang tidak sama dari kedua fase ketika dicampur, dimana kenaikan

temperatur dapat mengurangi ketegangan antar muka dan viskositasnya.

Adapun parameter ketidakstabilan suatu emulsi dalam percobaan ini

adalah terjadinya :

a. Flokulasi dan Creaming

Fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan oleh

adanya energi permukaan bebas saja. Flokulasi adalah terjadinya kelompok-

kelompok globul yang letaknya tidak beraturan di dalam suatu emulsi.

Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan kosentrasi yang berbeda-

beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi yang paling pekat

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

akan berada di sebelah atas atau di sebelah bawah tergantung dari bobot jenis

fasa yang terdispersi.

b. Koalesen dan demulsifikasi

Fenomena ini tejadi bukan semata-mata karena energi bebas permukaan tetapi

juga karena tidak semua globul terlapis oleh film antar permukaan. Koalesen

adalah terjadinya penggabungan globul-globul menjadi lebih besar, sedangkan

demulsifikasi adalah proses lebih lanjut pada keadaan koalesen dimana kedua

fasa ini terpisah kembali menjadi dau cairan yang tidak bercampur. Kedua

fenomena ini tidak dapat diperbaiki kembali dengan pengocokan.

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Juga emulgator yang dibutuhkan untuk tiap harga HLB butuh adalah :

 Pada HLB butuh 7, tween 80 adalah 0,757 g dan span 80 adalah

2,243 g.

 Pada HLB butuh 8, tween 80 adalah 1,037 g dan span 80 adalah

1,963 g.

 Pada HLB butuh 9, tween 80 adalah 1,317 g dan span 80 adalah

1,683 g.

 Pada HLB butuh 10, tween 80 adalah 1,598 g dan span 80 adalah

1,402 g.

 Pada HLB butuh 11, tween 80 adalah 1,878 g dan span 80 adalah

1,122 g.

 Pada HLB butuh 12, tween 80 adalah 2,158 g dan span 80 adalah

0,842 g.

b. Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa semakin rendah HLB suatu

surfaktan maka semakin bersifat lipofilik dan semakin tinggi HLBnya

maka semakin bersifat Hidrofilik.Dari hasil praktikum juga diperoleh

kestabilan emulsi berada pada HLB butuh 12.

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

B. Saran

Diharapkan kapada kordinator bahan dan kordinator alat agar

mempersiapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan dalam raktikum agar

praktikum berjalan dengan baik.

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

SKEMA KERJA

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Dicampurkan masing-masing bahan di dalam gelas kimia 100 ml, pada fase air

dicampur air sebanyak 77 ml dan tween 80 sebanyak 20 ml

Pada fase minyak dicampur span dan parafin

Masing-masing fase dipanaskan, pada fase minyak bersuhu 70 oC dan fase air

75oC

Setelah dipanaskan, fase minyak dituang kedalam fase air

Dimixer selama 5 menit kemudian didiamkan 20 detik dan kemudian di mixer

lagi selama 5 menit

Selanjutnya sampel dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml

Diamati pembentukan creaming selama 4 hari

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023
EMULSIFIKASI

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1987. Ilmu Meracik Obat. UGM Press : Yogyakarta.

Anonim. 2014. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. UMI : Makassar.

Ansel, H.C.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Terjemahan


Farida Ibrahim. UI Press : Jakarta.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI :


Jakarta.

Ditjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI :


Jakarta.

Jenkins, G.L. 1957. Scoville’s ; The Art Of Compounding, Ninth Edition,


McGraw-Hill Book Company,Inc., New York, Toronto, 314, 315.

Lachman, dkk, 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Universitas


Indonesia : Jakarta.

Martin, W, Erick. 1990. Dispensing Of Medication. Mack Publishing Company :


Easton.

Parrot, L,E. 1970. Pharmaceutical Technologi. Burgess Publishing Company.


Mineapolish, 11, 12.

FEBRINA AULIA HAERUN


150 2013 0023

Anda mungkin juga menyukai

  • SIPNAP
    SIPNAP
    Dokumen2 halaman
    SIPNAP
    febrina aulia haerun
    Belum ada peringkat
  • SINTESA ASPIRIN
    SINTESA ASPIRIN
    Dokumen17 halaman
    SINTESA ASPIRIN
    febrina aulia haerun
    Belum ada peringkat
  • Farmasi Fisika
    Farmasi Fisika
    Dokumen28 halaman
    Farmasi Fisika
    febrina aulia haerun
    Belum ada peringkat
  • Penetapan Kadar Besi
    Penetapan Kadar Besi
    Dokumen15 halaman
    Penetapan Kadar Besi
    febrina aulia haerun
    Belum ada peringkat
  • OPTALMIK
    OPTALMIK
    Dokumen1 halaman
    OPTALMIK
    febrina aulia haerun
    Belum ada peringkat
  • Medium & Sterilisasi Feby
    Medium & Sterilisasi Feby
    Dokumen25 halaman
    Medium & Sterilisasi Feby
    febrina aulia haerun
    Belum ada peringkat
  • Isolasi Dan Inokulasi
    Isolasi Dan Inokulasi
    Dokumen37 halaman
    Isolasi Dan Inokulasi
    febrina aulia haerun
    Belum ada peringkat
  • Produk FERMENTASI
    Produk FERMENTASI
    Dokumen22 halaman
    Produk FERMENTASI
    febrina aulia haerun
    Belum ada peringkat
  • Farmasi Fisika 2
    Farmasi Fisika 2
    Dokumen27 halaman
    Farmasi Fisika 2
    febrina aulia haerun
    Belum ada peringkat
  • DISOLUSI
    DISOLUSI
    Dokumen39 halaman
    DISOLUSI
    febrina aulia haerun
    Belum ada peringkat
  • Farmasi Fisika
    Farmasi Fisika
    Dokumen19 halaman
    Farmasi Fisika
    febrina aulia haerun
    Belum ada peringkat
  • HEPATITIS OBAT ALAMI
    HEPATITIS OBAT ALAMI
    Dokumen26 halaman
    HEPATITIS OBAT ALAMI
    febrina aulia haerun
    Belum ada peringkat