Daftar isi.....................................................................................................................................1
BAB 1 Pendahuluan....................................................................................................................2
a. Latar belakang................................................................................................................2
b. Rumusan masalah...........................................................................................................2
c. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB 11 Pembahasan..................................................................................................................3
a. Aspek Ekonomi..............................................................................................................3
b. Sejarah, Fungsi, dan Nilai Tukar Uang..........................................................................4
c. Teori Permintaan dan Penawaran Uang Perspektif Ekonomi Konvensional..................6
d. Uang Dalam Perspektif Ekonomi Islam........................................................................10
e. Uang dan Permintaan Uang Dewasa ini........................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................14
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1
Lihat, Majmuatu Fatawa, Vol. 19, hlm. 251.
2
Lihat, I’lamul Muwaqqi’in, 137
5|ekonomi makro syariah
barang diluar negri relatif lebih murah dan harga barang-barang didalam negri
relatif lebih mahal. Sebaliknya, jika nilai tukar mata uang Riil dari mata uang
domestik rendah maka harga barang-barang diluar negri relatif lebih mahal dan
harga barang-barang didalam didalam negri relatif lebih murah.
3. Teori Permintaan dan Penawaran Uang Perspektif Ekonomi Konvensional
Teori permintaan uang dalam ekonomi konvensional terbagi ke dalam tiga
kelompok, yaitu: teori permintaan uang sebelum Keynes, teori permintaan uang
menurut Keynes, dan teori permintaan uang sesudah Keynes.
a. Teori Permintaan Uang Sebelum Keynes
Teori ini sering disebut sebagai teori permintaan uang klasik karena teori ini
berdasar asumsi klasik yaitu perekonomian selalu dalam keadaan seimbang. Teori
permintaan uang sebelum Keynes diantaranya teori permintaan uang Irving Fisher
dan teori permintaan uang Cambridge.
Menurut Fisher seperti yang diungkapkan dalam bukunya yang berjudul
Transaction Demand Theory Of The Demand For Money, uang merupakan alat
pertukaran. Fisher merumuskan teori kuantitas uang dengan sederhana. Teori ini
didasarkan kepada falsafah hukum say, yaitu bahwa perekonomian selalu dalam
keadaan full employment. Menurut Fisher jika terjadi suatu transaksi antara penjual
dan pembeli, maka akan terjadi eprtukaran uang dengan barang atau jasa sehingga
nilai dari uang yang ditukarkan pasti sama dengan barang atau jasa yang diperoleh.
Secara matematis dapat ditulis seperti berikut:
MV=PT
M= jumlah uang yang beredar (penawaran uang).
V= tingkat kecepatan pertukaran uang (velocity), yaitu beberapa kali uang
berpindah tangan dari sang pemilik kepada pemilik lain dalam satu periode tertentu.
P= harga barang atau jasa yang ditukarkan.
T= jumlah atau volume barang atau jasa yang menjadi objek transaksi.
Menurut kaum Cambridge yang diwakili oleh Marshal dan Pigou uang adalah
merupakan alat menyimpan kekayaan dan bukan sebagai alat pembayaran. Teori
permintaan uang menurut Cambridge menyatakan bahwa permintaan uang tunai
dipengaruhi oleh tingkat bunga jumlah kekayaan yang dimiliki, harapan tingkat
bunga dan masa yang akan mendatang dan tingkat harga. Namun dalam jangka
Md=kY
Md= jumlah permintaan uang
k= konstanta yang menunjukkan presentasi jumlah uang tunai yang dipegang
terhadap pendapatan
Y= pendapatan nominal
Kurva (2)
10 | e k o n o m i m a k r o s y a r i a h
sehari-hari menjadi alat tukar karena pemerintah menetapkan sebagai alat tukar.
Sekiranya pemerintah mencabut keputusan dan menggunakan uang dari jenis lain,
niscaya uang kertas tersebut tidak memiliki bobot sama sekali.
Lalu bagaimana hukum kertas ditinjau dalam sisi syariah. Ada yang
berpendapat bahwa uang kertas tidak berlaku riba contohnya apabila ada orang
berhutang Rp 100000 kemudian mengembalikan kepada pemberi hutang sebanhyak Rp
120000 dalam tempo tiga bulan tidak termasuk riba. Mereka beranggapan bahwa yang
berlaku pada zaman Nabi SAW adalah uang emas dan perak yang diharamkan tukar
menukar dengan kelebihan adalah emas dan perak, karena itu uang kertas tidak berlaku
hukum riba padanya.
Jawaban yang benar dari pernyataan diatas dapat kita temukan dengan melihat
penjelasan yang sebelumnya bahwa mata uang bisa dibuat dari benda apa saja, sampai
kulit unta, kata Umar bin Khattab. Ketika benda tersebut telah ditetapkan sebagai mata
uang yang sah, maka barang tersebut telah berubah fungsinya dari barang biasa menjadi
alat tukar menukar. Jumhur ulama telah sepakat bahwa illat dalam emas dan perak yang
diharamkan pertukarannya kecuali serupa dengan serupa, sama dengan sama oleh
Rasulullah SAW adalah karena “tsumuniyyah” yaitu barang-barang tersebut menjadi
alat tukar, menyimpan nilai dimana semua barang ditimbang dan dinilai dengan
nilainya.
Oleh karena itu, ketika uang kertas telah menjadi alat pembayaran yang sah,
sekalipun tidak dilatarbelakangi lagi oleh emas, maka kedudukannya dalam hukum
sama dengan kedudukan emas dan perak yang pada waktu al-Qur’an diturunkan tengah
menjadi alat tukar alat pembayaran yang sah. Karena itu riba berlaku pada uang kertas.
Uang kertas juga diakui sebagai harta kekayaan yang harus dikeluarkan zakat dari
padanya. Dan zakat pun sah dikeluarkan dalam bentuk uang kertas. Begitu pula ia dapat
dipergunakan sebagai alat untuk membayar mahar.
11 | e k o n o m i m a k r o s y a r i a h
untuk mengukur tingkat kesejahteraan, dan kemajuan ekonomi. Tingkat pendapatan
suatu negara dapat dilihat dari besar domestik bruto, namun keadaan perekonomian
perindividu dapat dilihat dari produk domestik bruto perkapita, yaitu total produk
domestik bruto dibagi junlah penduduk disuatu negara. Jika pendapatan perkapita yang
diterima individu semakin tinggi, maka semakin baik kualitas kehidupanya.
Artinya:
Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta
yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika
kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali
jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak
ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah,
padahal mereka mengetahui.
12 | e k o n o m i m a k r o s y a r i a h
BAB III
KESIMPULAN
13 | e k o n o m i m a k r o s y a r i a h
DAFTAR PUSTAKA
14 | e k o n o m i m a k r o s y a r i a h