Anda di halaman 1dari 5

3.1.

3 Pengertian Perumahan dan Jenis Perumahan


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman, perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
Menurut Suparno Sastra M. Dan Endi Marlina (Perencanaan dan Pengembangan
Perumahan, 2006: 29) perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai
kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan, seperti misalnya penyediaan air
minum, tempat pembuangan sampah, tersedianya jaringan listrik, telepon, jalan, dll.

Jenis-jenis Perumahan
a. Perumahan Biasa (Perkampungan)
Perumahan biasa merupakan perumahan yang berada di perkampungan, bukan
di kompleks. Perumahan biasa umumnya dimiliki secara perorangan. Oleh karena itu,
bangunannya pun terdiri dari berbagai model. Besar dan ukurannya disesuaikan dengan
luas tanah yang tersedia. Ada yang menyisakan lahan di muka rumah, ada juga yang
menyisakan lahan di belakang rumah. Bahkan, ada yang menghabiskan lahan untuk
bangunan karena berbagai alasan. Di perumahan biasa, ada beberapa warga yang
membangun rumah untuk dikontrakkan atau disewakan kepada orang lain. Rumah ini
dinamakan rumah kontrak atau rumah sewa.
b. Perumahan Nasional (Perumnas)
Perumnas merupakan jenis perumahan yang dibangun oleh perusahaan
pengembang (developer). Umumnya, jenis perumahan ini dibangun dengan
menggunakan bahan yang sama (sejenis), terencana, dan dalam waktu yang bersamaan.
Oleh karena itu, perumahan tersebut umumnya tertata rapi, baik bentuk rumah, jalan-
jalan, maupun pembuangan air limbah rumah tangga, dan sarana umum lainnya.
Masyarakat diberi kesempatan untuk memiliki rumah tersebut, biasanya melalui
pembayaran secara angsuran. Besarnya angsuran disesuaikan dengan kemampuan.
Makin panjang masa angsuran, maka makin kecil uang angsurannya. Bila angsurannya
telah lunas, rumah akan menjadi milik penghuni.
c. Perumahan Rumah Susun (Rusun)
Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional
dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-
masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk tempat hunian
yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. (UU No.16
tahun 1985 tentang rumah susun).
d. Real Estate
Real estate adalah kepemilikan terhadap sebidang lahan (tanah) termasuk segala
sesuatu yang ada, diolah, dan dikelola di atasnya. Real estate biasanya dihuni oleh
keluarga yang umumnya tergolong tingkat ekonomi menengah ke atas. Bentuk
bangunannya menarik dengan halaman rumah cukup luas. Ada pula yang dibangun
berlantai dua. Sarana di lingkungan rumah sudah lengkap.
e. Kondominium/Apartemen/Rumah Susun Mewah
Rumah susun/apartemen adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun
dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional dalam arah horizontal dan vertikal, serta merupakan satuan-satuan yang
masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat
hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.
Sebagian warga Jakarta memilih tinggal di apartemen. Banyak alasan mengapa
orang memilih tinggal di apartemen. Alasan tersebut antara lain karena faktor
keamanan, kenyamanan, dan fasilitas lain yang lengkap. Dengan alasan inilah harga
apartemen menjadi sangat mahal.
Selain warga Jakarta asli, saat ini banyak pendatang yang memilih tinggal di
Jakarta. Mereka biasanya para pendatang yang mendapat pekerjaan di Jakarta dan
menetap di Jakarta. Di perumahan ini ada bagian yang merupakan milik bersama,
misalnya tempat parkir kendaraan, jasa keamanan, kebersihan, kepengurusan, dan
lainnya yang merupakan suatu kebutuhan penghuninya.

3.1.4 Pengertian Permukiman dan Jenis Permukiman


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman, permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
Menurut WHO, permukiman adalah suatu struktur fisik dimana orang
menggunakannya untuk tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut termasuk
juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperluhkan, perlengkapan yang berguna untuk
kesehatan jasmani dan rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk kelompok dan individu.

Jenis Permukiman
Berdasarkan sifatnya pemukiman dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:
a. Permukiman perkampungan tradisional
Perkampungan seperti ini biasanya penduduk atau masyarakatnya masih
memegang teguh tradisi lama. Kepercayaan, kebudayaan dan kebiasaan nenek
moyangnya secara turun temurun dianutnya secara kuat. Tidak mau menerima
perubahan perubahan dari luar walaupun dalam keadaan zaman telah berkembang
dengan pesat.
Kebiasaan-kebiasaan hidup secara tradisional yang sulit untuk diubah inilah
yang akan membawa dampak terhadap kesehatan seperti kebiasaan minum air tanpa
dimasak terlebih dahulu, membuang sampah dan air limbah sembarangan sehingga
terdapat genangan kotor yang mengakibatkan mudah berjangkitnya penyakit menular.
b. Perkampungan Darurat
Jenis perkampungan ini biasanya bersifat sementara (darurat) dan timbulnya
perkampungan ini karena adanya bencana alam. Untuk menyelamatkan penduduk dari
bahaya banjir maka dibuatkan perkampungan darurat pada daerah/lokasi yang bebas
dari banjir. Mereka yang rumahnya terkena banjir untuk sementara ditempatkan di
perkampungan ini untuk mendapatkan pertolongan bantuan, makanan, pakaian dan
obat-obatan. Begitu pula ada bencana lainnya seperti adanya gunung berapi yang
meletus, banjir, longsor dan lain sebagainya.
Daerah pemukiman ini bersifat darurat tidak terencana dan biasanya kurang
fasilitas sanitasi lingkungan, seperti pembuangan air limbah dan sampah yang tidak
pada tempatnya sehingga kemungkinan penularan penyakit yang menginfeksi
masyarakat yang bermukim akan mudah terjadi.
c. Perkampungan Kumuh (Slum Area)
Jenis permukiman ini biasanya timbul akibat adanya urbanisasi yaitu
perpindahan penduduk dari kampung (pedesaan) ke kota yang pada
umumnya berniat ingin mencari kehidupan yang lebih baik, penghasilan lebih baik dan
lain sebagainya. Mereka bekerja di toko-toko, restoran-restoran sebagai pelayan,
cleaning servis, dan lain sebagainya.
Sulitnya mencari kerja di kota akibat sangat banyak pencari kerja, sedang
tempat bekerja terbatas, maka banyak diantara mereka pada umumnya sulit
mendapatkan tempat tinggal yang layak dan pantas hal ini karena tidak terjangkau oleh
penghasilan (upah kerja) yang mereka dapatkan setiap hari, akhirnya meraka membuat
gubuk-gubuk sementara (gubuk liar), yang tidak sesuai dengan standar kesehatan yang
ditentukan, biasanya perkampungan atau permukiman ini terletak di tepian sungai.
Perkampungan kumuh sangat mencolok karena tempatnya yang kotor, bangunan yang
tidak teratur, seta masyarakatnya yang terlihat tidak perduli lingkungan.
d. Permukiman transmigrasi
Jenis pemukiman semacam ini direncanakan oleh pemerintah yaitu suatu daerah
pemukiman yang digunakan untuk tempat penampungan penduduk yang dipindahkan
(ditransmigrasikan) dari suatu daerah yang padat penduduknya ke daerah yang
jarang atau kurang penduduknya tapi luas daerahnya (untuk tanah garapan bertani
bercocok tanam dan lain lain).
Disamping itu jenis pemukiman ini merupakan tempat pemukiman bagi orang-
orang (penduduk) yang ditransmigrasikan akibat di tempat aslinya sering dilanda
bencana alam atau sering mendapat gangguan dari kegiatan gunung berapi. Ditempat
ini meraka telah disediakan rumah, dan tanah garapan untuk bertani (bercocok tanam)
oleh pemerintah dan diharapkan mereka nasibnya atau penghidupannya akan lebih baik
jika dibandingkan dengan kehidupan di daerah aslinya.
e. Perkampungan Untuk Kelompok-Kelompok Khusus
Perkampungan seperti ini dibangun oleh pemerintah yang diperuntukkan bagi
orang-orang atau kelompok-kelompok orang yang sedang menjalankan tugas tertentu
yang telah direncanakan. Penghuninya atau orang-orang yang menempatinya biasanya
bertempat tinggal untuk sementara, selama yang bersangkutan masih bisa menjalankan
tugas. Setelah cukup selesai maka mereka akan kembali ke tempat/daerah asal masing-
masing. Contohnya adalah perkampungan atlit (peserta olah raga pekan olahraga
nasional), perkampungan orang-orang yang naik haji, perkampungan pekerja (pekerja
proyek besar, proyek pembangunan bendungan), perkampungan perkemahan pramuka
dan lain lain.
f. Perkampungan Baru (real estate)
Pemukiman semacam ini direncanakan pemerintah dan bekerja sama dengan
pihak swasta. Pembangunan tempat pemukiman ini biasanya dilokasi yang sesuai untuk
suatu pemukiman (kawasan pemukiman). Ditempat ini biasanya keadaan kesehatan
lingkungan cukup baik, tersedianya jaringan listrik, tersedianya sumber air bersih, baik
berupa sumur pompa tangan (sumur bor) ataupun air PAM/PDAM, sistem pembuangan
kotoran dan air koto, dan cara pembuangan sampah yang diatur secara baik.
Selain itu ditempat ini biasanya dilengkapi dengan gedung-gedung sekolah (SD,
SMP, dll) yang dibangun dekat dengan tempat-tempat pelayanan masyarakat seperti
poskesdes/puskesmas, pos keamanan kantor pos, pasar dan lain lain. Jenis pemukiman
seperti ini biasanya dibangung dan diperuntukkan bagi penduduk masyarakat yang
berpenghasilan menengah ke atas. Rumah-rumah tersebut dapat dibeli dengan cara
dicicil bulanan atau bahkan ada pula yang dibangun khusus untuk disewakan. Contoh
pemukiman seperti ini adalah perumahan IKPR-BTN yang pada saat sekarang sudah
banyak dibangun sampai ke daerah-daerah.
Untuk di daerah-daerah yang sulit mendapatkan tanah yang luas untuk
perumahan, tetapi kebutuhan akan perumahan cukup banyak, maka pemerintah bekerja
sama dengan pihak swasta membangun rumah tipe susun atau rumah susun (rumah
bertingkat) seperti terdapat di kota metropolitan DKI Jakarta.

Eddy, Richard. 2010. Aspek Legal Properti – Teori, Contoh, dan Aplikasi. Yogyakarta: CV
Andi Offset.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Setiawan, Hendi dkk. 2007. Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta. Bogor: Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai