PARNINGOTAN SITUMORANG
4171121023
Dosen Pengampu :
MEDAN
Mei 2019
KATA PENGANTAR
Parningotan S
4171121023
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Telah dijelaskan bahwa fungsi utama laboratorium fisika adalah sebagai salah
satu sumber belajar fisika atau sebagai salah satu fasilitas penunjang proses
pembelajaran fisika. Agar funggsi utama itu dapat berjalan dengan baik, maka
laboratorium fisika sebaiknya memiliki fasilitas-fasilitas ruangan untuk kegiatan
proses pembelajaran fisika, kegiatan administrasi dan pengelolaan laboratorium,
kegiatan pemeliharaan dan persiapan (setting) alat-alat laboratorium, dan
penyimpanan alat-alat laboratorium. Fasilitas ruangan laboratorium fisika
biasanya terdiri daei ruang praktiukum, ruang dosen, ruang persiapan, dan ruang
penyimpanan. Bentuk, ukuran, denah atau tata letak dan fasilitas dari setiap
ruangan itu dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap kegiatan
yang dilaksanakan di dalamnya dapat berjalan dengan baik dan nyaman,
memudahkan akses dari ruangan yang satu ke ruangan yang lainnya, memudahan
pengontrolan, menjaga keamanan alat-alat dan memelihara keselamatan kerja.
1
tersebut ada yang berupa fasilitas umum (utilities) dan fasilitas khusus. Fasilitas
umum merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh semua pemakai
laboratorium contohnya penerangan, ventilasi, air, bak cuci (sinks), aliran listrik,
gas. Fasilitas khusus berupa peralatan dan mebelair, contohnya meja
siswa/mahasiswa, meja guru/dosen, kursi, papan tulis, lemari alat, lemari bahan,
dan ruang timbang, lemari asam, perlengkapan P3K, pemadam kebakaran dan
lainnya.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Setiap orang yang
terlibat harus memiliki kesadaran untuk mengatur, memelihara dan mengusahakan
keselamatan kerja.
Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar
laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya, sedangkan upaya
menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penanganannya bila
terjadi kecelakaan. Pengelolaan laboratorium dikatakan baik apabila pengelolaaan
laboratorium tersebut sudah sesuai dengan standar minimal pengelolaan
laboratorium yang telah ditentukan. Keberhasilan pengelolaan laboratorium yang
baik sangat berpengaruh terhadap kualitas suatu laboratorium.
Permaslahan permasalahan yang sering timbul di laboratorium disebabkan
karena beberapa permasalahan dan hambatan yang dialami oleh assisten lab
ataupun mahasiswa yaitu: (1) intensitas asisten lab dan mahasiswa dalam
mengikuti pelatihan laboratorium masih rendah, (2) ketersediaan alat dan bahan
praktikum masih kurang, (3) waktu pelaksanaan praktikum dalam jam tatap muka
tidak mencukupi, (4) pemahaman aslab ataupun mahasiswa terhadap konsep serta
penggunaan alat- alat praktikum masih rendah, (5) ruangan yang kurang memadai
untuk melaksanakan praktikum ( ruangan terlalu sempit) dan lain sebagainya.
Pelaksanaan praktikum di perguruan tinggi juga dilakukan berdasarkan
materi ajar yang telah diatur dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
Dengan adanya kegiatan praktikum maka mahasiswa atau siswa
diharapkan lebih mudah mempelajari pelajaran IPA, karena mereka dapat
membandingkan teori-teori yang diajarkan dengan hasil percobaan yang
diperolehnya di laboratorium. Di samping itu juga kegiatan praktikum dapat
mendidika mahasiswa bersikap mandiri, ilmiah, dapat memecahkan masalah dan
melatih keterampilan. Dengan demikian pembelajaran melalui pendekatan
praktikum bertujuan: (1) mendorong dan mempertahankan minat, sikap yang baik,
kepuasan, keterbukaan, dan rasa ingin tahu tentang IPA; (2) mengembangkan
pikiran yang kreatif dan kemampuan untuk memecahkan masalah; (3) medorong
4
berbagai aspek dari pikiran keilmuan termasuk bagian-bagian metoda IPA seperti
merumuskan hipotesa dan anggapan; (4) mengembangkan pemahaman konsep
dan potensi intelektual; (5) mengembangkan keterampilan proses seperti
merancang dan melakukan penyelidikan, pengukuran, merekam data, menganalisa
dan menafsirkan hasil percobaan; dan (6) mengembangkan keterampilan dalam
menggunakan teknik-teknik eksperimental dan penggunaan alat seperti
multimeter, mikroskop, titrasi, dan merangkai alat.
Menurut tujuannya, pembelajaran melalui pendekatan praktikum
dibedakan menjadi tiga yaitu: (1) praktikum konsep menekankan perkembangan
konsepsiswa dan penanggulangan miskonsepsi; (2) praktikum konsep
menekankan latihan keterampilan proses, yaitu keterampilan yang digunakan
untuk mencari dan mengesahkan pengetahuan melalui eksperimen; dan (3)
praktikum keterampilan menekankan latihan penggunaan peralatan dan
teknikteknik eksperimental seperti pengukuran dengan multimeter dan stopwatch,
menyolder, merancang peralatan.
Melaksanakan praktikum berarti melakukan pengukuran. Pengukuran
merupakan pengumpulan informasi, dengan melakukan pengumpulan dapat
diperoleh besarnya suaatu besaran, dan juga diperoleh bukti yang kualitatif.
Namun dalam pengamatan suatu gejala pada umumnya belumlah lengkap jika
belum memberikan informasi yang kuantitatif, sehingga untuk memperoleh
informasi tersebut memerlukan pengukuran suatu sifat fisis (Soejoto dan Sustini
1983: 1). Dari pengukuran itu diperoleh berbagai sumber diolah dan disintesiskan
menjadi sebuah model atau teori suatu gejala alam. Agar berguna teori, teori harus
menerangkan semua peristiwa alam yang dikenal waktu itu, bahkan harus dapat
meramalkan berbagai hal baru yang benar tidaknya dibuktikan dengan percobaan
dan pengukuran baru (Djonoputro, 1984:1).
Dalam melakukan pengukuran setiap orang hendaknya memahami arti dari
sebuah pengukuran. Tanpa memahaami pengukuran besar kemungkinan dalam
melakukan percobaan akan banyak terjadi kesalahan. Hampir semua orang pernah
bahkan sering melakukan pengukuran, seperti pedagang di toko mengukur
panjang kain yang akan dijual dengan menggunakan alat ukur panjang. Dokter
mengukur temperatur pasiennya dengan menggunakan temperatur. Jadi
5
pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang
dijadikan sebagai acuan (Wirasasmita, 1999:9).
Sedangkan menurut Soejoto dan Sustini (1993:1) pengukuran adalah suatu
tehnik menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil
membandingkannya dengan suatu besaran baku yang diterima sebagai satuan.
Dalam pengukuran sering terjadi kesalahan yang dilakukan oleh peserta,
kesalahan tersebut terdiri:
1. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik adalah kesalahan yang harganya tetap dalam
sekumpulan pembacaan suatu besaran. Jika terjadi kesalaha sistematik maka
sebarannya tidak pada sekitar harga yang sebenarnya, tetapi sekitar suatu harga
yang bergeser dari harga yang sebenarnya (Wirasasmita, 1999: 19-20).
2. Kesalahan Rambang (Acak)
Kesalahan rambang (acak) adalah kesalahan yang berubah-ubah
seolaholah positif dan negatif (Wirasasmita, 1999: 19). Kesalahan ini timbul
karena kondisi lingkungan yang tidak menentu dan menggganggu kerja alat
kita, sehinggakesalahan ini terjadi selalu terjadi dalam setiap percobaan yang
menyebabkan pembacaan yang menyebar sekitar harga yang sebenarnya suatu
besaran.
3. Kesalahan Pengamatan
Dalam jaman teknologi sekarang ini, banyak peralatan yang rumit
operasinya sudah masuk laboratorium sekolah atau universitas. Pemakaiannya
memerlukan ketangkasan dan keterampilan yang tinggi. Misalnya pengukuran
dengan spektrometer optik tidak mudah dan sederhana. Banyak yang harus
disambung sebelum alat siap dipakai dan makin banyak yang harus diatur
makin besar kemungkinan orang membuat kesalahan (Djonoputro, 1984:5).
Sehingga di sini diperlukan keterampilan pengamat dalam mebaca skala.
Besarnya kesalahan membaca ini dipengaruhi oleh kemampuan kita menaksir
besar kecilnya jarak antara dua garis skala, dan bergantung pada kedudukan
mata kita. Kesalahan yang sering dilakukan oleh pengamat ialah: (a) merangkai
alat yaitu jika dalam pengukuran atau percobaan diperlukan keterampilan yang
tinggi, karena pada umumnya alat-alat yang digunakan di laboratorium
6
sekarang ini adalah alat-alat yang canggih, sehingga sebelum melakukan
percobaan alat-alat harus dirangkaikan. Kesalahan merangkai alat dapat
mengakibatkan kerusakan alat; (b) kesalahan menggunakan satuan yaitu jika
pada alat ukur seperti multimeter digital terdapat berberapa fungsi dan satuan
yang berbeda, sehingga dalam menggunakannya diperlukan ketelitian.
Misalnya dalam mengukur arus listrik, mengukur hambatan, dan mengukur
tegangan diperlukan perubahan satuan; (c) penulisan angka penting disebabkan
oleh penggunaan alat yang canggih dan keterampilan pengamat yang kurang.
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
tidak dapat digunakan karena sudah rusak atau error. Hal tersebut yang
menimbulkan data yang didapat tidak valid.
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Ide yang kami rumuskan mungkin bukanlah suatu hal yang baru namun
jika siswa mampu menerapkan ide yang kami berikan, kemungkinan besar
masalah-masalah yang terjadi di laboratorium fisika terminimalisir.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://www./tugas%20semester%204/eldas/bab%202%20kajian%20masalah%20ri.pdf
Pratiwi. 2014. Masalah yang Terjadi di Laboratorium SMA dan Cara Mengatasinya.
Jurnal Fisika. 13-15
11