Anda di halaman 1dari 2

Penerimaan Peserta Didik Baru Berdasarkan Wilayah Tempat Tinggal (Zonasi)

Davira Suciati
(1608066001)
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi berlangsungnya sebuah negara. Sumber Daya
Manusia (SDM) yang unggul di hasilkan dari pendidikan yang unggul pula. Begitupula dengan teknologi
yang maju, tanpa adanya pendidikan yang baik, teknologi yang maju akan sulit tercipta. Hal tersebut bisa
disebabkan karena SDM yang kurang mumpuni atau teknologi yang kurang canggih.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang beberapa tahun ini memang
banyak disoroti karena masalah sistem pendidikan yang sering berubah-ubah. Perubahan sistem tersebut
dapat ditemui pada sistem Ujian Nasional, Kurikulum, dan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).
Perubahan tersebut dimaksudkan untuk kemajuan pendidikan itu sendiri. Sebagai negara berkembang,
tentunya perbaikan diberbagai aspek sangat diperlukan salah satunya pendidikan. Namun, perubahan yang
dirasa tanpa aba-aba dan terlalu cepat bisa menimbulkan masalah lain. Misalnya perubahan sistem
penerimaan peserta didik pada tahun 2017-2018 yang mengacu pada Permendikbud No 17 Tahun 2017,
namun permendikbud tersebut mengalami beberapa perubahan dan menjadi Permendikbud No 14 Tahun
2018. 1
Sistem PPDB pada tahun 2017-2018 dibuat berdasarkan zonasi, sehingga sekolah harus menerima
90% peserta didik yang domisilnya berada di zonasi terdekat dengan sekolah. Hal tersebut berlaku untuk
setiap jenjang, kecuali pada sekolah kejuruan (SMK). Domisili dari peserta didik harus dibuktikan dengan
kartu keluarga yang diterbitkan paling lambat 6 bulan sebelum pendaftaran. Penentuan zonasi dilakukan
oleh pemerintah daerah beserta kepala sekolah dan disesuaikan dengan keadaan daerah tersebut. Sedangkan
untuk sekolah yang berada diperbatasan penentuan zonasi dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan
pemerintah daerah yang bersangkutan. Sekolah masih bisa menerima peserta didik diluar zonasi melalui
jalur prestasi sebesar 5% dan jalur lain dengan alasan perpindahan domisili orang tua sebesar 5%. 2
Pemerataan pendidikan merupakan hal yang sangat penting, namun juga sulit diselesaikan di
Indonesia. Karakteristik geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan menyebabkan akses
pendidikan di Indonesia berbeda-beda di setiap daerah. Sistem zonasi pada PPDB merupakan salah satu
upaya untuk pemerataan pendidikan di Indonesia. Sistem zonasi diharapakan mampu menghilangkan
predikat sekolah favorit, dan tidak ada centralisasi siswa yang cerdas pada satu sekolah. Sehingga, setiap

1
Permendikbud No 14 Tahun 2018 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, Atau Bentuk Lain Yang
Sederajat. Huruf a.
2
Permendikbud No 14 Tahun 2018 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, Atau Bentuk Lain
Yang Sederajat. Pasal 16 ayat (1)- (6)
sekolah merupakan sekolah favorit, dan dengan demikian sarana dan prasaran yang menunjnag sekolah
juga akan sama rata. 3
Niat baik pemerintah belum diterima secara positif oleh masayarakat. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan banyaknya pemberitaan mengenai kisruh PPDB berdasarkan sistem zonasi. Unjuk rasa para orang
tua, penyanderaan kepala dinas4, siswa bunuh diri, hingga pemberitaan mengenai anak Ridwan Kamil5 yang
menjadi korban sistem zonasi menunjukkan bahwa sistem ini masih memberi dampak negatif bagai siswa.
Kabar yang paling bayak di soroti adalah kasus siswa di Blitar yang bunuh diri karena khawatir tidak dapat
diterima di SMAN 1 Kota Blitar. Siswa berinisial EP tidak tinggal bersama orang tuanya sehingga Effendi
Muhadjir selaku Mendikbud mengira EP kurang mendapat informasi mengenai sistem zonasi PPDB. EP
merupakan siswa yang pandai disekolahnya, ia juga pernah megikuti olimpiade sains, sehingga berdasarkan
Permendikbud No 14 Tahun 2018 EP bisa mengikuti jalur presatsi pada PPDB. 6
Selain kasus-kasus yang telah disebutkan diatas, terdapat kasus lain yang disebabkan kurang
rincinya Permendikbud No 14 Tahun 2018. Federasi serikat Guru atau FGI menilai ada kelemahan pada
pasal 16 ayat 2 yang menyebutkan “Domisili calon peserta didik yang termasuk dalam zonasi sekolah
didasarkan pada alamat Kartu Keluarga (KK) yang diterbitkan paling lambat enam bulan sebelum
pelaksanaan PPDB”. Pasal tersebut tidak menyebutkan alasan migrasi siswa sehingga masih bisa
memungkinkan migrasi dukcapil digunakan hanya untuk memperoleh peluang masuk sekolah negeri atau
sekolah favorit. Misalnya salah satu kasus yang melibatkan salah stu siswa berinisial F di Cibinong, ia
bersama kakanya menumpang pada KK saudaranya demi bisa sekolah di Jakarta Timur. Selain hal tersebut,
FGI juga memperhatikan nasib sekolah yang tidak memiliki siswa dengan jumlah full karena sistem zonasi
ini, sehingga guru-guru disekolah tersebut terancam kurang jam mengajarnya dan tidak mendapat tunjangan
sertifikasi yang selama ini telah diterima 7

3
www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/06/penerimaan-peserta-didik-baru-ppdb-tahun-2017-terapkan-sistem-
zonasi. Diakses pada 30 Desember 2018.
4
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180710114730-20-312941/histeria-sistem-zonasi-ppdb-bunuh-diri-
hingga-penyanderaan. Diakses pada 30 Desember 2018.
5
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180711180119-20-313353/curhat-ridwan-kamil-soal-anaknya-jadi-
korban-zonasi-ppdb. Diakses pada 30 Desember 2018.
6
https://tirto.id/bunuh-diri-siswi-smp-di-blitar-dan-kritik-sistem-zonasi-ppdb-cLsf. Diakses pada 30 Desember
2018.
7
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180711083149-20-313178/kisruh-zonasi-sekolah-ppdb-buntut-
permendikbud-14-2018. Diakses pada 30 Desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai