PENDAHULUAN
kematian maternal melebihi 1000 wanita tiap 100.000 kelahiran hidup, dan
cukup tinggi, dari 390 pada tahun 1994 menjadi 307 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2002/2003, angka ini masih termasuk tinggi diantara
maka Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 15 kali Angka Kematian Ibu di
Malaysia, 10 kali lebih tinggi dari pada Thailand atau 5 kali lebih tinggi dari
1
Tingkat kematian ibu melahirkan di Provinsi Riau tahun 2010 mengalami
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 cc setelah
persalinan.
setelah kala III selesai / setelah plasenta lahir (Saifudin, 2007 : 150 ).
menjadi 2 yaitu :
jam pertama.
b. Perdarahan pada Masa Nifas I Perdarahan Post Partum Sekunder
3
Perdarahan post partum sekunder ialah perdarahan yang terjadi
membesar dan lembek pada palpusi. Atonia uteri juga dapat timbul
yang dalam.
o Kehamilan kembar.
4
o Polyhydramnion.
2. Tissue
o Retensio plasenta
o Sisa plasenta
( plasenta adhesiva )
5
terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang
3. Trauma
o Ruptur uterus
o Inversi uterus
o Vaginal hematom
secarea sebelumnya.
6
Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan
jika mengenai artery atau vena yang besar, jika episitomi luas, jika
terbaik.
uteri. Peristiwa ini terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera
perasat crede pada korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan
tarikan pada tali pusat dengan plasenta yang belum lepas dari
fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III
7
Pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak
berupa :
o Hipofibrinogenemia,
o Trombocitopeni,
Faktor Predisposisi
a Perdarahan pascapersalinan dan usia ibu
8
perdarahan. Pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang
pada ibu hamil pada usia 36 tahun ( Cuningham, 2006). Pada usia
keselamatan ibu dan bayi hal ini disebabkan pada usia muda
9
Ibu-ibu dengan kehamilan multigravida mempunyai risiko >
10
pascapersalinan mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 500
(Manuaba, 2010).
postpartum
dimana tonus otot rahim pada saat setelah plasenta lahir uterus
postpartum.
2.4 Patofisiologi
11
penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang
perineum.
jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah,
haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan
a. Atonia Uteri:
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
c. Retensio plasenta
12
Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi
e. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi
massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera,
peningkatan jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-
hamil 5.000-15.000)
13
(APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID
2.7 Penatalaksanaan
cairan tubuh yang lain. Pada syok hipovolemik, jantung akan tetap sehat
dan kuat, kecuali jika miokard sudah mengalami hipoksia karena perfusi
14
Penanganan klinis berdasarkan AMTSL terdiri dari beberapa hal,
bantuan dari stimulasi puting susu ibu. Di sisi lain, pendekatan aktif
plasenta.
15
Untuk syok, penatalaksaan yang dapat dilakukan yaitu
dengan RL, jika tidak adekuat dapat menggunakan cairan koloid. Jika
dosis maksimal cairan koloid tidak dapat mengoreksi kondisi syok, dapat
a Penatalaksanaan umum
1. Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal
2. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan
aman
3. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
4. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila
16
kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali
rektal.
d. Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan manual
metronidazole 1 g supp/oral ).
Ruptur uteri
a Berikan segera cairan isotonik ( RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit
rujukan
17
c Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan
setelah dilahirkan
b Berika antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis
c Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan mengeluarkan
bekuan darah atau jaringan, bila serviks hanya dapat dilalui oleh
kuret.
d Hb 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600mg/hari
selama 10 hari.
Robekan serviks
a Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan
bayi.
b Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi
perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan
kanan porsio.
c Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga
infeksi
18
f Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb
BAB 3
KONSEP ASKEP GADAR HEMORAGIC POST PARTUM
19
Diagnosa keperawatan yang di tegakkan di peroleh berdasarkan
a. Pengkajian Primer
Pengkajian A, B, C, D
1) Airway
Kaji bersihan jalan nafas pasien, apakah ada
sirkulasi lainnya
4) Disability
Kaji tingkat kesadaran pasien menggunakan GCS, apakah
kontraksi uterus.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas klien : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas
35 tahun
2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
20
Keluhan utama yang sering didapatkan dari klien dengan
3. Riwayat kesehatan :
1. Pengkajian Fisik
1. Tanda-tanda vital
21
Kesadaran : Normal / turun (Barbara R.Stright, 2004)
2. Inspeksi
karakteristik episiotomi
3. Palpasi
pada kaki
nyeri tekan
menurun/berkurang
B. Diagnosa Keperawatan
22
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan dan ancaman
kematian
kurang steril
DO:
- Hipotensi
- Peningkatan nadi,
DS:
Tujuan :
- TTV stabil
23
- Haluaran urine adekuat
Mandiri:
2. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan ; timbang dan hitung
dokter.
DO:
- Ekstremitas dingin
24
- Pelambatan pengisian kapiler
DS:
Kriteria hasil :
· Ekstremitas hangat
Intervensi keperawatan ;
2. Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu
kulit
3. Tindakan kolaborasi :
DAFTAR PUSTAKA
Cendikia.
25
nurul ummah. 2018. faktor resiko penyebab perdarahan postpartum di
Jakarta, 2008
syafneli, sst , sri masyuni daulay. 2010 . analisis faktor – faktor yang
tahun
26