Konsep Berpikir PDF
Konsep Berpikir PDF
Sunkar E. Gautama
Paradoks Softbook
1
Publisher
2
Judul buku : Konsep Berpikir
Dari Sistematika Filsafat hingga Logika
Matematika
Edisi/revisi : 1.0
Penulis : Sunkar E. Gautama
Penyunting : Aldytia G. Sukma
Tahun terbit : 2013
Gambar sampul : Penrose Staircase by Diganta Saha
source:
http://www-vrl.umich.edu/intro/
Penerbit (cetak) : SAHABAT.com
Free:
1
13
3
4
Kata Pengantar
Akhirnya buku berjudul Konsep Berpikir ini
rampung jua setelah berbulan-bulan dikerjakan dengan
perhatian yang tidak penuh. Buku ini disusun sebagai
panduan pelengkap dalam metodologi berpikir,
sistematika filsafat, kerangka berpikir ilmiah, maupun
sekedar bacaan untuk menambah pengetahuan pembaca
mengenai konsep dan cara berpikir.
5
Bagaimanapun, buku ini pastilah masih
menyimpan kesalahan baik teknis maupun non teknis,
untuk itu penulis dengan rendah diri meminta maaf dan
memohon kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata dari
saya, terima kasih telah membaca kata pengantar ini dan
selamat melanjutkan bacaan Anda.
penulis
6
Daftar Isi
Kata Pengantar 5
Daftar Isi 7
1. Pendahuluan
1.1. Pengertian Filsafat 9
1.2. Dasar Sistematika Filsafat 18
1.3. Pengetahuan, Ilmu, dan Sains 30
2. Proses Berpikir
2.1. Definisi Berpikir 33
2.2. Konsep Berpikir 34
2.2.1. Entitas 34
2.2.2. Definisi dan Deskripsi 35
2.2.3. Himpunan dan Hirarki 40
2.2.4. Analogi 42
2.2.5. Dualisme dan Dikotomi 47
2.2.6. Kekeliruan (Fallacy) 50
2.3. Perangkat Berpikir 53
2.4. Berpikir Ilmiah 62
3. Logika Matematika
3.1. Proposisi dan Operator Logika 65
3.1.1. Proposisi 65
3.1.2. Operator Logika 69
3.2. Implikasi dan Biimplikasi 80
3.3. Quantifier 90
3.4. Ekuivalen, Tautologi, dan Kontradiksi 92
3.5. Pengambilan Kesimpulan 100
7
4. Pemecahan Masalah
4.1. Metode Berpikir 108
4.2. Kalkulus Diferensial 112
4.3. Paradoks 116
4.4. Alam Semesta adalah Masalah 121
5. Penutup
5.1. Aksiologi: Untuk Apa Kita Berpikir? 125
5.2. Pluralisme dan Berpikiran Terbuka 132
5.3. Cinta akan Kebijaksanaan 135
Glosarium 139
8
Bab 1
PENDAHULUAN
1. Pengertian Filsafat
Secara harfiah
9
Filsafat ialah kumpulan segala pengetahuan di
mana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok
penyelidikan.
5. Immanuel Kant (1724 – 1804)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi
pokok dan pangkal dari segala pengetahuan, yang
tercakup di dalamnya empat persoalan yakni
metafisika, etika, agama, dan antropologi.
6. Stephen Hawking (1942 – )
Filosofi sudah mati. Filosofi sudah tidak
mengimbangi kemajuan terkini dalam sains,
terutama fisika [sekedar gurauan].
10
Misalkan bagaimana kita mengkaji hakikat dari
suatu benda, mengapa benda itu disebut sebagai
kursi? Sampai kapan papan kayu berkaki itu
disebut kursi, bukan meja, dan sampai kapan
tumpukan batu itu disebut bangku, bukan pagar?
Meninjau terlalu mendalam tentang suatu hal
hanya akan menghabiskan waktu alih-alih terus
memberikan pengetahuan pada kita. Ibarat
konsumsi vitamin C untuk manusia ialah sekitar
1000 mg per hari. Mengkonsumsi vitamin C sehari
lebih dari 1000 mg tidak akan membuat
regenerasi sel-sel kita menjadi lebih cepat lagi,
malah akan menjadi mubazir karena kelebihan
vitamin C setiap harinya akan dibuang oleh ginjal.
Jadi, salah satu tantangan mempelajari filsafat
ialah mengetahui sampai di mana kita merasa
harus berhenti, sampai di mana kita merasa kajian
kita sudah optimal, mengkaji lebih jauh tidak akan
memberikan hasil lebih lagi. Jika kita tidak berhasil
membatasi diri kita, maka kita hanya akan
berkutat pada dunia teorema semata dan mungkin
saja takkan pernah membuahkan karya dalam
hidup!
2. Kajian filsafat tentang Tuhan, sampai batas
tertentu, nyata-nyatanya dapat bertentangan
dalam [sebagian besar] agama. Kebanyakan agama
tidak membolehkan mempertanyakan kebenaran
sesuatu yang sudah tertuliskan dalam kitab suci
atau diriwayatkan oleh nabi. Praktis, bahan-bahan
yang dapat dikaji hanyalah hal-hal yang memang
11
hanya disebutkan tetapi tidak dijelaskan dalam
literatur agama. Hal-hal yang dapat dikaji ini pun
tidak dapat kita kaji secara mendalam, karena
pengkajian secara mendalam akan melibatkan
banyak hal yang mungkin tabu untuk diusik. Jadi,
kajian filsafat mengenai Tuhan terbentur pada
prinsip kebanyakan agama yakni: “Terima saja apa
adanya seperti yang telah dituliskan, tidak perlu
mempertanyakan kebenarannya—itu sudah ‘pasti’
benar”. Dengan demikian hanya orang religius
yang bukan penganut agama tertentulah yang
masih dapat mengkaji hakikat Tuhan sampai
sedalam kemampuan akalnya.
3. Kajian yang demikian mendalam terhadap materi
abstrak menjadikan filsafat sebagai ilmu “tidak
pasti”. Hal ini disebabkan oleh munculnya aliran-
aliran atau mazhab-mazhab dalam filsafat akibat
pandangan-pandangan yang berbeda mengenai
suatu hal yang mendasar. Lalu, aliran-aliran ini
kemudian tumbuh seolah menjadi rival karena
yakin bahwa ialah yang benar, kemudian membuat
sistematika filsafatnya sendiri-sendiri. Padahal,
kebenaran pastilah cuma satu untuk setiap hal,
sehingga filsafat agak kehilangan artinya sebagai
ilmu yang berupaya mencari kebenaran yang asli
dengan hadirnya “jati diri” ini.
4. Tuntutan kehidupan di zaman modern ini
membuat manusia berinovasi dalam menciptakan
teknologi. Riset-riset dilakukan berdasarkan teori-
teori ilmu alam untuk menghasilkan produk-
12
produk yang dapat membantu kemudahan hidup
manusia. Para ilmuwan mendapatkan
pengetahuan baru dalam bidang material, partikel
elementer, inflasi alam semesta, penerowongan
kuantum, dan lain-lain serta bersama para
perekayasawan menciptakan pemercepat atom,
bom atom, superkonduktor, nano-material,
komputer, bahasa C++, monitor LED, MRI,
pesawat hypersonic, vaksin, beras transgenik,
kloning, dan lainnya. Di sisi lain, filsuf tulen hanya
akan terlibat dalam diskusi maupun debat-debat
yang tidak membawa banyak manfaat bagi
kehidupan manusia.
13
sendiri bukan seutuhnya berasal dari kajian filsafat
klasik, karena metode kita ialah logika matematika.
Meskipun demikian, tak bisa dipungkiri dasar-dasar
logika matematika berawal dari kajian filsafat
mengenai sistematika bepikir. Tapi kita tak akan
menggunakan versi lama itu, kini kita akan belajar
berpikir dengan logika matematika, sesuatu yang lebih
mumpuni dibanding logika ala filsafat klasik.
14
Saat lalat sampai di mobil B ia segera balik lagi
terbang ke mobil A dan begitu seterusnya, lalat
terbang bolak-balik hingga pada akhirnya ia mati
terjepit saat mobil A dan mobil B bertabrakan.
Andaikan lalat selalu terbang dengan kecepatan
tetap, 50 km/jam (abaikan selang singkat saat lalat
berbalik), berapakah total lintasan yang ditempuh
oleh lalat dari pertama ia terbang di terminal X
hingga ia tewas terjepit?
2. Terdapat sepuluh dompet yang masing-masing
hanya berisi sepuluh koin. Sembilan dari sepuluh
dompet itu berisikan koin-koin asli yang beratnya
10 gram per koin. Adapun dompet terakhir berisi
koin-koin palsu yang sangat mirip dengan aslinya,
kecuali beratnya hanya 9 gram per koin.
Bagaimanakah cara mengetahui dompet mana
yang berisi koin-koin palsu hanya dengan
menimbang sekali saja?
3. Sukri berniat mengunjungi juru kunci Gunung
Bawakaraeng untuk meminta petunjuk. Di sekitar
kaki Gunung Bawakaraeng tinggallah dua orang
bersaudara kembar yang bertani di sana. Seluruh
penduduk sekitar tahu bahwa sang kakak selalu
berkata jujur sedangkan sang adik selalu berkata
bohong. Dalam perjalanannya mencari rumah juru
kunci Gunung Bawakaraeng, Sukri tersesat dan
bertemu salah satu dari dua bersaudara itu (Sukri
tak tahu itu sang adik atau sang kakak). Baru saja
mau bertanya tentang rumah juru kunci, orang itu
keburu memberi syarat bahwa ia hanya akan
15
menjawab satu pertanyaan saja. Seperti apakah
pertanyaan Sukri agar orang itu (baik dia si jujur
atau si pembohong) akan selalu menjawab jalan
menuju rumah juru kunci Gunung Bawakaraeng
yang benar?
4. Apakah pernyataan “Jika kalimat ini benar, maka
Matahari terbitnya di barat” bernilai benar atau
salah?1
5. “Saya tahu kamu tidak tahu kalau saya tahu
ternyata kamu tidak ingat hari ulangtahunku.” Apa
inti dari kalimat di atas?
6. Anda diberi tiga gelas berkapasitas 800 mL, 500
mL, dan 300 mL tanpa skala ukuran. Pada gelas
800 mL berisi 800 mL jus jeruk. Bagaimana cara
membagi jus jeruk itu ke dalam dua gelas tepat
sama banyak (400 mL)?
7. Pak Boker ingin menuju kota Pare-Pare dari kota
makassar dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam.
Ternyata, tepat saat menempuh setengah
perjalanan kecepatan rata-ratanya ialah 30
km/jam. Berapakah kecepatan rata-rata yang
diperlukan pada setengah perjalanan berikutnya
agar target kecepatan rata-rata 60 km/jam dari
Makassar ke Pare-Pare itu terpenuhi?
8. Rukun Islam terdiri dari iman, mendirikan sholat,
berzakat, berpuasa, dan berhaji bila mampu.
Dalam hidupnya Kakek Ramli telah menjalankan
iman, sholat, zakat, dan puasa, tetapi tidak pernah
1
Problem ini dikenal sebagai Curry Paradox.
16
naik haji karena memang tak pernah mampu
secara ekonomi dalam hidupnya. Saat kakek Ramli
wafat, apakah ia telah menjalankan semua rukun
Islam, ataukah ia cuma menjalankan empat yang
pertama dan yang ke-lima tidak berlaku bagi
kakek Ramli?
17
2. Dasar Sistematika Filsafat
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
bahwa objek kajian filsafat ialah Tuhan, alam dan
manusia. Dari hal itu, kajian filsafat dibagi-bagi secara
sistematis menjadi oleh para filsuf antara lain:
a. Logika
b. Metafisika dan ontologi
c. Epistemologi
d. Aksiologi (etika dan estetika)
18
pada akar-akarnya. Pada perkembangan selanjutnya,
terdapat perbedaan objek kajian antara metafisika dan
ontologi. Kajian ontologi ialah penelusuran hakikat
dari objek fisik, sedangkan metafisika menulusuri
hakikat dari objek nonfisik (meta = setelah, di luar).
Bagaimana pun, metafisik tetap berangkat dari
penginderaan terhadap objek alam yang kemudian
berkembang dalam pikiran dan imajinasi manusia.
19
dengan filsuf lain. Untuk itu, kita akan bahas dengan
cukup panjang mengenai substansi.
Substansi pra-Aristoteles
20
adalah anjing. Penjelasan Aristoteles ini masih
menimbulkan pertanyaan, mengapa substansi
sekunder dari X mesti anjing, bukan makhluk
berwarna cokelat, bukan karnivora, atau binatang?
21
Jika ditinjau dalam ilmu fisika, perbedaan sifat fisis
dan kimia helium dan berilium disebabkan hanya
karena perbedaan konfigurasi/susunan proton,
neutron, dan elektron penyusunnya. Jika ditinjau
dalam kebanyakan kasus di alam, nampaknya semua
materi yang akrab dengan kita tersusun cuma dari
proton, elektron, dan neutron itu. Jadi di sinilah
substansi materiil kehilangan maknanya, karena
substansi itu cuma tiga sub-atom ini (tidak ada yang
unik), dan ternyata subatom yang serupa dengan
kuantitas yang sama dapat membentuk dua substansi
yang berbeda.
Konklusi
22
Esensi dan Aksiden
23
ada, dengan kodratnya masing-masing, disebut
sebagai esensi. Esensi sendiri tersusun atas substansi
dan aksiden. Substansi adalah sifat-sifat yang
merupakan intisari dari suatu esensi, sedangkan
aksiden merupakan sifat-sifat lain yang yang tidak
mempengaruhi perubahan esensi. Misalkan H2O, dapat
berwujud cair dan dapat pula berwujud padat (es).
Substansi dari H2O adalah gabungan dua molekul
hidrogen dan satu molekul oksigen. Wujud atau fase
dari H2O tidak merubah H2O itu menjadi esensi yang
lain. Begitu pula dengan jumlah, sebuah molekul H2O,
setetes H2O, ataukah segentong H2O memiliki esensi
yang sama. Sifat-sifat berbeda antara identitas-
identitas yang memiliki esensi yang sama ini disebut
aksiden.
24
Idealisme dan Materialisme
25
(bahkan sebagai causa prima). Contohnya, menurut
pandangan materialisme, rasa sakit (ide) sebenarnya
hanyalah perwujudan dari kondisi tubuh (materi)
yang tidak normal.
26
Rasionalisme dan Empirisme
Rasionalisme
27
berisi tipu daya terhadap pembuktian kebenara hakiki.
Prinsip keragu-raguan Descartes inilah yang
dikatakannya sebagai “Aku yang sedang ragu-ragu
menandakan bahwa aku sedang berpikir, dan karena
aku sedang berpikir maka aku ada” (cogito ergo sum).
Kant mengkritik pandangan Descartes yang rapuh itu,
satu-satunya yang tidak kita ragukan adalah diri kita
sendiri, padahal keraguan itu bersumber dari diri kita.
Empirisme
28
pengalaman yang diperoleh seseorang dalam
kehidupannya.
29
dengan yang lain dapat saja berbeda, begitu pula
dengan seorang penganut empirisme.
30
pak presiden sedang memakai kolor berwarna biru
sore ini. Itu bukanlah pengatahuan bagi saya karena
saya cuma menebak-nebak saja dan saya tidak
meyakini kebenarannya. Jika pun ternyata benar,
maka itu adalah suatu kebetulan. Contoh berikutnya
ialah jika kita mengamati pola rambut-rambut kaki
yang tumbuh, kita akan mengetahui jika rambut-
rambut ini dicukur, maka saat rambut itu tumbuh lagi
ia akan semakin lebat. Kita tak tahu apakah ini
memang benar ataukah cuma sekedar mengandung
sedikit nilai kebenaran, tapi memang nyatanya rambut
kaki sialan itu nampak lebih lebat sehingga kita cukup
yakin. Entah ini karena suatu reaksi kimia, efek cuaca,
misteri Ilahi, ataukah mata yang menipu kita, tetapi
rambut kaki ini memang nampak lebih lebat jika
tumbuh lagi setelah di cukur. Dari pengamatan ini,
ialah cukup untuk membuat pengamatan kita
digolongkan sebagai pengetahuan. Tidak peduli kita
tahu sebabnya atau tidak.
31
1. Empiris: dapat dibuktikan berdasarkan
pengalaman inderawi, baik secara langsung
maupun dengan bantuan instrumen.
2. Objektif; penggalian kebenaran pada objek tanpa
melibatkan prasangka/dugaan subjektif.
3. Metodis dan sistematis, menggunakan cara-cara
yang baku, sesuai dengan aksioma-aksioma yang
berlaku dan memiliki struktur yang padu dan
terarah.
4. Universal; kebenaran yang hendak dicapai adalah
kebenaran yang berlaku umum, dalam batas-batas
yang diberikan.
32
Bab 2
PROSES BERPIKIR
1. Definisi Berpikir
Sebelum membahas lebih jauh tentang konsep
berpikir dan berpikir ilmiah, baiknya kita menggali
terlebih dahulu hakikat berpikir. Saya mendefinisikan
berpikir sebagai proses mencari penjelasan dari suatu
permasalahan yang didapat dengan cara identifikasi
masalah, mencari peristiwa lampau yang memiliki pola
serupa, membandingkan (compare), manganalisis, dan
berupaya menarik kesimpulan atau memutuskan solusi.
33
masalah dan masalah itu adalah fakta. Kita tahu bahwa
yang organ tubuh untuk berpikir adalah otak, dan
fakta yang menjadi masalah itu adanya di lingkungan.
Jadi pastilah informasi dari lingkungan itu masuk ke
dalam otak, dan dalam hal ini pelakukanya adalah
indera kita. Dengan indera ini kita mengidentifikasi
masalah di lingkungan, sehingga selanjutnya dapat
kita olah.
34
yang berbeda. Masih terdapat banyak perdebatan
mengenai batasan dari identitas itu, dalam artian
hubungannya dengan entitas. Contoh yang paling
sederhana ialah kaitan antara identitas dengan waktu.
Apakah Anda saat ini identik dengan Anda setahun ke
depan?2
Definisi
2
Sebagai rujukan, cobalah cari dan baca tulisan tentang “Ship of
Theseus Paradox”.
35
diberikan penjelasan yang berupa ciri-ciri dan
batasan-batasan dari hal tadi. Ciri-ciri dan batasan ini
dapat disampaikan dengan beragam cara dan
pendekatan.
36
Contoh: Bintang ialah benda langit yang utamanya
terbuat dari gas hidrogen serta memancarkan
panas dan radiasi elektromagnetik yang berasal
dari reaksi fusi nuklir dalam intinya.
4) Definisi deskriptif, yaitu definisi yang memberikan
penjelasan dalam bentuk pemaparan ciri-ciri saja.
Jadi, kita berupaya menggambarkan objek yang
hendak didefinisikan dengan menggunakan kata-
kata.
Contoh: Pisang ialah buah yang tumbuh dalam
tandan dari pohon sejenis semak raksasa,
berbentuk bulat panjang, agak melengkung,
kulitnya tebal namun lunak, jika matang berwarna
kuning dan rasanya manis.
37
Jadi di sini Sukma telah berhasil mengantarkan
pemikiran Barbara kepada mamalia yang mengeong
itu. Ia telah memberikan definisi untuk kucing, dengan
caranya sendiri tentunya.
38
2. berpikir : gerak akal dari satu titik ke titik lain3.
3
Dalam materi kerangka berpikir ilmiah HMI diberikan penjelasan
lanjut, meskipun tampak juga kelemahannya.
39
dan membedakan hal itu dengan hal
lainnya.
40
himpunan manusia perempuan menjadi himpunan
manusia. Secara matematis, gabungan himpunan A
dan B ditulis 𝐴 ∪ 𝐵. Adapun irisan himpunan A dan B
adalah kelompok elemen-elemen yang merupakan
anggota himpunan A sekaligus anggota himpunan B,
secara matematis ditulis 𝐴 ∩ 𝐵. Contohnya himpunan
bilangan genap dan himpunan bilangan prima
beririskan di 2.
𝐴 ∪ 𝐵 = 𝐴 + 𝐵 − (𝐴 ∩ 𝐵
41
Dengan demikian, semua yang berlaku pada himpunan
induk dapat dipastikan berlaku pada himpunan-
himpunan bagiannya (spesialisasi), tetapi tidak berarti
semua yang berlaku pada satu himpunan bagian
berlaku pula pada himpunan induk dan himpunan-
himpunan bagian lainnya (generalisasi). Oleh karena
itu, kita harus berhati-hati dalam melakukan
generalisasi. Dalam melakukan generalisasi, kita harus
memastikan hal yang digeneralisasikan itu adalah
properti berlaku secara umum.
Analogi
42
Contoh sederhana pengambilan kesimpulan
berdasarkan analogi:
43
2. Sapi, kambing, dan kerbau punya tanduk, mereka
makan dedaunan. Singa, serigala, dan beruang
tidak punya tanduk, mereka makan daging. Kuda
tidak punya tanduk, kesimpulannya kuda makan
daging seperti halnya singa, serigala, dan beruang.
3. Perhatikan gambar perahu layar dan speedboat
yang sedang melaju di bawah ini. Apakah ada yang
keliru dengan gambar perahu layarnya?
44
Pada contoh ke-dua kita salah memilih faktor
yang termasuk dalam indikator permasalahan.
Permasalahan pada contoh ke-dua ialah “makanan”,
sehingga tanduk bukanlah faktor yang cocok
digunakan sebagai indikator dalam pemilihan kasus
yang analog. Jadi, meskipun benar dalam hal
kepemilikan tanduk kuda lebih menyerupai singa dan
serigala, tetapi kita tak dapat menggeneralisasikan
makanan singa dan serigala sebagai makanan kuda
karena tanduk tak ada hubungannya dengan makanan.
Faktor yang lebih cocok digunakan sebagai indikator
ialah bentuk gigi dan kuku/cakar, karena kuku
digunakan untuk memperoleh makanan dan gigi
digunakan untuk mengoyak atau mengunyah
makanan. Jika kita menggunakan kuku dan gigi
sebagai indikator, maka kuda jelas lebih menyerupai
kambing dan kerbau. Jadi, kesimpulannya kuda
memakan dedaunan, dan kenyataannya pun demikian.
45
Generalisasi
4
Divisi dari kingdom animalia yang berisikan hewan-hewan yang
memiliki sumbu tubuh (notochord) pada arah anterior – posterior,
semisal tulang belakang atau bentuk serupa yang lebih sederhana.
Vertebrata termasuk dalam divisi ini.
46
berbuku-buku (arthropoda), dan memiliki sumbu
tubuh (chordata).
47
Dikotomi dibuat oleh manusia untuk
mempermudah pemahaman tentang dua hal yang
saling berlawanan. Namun dua hal yang saling
berlawanan belum tentu adalah dua terma berbeda
yang memang saling berlawanan. Contohnya ialah
panas-dingin. Sepintas terlihat panas dan dingin saling
berlawanan, masalahnya kita tidak punya batas yang
jelas antara panas dan dingin. Padahal, jika panas dan
dingin merupakan suatu elementer yang berbeda dan
saling berlawanan, pastilah sangat mudah
membedakan antara keduanya. Sekarang kita tahu
bahwa panas dan dingin hanyalah persepsi kita
terhadap banyak atau sedikitnya kalor dalam suatu
benda. Makin banyak kalor yang dikandung suatu zat,
makin panaslah ia, sehingga tidak ada batas yang jelas
antara panas dan dingin.
48
Jadi, kebanyakan kualitas yang tampak
hanyalah sebuah persepsi dari kuantitas yang berbeda
dari suatu elementer. Hal yang sama berlaku untuk
pasangan gelap-terang, panjang-pendek, pintar-bodoh,
dan lainnya. Untuk kasus gelap-terang, elementernya
ialah cahaya/foton. Untuk kasus panjang-pendek,
elementernya ialah dimensi panjang (pendek hanyalah
berarti kurang panjang). Untuk kasus pintar-bodoh,
elementernya ialah pengetahuan. Tetapi patut
diperhatikan, terdapat pula pandangan yang
menyatakan semua kualitas hanyalah persepsi dari
kuantitas elementernya. Pandangan ini betul, tetapi
tidak selalu terbukti benar. Salah satu contoh untuk
membantah pandangan ini ialah adanya kondisi netral.
Contoh yang paling populer ialah pasangan baik-
buruk. Apakah elementer dari pasangan baik-buruk?
Kebanyakan orang yang menganut pandangan ‘anti-
dualisme’ mengatakan elementernya ialah kebaikan.
Kejahatan atau keburukan hanyalah ketiadaan dari
kebaikan. Kualitas hanyalah persepsi.
49
maka jelaslah pada hari itu Acok merupakan orang
baik sedangkan Boneng dan Choky sama jahatnya
(karena sama-sama tidak melakukan kebaikan).
Padahal menurut logika kita tidak mungkin Boneng
sama jahatnya dengan Choky. Kita dapat menyebut
Boneng bersifat netral, tidak melakukan kebaikan dan
tidak pula melakukan kejahatan. Jika baik-jahat
merupakan kadar dari suatu elementer, maka keadaan
“kadar nol” (tidak memiliki kadar sama sekali)
pastilah berada pada salah satu terminal, bukan
bersifat netral atau berada di tengah-tengah terminal.
Kekeliruan (Fallacy)
50
1. Kesalahan mengidentifikasi masalah (semisal
kesalahan merumuskan premis/pernyataan).
2. Kesalahan dalam proses pemecahan masalah.
51
matematik, hewan disebut superset dari kuda, dengan
kata lain kuda termasuk elemen dalam hewan dan
terdapat elemen-elemen lain yang juga termuat dalam
himpunan “hewan”. Jadi, tidak berarti bila bukan kuda
berarti bukan hewan.
𝑃 = 4𝜋𝑟 2 𝑒𝜎𝑇 4
52
dapat dipercaya untuk mengetahui arah bawah,
hukum gravitasi ataukah pengelihatan? Saat tukang
memasang ubin, apakah yang mereka andalkan agar
ubin terpasang lurus? Apakah mengandalkan
penglihatan langsung untuk mengetahui kemiringan
lantai ataukah menggunakan waterpass? Jadi sangat
jelas, jika air nampak mengalir ke daerah yang lebih
“tinggi”, maka berarti bukan hukum gravitasi yang
salah melainkan pengelihatan kita yang salah (ilusi
optik). Lagi pula, seandainya hukum Newton memang
tidak berlaku di daerah itu—alih-alih airnya mengalir
ke tempat lebih tinggi—air, Anda, dan mobil Andalah
yang akan naik mengambang ke udara.
3. Perangkat Berpikir
Pengetahuan ialah hal-hal apa saja yang
pernah terekam dan tersimpan dalam ingatan
manusia, baik itu melalui pengalaman, ilham, atau
hasil pemikiran sebelumnya.
53
Sistematika, aturan, dan klasifikasi ialah pola-
pola atau teori baku yang dibuat untuk memudahkan
pengambilan kesimpulan tanpa perlu menggunakan
penalaran yang mendalam. Misalkan dengan
penalaran yang mendalam, kita mengambil
kesimpulan dari persoalan hubungan antara harga dan
permintaan-penawaran.
54
Jadi, dari penalaran mendalam di atas,
diperoleh hukum permintaan dan penawaran:
5
Jika faktor-faktor lainnya tetap atau dianggap tetap.
55
tuntutannya, mereka akan kembali memikirkan
persoalan tadi dengan penalaran mendalam, yang
memberikan kesenangan bagi orang-orang semacam
itu. Orang-orang yang seperti itu ialah pemikir tulen,
yang senang menjungkirbalikkan logikanya, berpikir
siang-malam demi memuaskan dahaganya. Buku ini
dibuat dengan harapan Anda memiliki—meskipun
hanya sedikit saja—sifat-sifat pemikir seperti itu.
Janganlah hanya mengandalkan formula “siap pakai”
untuk memecahkan masalah. Setidaknya, sekali Anda
telah berpikir secara mendalam untuk membuktikan
bahwa aturan itu memang benar. Jika Anda telah
berhasil membuktikan aturan itu benar (dengan
demikian Anda telah memahami aturan itu), maka
dalam persoalan lain yang sejenis Anda dapat
langsung menemukan solusinya dengan aturan tadi
tanpa ada perasaan ragu.
56
diperhitungkan oleh formula yang dikenal (di luar
batasan kesahihannya), sehingga untuk
memperoleh solusinya formula tadi harus
dimodifikasi atau digeneralisasi. Jika kita tak
menganalisis masalah itu, maka kita tidak akan
mengetahui hal ini sehingga pemecahan yang kita
peroleh dari aturan baku tadi menjadi tidak atau
kurang tepat.
𝑎0 = 𝑎𝑏−𝑏
𝑎𝑏
𝑎𝑏−𝑏 = =1
𝑎𝑏
57
baku/dasar, dan meminimalkan penggunaan formula
jadi siap pakai. Untuk itu dirasa perlu untuk
membahas sedikit pola-pola dan aturan-aturan baku
berdasarkan tingkat kepercayaannya.
1. Aksioma
Aksioma merupakan suatu hal yang tak perlu
diragukan kebenarannya karena jelas pada dirinya
sendiri. Hal ini dikarenakan aksioma ialah
kebenaran definitif.
Contoh:
1 + 1 = 2. Kebenaran definitif maksudnya 1 + 1
ialah suatu bilangan yang nilainya setara
dengan 1 lalu diberi lagi 1. Nah, kita sepakat
jumlah itu diberi nama “2”.
Jarak antara semua titik di keliling lingkaran
ke pusatnya pastilah sama, karena jika tidak
sama namanya bukan lingkaran.
2. Teorema
Teorema bukanlah suatu kebenaran definitif,
tetapi kebenarannya telah terbukti secara
matematis dan selalu sesuai dengan realita
sehingga tidak ada keraguan mengenai
kebenarannya. Teorema merupakan implikasi
langsung dari beberapa aksioma.
Contoh:
Teorema Pythagoras, yang menyatakan
kuadrat panjang sisi miring suatu segitiga siku-
58
siku 6 sama dengan jumlah kuadrat panjang
kedua sisi lainnya.
Pusat suatu segiempat pasti berada pada
perpotongan diagonal-diagonalnya.
3. Hukum (law)
Hukum ialah suatu pola kebenaran yang logis dan
telah terbukti kebenarannya secara empiris
sampai dengan lingkup yang dimaksudkan oleh
hukum tadi dan tidak ada penjelasan lain yang
sesuai dengan realita.
Contoh:
Hukum gravitasi Newton merumuskan gaya
gravitasi bergantung antara dua benda sebanding
dengan perkalian massa kedua benda dibagi
dengan kuadrat jaraknya. Hal ini telah terbukti
berkali-kali dalam percobaan menggunakan
sembarang materi dalam keadaan apa pun yang
dibatasi oleh hukumnya sendiri (dalam kasus
hukum gravitasi Newton, hukum ini hanya berlaku
untuk keadaan non-relativistik).
Hukum permintaan dan penawaran juga termasuk
hukum karena telah berkali-kali dibuktikan
kebenarannya dalam realita dan tidak pernah
ditemukan hukum ini tak berlaku dalam batasan
hukumnya (yakni ceteris paribus).
4. Teori
Teori hampir serupa dengan hukum, tetapi
kepercayaannya lebih lemah. Meskipun teori
6
Dimaksudkan segitiga planar (datar).
59
sudah dibuktikan secara parsial cocok dengan
kenyataan, tetapi masih dimungkinkan adanya
penjelasan lain yang juga dapat sesuai dengan
kenyataan. Terkadang, perbedaan antara hukum
dan teori sangatlah tipis.
Contoh:
Teori Big Bang memberikan hasil yang sesuai
dengan data-data yang kita peroleh dari alam
semesta masa kini. Teori ini juga memberikan
mekanisme evolusi alam semesta yang sangat
masuk akal. Tapi bagaimanapun, karena kita tak
bisa mengulangi percobaan “membuat alam
semesta”, kita belum dapat memastikan bahwa
kenyataannya memang seperti teori Big Bang.
5. Hipotesa
Hipotesa ialah “kebenaran” yang paling rendah
tingkat kepercayaannya. Syarat bagi hipotesa ialah
“dapat menjelaskan”, tetapi belum terbukti
kebenarannya melalui percobaan nyata. Patut
diingat yang nampak logis belum tentu kenyataan.
Contoh:
Prinsip many-worlds interpretation 7 merupakan
hipotesa untuk aturan yang berlaku bagi
perjalanan waktu. Prinsip ini logis (tidak
menimbulkan pertentangan dengan kenyataan dan
dirinya sendiri), namun belum dapat dibuktikan
kebenarannya dalam eksperimen.
7
Hipotesis yang menyatakan terdapat tak hingga banyaknya alam
semesta parallel (alam semesta yang memiliki sejarahnya sendiri-
sendiri).
60
Nah, sekarang kita akan membahas aturan-
aturan baku dalam logika. Beberapa yang fundamental
saya rangkumkan di bawah ini.
1. Hukum identitas
Suatu identitas yang paling sederhana (makna
sempit) dari suatu objek adalah objek itu sendiri
pada waktu yang sama.
2. Hukum kausalitas
Semua hal akan menjadi sebab bagi hal lain dan
tak ada hal yang tidak terlahir dari suatu akibat.
3. Hukum kontradiksi Ptolomeus
Hukum kontradiksi Ptolomeus menyatakan bahwa
kebenaran pada suatu identitas tidak mungkin
saling kontradiksi. Misalkan jumlah kaki meja
belajar saya, pada saat yang sama, tidak mungkin
empat sekaligus bukan empat. Jumlah kaki meja
belajar saya pastilah empat saja atau bukan empat
saja pada saat yang sama. Contoh lain tidak
mungkin suatu benda basah disaat yang sama ia
tidak basah.
61
4. Berpikir Ilmiah
Telah dijabarkan pada bab 1 mengenai posisi
ilmu dalam pengetahuan dan pada bab 2 mengenai
berpikir. Pengetahuan adalah hasil dari pengalaman
dan proses berpikir, dari yang tersederhana (misalnya
menghubungkan benda dan namanya) hingga yang
paling rumit. Ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh
dari metode berpikir khusus yang disebut metode
berpikir ilmiah. Metode berpikir ilmiah adalah metode
yang sangat baik namun terbatas. Yang dimaksud
dengan terbatas di sini adalah berpikir ilmiah tidak
dapat digunakan untuk hal-hal yang tidak memenuhi
syarat utama ilmu, yakni empiris. Tetapi untuk hal-hal
yang empiris, metode berpikir ilmiah memberikan
penawaran yang baik dalam memecahkan suatu
permasalahan.
62
1. Objektif, bebas dari opini dan prasangka,
menggunakan data yang faktual.
2. Rasional, menggunakan metode analisis yang valid
dan logis.
3. Kritis, berpandangan terbuka tetapi tetap skeptis,
tidak menerima kebenaran suatu pendapat yang
belum teruji kebenarannya.
4. Sistematis, berdasarkan langkah-langkah yang
terarah, terencana, dan terukur.
5. Universal, berlaku umum serta dapat diuji ulang
untuk membuktikan kebenarannya.
63
dengan mata. Instrumen dapat membantu indera kita
untuk mengukur fenomena fisis dengan cermat.
64
Bab 3
LOGIKA MATEMATIKA
65
4. Sidik itu tampan.
66
2. Semua bola uranium-235 garis tengahnya lebih
pendek daripada satu mil.
67
terbukti tidak eksis”. Jadi meskipun kita tidak bisa
membuktikan bahwa Tuhan itu eksis secara ilmiah,
tidak berarti kita telah membuktikan bahwa Tuhan itu
tidak eksis.
68
Operator Logika
Negasi
B = Hujan turun.
69
memakai baju berwarna putih”. Jadi, ingkaran bersifat
lebih umum daripada lawan suatu pernyataan. Anto
tidak memakai baju berwarna putih bisa saja karena ia
memakai baju berwarna hitam (kondisi lawan), tetapi
bisa juga karena ia memakai baju berwarna kuning,
biru, atau malah tidak memakai baju. Lawan dari
pernyataan B ialah “Hujan naik”, sedangkan ingkaran
dari B ialah “Hujan tidak turun”. Jelas bahwa lawan
dari pernyataan B tidak logis.
¬(¬𝐴 = 𝐴
70
Jika X pernyataan dengan sebuah kemungkinan, maka
¬X ialah pernyataan dengan banyak kemungkinan.
Jika ¬(¬X) = X, bagaimana bisa ¬(¬X) kembali hanya
memiliki satu kemungkinan? Kita ambil contoh dengan
kondisi seideal mungkin.
71
Konjungsi dan Disjungsi
72
Nilai Kebenaran Konjungsi dan Disjungsi
73
Anda bisa mengikuti babak perempat-final ini bila
Anda lulus dari babak penyisihan atau mendapatkan
undangan dari pihak penyelenggara.
𝑨 𝑩 𝑨∧𝑩 𝑨∨𝑩
1 1 1 1
1 0 0 1
0 1 0 1
0 0 0 0
74
Bandingkan untuk konjungsi dua syarat, dari
empat kemungkinan yang ada, hanya satu
kemungkinan Anda memenuhi aturan. Sedangkan
untuk disjungsi dua syarat, dari empat kemungkinan
yang ada, ada tiga kemungkinan Anda memenuhi
aturan.
75
𝐴 𝐵 𝐶 𝐴∨𝐵 𝐴 𝐵 𝐶 𝐴∨𝐵
∨𝐶 ∨𝐶
1 1 1 1 0 1 1 1
1 1 0 1 0 1 0 1
1 0 1 1 0 0 1 1
1 0 0 1 0 0 0 0
𝐴 𝐵 𝐶 𝐴∧𝐵 𝐴 𝐵 𝐶 𝐴∧𝐵
∧𝐶 ∧𝐶
1 1 1 1 0 1 1 0
1 1 0 0 0 1 0 0
1 0 1 0 0 0 1 0
1 0 0 0 0 0 0 0
76
Disjungsi Ekslusif
𝑨 𝑩 𝐗𝐎𝐑(𝑨, 𝑩)
1 1 0
1 0 1
0 1 1
0 0 0
8
Bentuk logika matematik yang hanya memuat operator AND, OR,
atau NOT disebut bentuk normal.
77
Ingkaran dari Pernyataan Berperangkai
Contoh:
setara dengan
78
(¬𝐴 ∧ (¬𝐵
setara dengan
bukan:
79
2. Implikasi dan Biimplikasi
Implikasi
9
Bentuk atomik dari implikasi 𝐴 ⇒ 𝐵 ialah ¬𝐴 ∨ 𝐵. Ancaman “Jika
masih mau hidup maka serahkan dompetmu!” setara dengan “Mau
mati atau mau serahkan dompetmu?”.
80
3. Jika kain tidak disiram air (𝑋 = 0 , kainnya basah
(𝑌 = 1 . Hal ini mungkin saja dikarenakan sebab-
sebab lain (misalnya kainnya direndam air atau
kehujanan).
4. Jika kain tidak disiram air (𝑋 = 0 , kainnya tidak
basah (𝑌 = 0 . Hal ini mungkin saja jika sebab lain
tidak muncul (kainnya tidak direndam, tidak
kehujanan, dsb).
𝑿 𝒀 𝑿⇒𝒀
1 1 1
1 0 0
0 1 1
0 0 1
81
Gambar 3.1. Analogi rangkaian listrik dalam implikasi.
X = sakelar X tertutup, Y = sakelar Y tertutup, Z =
sakelar Z tertutup.
A = lampu A menyala
82
1. jika 𝐴 ⇒ 𝐵 bernilai benar, dan A bernilai benar,
maka pastilah B juga bernilai benar (perhatikan
tabel kebenaran dari implikasi pada baris
pertama). Dengan kata lain agar implikasi 𝐴 ⇒ 𝐵
bernilai benar bila A bernilai benar maka B harus
bernilai benar. Konsep seperti ini disebut modus
Ponens.
𝐴⇒𝐵
𝐴
_________
𝐵
𝐴⇒𝐵
¬𝐵
_________
¬𝐴
[(𝐴 ⇒ 𝐵 ∧ ¬𝐵] ⇒ ¬𝐴
83
1. Agar argumen dalam kurung siku bernilai benar
(dipenuhi) maka 𝐴 ⇒ 𝐵 dan ¬𝐵 harus bernilai
benar. Ingat bahwa Konjungsi bernilai benar jika
dan hanya jika semua argumennya bernilai benar.
2. Mengingat nilai kebenaran [(𝐴 ⇒ 𝐵 ∧ ¬𝐵] pasti
sama dengan nilai kebenaran (𝐴 ⇒ 𝐵 , yakni 1,
maka argumen di atas dapat kita reduksi menjadi:
(𝐴 ⇒ 𝐵 ⇒ ¬𝐴
Tanpa merubah nilai kebenarannya.
3. Semenjak ¬𝐵 bernilai benar (1), maka pastilah 𝐵
bernilai salah (0). Jika kita substitusikan nilai B,
(𝐴 ⇒ 0 ⇒ ¬𝐴
4. Jika 𝐴 bernilai 0, maka ¬𝐴 bernilai 1.
(0 ⇒ 0 ⇒ 1
1 ⇒ 1; bernilai benar dalam implikasi.
Dan bila 𝐴 bernilai 1, maka ¬𝐴 bernilai 0.
(1 ⇒ 0 ⇒ 0
0 ⇒ 0; juga bernilai benar.
5. Jadi nampak bahwa modus Tollens selalu bernilai
benar. Dengan demikian modus Tollens dikatakan
konsisten dengan logika.
Biimplikasi
84
jika A maka B, dan jika B maka A. Secara verbal dapat
diringkas sebagai “B terjadi jika dan hanya jika A
terjadi”.
𝑿 𝒀 𝑿↔𝒀
1 1 1
1 0 0
0 1 0
0 0 1
85
Sebenarnya sangat jarang ada hukum alam
yang berbentuk biimplikasi, karena kebanyakan
besaran fisis tidak bergantung hanya terhadap satu
faktor. Contoh sederhana ialah hukum gravitasi
Newton yang berbentuk
𝐺𝑀𝑚
𝐹=
𝑟2
perubahan posisi Δ𝑥
𝑣= =
perubahan waktu Δ𝑡
𝐴 = 𝑏 × konstanta
86
Sebuah segitiga datar disebut segitiga siku-siku jika
dan hanya jika salah satu sudut segitiga itu besarnya
90°.
𝐴⇔𝐵
(¬𝐴 ⇔ (¬𝐵
87
Ingkaran dari Pernyataan Implikasi dan Biimplikasi
𝑨 𝑩 ¬𝑨 ¬𝑩 𝑨⇒𝑩 ¬(𝑨 ⇒ 𝑩 𝑨 ⇒ ¬𝑩 ¬𝑨 ⇒ ¬𝑩
1 1 0 0 1 0 0 1
1 0 0 1 0 1 1 1
0 1 1 0 1 0 1 0
0 0 1 1 1 0 1 1
88
Kita coba mengambil contoh lain,
Dinotasikan (𝐴 ∨ 𝐵 ⇒ 𝐶,
𝑃⇔𝑸
Untuk menyangkal pernyataan ini, maka perlu
dibuktikan ada lingkaran berdiameter D yang
kelilingnya bukan 𝜋𝐷, atau lingkaran yang memiliki
kelilingnya 𝜋𝐷 tetapi diameternya bukan D.
¬(𝑃 ⇔ 𝑄
𝑷 𝑸 ¬𝑷 ¬𝑸 𝑷⇔𝑸 ¬(𝑷 ⇔ 𝑸 ¬𝑷 ⇔ 𝑸 𝑷 ⇔ ¬𝑸
1 1 0 0 1 0 0 0
1 0 0 1 0 1 1 1
0 1 1 0 0 1 1 1
0 0 1 1 1 0 0 0
Dapat dilihat bahwa ¬(𝑃 ⇔ 𝑄 sama saja dengan
¬𝑃 ⇔ 𝑄 dan 𝑃 ⇔ ¬𝑄.
89
3. Quantifier
Operator kuantitas atau quantifier tidak
menunjukkan nilai kualitas suatu kebenaran (benar
atau salah), melainkan kuantitasnya. Terdapat dua
jenis operator kuantitas, yakni:
𝑥 = manusia
90
2. “Semua bilangan prima ialah bilangan riil” yang
setara dengan “jika x bilangan prima, maka x ialah
bilangan riil”.
Dapat dituliskan dalam notasi (∀ 𝑥 𝑈(𝑥 ⇒
𝑉(𝑥 .
¬ (∀ 𝑥 𝐴(𝑥 ≡ (∃ 𝑥 ¬𝐴(𝑥
¬ (∃ 𝑥 𝐵(𝑥 ≡ (∀ 𝑥 ¬𝐵(𝑥
91
4. Ekuivalen, Tautologi dan Kontradiksi
Tautologi
Pola: 𝑋 ⇒ (𝑌 ∨ ¬𝑌
𝑋 𝑌 ¬𝑌 𝑌 ∨ ¬𝑌 𝑌 ⇒ (𝑋 ∨ ¬𝑋
1 1 0 1 1
1 0 1 1 1
0 1 0 1 1
0 0 1 1 1
Kontradiksi
92
Contoh: Saya akan belajar hanya jika suasana
hening dan ada konser di belakang rumah.
𝐴 ¬𝐴 𝐴 ∧ ¬𝐴 𝐶 ⇒ (𝐴 ∧ ¬𝐴
1 0 0 0
0 1 0 0
Hukum Ekuivalensi
1. ¬¬𝐴 ≡ 𝐴
2. (𝐴 ⇒ 𝐵 ≡ ¬𝐴 ∨ 𝐵
3. (𝐴 ⇔ 𝐵 ≡ (𝐴 ⇒ 𝐵 ∧ (𝐵 ⇒ 𝐴
(𝐴 ⇔ 𝐵 ≡ (𝐴 ∧ 𝐵 ∨ (¬𝐴 ∧ ¬𝐵
93
4. ¬(𝐴 ∧ 𝐵 ≡ ¬𝐴 ∨ ¬𝐵
5. ¬(𝐴 ∨ 𝐵) ≡ ¬𝐴 ∧ ¬𝐵
6. ¬(𝐴 ⇒ 𝐵 ≡ ¬(¬𝐴 ∨ 𝐵
≡ (¬¬𝐴 ∧ ¬𝐵
≡ 𝐴 ∧ ¬𝐵
7. ¬(𝐴 ⇔ 𝐵 ≡ ¬ (𝐴 ⇒ 𝐵 ∧ (𝐵 ⇒ 𝐴
≡ ¬ (¬𝐴 ∨ 𝐵 ∧ (¬𝐵 ∨ 𝐴
≡ ¬(¬𝐴 ∨ 𝐵 ∨ ¬(¬𝐵 ∨ 𝐴
≡ (𝐴 ∧ ¬𝐵 ∨ (¬𝐴 ∧ 𝐵
Hukum Kontradiksi
94
(a) Seluruh maba Fisika mengikuti prosesi
pengkaderan.
(b) Seluruh maba Fisika tidak mengikuti pengkaderan.
(c) Sebagian maba Fisika mengikuti prosesi
pengkaderan.
(d) Sebagian maba Fisika tidak mengikuti prosesi
pengkaderan.
a. Kontradiktoris
Contohnya pasangan kontradiksi antara (a) dan
(d). Sifat kontradiktoris ialah salah satu premis
harus benar dan yang lainnya salah.
b. Kontrair
Contohnya pasangan kontradiksi antara (a) dan
(b). Sifat kontrair ialah salah satu atau kedua
premis harus salah (bisa salah satunya salah, bisa
95
juga keduanya salah, namun tak mungkin
keduanya benar).
c. Sub-kontrair
Contohnya pasangan kontradiksi antara (c) dan
(d). Sifat sub-kontrair ialah salah satu atau kedua
premis harus benar (bisa salah satunya benar, bisa
juga keduanya benar, namun tak mungkin
keduanya salah).
d. Sub-alternasi
Contohnya pasangan kontradiksi antara (a) dan (c)
atau (b) dan (d). sifat sub-alternasi ialah salah satu
atau kedua premis dapat bersifat benar (bisa
keduanya benar, keduanya salah, atau salah satu
benar).
96
mengikuti prosesi pengkaderan”. Jelaslah bila (a)
benar otomatis (b) menjadi tidak benar, begitu pula
sebaliknya. Dalam kasus ini, jika keadaannya ialah
premis (c), “sebagian maba Fisika yang mengikuti
prosesi pengkaderan” [berlaku juga untuk premis (d)],
maka kedua premis, (a) dan (b) menjadi salah.
97
Sebaliknya semua dan ada jika dihubungkan dengan
suatu kualitas akan menjadi pasangan ingkaran. Ada
bisa berarti sebagian bisa juga berarti semua.
98
Demikian pula halnya dalam memberikan
bantahan dari suatu argumen (antitesa), kita tak perlu
repot menentukan lawan dari proposisi dalam
argumen tadi (yang bisa jadi tidak logis), kita cukup
memberikan ingkarannya saja. Misalkan pada contoh
proposisi “Semua anak kandung Pak Anto Susanto
laki-laki”, maka ingkarannya ialah “Ada anak kandung
Pak Anto Susanto yang perempuan”, selesai. Apakah
hanya sebagian anaknya yang perempuan ataukah
semuanya perempuan yang jelas kita telah
memberikan bantahan dari proposisi di atas. Jadi,
ingkaran/negasi ini telah merangkumkan
kontradiktoris, kontrair, sub-kontrair, dan sub-
alternasi.
99
5. Pengambilan Kesimpulan
Kita dapat menarik suatu kesimpulan dari dua
pernyataan yang saling berkaitan, yang mana
keduanya telah jelas bernilai benar. Pernyataan-
pernyataan ini disebut premis mayor (premis yang
memuat predikat kesimpulan) dan premis minor
(premis yang memuat subjek kesimpulan).
Silogisme
S = subjek
P = predikat
100
Berikut keempat bentuk dasar silogisme:
M P P M M P P M
(1) S M (2) S M (3) M S (4) M S
S P S P S P S P
101
P M Semua siswa mengenakan seragam.
M S Semua yang mengenakan seragam terlihat rapi.
S P Sebagian yang terlihat rapi itu adalah siswa.
Kasus 1:
i) 𝐴 ⇒ 𝐵
ii) ¬𝐴
Kasus 2:
102
i) 𝐴 ⇒ 𝐵
ii) 𝐵
Kasus 3:
i) 𝐴 ⇒ 𝐵
ii) 𝐴
Kasus 4:
103
i) 𝐴 ⇒ 𝐵
ii) ¬𝐵
AB AB
(1) B C (2) A C
AC A (B C)
AB AB
(3) CB (4) C A
( A C) C C B 10
Contoh:
Kasus (1)
10
Kasus (1) dan (4) sebenarnya sama saja.
104
b. Jika suatu hewan mamalia, maka ia berdarah
panas.
Kasus (2)
Kasus (3)
Kasus (4)
105
Kasus untuk Biimplikasi
AB AB
(1) B C (2) A C
AC BC
Contoh:
106
Latihan:
2. Diberikan premis-premis
a) Jika saya lapar maka saya makan.
b) Jika saya makan maka saya kenyang.
Apakah kesimpulan dari kedua premis di atas?
107
Bab 4
PEMECAHAN MASALAH
1. Metode Bepikir
Sampailah kita pada bab mengenai pemecahan
masalah. Pada bab ini, akan kita gunakan semua
perkakas yang telah dipaparkan pada ketiga bab
sebelumnya.
Metode Deduktif
108
memisahkan suatu masalah rumit menjadi masalah-
masalah sederhana. Bahkan menurut Russel,
pemecahan ini dapat sampai ke skala logika terkecil,
yang disebut “atom logika”.
109
Berikut contoh penggunaan metode reductio ad
absurdum untuk membuktikan suatu argumen itu
benar.
Metode Induktif
110
menempatkan, yang kemudian sering digunakan
untuk proses menggabungkan unsur-unsur berbeda
untuk memperoleh unsur baru.), menempatkan
kombinasi konsep-konsep dan merangkaikannya
untuk memperoleh kebenaran yang bersifat lebih
umum. Dalam konsep triad dari Hegel, metode ini
berupa penalaran antara tesis dan antitesis untuk
mendapatkan kebenaran yang lebih tinggi, sintesis.
Selanjutnya, sintesis ini dapat saja kembali menjadi
tesis, dan alur pemikiran pun berulang.
111
Kesimpulan: Musim dingin di kutub selatan lebih
dingin daripada musim dingin di kutub utara dan
musim panas di kutub selatan lebih panas daripada
musim panas di kutub utara.
2. Problem Matematika
Salah satu konsep penting dalam pemecahan
masalah ialah dengan melakukan analisa. Analisa
berarti kita memecah masalah-masalah rumit yang tak
kita ketahui metode pemecahannya menjadi masalah-
masalah kecil yang dapat kita pecahkan menggunakan
aturan-aturan yang telah dikenal dengan baik. Dalam
buku ini penulis tak bermaksud membahas
matematika secara mendalam, tetapi di sini kita akan
sedikit membahas problem geometri dan konsep
integral sebagai contoh pemecahan masalah secara
analitis.
112
(definitif) dan segitiga (yang dapat diperoleh dari
pemecahan segiempat secara diagonal). Untuk itu, kita
perlu memecah trapesium itu menjadi tiga, seperti
pada gambar di kanan.
𝑎ℎ (𝑙 2 −𝑙 1 −𝑎 ℎ
𝐿= + 𝑙1 ℎ +
2 2
𝑎 𝑙2 𝑙1 𝑎 𝑙 1 +𝑙 2
𝐿=ℎ + 𝑙1 + − −2 = ℎ
2 2 2 2
113
Jadi, diperoleh rumus luas trapesium dengan
dua rusuk sejajar tidak bergantung terhadap
perbandingan nilai a dan b.
𝑥2
Gambar 4.2. Luas daerah di bawah kurva 𝑦 = 2
.
114
bentuk tiap-tiap segmen akan semakin menyerupai
trapesium, sehingga total luas segmen akan semakin
mendekati luas daerah di bawah kurva (daerah yang
ingin dicari luasnya).
115
3. Paradoks
Paradoks ialah suatu pernyataan atau
proposisi yang menyatakan (atau nampaknya
menyatakan) pemikiran dari premis yang dapat
diterima, berujung pada kesimpulan yang terlihat
tidak logis atau kontradiksi dengan dirinya sendiri
(Oxford Dictionary). Paradoks dapat juga didefinisikan
sebagai argumen yang nampaknya menurunkan
kesimpulan yang kontradiktif melalui deduksi yang
valid dari premis yang dapat diterima (Merriam-
Webster). Jadi, dapat kita nyatakan paradoks muncul
dari suatu argumen yang diterima kebenarannya,
kemudian setelah dilakukan deduksi yang valid dari
argumen tadi akan muncul kesimpulan yang (nampak)
tidak logis (kontra-intuitif) atau kontradiktif. Hal yang
membuat paradoks nampak istimewa dari problem
lainnya ialah bagaimana bisa argumen yang benar,
diturunkan secara benar pula, menghasilkan
kesimpulan yang kontra-intuitif.
116
mungkin terjadi dalam kenyataan. Contohnya
Aristotele’s Cycle Paradox.
b. Ada kekeliruan dalam metode menurunkan
kesimpulan yang paradoks itu dari argumen awal.
Contohnya Missing Square Puzzle dan Twin
Paradox.
c. Kesimpulan yang kontra intuitif itulah realita yang
sebenarnya. Contohnya Monty Hall Paradox.
117
Oke, pertama akan kita bahas tentang Missing
Square Puzzle. Cobalah perhatikan kedua segitiga pada
gambar di atas. Pada gambar diberikan dua bangun
(atas dan bawah) dengan panjang alas dan tinggi yang
sama. Keduanya tersusun dari empat segmen yang
sama persis, dua segitiga kecil dan dua bangun letter L
tetapi pada bangun di bawah ada petak yang ‘hilang’.
118
yang berisi kambing, lalu menawarkan Anda untuk
memilih lagi: tetap pada pintu yang dipilih pertama
atau pindah ke pintu satunya lagi yang belum terbuka.
Untuk peluang mendapatkan mobil yang lebih tinggi,
apakah pilihan Anda?
119
totalnya 67%. Ketika pintu 3 yang berisi kambing
dibuka, maka peluang pintu 3 berisi mobil runtuh
menjadi nol, sehingga meningkatkan peluang pintu 2
berisi mobil menjadi 67%.
𝑆 = 1 − 2 + 4 − 8 + 16 − ⋯
120
−2 × 𝑆 = −2 + 4 − 8 + 16 − 32 + ⋯
−2 𝑆 = 𝑆 − 1
−3 𝑆 = −1
𝑆 = 1/3
121
tidur, spp yang tidak pernah tiba-tiba saja terbayar
tanpa sepengetahuan kita, kisah asmara yang tidak
sesuai dengan harapan, hingga ketidakpuasan kita
terhadap penjelasan dosen mengenai pertambahan
entropi dua sistem terisolasi yang digabungkan.
122
tanpa hasil. Einstein pernah berujar, “Hal yang paling
tak dapat dimengerti dari alam semesta ialah bahwa ia
dapat dimengerti”. Ya, alam semseta dapat dimengerti,
dan jika alam semesta mengizinkan kita untuk
mengerti dirinya, mengapa kita tak mencoba?
Latihan:
123
penjarah yang selalu berkata bohong. Jika A
mengatakan “B adalah seorang kesatria” dan B
mengatakan “Kami dari golongan yang berbeda”. Maka
kesimpulan yang dapat ditarik adalah…
a. A kesatria dan B penjarah
b. A penjarah dan B kesatria
c. A dan B penjarah
d. A dan B kesatria
e. tak dapat diperoleh kepastian
124
Bab 5
PENUTUP
1. Aksiologi
Kita telah cukup panjang membahas mengenai
proses berpikir dan buah pemikiran. Akhirnya kita
sampai pada pertanyaan sakral: untuk apa itu semua?
Untuk apa kita berpikir? Jawabnya adalah untuk
kehidupan yang lebih baik. Untuk hidup lebih bahagia.
125
maknanya bergantung terhadap subjek yang
menilai.
2. Nilai absolut atau berubah.
Nilai dikatakan absolut jika persepsi subjek
terhadap objek tidak berubah, abadi (setidaknya
selama kehidupan masih ada), sedangkan nilai
disebut berubah jika persepsi subjek dapat
berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Etika
126
3. Doktrin atau paham dari suatu kepercayaan,
seperti agama, aliran filsafat, dan lain-lain.
127
orang lain (misalnya memutar musik dengan keras di
perpustakaan dapat mengakibatkan kita ditegur dan
membuat orang lain jengkel).
Estetika
128
nilai-nilai dalam kreasi dan seni serta hubungannya
dalam kehidupan manusia.
129
yang memiliki jangkauan hingga ribuan kilometer.
Dengan teknologi, selaput dara yang sudah rusak
dapat diperbaiki lagi.
130
dari pemukiman. Warga dan pemerintah daerah
berdalih PLTN sangat berbahaya, bahkan negara maju
seperti AS dan Jepang pun mulai berencana
meninggalkan sumber energi nuklir. Padahal, jumlah
orang yang mati karena kecelakaan atau
penyalahgunaan senjata tajam masih jauh lebih
banyak daripada orang yang mati karena kecelakaan
atau penyalahgunaan nuklir.
131
2. Berpikiran Terbuka dan Pluralisme
Dari subbab 5.1, telah kita pahami bahwa
pemahaman individu mengenai nilai tidak sepenuhnya
sama. Umumnya kita sepakat tentang mana yang baik
dan yang salah, sebagian lagi kita berbeda pendapat.
132
tindakan-tindakan yang (nampaknya) tidak benar.
Sepertinya kita tidak perlu kebenaran, kita hanya ingin
dianggap sebagai “yang benar”. Kita menghakimi,
mungkin lebih pada suka dan tidak suka, alih-alih pada
baik-buruk atau benar-salah. Di tengah itu semua,
beberapa orang berusaha mengacungkan tangan dan
memberi usul tentang pluralisme.
Pluralisme
133
Keadaan masyarakat yang majemuk
(bersangkutan dengan sistem sosial dan politiknya)
(KBBI).
134
hanya karena kawannya atau gurunya mengatakan
“pluralisme itu jahat, mari kita injak” tanpa pernah
mengetahui arti pluralisme sebenarnya.
135
Suara yang Paling Indah
136
sampai ke sumbernya, dia tiba di ruangan depan
sebuah rumah, di mana seorang wanita tua, seorang
maestro, sedang memainkan sonata dengan biolanya.
137
merdunya suara burung-burung pegunungan yang
berkicau setelah hujan lebat. Bahkan melebihi
indahnya keheningan pegunungan sunyi pada suatu
malam musim salju. Suara apakah gerangan yang telah
menggerakkan hati si orang tua melebihi apa pun itu?
138
Glosarium
139
dualisme : paham yang menyatakan di dunia ini
selalu terdapat pasangan-pasangan dua
sifat yang saling berlawanan.
140
idealisme : paham/mazhab dalam filsafat yang
menyatakan bahwa akal adalah inti dari
keberadaan.
141
logika; suatu pernyataan yang dianggap
benar.
142
Daftar Pustaka
http://en.wikipedia.org/wiki/Philosophy
http://mujib-ennal.blogspot.com/2012/10/aliran-
rasionalisme-dan-empirisme.html
http://oxforddictionaries/com/
http://plato.stanford.edu/entries/substance/
http://www.merriam-webster/com/
143
144
145
Konsep Berpikir
Paradoks Softbook Publisher
2013
146