REFERAT
Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Anak
Maria P.Melanie Letor, S.Ked
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
dr. Irene K. L. A. Davidz, Sp.A
PENDAHULUAN
Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi virus yang disebabkan oleh
virus dengue yang memiliki spektrum klinis yang luas pada manusia. Manifestasi klinis yang
bervariasi mulai dari yang paling ringan (mild undifferentiated febrile illness), demam
dengue, demam berdarah dengue sampai demam berdarah dengue disertai syok (dengue
shock syndrome = DSS). Gambaran manifestasi yang bervariasi ini mengakibatkan suatu
fenomena gunung es dengan kasus dengue ringan (silent infection dengue) sebagai
dasarnya.(1)
dengue terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya di antaranya 500.000 orang memerlukan
rawat inap dan hampir 90% dari rawat inap adalah anak-anak.(2)
Demam berdarah adalah penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk, yang paling
cepat menyebar di dunia. Dalam 50 tahun terakhir, kejadian DBD telah meningkat 30 kali
lipat. Sekitar 1,8 miliar (lebih dari 70%) populasi berisiko demam berdarah di seluruh dunia
tinggal di negara-negara anggota Wilayah Asia Tenggara dan Wilayah Pasifik Barat. Epidemi
demam berdarah adalah masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia, Myanmar, Sri
Lanka, Thailand dan Timor-Leste yang berada di zona tropis dan ekuatorial dimana nyamuk
Aedes aegypti tersebar luas di daerah perkotaan dan pedesaan, di mana banyak serotipe virus
beredar. Dengue adalah penyebab utama rawat inap dan kematian pada anak-anak di wilayah
ini.(3)
2
jumlah trombosit (<100.000/μl) dan koagulopati. Disfungsi sirkulasi atau syok pada DBD,
(sindrom syok dengue = SSD) yang biasanya terjadi antara hari sakit ke 2-7, disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas vaskular sehingga terjadi plasma leakage, efusi cairan serosa ke
mengakibatkan berkurangnya venous return, preload miokard, volume sekuncup dan curah
jantung, sehingga terjadi disfungsi sirkulasi dan penurunan perfusi organ. Prognosis
kegawatan DBD tergantung pada pengenalan, pengobatan tepat, segera dan pemantauan syok
secara ketat. Sekali SSD teratasi walaupun berat, penyembuhan akan terjadi dalam 2-3 hari.(4)
Epidemiologi DBD yang tersebar luas di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia
dan komplikasi fatal SSD yang dapat diatasi, menggugah penulis untuk menulis referat DBD
pada anak sebagai tambahan ilmu pengetahuan, penegakan diagnosa DBD yang tepat, dan
tatalaksana komplikasi DBD, demi kesembuhan pasien dan menurunkan dapat menurunkan
ETIOLOGI
Virus dengue terdiri atas 4 serotipe, sehingga seseorang dapat terkena infeksi dengue
hingga empat kali semasa hidupnya.(5) Virus ini ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes
aegypti, yang tersebar hampir di seluruh penjuru Indonesia. Infeksi virus Dengue bisa
Virus dengue, dikategorikan dalam genus Flavivirus. Virus ini mengandung RNA
beruntai tunggal dan berukuran 50 nm. Ada empat serotipe virus dengue yaitu DENV-1,
DENV-2, DENV-3 dan DENV-4. Serotipe ini mungkin menginfeksi manusia dengan hanya
satu serotipe atau lebih pada waktu bersamaan. Keempat serotipe virus dengue dapat beredar
di daerah endemik karena kekebalan terhadap satu serotipe tidak mampu melindungi individu
3
dari infeksi oleh serotipe lainnya. Infeksi primer dan sekunder dapat dibedakan berdasarkan
respon kenaikan titer antibodi. Kemampuan semua serotipe DENV untuk memanfaatkan
antibodi flavivirus heterotip yang sudah ada sebelumnya untuk meningkatkan infeksi adalah
ciri unik DENV yang membedakannya dari semua flavivirus lainnya dan dianggap sebagai
Genom virus dengue terdiri dari tiga gen protein struktural yang mengkode
nukleocapsid protein inti, protein membran yang terkait (M), protein envelope protein (E) dan
tujuh protein non-structural (NS) NS1, NS2A, NS2B, NS3, NS4A, NS4B dan NS5. Fungsi
dari semua protein NS tidak diketahui dengan baik. Namun, protein NS1 telah terbukti
memicu sistem imun, dan dapat membangkitkan respons sel T. Pada infeksi virus dengue,
pasien akan memiliki kadar protein NS1 yang dapat diukur dalam darah dan dapat digunakan
KLASIFIKASI
Latar belakang dan rasional pembuatan klasifikasi WHO 2009 telah didukung dengan
studi multisenter dalam Dengue Control study (DENCO study) yang mencakup negara-negara
endemis dengue di Asia Tenggara dan Amerika Latin. Berdasarkan laporan klinis DENCO
study yang mempergunakan pemeriksaan klinis dan uji laboratorium sederhana, klasifikasi
4
infeksi dengue terbagi menjadi dua kelompok menurut derajat penyakit, yaitu dengue dan
severe dengue; dengue dibagi lebih lanjut menjadi dengue dengan atau tanpa warning signs
Dengue without warning signsdisebut juga sebagai probable dengue, sesuai dengan
demam dengue dan demam berdarah dengue derajat I dan II pada klasifikasi WHO 1997.
Pada kelompok dengue without warning signs, perlu diketahui apakah pasien tinggal atau
baru kembali dari daerah endemik dengue. Diagnosis tersangka infeksi dengue ditegakkan
leukopenia
Pada kelompok dengue without warning signs tersebut perlu pemantauan yang cermat untuk
nyeri perut
muntah terus-menerus
perdarahan mukosa
letargi/gelisah
o leukopenia.
5
Apabila dijumpai leukopenia, maka diagnosis lebih mengarah kepada infeksi dengue.
arah terjadinya penurunan volume intravaskular.Hal ini menjadi pegangan bagi klinisi di
tingkat kesehatan primer untuk mendeteksi pasien risiko tinggi dan merujuk mereka ke
tempat perawatan yang lebih lengkap fasilitasnya.Pasien dengan warning signs harus
diklasifikasi ulang apabila dijumpai salah satu tanda severe dengue. Selain warning signs,
klinisi harus memperhatikan kondisi klinis yang menyertai infeksi dengue seperti usia bayi,
ibu hamil, hemoglobinopati, diabetes mellitus, dan penyakit penyerta lain yang dapat
menyebabkan gejala klinis dan tata laksana penyakit menjadi lebih kompleks.(5)
Infeksi dengue diklasifikasikan sebagai severe dengue apabila terdapat severe plasma
leakage (perembesan plasma hebat), severe bleeding (perdarahan hebat), atau severe organ
Severe plasma leakage akan menyebabkan syok hipovolemik dengan atau tanpa
perdarahan (pada klasifikasi WHO 1997 dimasukkan dalam sindrom syok dengue) dan atau
yang tidak stabil sehingga memerlukan pemberian cairan pengganti dan atau transfusi darah.
Yang dimaksud dengan perdarahan adalah semua jenis perdarahan, seperti hematemesis,
klasifikasi WHO 2009 belum dapat diterima seluruhnya untuk menggantikan klasifikasi
Batasan untuk dengue ± warning signs terlalu luas sehingga akan menyebabkan over-
diagnosis. Namun, diakui bahwa perlu dibuat spektrum klinis terpisah dari DBD, yaitu
expanded dengue syndrome yang terdiri dari isolated organopathy dan unusual
manifestations. Berdasarkan hal tersebut, klasifikasi diagnosis dengue WHO 2011 disusun
hampir sama dengan klasifikasi diagnosis WHO 1997, namun kelompok infeksi dengue
simtomatik dibagi menjadi undifferentiated fever, DD, DBD, dan expanded dengue syndrome
PENEGAKAN DIAGNOSIS
MANIFESTASI KLINIS
Demam Dengue(6) :
- Nyeri kepala
- Ruam kulit
- Leukopenia
hipoproteinemia).
8
Setiap keluhan demam yang terjadi mendadak, dua hingga tujuh hari, dianjurkan
untuk dilakukan uji bendung (rumple leed test). Meskipun uji bendung ini tidak
patognomonik untuk infeksi virus dengue, dan dapat juga positif pada infeksi virus lain, uji
ini dapat memberikan petunjuk mengenai kemungkinan infeksi dengue, dan dapat
menghindarkan tenaga kesehatan dari risiko under-diagnosed pada kasus DBD. Setiap hasil
uji bendung yang positif harus dicurigai sebagai salah satu manifestasi infeksi dengue.
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat sudah
Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
Derajat II : Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan
lain.
Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi
menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin
Derajat IV : Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah
tidak terukur.
1 Nyeri kepala ++ +
2 Mual + +
3 Muntah +++ ++
4 Nyeri otot ++ +
5 Ruam kulit ++ +
6 Diare ++ +
7 Batuk + +
8 Pilek + +
9 Limfadenopati ++ +
10 Kejang + +
11 Kesadaran menurun 0 ++
12 Obstipasi 0 +
16 Hepatomegali ++ +++
18 Trombositopenia ++ ++++
19 Syok 0 +++
Pada keadaan seperti di Indonesia yang merupakan daerah endemis dengue, infeksi
dengue harus selalu dipikirkan pada anak dengan demam mendadak tinggi disertai muka
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya
hematokrit juga dapat ditinjau dari hasil pemeriksaan hemoglobin, dimana kadar Ht normal
adalah tiga kali kadar Hb yang didapatkan. Jika seseorang memiliki kadar Hb 12 gr/dl, maka
hasil normal Ht yang diharapkan ada pada angka 36 %. Jika nilai hematokrit menunjukkan
kenaikan melebihi tiga kali nilai Hb, maka perlu diwaspadai adanya kemungkinan
hemokonsentrasi. Dalam keadaan ini, kondisi klinis pasien, tanda vital, dan tanda syok harus
dimonitor lebih ketat, sehingga dapat ditentukan algoritma penanganan yang harus dilakukan
selanjutnya.
Uji torniket bertujuan untuk menilai fragilitas kapiler dan tidak patognomonik untuk
diagnosis dengue. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan hampir 70% pasien dengue
mengalami leukopeni (<5000/ul) yang akan kembali normal sewaktu memasuki fase
penyembuhan pada hari sakit ke-6 atau ke-7. Jumlah trombosit mulai menurun pada hari ke-3
dan mencapai titik terendah pada hari sakit ke-5. Trombosit akan mulai meningkat pada fase
kebocoran plasma merupakan petanda penting dini diagnosis DBD. Peningkatan nilai
11
hematokrit 20% atau lebih disertai turunnya hitung trombosit yang tampak sewaktu demam
mulai turun atau mulainya pasien masuk ke dalam fase kritis/syok mencerminkan kebocoran
plasma yang bermakna dan mengindikasikan perlunya penggantian volume cairan tubuh.(5)
Saat ini uji serologi Dengue IgM dan IgG sering dilakukan. Pada infeksi primer, IgM
akan muncul dalam darah pada hari ke-3, mencapai puncaknya pada hari ke-5 dan kemudian
menurun serta menghilang setelah 60-90 hari. IgG baru muncul kemudian dan terus ada di
dalam darah. Pada infeksi sekunder, IgM pada masa akut terdeteksi pada 70% kasus,
sedangkan IgG dapat terdeteksi lebih dini pada sebagian besar (90%) pasien, yaitu pada hari
ke-2. Apabila ditemukan hasil IgM dan IgG negatif tetapi gejala tetap menunjukkan
kecurigaan DBD, dianjurkan untuk mengambil sampel kedua dengan jarak 3-5 hari bagi
IgM pada sesorang yang terkena infeksi primer akan bertahan dalam darah beberapa
bulan dan menghilang setelah 3 bulan. Dengan demikian, setelah fase penyembuhan, baik
IgM maupun IgG dengue akan tetap terdeteksi meskipun anak tidak menderita infeksi
dengue. Setelah 3 bulan, hanya IgG yang bertahan di dalam darah. Imunoglobulin G dapat
terdeteksi pada pemeriksaan darah seseorang yang telah terinfeksi oleh salah satu serotipe
virus dengue. Hal itu disebabkan oleh IgG dalam darah bertahan dalam jangka waktu yang
lama bahkan dapat seumur hidup. Untuk itu, interpretasi serologi tidak dapat berdiri sendiri,
tetapi harus dilengkapi dengan anmanesis, pemeriksaan fisis, serta pemeriksaan penunjang
lainnya untuk menegakkan diagnosis dengue. Pemeriksaan serologis terutama berguna untuk
PERJALANAN PENYAKIT
Perjalanan penyakit DD dan DBD berbeda. Lama perjalanan penyakit dengue yang
klasik umumnya berlangsung selama 7 hari dan terdiri atas 3 fase, yaitu(5) :
Pada fase demam, anak memerlukan minum yang cukup karena demam tinggi. Anak
biasanya tidak mau makan dan minum sehingga dapat mengalami dehidrasi, terlihat sakit
berat, muka dapat terlihat kemerahan (flushing), dan biasanya tanpa batuk dan pilek. Saat ini
nilai hematokrit masih normal dan viremia berakhir pada fase ini.
Fase demam akan diikuti oleh fase kritis yang berlangsung pada hari ke-4 dan ke-5
(24-48 jam), pada saat ini demam turun,sehingga disebut sebagai fase deffervescene. Fase ini
kadang mengecoh karena orangtua menganggap anaknya sembuh oleh karena demam
turunpadahal anak memasuki fase berbahayaketikan kebocoran plasma menjadi nyata dan
mencapai puncak pada hari ke-5. Pada fase tersebut akan tampak jumlah trombosit terendah
dan nilai hematokrit tertinggi. Pada fase ini, organ-organ lain mulai terlibat. Meski hanya
berlangsung 24-48 jam, fase ini memerlukan pengamatan klinis dan laboratoris yang ketat.(5)
Setelah fase kritis pada DBD, anak memasuki fase penyembuhan, kebocoran
pembuluh darah berhenti seketika, plasma kembali dari ruang interstitial masuk ke dalam
pembuluh darah. Pada fase ini, jumlah trombosit mulai meningkat, hematokrit menurun, dan
hitung leukosit juga mulai meningkat. Fase ini hanya berlangsung 1-2 haritapi dapat menjadi
fase berbahaya apabila cairan intravena tetap diberikan dalam jumlah berlebih sehingga anak
dapat mengalami kelebihan cairan dan terlihat sesak. Pada hari-hari tersebut demam dapat
meningkat kembali tetapi tidak begitu tinggi sehingga memberikan gambaran kurva suhu
13
seperti pelana kuda. Seringkali anak diberikan antibitiotik yang tidak diperlukan. Pada fase
ini anak terlihat riang, nafsu makan kembali muncul, serta aktif seperti sebelum sakit.(5)
Berbeda dengan DBD, pada DD, setelah fase demam tidak terjadi fase
laboratorium,seperti peningkatan nilai hematokrit. Namun kadar leukosit dapat menurun dan
setelah 24-48 jam, jumlah leukosit dan trombosit akan meningkat bertahap secara
bermakna.(5)
PATOGENESIS
Respon imun berperan penting dalam patogenesis Demam Berdarah Dengue (DBD).
Mekanisme patogenesis yang tepat untuk manifestasi klinis demam berdarah yang bervariasi
masih belum dipahami secara jelas. Berbagai mekanisme diusulkan untuk menjelaskan
manifestasi tersebut, seperti mekanisme kompleks imun, antibodi yang dimediasi sel T yang
bereaksi silang dengan endothel vaskular, peningkatan antibodi, komplemen dan produknya,
dan berbagai mediator termasuk sitokin dan kemokin. Apapun mekanismenya, hasil akhirnya
bermanifestasi pada endotel vaskular, trombosit dan berbagai organ yang menyebabkan
vaskulopati dan koagulopati yang bertanggung jawab untuk timbulnya perdarahan dan
syok.(7)
Secara umum, hipotensi disebabkan oleh kebocoran plasma yang mungkin ringan dan
sementara atau berlanjut pada kondisi syok dengan denyut nadi dan tekanan darah yang tidak
terdeteksi. Gangguan sementara pada fungsi lapisan glycocalyx endothel mungkin terlibat
selama infeksi dengue dan mengubah karakteristik matriks serat endotel. Antibodi anti-NS1
bertindak sebagai autoantibodi yang bereaksi silang dengan platelet dan sel endotel yang
tidak terinfeksi dan menyebabkan gangguan pada permeabilitas kapiler. Kebocoran plasma
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler yang terjadi sistemik dan bermanifestasi
14
sebagai kombinasi antara hemokonsentrasi, efusi pleura atau asites. Kondisi ini menjadi jelas
pada hari ke-3 sampai hari ke-7 penyakit dan pasien mungkin afebris selama masa ini.(7)
Koagulopati yang terkait dengan demam berdarah memiliki mekanisme yang tidak
jelas. Peningkatan activated Partial Thromboplastin Time (aPTT) dan penurunan konsentrasi
fibrinogen adalah temuan yang cukup konsisten pada DBD. Pelepasan heparin sulfat atau
kondroitin sulfat (molekul yang mirip strukturnya dengan heparin sebagai antikoagulan) dari
Trombositopenia
Disfungsi trombosit
Cedera endothel
Menurunnya fibrinogen
Destruksi trombosit
DIC
Sel fagosit mononuklear yaitu monosit, makrofag, histiosit, dan sel kupffer merupakan
tempat utama terjadinya infeksi virus dengue primer. Virus dengue akan berreplikasi dalam
sel fagosit mononuklear yang telah terinfeksi, dan mengaktifkan respon sel monosit. Akibat
15
aktivasi sel monosit, sel T dapat mengeluarkan IFN-α dan IFN-γ, yang memicu monosit
perdarahan.
Proses plasma leakage dan juga trombositopenia juga diakibatkan oleh penggunaan
trombosit yang meningkat yang dikarenakan oleh peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
TATALAKSANA
Tatalaksana infeksi virus dengue bergantung pada derajat keparahan dari penyakit.
Pasien yang memiliki gejala klinis demam tanpa ada tanda bahaya dapat diterapi berdasarkan
simptomatis sedangkan pasien yang menunjukan tanda bahaya harus dimonitor ketat dengan
terapi cairan secara parenteral. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada terapi spesifik untuk
infeksi dengue virus, terapi dilakukan untuk mencegah komplikasi dari penyakit,sehingga
- Hematokrit stabil
KOMPLIKASI
- Ensefalopati dengue, dapat terjadi pada DBD dengan syok atupun tanpa syok.
- Kelainan ginjal, akibat syok berkepanjangan dapat terjadi gagal ginjal akut.
- Dapat terjadi ketidakseimbangan asam basa (berhubungan dengan diare dan muntah atau
- Kelebihan cairan
Kelebihan cairan dengan efusi pleura dan ascites merupakan penyebab tersering distres
pernapasan bahkan menyebabkan kegagalan napas pada dengue berat. Penyebab kelebihan
cairan yang terjadi adalah pemberian cairan intravena secara berlebihan atau terlalu cepat
serta lama pemberian cairan >48 jam, menggunakan cairan hipotonis dibandingkan cairan
- Gangguan pernapasan : susah bernapas, napas cepat, retraksi dinding dada, wheezing.
- Terapi oksigen
- Tatalaksana kondisi kelebihan cairan bergantung pada fase penyakit dan status
hemodinamik pasien. Bila pasien stabil dan melewati fase kritis cairan intravena
dihentikan. Jika diperlukan dapat diberikan furosemid secara oral maupun intavena
dengan dosis 0.1-0.5 mg/kg/hari atau 2x sehari atau dilanjutkan dengan infus furosemid
0.1mg/kg/1 jam. Monitor kadar kalium dan koreksi bila terjadi hipokalemia.
- Bila hemodinamik pasien stabil namun masih berada fase kritis, pemberian carian
intravena dapat dikurangi atau diperlambat. Hindari pemberian diuretik pada kondisi ini
- Bila pasien mengalami syok dengan hematokrit rendah atau normal namun menunjukan
gejala kelebihan cairan perlu dipikirkan adanya perdarahan sehingga dapat diberikan
transfusi whole blood. Bila pasien telah melewati syok dengan hematokrit meningkat,
DIFFERENSIAL DIAGNOSA
Diagnosis Manifestasi
positif)
- Pembesaran hati
dan leukopenia
dengue.
- Demam terus-menerus
otot
- Anemia
- Hepatomegali, splenomegali
konstipasi
- Delirium
tekan suprapubik
- Takikardia, takipneu
- Gangguan sirkulasi
PENCEGAHAN
Kementerian Kesehatan merupakan salah satu langkah dalam pencegahan DBD. Program
PSN , yaitu:
penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung
3) Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi
Vaksin Dengue
Vaksin dengue merupakan salah satu vaksin terbaru yang diharapkan menunjukkan
manfaat dalam menangani penyakit demam berdarah. Walau demikian, isu penarikan vaksin
pada akhir tahun 2017 membuat keamanannya dipertanyakan. Vaksin dengue (yang kelak
dipatenkan dengan nama Dengvaxia), merupakan penggabungan dari chimeric yellow fever
dan dengue viruses (DENV) 1, 2, 3, dan 4. Pengembangan vaksin preklinis dilakukan selama
10 tahun oleh OraVax (Cambridge, MA) kemudian dilanjutkan oleh Acambis Inc(11).
Pada tahun 2005 Sanofi Pasteur membeli perusahaan tersebut dan mengambil alih
serta melanjutkan pengembangan dan penelitian vaksin dengue yang kemudian dipatenkan
dengan nama Dengvaxia. Dengvaxia telah mendapatkan izin edar dari Badan POM RI pada
tanggal 31 Agustus 2016 dengan indikasi pencegahan kasus dengue yang disebabkan oleh
dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 pada individu usia 9-16 tahun yang tinggal di area endemis(11).
PT.Aventis Pharma sebagai pemilik izin edar Dengvaxia di Indonesia untuk memberikan
penjelasasan mengenai kejadian dengue berat pada kelompok seronegatif dan meminta yang
KESIMPULAN
DBD merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh virus dengue
dan ditransmisikan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti, dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Sementara SSD adalah penyakit DBD yang disertai
Diagnosis pasien dengan DBD sangat penting untuk penatalaksanaan kasus ini.
Pedoman diagnosis klinis dan panduan klasifikasi terkini untuk infeksi dengue dibuat untuk
memudahkan tenaga kesehatan dalam tatalaksana pasien yang bertujuan untuk meningkatkan
Terapi esensial untuk infeksi dengue adalah terapi cairan dan terapi simtomatis.
Terapi cairan yang tepat disertai pengawasan kondisi klinis dan laboratorium merupakan
DAFTAR PUSTAKA
1) Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar lnfeksi & Pediatri
and Control [Internet]. New York, USA: WHO; 2009. Available from:
http://www.who.int/tdr/publications/documents/dengue-diagnosis.pdf
pediatri/article/download/941/873
6) IDAI, WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: IDAI;
2009.
Fever in India. Prasad J, editor. New Delhi, South East Asia: WHO Searo Regional
Office; 2015.
8) IDAI. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pudjiadi A, Hegar
9) Fadhila SR. Sekilas Tentang Vaksin Dengue [Internet]. IDAI. 2017 [cited 2017 Nov
vaksin-dengue
27
berdarah-tidak-boleh-diberikan-sembarangan/4359651.html
11) https://www.alomedika.com/manfaat-dan-keamanan-vaksin-dengue