Borang Portofolio
Obyektif Presentasi:
Deskripsi:
Bayi Ny. SI (perempuan) lahir dari ibu usia 34 tahun G2P1A0 40 minggu dengan lilitan tali pusat. Bayi lahir normal di RS dr.Asmir
Salatiga tidak napas spontan dan tidak menangis. Ibu biasa rutin ANC di bidan desa. Riwayat demam (-), riwayat KPD (-), Riwayat minum
Saat lahir bayi tidak langsung menangis, warna kulit kebiruan , berat lahir 3000 gram, panjang badan cm, APGAR Score 4/5/5/, GDS
110mg/dL. Bayi diberikan rangsangan, dibebaskan jalan napas dengan suction, dimasukkan ke inkubator dan dilakukan bagging. Kemudian
bayi napas spontan. Pasien dikonsulkan ke dokter spesialis anak dan mendapatkan terapi lanjut berupa pemasangan CPAP dengan
PEEP 8, fiO2 50, infus D10 12tpm, ampisilin 2x150mg, pemeriksaan darah rutin dan elektrolit (09 Februari 2019 09.00 wib). 4 jam
kemudian, bayi kejang selama kurang lebih 1 menit, kaku pada keduan tangan dan kedua kaki. SpO2 turun menjadi 85%.Bayi dikonsulkan
ke spesialis anak dan mendapatkan terapi sibital 2 x 15mg ( 13.00 wib).
2 hari kemudian bayi tidak bernapas spontan, SpO2 50%. Pasien dikonsukan ke dokter spesialis anak dan mendapatkan terapi epinefrin
1mg dalam 50CC NaCl ( 1CC/jam) (11 Februari 2019 05.00wib). SpO2 meningkat menjadi 80% Pasien dikonsulkan ke dokter spesialis
anak mendapat terapi lanjut ditambah bagging dan pemberian motivasi keluarga (08.30 wib). SPO2 meningkat menjadi 84%, dikonsulkan
ke dokter spesiais anak dan diberikan injeksi aminofilin 2 x 6mg.
3 hari kemudian, pasien diterapi dengan CPAP PEEP 8/50%, bagging jika diperlukan, IVFD D10% sebanyak 14 TPM, injeksi ampisilin 2 x
150mg, injeksi epinefrin 1mg dalam 50CC NaCL (1CC/jam), dan injeksi aminofilin 2 x 6mg. (12 Februari 2019, 05.00 wib).
4 hari kemudian bayi tidak ada nadi dan tidak ada napas, dengan SpO2 80%. Dilakukan pijat jantung dan bagging 3:1 selama 1 siklus.
Setelah itu dilakukan pemeriksaan keadaan umum dan tanda vital, nadi (-), respirasi rate (-), badan dingin, pupil midriasis maksimal. Bayi
dinyatakan meninggal dunia tanggal 13 Februari 2019, jam 01.00 wib.
Tujuan:
Nama klinik: RST dr. Asmir Salatiga Telp: - Terdaftar sejak: 09 Januari 2019
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
2. Riwayat Menstruasi:
HPHT : tidak diketahui
HPL : tidak diketahui
Menarche : umur 12 tahun
Siklus : 14-15 hari, teratur
Lama : 6-7 hari
Dismenore : tidak
3. Riwayat Pernikahan:Pasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang dan usia pernikahan yaitu 7 tahun .
Natal : lahir di ruangan Sakura ditolong oleh bidan secara normal spontan dengan indikasi lilitan tali pusat dari ibu G2P1A0, usia 34 tahun,
lahir tidak langsung menangis, BBL 3000gr, PB cm, AS 4-5-5.
Post natal : perawatan di ruang perinatologi RST dr Asmir, keadaan anak asfiksia berat.
8. Riwayat Pekerjaan: -
0. Status Obstetri
Abdomen
Inspeksi : cembung
Palpasi : TFU 34cm
f. PF Anogenitalia
Inspeksi : lendir (-) darah (-) air ketuban (-)
Perineum : luka parut (-)
Vulva vagina : warna merah muda (+),varices (-), oedem (-)
Kelenjar Bartholini : oedem (-)
Anus : hemoroid (-)
25/12/2017 Satuan
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 10.5 13 - 16 g/dl
Hematokrit 29.6 35 - 49
Eritrosit 4.0 4.0 – 5.20 106/l
Leukosit 24.5 5.0 – 12.0 103/l
Trombosits 270 100 - 400 103/l
MCV 87.4 82 - 95 Fl
MCH 29.2 27 - 31 Pg
MCHC 33.4 32 - 36 g/dl
26/12/2017 Satuan
URINE
MAKROSKOPIS
Warna Kuning
Kejernihan Agak keruh
1. Cunningham, F.G dkk. 2006. Obstetri Willims Vol 2 Ed 21. Jakarta. EGC.
2. Guyton A, C, dan Hall, J, E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 11. Jakarta. EGC.
3. Hanafiah, M. J dan Amir A. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Ed 4. Jakarta. EGC.
4. Jacobalis, S. 2005. Pengantar Tentang Perkembangan Ilmu Kedokteran. Edika Media dan Bineka Jakarta. Sagung Seto.
5. Morgan, G dan Hamilton, C. 2009. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik Ed 2 Jakarta. EGC.
6. POGI. 2006. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
7. Saotrawnatu, R. S. dkk. 1981. Obstetri Patologi. Bandung. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokten Universtas Padjajaran.
8. Soepardi, S. 2001. Kode Etika Kedokteran Islam. Jakarta. Akademika Presindo.
9. Wijosastro, H, dkk. 1999. Ilmiu Kebidan Ed 3 Cetakan kelima. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawiroraharjo.
Hasil Pembelajaran:
1. Subjektif :
Keluhan Utama : nyeri perut perut bagian bawah sejak1 hari yang lalu dan memberat 3 jam SMRS.
2. Objektif :
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan tampak sakit sedang,anemis, kesadaran compos mentis GCS 15. Pada pemeriksaan vital
sign didapatkan tekanandarah 110/70 mmHg, nadi 75x/menit dan napas 24x/menit, dan suhu 360C, SpO2 99%. Didapatkan nyeri perut
bagian bawah (suprapubic)dan dirasakan terus menerus. Dari pemeriksaan dalam didapatkan nyeri goyang portio dan penonjolan serta nyeri
pada cavum douglas. Dari pemeriksaan laboratorium yaitu PP test +, anemia dan didapatkan kesan KET pada pemeriksaan USG.
3. Assesment :
Pasien ini dapat ditegakkan diagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu berdasarkan gejala klinis dan temuan pemeriksaan yang ditemukan:
4. Plan
a. Diagnosis
G2P1A0 dengan KET
b. Penatalaksanaan
- Advis dr. Adi, SP.OG
- O2 3 lpm
- Infus RL 20 tpm
- Puasakan
- Pro Laparotomi
c. Observasi
Pemeriksaan KU, tanda-tanda vital, klinis pasien,tindakan operatif,evaluasi pengobatan.
d. Edukasi
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya mengenai kondisi pasien, penyakit yang diderita pasien, pengobatan, dan
pemeriksaan tambahan yang akan dilakukan kepada pasien. Selain itu dijelaskan pula kepada pasien dan keluarga pasien bahwa untuk
membantu mengingat pentingnya untuk selalu memeriksakan kondisi kandungan pasien kelak apabila hamil kembali baik ke puskesmas
maupun ke rumah sakit.
e. Konsultasi
Dijelaskan lebih komprehensif tentang perlunya konsultasi dengan spesialis Kandungan untuk tindakan operatif, pemeriksaan lebih
lanjut dan pengobatan yang lebih intensif terkait kasus kehamilan ektopik terganggu yang diderita pasien.
a. PENDAHULUAN
Kehamilan ektopik adalah salah satu komplikasi kehamilan di mana ovum yang sudah dibuahi menempel di jaringan yang bukan
dinding rahim. Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kegawatdaruratan obstetrik yang mengancam nyawa ibu dan kelangsungan hidup
janin, serta merupakan salah satu penyebab utama mortalitas ibu, khususnya pada trimester pertama. Karena manifestasinya yang cukup
dramatis, sering kali KET dijumpai terlebih dahulu bukan oleh dokter-dokter ahli kebidanan, melainkan dokter-dokter yang bekerja di unit
gawat darurat, sehingga entitas ini perlu diketahui oleh setiap dokter.
Di masa lampau KET hampir selalu fatal, namun berkat perkembangan alat diagnostik yang canggih morbiditas maupun
mortalitas akibat KET jauh berkurang. Meskipun demikian, kehamilan ektopik masih merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
obstetri. Perkembangan teknologi fertilitas dan kontrasepsi memang di satu sisi menyelesaikan masalah infertilitas maupun KB, namun di
sisi lain menciptakan masalah baru.
Kehamilan ektopik dapat terjadi sebagai akibat usaha fertilisasi in vitro pada seorang ibu, dan kehamilan ektopik tersebut dapat
menurunkan kesempatan pasangan infertil yang bersangkutan untuk mendapatkan anak pada usaha berikutnya. Masalah yang lain ialah
masalah diagnosis. Tidak semua pusat kesehatan di negara ini mempunyai fasilitas pencitraan, dan dalam menghadapi pasien yang datang
dengan keluhan maupun tanda KET, tidak semua dokter, terutama primary-care physician, segera memikirkan KET sebagai salah satu
diagnosis banding. Hal ini mengakibatkan keterlambatan diagnosis dan terapi yang adekuat.
Kehamilan ektopik yang belum terganggu juga menjadi masalah tersendiri, karena seolah-olah menjadi bom waktu dalam tubuh
pasien. Hal ini terjadi bila tidak ada fasilitas diagnostik yang menunjang, seperti yang terjadi di berbagai daerah rural di Indonesia. Dengan
diagnosis yang tepat dan cepat kesejahteraan ibu, bahkan janin, dapat ditingkatkan.
Definisi
Pada kehamilan normal, telur yang sudah dibuahi akan melalui tuba falopi(saluran tuba) menuju ke uterus (rahim). Telur tersebut
akan berimplantasi(melekat) pada rahim dan mulai tumbuh menjadi janin. Pada kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi berimplantasi
dan tumbuh di tempat yang tidak semestinya. Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri.Sering disebut juga
kehamilan ekstrauterin. Kurang tepat, karena kehamilan pada cornu uteri atau serviks uteri (intrauterin) juga masih termasuk sebagai
kehamilan ektopik.
Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi, tumbuh dan berkembang di luar endometrium kavum
uteri. Bila kehamilan tersebut mengalami proses pengakhiran (abortus) maka disebut kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik
terganggu adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah dan hal ini berbahaya bagi wanita tersebut.
Epidemiologi
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 25-35 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik dilaporkan
1diantara 300 kehamilan. Di negara berkembang, khususnya di Indonesia, pada RS Pirngadi Medan (1979-1981) frekuensi 1:139, dan di
RS Cipto Mangunkusumo Jakarta (1971-1975) frekuensi 1:24. Laporan dari negara berkembang lain berkisar antara lain 1 : 38 dan 1 : 150.
Di negara- negara maju berkisar antara 1 : 250 dan 1 : 329. DI Amerika kehamilan ektopik lebih sering dijumpai pada wanita kulit hitam
daripada kulit putih, karena prevalensin penyakit peradangan pelvis lebih banyak pada wanita negro. Frekuensi kehamilan ektopik yang
berulang 1-14,6%.
Faktor Resiko
Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Namun perlu diingat bahwa kehamilan ektopik dapat terjadi
pada wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik adalah:
Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 – 3,5 kali dibandingkan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena
merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba,
dan penurunan kekebalan tubuh
Penyakit Radang Panggul : menyebabkan perlekatan di dalam saluran tuba, gangguan pergerakan sel rambut silia yang dapat terjadi karena
infeksi kuman TBC, klamidia, gonorea
Endometriosis : dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba
Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah panggul, pengobatan infertilitas seperti bayi tabung –> menyebabkan
parut pada rahim dan saluran tuba.
Klasifikasi KET
Menurut lokasinya, kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan:
a. Tuba fallopii
1. Pars interstisialis
Karena dinding agak tebal, dapat menahan kehamilan sampai 4 bulan atau lebih, kadang kala sampai aterm. Kalau pecah dapat
menyebabkan perdarahan yang banyak dan keluarnya janin dalam rongga perut.
2. Isthmus
Dinding tuba di sini lebih tipis, biasanya pada kehamilan 2-3 bulan sudah pecah.
3. Ampulla
“Desidual cast”─ 5 – 10% kasus kehamilan ektopik mengeluarkan ”desidual cast” yang sangat menyerupai hasil konsepsi.
b. Tanda
Ketegangan abdomen
Rasa tegang abdomen yang menyeluruh atau terlokalisir terdapat pada 80% kasus kehamilan ektopik terganggu
Nyeri goyang servik (dan ketegangan pada adneksa) terdapat pada 75% kasus kehamilan ektopik.
Masa adneksa
Apabila seorang wanita dengan kehamilan ektopik mengalami gejala diatas, maka dikatakan bahwa wanita tersebut mengalami
kehamilan ektopik terganggu. Apabila anda merasa hamil dan mengalami gejala-gejala seperti ini maka segera temui dokter anda. Hal ini sangat
penting karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa apabila ruptur (pecah) dan menyebabkan perdarahan di dalam.
Diagnosis Kerja
1. Anamnesis
Dari anamnesis diketahui adanya :
Amenorrhea, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai beberapa bulan atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang-kadang
dijumpai keluhan hamil muda dan gejala hamil lainnya.
Bila terjadi kehamilan ektopik terganggu (KET): Pada abortus keluhan dan gejala kemungkinan tidak begitu berat, hanya rasa sakit di
perut dan perdarahan pervaginam. Hal ini dapat dikacaukan dengan abortus biasa. Pada ruptur tuba, maka gejala akan lebih hebat dan
dapat membahayakan jiwa si ibu.
Perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba di perut, seperti diiris dengan pisau disertai muntah dan bisa jatuh pingsan.
Tanda Cullen
Sekitar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan lebam.
Gambar 2.Culdocentesis
f. Histerosalpingografi dan tes pitosin
Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa, dengan janin di luar uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika
diagnosis kehamilan ektopik terganggu sudah dipastikan dengan USG dan MRI.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada beberapa hal, antara lain lokasi kehamilan dan tampilan klinis. Sebagai contoh,
penatalaksanaan kehamilan tuba berbeda dari penatalaksanaan kehamilan abdominal. Selain itu, perlu dibedakan pula penatalaksanaan
Penatalaksanaan Ekspektasi
Penatalaksanaan ekspektasi didasarkan pada fakta bahwa sekitar 75% pasien pada kehamilan ektopik akan mengalami penurunan kadar
β-hCG. Penurunan kadar β-hCG diobservasi ketat dengan penatalaksanaan ekspektasi, kehamilan ektopik dini dengan kadar stabil atau
cenderung turun. Oleh sebab itu, tidak semua pasien dengan kehamilan ektopik dapat menjalani penatalaksanaan seperti ini. Penatalaksanaan
ekspektasi dibatasi pada keadaan-keadaan berikut: 1) kehamilan ektopik dengan kadar β-hCG yang menurun, 2) kehamilan tuba, 3) tidak ada
perdarahan intraabdominal atau ruptur, dan 4) diameter massa ektopik tidak melebihi 3.5 cm. Sumber lain menyebutkan bahwa kadar β-hCG
awal harus kurang dari 1000 mIU/mL, dan diameter massa ektopik tidak melebihi 3.0 cm. Dikatakan bahwa penatalaksanaan ekspektasi ini
efektif pada 47-82% kehamilan tuba.
Penatalaksanaan Medis
Pada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat merusak integritas jaringan dan sel hasil konsepsi. Kandidat-kandidat penerima
tatalaksana medis harus memiliki syarat-syarat berikut ini: keadaan hemodinamik yang stabil, bebas nyeri perut bawah, tidak ada aktivitas
jantung janin, tidak ada cairan bebas dalam rongga abdomen dan kavum Douglas, harus teratur menjalani terapi, harus menggunakan kontrasepsi
yang efektif selama 3-4 bulan pascaterapi, tidak memiliki penyakit-penyakit penyerta, sedang tidak menyusui, tidak ada kehamilan intrauterin
yang koeksis, memiliki fungsi ginjal, hepar dan profil darah yang normal, serta tidak memiliki kontraindikasi terhadap pemberian methotrexate.
Berikut ini akan dibahas beberapa metode terminasi kehamilan ektopik secara medis.
1. Methotrexate
Penatalaksanaan Bedah
Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien dengan kehamilan tuba yang belum terganggu maupun yang sudah
terganggu. Tentu saja pada kehamilan ektopik terganggu, pembedahan harus dilakukan secepat mungkin. Pada dasarnya ada 2 macam
pembedahan untuk menterminasi kehamilan tuba, yaitu pembedahan konservatif, di mana integritas tuba dipertahankan, dan pembedahan
radikal, di mana salpingektomi dilakukan. Pembedahan konservatif mencakup 2 teknik yang kita kenal sebagai salpingostomi dan salpingotomi.
Selain itu, macam-macam pembedahan tersebut di atas dapat dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi. Namun bila pasien jatuh ke
dalam syok atau tidak stabil, maka tidak ada tempat bagi pembedahan per laparoskopi.
1. Salpingostomi
Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil konsepsi yang berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di sepertiga
distal tuba fallopii. Pada prosedur ini dibuat insisi linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di atas hasil konsepsi, di perbatasan
Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik
dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit
radang panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya
kehamilan ektopik.5
Kita tidak dapat menghindari 100% risiko kehamilan ektopik, namun kita dapat mengurangi komplikasi yang mengancam nyawa dengan
deteksi dini dan tatalaksana secepat mungkin. Jika kita memiliki riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, maka kerjasama antara dokter dan ibu
sebaiknya ditingkatkan untuk mencegah komplikasi kehamilan ektopik.
Prognosis
Umumnya penyebab kehamilan ektopik (misalnya penyempitan tuba atau pasca penyakit radang panggul) bersifat bilateral. Sehingga
setelah pernah mengalami kehamilan ektopik pada tuba satu sisi, kemungkinan pasien akan mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba sisi
yang lain.
Cunningham, F.G dkk. 2006. Obstetri Willims Vol 2 Ed 21. Jakarta. EGC.
Guyton A, C, dan Hall, J, E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 11. Jakarta. EGC.
Hanafiah, M. J dan Amir A. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Ed 4. Jakarta. EGC.
Jacobalis, S. 2005. Pengantar Tentang Perkembangan Ilmu Kedokteran. Edika Media dan Bineka Jakarta. Sagung Seto.
Morgan, G dan Hamilton, C. 2009. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik Ed 2 Jakarta. EGC.
POGI. 2006. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Saotrawnatu, R. S. dkk. 1981. Obstetri Patologi. Bandung. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokten Universtas Padjajaran.
Soepardi, S. 2001. Kode Etika Kedokteran Islam. Jakarta. Akademika Presindo.
Wijosastro, H, dkk. 1999. Ilmiu Kebidan Ed 3 Cetakan kelima. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawiroraharjo.