Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik,
baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang
secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma
yang berlaku.
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam
memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal,
pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan
peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua
perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni
proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat
dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab
yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi
dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk
mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku.
Dalam kajian Bimbingan dan Konseling, kita mempelajari banyak hal
yang berhubungan dengan bimbingan dari konselor kepada klien untuk
menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh klien. Terlebih lagi mengenai
jenis-jenis layanan dalam bimbingan dan konseling yang terbagi menjadi
beberapa layanan ini memiliki fungsi dan kegiatan yang berbeda-beda. Dengan
perbedaan itu akan dikaji secara mendalam mengenai pengertian layanan-
layanan dalam suatu konteks tertentu sehingga kita dapat memahami makna
layanan-layanan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa makna layanan konseling individu dan layanan konseling kelompok?


2. Apa saja tujuan layanan konseling individu dan layanan konseling
kelompok?

1|Bimbingan Konseling
3. Bagaimana isi layanan konseling individu dan layanan konseling kelompok?
4. Apa saja teknik layanan konseling individu dan layanan konseling
kelompok?
5. Apa saja kegiatan pendukung layanan konseling individu dan layanan
konseling kelompok?
6. Bagaimana pelaksanaan layanan konseling individu dan layanan konseling
kelompok?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui makna layanan konseling individu dan layanan konseling


kelompok.
2. Untuk mengetahui tujuan layanan konseling individu dan layanan konseling
kelompok.
3. Untuk mengetahui isi layanan konseling individu dan layanan konseling
kelompok.
4. Untuk mengetahui teknik layanan konseling individu dan layanan konseling
kelompok.
5. Untuk mengetahui kegiatan pendukung layanan konseling individu dan
layanan konseling kelompok.
6. Untuk mengetahui pelaksanaan layanan konseling individu dan layanan
konseling kelompok.

2|Bimbingan Konseling
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
2.1.1 Pengertian Layanan Konseling Individual (Perseorangan)
Menurut Prayitno, 2004 dalam Tohirin (2011: 163-164) layanan
konseling perorangan bermakna layanan konseling yang diselenggarakan
oleh seorang pembimbing (konselor) terhadap seorang klien dalam rangka
pengentasan masalah pribadi klien. Konseling perorangan berlangsung
dalam suasana komunikasi atau tatap muka secara langsung antara
konselor dengan klien (siswa) yang membahas berbagai masalah yang
alami klien. Pembahasan masalah dalam konseling perorangan bersifat
holistik dan mendalam serta menyentuh hal-hal penting tentang diri klien
(sangat mungkin menyentuh rahasia pribadi klien), tetapi juga bersifat
spesifik menuju kearah pemecahan masalah.

2.1.2 Pengertian Layanan Konseling Kelompok


Menurut Tohirin (2011: 179) layanan konseling kelompok
mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengankonselor
sebagai pemimpim kegiatan kelompok. Layanan konseling kelompok
mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang
berguna bagi pengembangan pribadi dan pemecahan masalah individu
(yang) menjadi peserta layanan. Berdasarkan deskripsi di atas , layanan
konseling kelompok dapat di maknai sebagai suatu upaya pembimbing
atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah anggota peibadi
yang dialami oleh masing-masing anggotakelompok melalui kegiatan
kelompok agar tercapi perkembangan yang optimal.

2.2 Contoh Kasus dan Teknik Pelaksanaan


2.1.1 Contoh Kasus Konseling Individu (Perseorangan)
Asmara adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Saat ini dia kelas 6 SD
di salah satu Sd Negeri di Kotanya. Setiap hari dia selalu membantu

3|Bimbingan Konseling
orangtuanya memasak, mencucui pakaian dan mencuci piring. Dia juga
kadang-kadang bermain dengan teman-temannya. Saat pulang sekolah dia
selalu belajar mengulng kembali materi yang disampaikan oleh gurunya
sehingga prestasi di sekolahannyapun bagus dan selalu masuk 10 besar.
Kakak pertama Asmara adalah Kak Tina, saat ini dia berusia 20
tahun dan adiknya laki-lakinya berumur 9 tahun kelas 4SD. Setelah kedua
orangtuanya memutuskan untuk menjadi TKI di Arab, kini Asmara tinggal
dengan adik dan kakaknya.
Asmara sebenarnya tidak suka jika kakaknya setiap hari membawa
pacarnya untuk menginap dirumahnya. Dan pada suatu malam sekitar
pukul 11 malam, Kakaknya pulang dengan pacarnya,Kakaknya tampak
lemas dan tidak sadar seperti mabuk. Malam itu ketika semua sudah
tertidur tiba-tiba pacar kakaknya Asmara menghampiri Asmara mencoba
merayu dan memegang rambutnya. Dengan kaget Asmara berteriak namun
dengan cepat Asmara dipukul dan tidak sadarkan diri.
Keesokan harinya saat Asmara bangun, ia melihat gumpalan darah
dicelananya. Ia pun kaget karena dia juga tidak sedang mengalami
menstruasi. Sejak kejadian malam itu ia mulai berubah, Asmara tampak
murung dan sedih. Ia juga jarang bergaul dengan teman-temannya
lagi.Disekolah prestasinya menurun. Saat ditanya oleh gurunya kenapa
beberapa hari tidak masuk? Ia hanya menjawab sedang sakit dan tidak
mau menceritakan tentang masalah yang sedang dialaminya.
Dua bulan berlalu Asmara pun akan menceritakan kejadian yang
dialaminya kepada kakaknya karena sudah satu bulan lebih ia tidak
mengalami menstruasi. Ternyata saat kakaknya mengajaknya untuk
periksa ke dokter, ternyata Asmara hamil. Kehidupan Asmara pun
berubah.Ia dikeluarkan dari Sekolah. Setelah orang tuanya mengetahui
bahwa Asmara hamil tanpa seorang suami karena laki-laki yang
menghamili Asmara telah melarikan diri setelah kakaknya juga dihamili
oleh dia. Kini keluarga Asmara menjadi berantakan. Ayah dan ibunya
tidak perah pulang lagi ke Indonesia karena malu mempunyai 2 anak yang
sedang hamil tanpa suami. Adik Asmara pun menjadi liar dan ikut

4|Bimbingan Konseling
bergabung dengan geng-geng nakal. Sehingga ia juga dikeluarkan dari
sekolah.

A. IDENTIFIKASI MASALAH
Gejala yang nampak:
a) anak menjadi minder
b) anak menjadi murung
c) berdiam diri tidak mau menceritakan apaa yang terjadi
d) keadaan fisiknya mulai berubah
e) prestasi belajarnya menurun

B. DIAGNOSIS
Jenis masalah dan Bentuk masalah
keluarga:
a) kurangnya perhatian dari orangtua
b) orangtua malah meninggalkannya ketika ia sedang membutuhkan
bantuan.
c) kurang akrab dengan kakaknya

Lingkungan:

a) dikeluarkan dari sekolah


b) menjadi minder dan pendiam

C. PROGNOSIS
Dalam permasalahan ini bentuk bantuannya dengan menggunakan
strategi interaktif. Dilaksanakan dalam bentuk interaksi langsung antar
siswa dengan anak yang menghadapi masalah, baik dengan pendekatan
individual maupun kelompok. Bentuk bantuan ini misalnya nasihat,
konseling, konsultasi atau pengajaran individual. Tapi tidak dengan
strategi interaktif saja tetapi juga membutuhkan bantuan yang disebut
referral atau alih tangan. Pada kasus ini yaitu anak yang mengalami
gangguan moral dan mental maka penanganannya diserahkan ke dokter
dan psikolog. Langkah-langkahnya dapat ditempuh sebagai berikut:

5|Bimbingan Konseling
1. Jenis masalah : masalah keluarga
Bentuk masalah: kurangnya perhatian keluarga
2. Intensitas masalah yang lebih besar adalah Asmara dan kakaknya
hamil dan ditinggal oleh orangtuanya.
3. Urutan prioritas sesuai dengan intensitas masalah
a. Setelah ditinggal orangtuanya anak kurang perhatian
b. Setelah kejadian pemerkosaan itu anak menjadi minder
c. Perubahan fisik anak yang drastis
d. Dikucilkan keluarganya dan lingkungannya
e. Hidupnya menjadi berantakan
4. Alternatif yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Dengan pendekatan agar anak itu mau berbicara tentang masalah
yang sedang dihadapinya.
b. Mengajak anak untuk konsultasi di bimbingan konseling yang ada
disekolahnya.
5. Rencana pemberian bantuan dengan memperhatikan aspek-aspek
sebagai berikut:
a. Kapan dilaksanakannya?
Saat jam pulang sekolah guru dapat memberikan pendekatan
terhadap anak sehingga anak akan lebih terbuka.
b. Dimana tempatnya?
Diruang BK yang khusus untuk konsultasi
c. Siapa yang melaksanakan?
Anak yang mempunyai masalah dan guru Bk maupun wali kelas
d. Bagaimana pengelolaannya?
Guru melakukan pendekatan terhadap anak,lalu mencoba
memecahkan masalahnya dengan berbagai strategi yang
dilakukan dan beberapa pendekatan interaksi setelah itu dilakukan
konferensi kasus.

6|Bimbingan Konseling
D. PEMBERIAN BANTUAN
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola pemberian
bantuan antara lain:
a. Perencanaan program
Program apa saja yang harus dilakukan oleh guru BK dalam
menangani kasus tersebut. Seperti program temu wali murid untuk
mendekatkan siswa dengan orangtua serta teman-temannya.
b. Pengorganisasian
Sistem organisasinya harus jelas agar pelaksanaan pemberian
bantuan dapat mencapai hasil yang maksimal.
c. Pengaturan dan pembagian tugas diantara personal yang terkait
Pembagian tugas harus jelas diantara para personal yang akan
menghadapi berbagai macam masalah.
d. Pendekatan dan teknik yang digunakan
Dengan menggunakan pendekatan dan teknik emosional gejala
jiwa yang ada di dalam diri seseorang. Emosi berhubungan dengan
masalahnperasaan. Seseorang yang mempunyai perasaan pasti dapat
merasakan sesuatu, baik perasaan jasmaniah maupun perasaan
rohaniah. Perasaan rohaniah di dalamnya ada perasaan intelektual,
perasaan estetis, perasaan etis, perasaan social, dan perasaan harga
diri.
e. Koordinasi
Dengan melakukan pembagian dan koordinasi yang jelas
diantara personil yang terkait.
f. Pemantauan dan evaluasi
Melakukan evaluasi setelah permasalahan itu diselesaikan
apakah masih berdampak pada anak ataupun tidak.

E. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT


Langkah evaluasi dan tindak lanjut dimaksudkan untuk mengetahui
ketepatan tindakan dan hasil pelaksanaan bantuan yang diberikan pada
kasus tersebut, sehingga setelah permasalahan itu selesai dapat

7|Bimbingan Konseling
diketahui sejauh mana upaya dan pemberian bantuan itu dapat
mencapai hasil yang maksimal.
(https://www.academia.edu/17133488/CONTOH_KASUS_BIMBING
AN_KONSELING. Diakses pada 23 Februari 2019 Pukul 19.21 WIB).

2.1.2 Contoh Kasus Konseling Kelompok


Kepercayaan diri juga sangat penting bagi seseorang untuk dapat
mengembangkan potensinya. Jika seseorang memiliki bekal
kepercayaan diri yang baik, maka individu tersebut akan dapat
mengembangkan potensinya dengan mantap. Dengan kepercayaan diri
saat maju didepan kelas, dapat meningkatkan keberanian siswa dalam
menjawab pertanyaan. Selain memiliki kepercayaan diri yang tinggi
dalam diri siswa dapat membantu mencapai prestasi dan hasil belajar
yang lebih baik lagi.
Pada kenyataan di lapangan, kondisi kepercayaan diri siswa
berbeda-beda, sementara disisi lain siswa butuh komunikasi secara
verbal. Menurut guru bimbingan konseling kelas X ada 6 siswa jurusan
pemasaran yang memiliki kerpercayaan diri rendah dalam
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari adanya gejala-gejala yang
tampak diantaranya ragu-ragu saat berbicara di depan kelas dan diam
saat ditunjuk guru untuk maju di depan kelas. Adapun gejala yang lain
seperti takut untuk menyampaikan pendapat atau tanggapan saat
berdiskusi kelompok. Pada diskusi kelompok inilah mereka cenderung
diam dan pasif.
Pelaksanaan Konseling Kelompok:

A. TAHAP PEMBENTUKAN
1) Memilih Anggota
Sebelum diadakannya layanan konseling kelompok, guru
BK mengumpulkan beberapa siswa yang akan melakukan
konseling kelompok. Jumlah siswa yang masuk dalam kriteria

8|Bimbingan Konseling
kurang memiliki rasa percaya diri sebanyak 6 orang semuanya
berasal dari jurusan Pemasaran kelas X.
2) Membuat Tujuan Kelompok
Tujuan dilaksanakannya konseling kelompok diharapkan
mampu membantu siswa mengatasi masalah yang dihadapi.14
3) Menentukan waktu dan tempat konseling kelompok
Waktu dan tempat pelaksanaan konseling kelompok perlu
ditentukan agar seluruh siswa anggota konseling kelompok
dapat berkumpul bersama dalam satu waktu.
4) Materi Konseling Kelompok
Guru BK bertugas untuk menyiapkan materi yang
dibutuhkan dalam konseling kelompok. Materi yang
disampaikan dalam konseling kelompok hanya sebatas
membahas tentang percaya diri, materi tersebut diperoleh guru
BK dengan cara mencari refrensi dari buku ataupun internet.
5) Perkenalan
Pemimpin kelompok juga memberikan semangat serta
motivasi awal kepada seluruh anggota konseling kelompok.
Perkenalan dilaksanakan pada saat awal konseling kelompok
dimulai. Namun sebelumnya guru BK terlebih dahulu
menjelaskan tentang konseling kelompok berkaitan dengan kode
etik dan aturan-aturan yang dilaksanakan dalam konseling
kelompok. Kode etik dijelaskan karena tidak semua siswa
anggota konseling kelompok memahami benar tentang
konseling kelompok. Aturan-aturan konseling kelompok juga
dijelaskan agar siswa tidak melanggar dan dapat mengikuti
konseling kelompok dengan baik.

B. TAHAP TRANSISI
Dalam tahap transisi guru BK menjelaskan kembali mengenai
kegiatan inti konseling kelompok yang akan dilakukan yaitu
mengungkapkan masalah anggota kelompok, sebelum melakukan

9|Bimbingan Konseling
kegiatan inti konseling kelompok, siswa kembali ditanya mengenai
kesiapan untuk melakukan konseling kelompok.
Hasil dari tahap ini adalah siswa dapat mengenali suasana
dalam kelompok, lebih percaya dengan kelompok agar siswa lebih
terbuka dengan kelompok agar bisa mengutarakan pendapatnya
tanpa malu-malu dan proses konseling kelompok bisa dilakukan
dengan baik, dan masalah siswa bisa teratasi.

C. TAHAP KEGIATAN KONSELING KELOMPOK


Tahap ini adalah tahapan yang paling penting dalam
pelaksanaan konseling kelompok, karena pada tahap ini anggota
kelompok memusatkan perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai,
mendiskusikan topik dan menyelesaikan masalah kepercayaan diri
yang sedang dihadapi. Pada kegiatan konseling kelompok ini,
penulis bertugas sebagai pengamat dalam proses pelaksanaan
konseling kelompok dan yang berperan utama adalah guru BK
serta siswa sebagai anggota kelompok. Berdasarkan hasil observasi
saat pelaksanaan konseling kelompok, Guru BK memberikan
pelatihan langsung kepada anggota konseling kelompok, dimana
pada saat itu siswa malu kalau berhadapan dengan orang banyak
dan berbicara depan umum, sehingga saat proses konseling
kelompok guru BK meminta NA untuk berlatih berbicara di depan
seluruh anggota konseling kelompok dengan cara bercerita tentang
dirinya yang telah dilakukan oleh guru BK tersebut, NA masih
gugup dan malu sehingga harus beberapa kali mengulang cerita
tentang dirinya, tetapi pada akhirnya NA dapat berbicara dengan
lancer setelah melakukan dengan berulang-ulang, di sini
kepercayaan diri NA mulai terlihat saat NA menceritakan tentang
dirinya suaranya sudah tidak terbata-bata dan mulai lancar saat
berbicara.
Selanjutnya masalah yang dihadapi MF dan ER adalah sama
yaitu merasa tidak memiliki banyak pengetahuan sehingga

10 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
membuatnya malu dan tidak percaya diri untuk menyampaikan
pendapat. Guru BK kemudian meminta anggota kelompok lain
untuk berpendapat. RS berpendapat bahwa pengetahuan itu bisa
dicari, dengan cara sering-sering membaca buku atau mencari
refrensi agar pengetahuan bertambah atau ketika harus berpendapat
maka terlebih dahulu sebaiknya mempunyai pedoman untuk
berbicara, agar pendapat dapat dipercaya sumbernya.
Guru BK memberikan penguatan dari beberapa pendapat
anggota konseling kelompok, guru BK mengatakan bahwa
pendapat RS sangatlah baik, guru BK juga menjelaskan bahwa
membaca juga mampu meningkatkan pola pikir, kreativitas dan
kemampuan verbal, karena membaca akan memperkaya kosa kata
dan kekuatan kata-kata. Meningkatnya pola pikir, kreativitas dan
kemampuan verbal akan sangat mendukung dalam meningkatkan
kemampuan berbicara di depan umum. Mempunyai wawasan dan
pengetahuan adalah kunci pertama untuk bisa membangun rasa
percaya diri.
Hasil observasi pelaksanaan konseling kelompok, terlihat
guru BK Ibu Rinawati sebagai pemimpin kelompok tidak serta
merta membiarkan pendapat yang disampaikan setiap anggota
kelompok diterima dengan mentah oleh anggota kelompok lainnya.
Penguatan yang dilakukan juga dimaksudkan untuk memberikan
respon positif kepada anggota yang memberikan pendapatnya
sehingga anggota konseling kelompok yang lain bisa termotivasi
untuk lebih aktif dalam memberikan pendapat yang akan
memunculkan kepercayaan diri anggota kelompok. Dalam kegiatan
ini, guru BK mempersilahkan siswa untuk memberikan pendapat
dan solusi terhadap masalah kepercayaan diri yang sedang dibahas
dalam kelompok. Diskusi ini bermanfaat agar siswa lebih aktif
lagi, bisa berkomunikasi dengan teman lainnya, terlihat anggota
konseling kelompok mulai memberikan pendapatnya terkait

11 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
masalah yang dihadapi temannya, tetapi mereka sudah mulai
mencobanya walaupun hanya beberapa kata saja.
Untuk mengurangi ketegangan saat pelaksanaan konseling
kelompok, guru BK menyelingi dengan permainan, agar proses
konseling kelompok tidak terlalu tegang, permainannya bernama
seven boom, sebuah permainan yang diawali dengan berhitung di
mulai dari angka 1,2,3 dan seterusnya secara bergiliran sesuai
dengan jumlah kelompok, dimana setiap ada angka 7 dan kelipatan
7, maka peserta yang mendapatkan angka tersebut harus mengubah
angka 7 tersebut menjadi “boom”.Contoh : 1,2,3,4,5,6, boom, 8, 9,
10, 11, 12, 13, boom, 15, 16 boom, 18, 19, 20, boom, 22, 23, 24,
24, 26, boom, boom dan seterusnya. Jika ada yang tidak berkata
boom maka akan dikelurkan dari permainan dan teman lainya
berkata bye.
Dari hasil observasi pelaksanaan konseling kelompok di atas
menunjukkan guru BK alam kegiatan konseling kelompok ada
beberapa kendala saat penulis mengamati pelaksanaan konseling
kelompok diantaranya adalah pada saat melakukan konseling
kelompok masih ada siswa yang masih kurang percaya diri, mereka
telihat bingung ingin berbicara apa dan masih banyak yang malu-
malu dalam menceritakan masalah yang dihadapi, sehingga
informasi yang dicari kurang. Sarana prasarana BK SMK N 1
Depok Sleman Yogyakarta sudah baik, tetapi masih ada sarana BK
yang kurang memadai yaitu ruang konseling kelompok yang belum
ada.

D. TAHAP PENGAKHIRAN
Guru BK, memberikan intruksi bahwa pelaksanaan konseling
kelompok akan segera berakhir, kemudian guru BK memberi
penguatan terhadap hasil yang telah dicapai oleh kelompok
maupun oleh masing-masing siswa. Untuk kegiatan selanjutnya,
guru BK dan siswa menentukan kembali akan dilakukan konseling

12 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
selanjutnya. Konselor juga menanyakan kepada konseli bagaimana
kesan setelah diadakannya konseling kelompok.
Tahap pengakhiran dilakukan dengan mengucapkan salam
dan ucapan terima kasih dari guru BK kepada anggota konseling
kelompok atas partisipasinya dalam mengikuti layanan konseling
kelompok. Guru BK memimpin doa untuk menutup proses
konseling kelompok.

E. TINDAK LANJUT
Di dalam pelaksanaan konseling kelompok guru BK
mempunyai tanggung jawab untuk mengevaluasi kesuksesan
perilaku kerja dan mengadakan tindak lanjut, tahap ini
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah konseling
kelompok yang telah dilaksanakan mencapai hasil dan tindakan
apa yang selanjutkan akan dilakukan oleh guru BK. Dalam tindak
lanjut ini, guru BK mengadakan program bimbingan dan konseling
lanjutan apabila diperlukan seperti konseling individu, hal ini
dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah yang dihadapi
siswa agar masalah yang dihadapi siswa bisa tuntas dan
terselesaikan. (Slamet, Nasrina Nur Fahmi. 2016. Layanan
Konseling Kelompok dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman. Jurnal Hisbah. Volume 13
Nomor 1 Hal 69-81).

13 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Layanan Konseling Individual (Perorangan)


3.1.1 Makna Layanan Konseling Perorangan
Menurut Sofyan (2007: 18) konseling adalah suatu proses yang terjadi
dalam hubungan seseorang dengan seseorang yaitu individu yang
mengalami masalah yang tak dapat diatasinya, dengan seorang petugas
profesional yang telah memperoleh latihan dan pengalaman untuk
membantu agar klien memecahkan kesulitanya.
Menurut Hallen (2005: 84) konseling individual yaitu layanan
bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik atau konseli
mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan
guru pembimbing dalam rangka pembahasan pengentasan masalah pribadi
yang di derita konseli.
Menurut Prayitno (2010) dalam Tohirin (2011: 163-164) layanan
konseling perorangan bermakna layanan konseling yang diselenggarakan
oleh seorang pembimbing (konselor) terhadap seorang klien dalam rangka
pengentasan masalah pribadi klien. Konseling perorangan berlangsung
dalam suasana komunikasi atau tatap muka secara langsung antara
konselor dengan klien (siswa) yang membahas berbagai masalah yang
alami klien. Pembahasan masalah dalam konseling perorangan bersifat
holistik dan mendalam serta menyentuh hal-hal penting tentang diri klien
(sangat mungkin menyentuh rahasia pribadi klien), tetapi juga bersifat
spesifik menuju kearah pemecahan masalah.
Melalui konseling perorangan, klien akan memahami kondisi dirinya
sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan
kelemahan dirinya, serta kemungkinan upaya untuk mengatasi
masalahnya.
Sedangkan menurut Achmad (2011: 24) konseling kelompok
merupakan bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat

14 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian
kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.

3.1.2 Tujuan Layanan Konseling Perorangan


Menurut Tohirin (2011: 164) tujuan layanan konseling perorangan
adalah agar klien memahami kondisi dirinya sendiri, lingkungannya,
permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga
klien mampu mengatasinya. Dengan perkataan lain, konseling perorangan
bertujuan untuk mengentaskan masalah yang dialami klien. Secara lebih
khusus, tujuan layanan konseling perorangan adalah merujuk kepada
fungsi-fungsi bimbingan dan konseling sebagaimana telah dikemukakan
dimuka. Pertama, merujuk kepada fungsi pemahaman, maka tujuan
layanan konseling adalah agar klien memahami seluk beluk yang dialami
secara mendalam dan komprehensif, positif, dan dinamis. Kedua, merujuk
kepada fungsi pengentasan, maka layanan konseling perorangan bertujuan
mengentaskan klien dari masalah yang dihadapinya. Ketiga, dilihat dari
fungsi pengembangan dan pemeliharaan, tujuan layanan konseling
perorangan adalah untuk mengembangkan potensi individu dan memlihara
unsur-unsur positif yang ada pada diri klien. Dan seterusnya sesuai dengan
fungsi-fungsi bimbingan dan konseling diatas.
Menurut Gibson, Mitchell dan Basile dalam Hibana ( 2003: 85) ada
delapan tujuan dari konseling perorangan, yakni :
1) Tujuan perkembangan yakni klien dibantu dalam proses pertumbuhan
dan perkembanganya serta mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi
pada proses tersebut (seperti perkembangan kehidupan sosial,
pribadi,emosional, kognitif, fisik, dan sebagainya).
2) Tujuan pencegahan yakni konselor membantu klien menghindari
hasil-hasil yang tidak diinginkan.
3) Tujuan perbaikan yakni konseli dibantu mengatasi dan menghilangkan
perkembangan yang tidak diinginkan.

15 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
4) Tujuan penyelidikan yakni menguji kelayakan tujuan untuk
memeriksa pilihan-pilihan, pengetesan keterampilan, dan mencoba
aktivitas baru dan sebagainya.
5) Tujuan penguatan yakni membantu konseli untuk menyadari apa yang
dilakukan, difikirkan, dan dirasakn sudah baik
6) Tujuan kognitif yakni menghasilkan fondasi dasar pembelajaran dan
keterampilan kognitif
7) Tujuan fisiologis yakni menghasilkan pemahaman dasar dan
kebiasaan untuk hidup sehat.
8) Tujuan psikologis yakni membantu mengembangkan keterampilan
sosial yang baik, belajar mengontrol emosi, dan mengembangkan
konsep diri positif dan sebagainya.

3.1.3 Isi Layanan Konseling Perorangan


Menurut Tohirin (2011: 165) berbeda dengan layanan-layanan lain
seperti disebutkan diatas, isi layanan konseling perorangan tidak
ditentukan oleh konselor (pembimbing) sebelum proses konseling
dilaksanakan. Dengan perkataan lain, masalah yang dibicarakan dalam
konseling perorangan tidak ditetapkan oleh konselor sebelum proses
konseling dilaksanakan. Persoalan atau masalah sesungguhnya baru dapat
diketahui setelah dilakukan identifikasi melalui proses konseling. Setelah
dilakukan identifikasi baru ditetapkan masalah mana yang akan
dibicarakan dan dicarikan alternatif pemecahannya melalui pada proses
konseling dengan berpegang pada prinsip skala prioritas pemecahan
masalah. Masalah yang akan dibicarakan (yang menjadi isi layanan
konseling perorangan) sebaiknya ditentukan oleh peserta layanan (siswa)
sendiri dengan mendapat pertimbangan dari konselor.
Masalah yang bisa dijadikan isi layanan konseling perorangan
mencakup: (a) masalah-masalah yang berkenaan dengan bidang
pengembangan pribadi, (b) bidang pengembangan sosial, (c) bidang
pengembangan pendidikan atau kegiatan belajar, (d) bidang

16 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
pengembangan karier, (e) bidang pengembangan kehidupan berkeluarga,
dan (f) bidang pengembangan kehidupan beragama.
Semua bidang-bidang diatas bisa dijabarkan ke dalam bidang-bidang
yang lebih spesifikuntuk dijadikan isi layanan konseling perorangan.
Dengan perkataan lain, pembahasan masalah dalam konseling perorangan
bersifat meluas meliputi berbegai sisi yang menyangkut malash klien
(siswa), namun juga bersifat spesifik menuju ke arah pengentasan
masalah. Misalnya masalah yang berkenaan dengan bidang pengembangan
pendidikan atau kegiatan belajar, bisa menyangkut tentang kesulitan
belajar, sikap dan perilaku belajar, prestasi rendah, dan lain sebagainya.

3.1.4 Teknik Layanan Konseling Perorangan


Menurut Tohirin (2011: 166-167) implementasi teknik layanan
konseling perorangan bisa merujuk pada teknik-teknik konseling secara
umum (akan dibahas dalam bab tersendiri). Konseling yang efektif bisa
diwujudkan melalui penerapan berbagai teknik secara tepat (high touch)
terlebih apabila didukung oleh teknik-teknik yang bernuansa high tech.
Melalui perpaduan teknik tersebut, konselor (pembimbing) dapat
mewujudkan konseling yang efektif sehingga dapat pula mengembangkan
dan membina klien (siswa) agar memiliki kompetensi yang berguna bagi
mengatasi masalah-masalah yang dialaminya.
Selain itu, untuk dapat mengembangkan proses layanan konseling
layanan perseorangan secara efektif untuk mencapai tujuan layanan, juga
perlu diterapkan teknik-teknik sebagai berikut: pertama, kontak mata.
Kedua, kontak psikologi. Ketiga, ajakan untuk bicara. Keempat,
penerapan tiga M (mendengar dengan cermat, memahami secara tepat, dan
memproses secara tepat dan positif). Kelima, keruntutan. Keenam,
pertanyaan terbuka. Ketujuh, dorongan minimal. Kedelapan, refleksi isi.
Kesembilan, penyimpulan. Kesepuluh, penafsiran. Kesebelas, konfrontasi.
Keduabelas, ajakan untuk memikirkan sesuatu yang lain. Ketigabelas,
peneguhan hasrat. Keempatbelas, penfrustasian klien. Kelimabelas,
strategi tidak memaafkan klien. Keenambelas, suasana diam.

17 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
Ketujuhbelas, transferensi dan kontra transferensi. Kedelapanbelas, teknik
eksperiensial. Kesembilanbelas, interpretasi pengalaman masa lampau.
Keduapuluh, asosiasi bebas. Keduapuluh satu, sentuhan jasmaniah.
Keduapuluh dua, penilaian. Keduapuluh tiga, pelaporan (Prayitno, 2004).
Teknik-teknik diatas diterapkan secara eklektik, dalam arti tidak harus
berurutan dimana yang satu mendahului yang lainnya, melainkan dipilih
dan terpadu mngacu kepada kebutuhan proses konseling.

3.1.5 Kegiatan Pendukung Layanan Konseling Perorangan


Menurut Tohirin (2011: 167-168) sebagai layanan-layanan yang lain,
layanan konseling perorangan juga memerlukan kegiatan pendukung.
Adapun kegiatan-kegiatan pendukung layanan konseling perorangan
adalah: aplikasi instrumentasi, himpunan data, konfrensi kasus, kunjungan
rumah, dan alih tangan kasus.
Pertama, aplikasi instrumentasi. Dalam layanan konseling
perorangan, hasil instrumentasi baikberupa tes maupun non tes dapat
digunakan secara langsung maupun tidak langsung dalam layanan. Hasil
tes, hasil ujian, hasil AUM (Alat Ungkap Masalah), sosiometri, angket dan
lain sebagainya dapat dijadikan dasar untuk pemberian bantuan atau
layanan kepada individu. Hasil instrumentasi juga dapat dijadikan konten
(isi) yang diwawancarakan dalam proses layanan. Instrumen tertentu dapat
digunakan dalam tahap proses penilaian hasil dan proses layanan konsling
perorangan.
Kedua, himpunan data. Seperti halnya hasil instrumentasi data yang
tercantum dalam himpunan data selain dapat dijadikan pertimbangan
untuk memanggil siswa juga dapat dijadikan konten yang diwawancarakan
dalam layanan konseling perorangan. Selanjutnya, data proses dan hasil
layanan harus didokumentasikan didalam himpunan data.
Ketiga, konferensi kasus. Seperti didalam layanan-layanan yang lain,
konferensi kasus bertujuan untuk memperoleh data tambahan tentang klien
dan untuk memperoleh dukungan serta kerja sama dari berbagai pihak
terutama pihak yang diundang dalam konferensi kasus untuk pengetesan

18 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
masalah klien. Konferensi kasus bisa dilaksanakan sebelum dan sesudah
dilaksanakannya layanan konseling perseorangan. Pelaksana konferensi
kasus setelah layanan konseling perorangan dilakukan untuk tindak lanjut
layanan. Kapanpun konferensi kasus dilaksanakan, rahasia pribadi klien
(siswa) harus tetap terjaga secara ketat.
Keempat, Kunjungan rumah. Seperti halnya konferensi kasus,
kunjungan rumah juga bertujuan untuk memperoleh data tambahantentang
klien. Selain itu juga memperoleh dukungan dan kerja sama dari orang tua
dalam rangka mengentaskan masalah klien. Kunjungan rumah juga bisa
dilaksanakan sebelum dan sesudah layanan konseling perorangan. Apabila
sulit melakukan kunjungan rumah (dalam arti konselor atau pembimbing
berkunjung kerumah), kegiatan ini bisa diganti dengan mengundang orang
tua atau anggota keluarga lain yang terkait kesekolah atau madrasah untuk
membicarakan masalah siswa (calon klien).
Kelima, alih tangan kasus. Tidak semua masalah yang dialami
individu (siswa) menjadi kewenangan konselor (pembimbing) untuk
menanganinya.dengan perkataan lain tidak semua masalah yang dialami
klien (siswa) berada dalam kemampuan konselor (pembimbing) untuk
menanganinya. Masalah-masalah yang dialami seperti kriminal, penyakit
jasmani, keabnormalan akut, spiritual dan guna-guna merupakan sederetan
masalah tidak menjadi wewenang konselor (pembimbing) untuk
menanganinya. Apabila masalah-masalah diatas terjadi pada klien (siswa)
dan siswa datang kepembimbing atau konselor untuk meminta bantuan,
pembimbing atau konselor harus mengalihkan tanggung jawab
memberikan layanan kepada pihak yang lebih mengetahui. Alih tangan
kasus juga bisa dilakukan oleh konselor atau pembimbing untuk aplikasi
instrumen yang tidak menjadi kewenangannya. Proses alih tangan kasus
harus seizin klien (siswa) dengan tetap menjaga asas kerahasiaan.

3.1.6 Pelaksanaan Layanan Konseling Perorangan


Menurut Tohirin (2011: 169-170) seperti halnya layanan-layanan lain,
perlaksannan lakonseling perorangan, juga menempuh beberapa tahap

19 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi,
tindak lanjut, dan laporan.
Pertama, perencanaan yang meliputi kegiatan: (a) mengidentifikasi
klien, (b) mengatur waktu pertemuan, (c) mempersiapkan tempat dan
perangkat teknis penyelenggaraan, (d) menetapkan fasilitas layanan, (e)
menyiapkan kelengkapan administrasi.
Kedua, pelaksanaan yang meliputi kegiatan: (a) menerima klien, (b)
menyelenggarakan penstrukturan, (c) membahas masalah klien dengan
menggunakan teknik-teknik, (d) mendorong pengentasan masalah klien
(bisa digunakan teknik-teknik khusus), (e) memantapkan komitmen klien
dengan pengentasan masalahnya, (f) melakukan penilaian segera.
Ketiga, melakukan evaluasi jangka pendek.
Keempat, menganalisis hasil evaluasi (menafsirkan hasil konseling
perorangan yang telah dilaksanakan).
Kelima, tindak lanjut yang meliputi kegiatan: (a) menetapkan jenis
arah tindak lanjut, (b) mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada
pihak-pihak terkait, dan (c) melaksanakan rencana tindak lanjut.
Keenam, laporan yang meliputi kegiatan: (a) menyusun laporan
layanan konseling perorangan, (b) menyampaikan laporan kepada kepala
sekolah atau madrasah dan pihak lain terkait, dan (c)
menkdokumentasikan laporan.

3.2 Layanan Konseling Kelompok


3.2.1 Makna Layanan Konseling Kelompok
Menurut Tohirin (2011: 179-181) layanan konseling kelompok
mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengankonselor
sebagai pemimpim kegiatan kelompok. Layanan konseling kelompok
mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang
berguna bagi pengembangan pribadi dan pemecahan masalah individu
(yang) menjadi peserta layanan. Berdasarkan deskripsi di atas , layanan
konseling kelompok dapat di maknai sebagai suatu upaya pembimbing
atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah anggota peibadi

20 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
yang dialami oleh masing-masing anggotakelompok melalui kegiatan
kelompok agar tercapi perkembangan yang optimal.
Didalam layanan konseling kelompok, dinamika kelompok harus
dapat dikembangkan secara baik, sehingga mendukung pencapaian tujuan
layanan secara efektif.
Sebagaimana halnya bimbingan kelompok, konseling kelompok pun
harus dipimpin oleh seorang pembimbing (konselor) terlatih dan
berwewenang menyelenggarakan pratik konseling profesional. Dalam
konseling kelompok, tugas pemimpin kelompok adalah:
Pertama, Membentuk kelompok yang terdiri atas 8-10 orang sehingga
terpenuhi syarat-syarat kelompok yang mampu secara aktif
mengembangkan dinamika kelompok, yaitu:
a. Terjadinya hubungan antara anggota kelompok menuju ke akraban di
antara mereka.
b. Tumbuhnya tujuan bersama di antara anggota kelompok dalam suasan
keakraban.
c. Berkembangan iktikad dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan
kelompok.
d. Terbinanya kemandirian pada setiap anggota kelompok, sehingga
mereka masing-masing mampu berbicara.
e. Terbinanya kemadirian kelompok sehingga kelompok berusaha dan
mampu tampil beda dari keleompok lainnya.
Kedua, Memimpin kelompok yang bernuansa layanan konseling
melalui bahasa konseling untuk mencapai tujuan-tujuan konseling .
pemimpin kelompok dituntut untuk menghidupkan dinamika kelompok di
antara semua peserta secara intefsif yang mengarahkan kepada pencapaian
tujuan-tujuan umum dan khusus layanan konseling kelompok.
Ketiga, Melakukan penstrukturan,yaitu membahas bersama anggota
kelompok tentang apa,mengapa dan bagaimana layanan konseling
kelompok di laksankan.
Keempat, Melakukan pentahapan kegiatan kenseling kelompok.

21 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
Kelima, Memberikan penelitian segera hasil layanan konseling
kelompok.
Keenam, Melakukan tindak lanjut layanan konseling kelompok.
Untuk dapat menjalankan tugas dan kewajiban profesional secara baik
seperti tersebut diatas, seorang pemimpin kelompok dalam layanan
konseling kelompo harus mampu:
1. Membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga terjadi dinamika
kelompok dalam suasana interaksi antara anggota kelompok yang
bebas, terbuka dan demokratis, konstruksi , saling mendukung dan
meringankan beban ,menjelaskan,memberikan pencerahan,memberikan
rasa nyaman, menggembirakan secara mencapai tujuan bersama
kelompok.
2. Berwawasan luas dan tajam sehingga mampu mengisi,menjembatani,
meningkatkan, memperluas dan mensinergikan konten bahasan yang
tumbuh dalam aktivitas kelompok.
3. Memiliki kemampuan hubungan antar personal yang hangat dan
nyaman ,sabar dan memberi kesempatan, demokrastis dan
kompromistik atau tidak antagonistik, dalam mengambil kesimpulan
dan keputusa, tanpa memaksakan dalam ketegasan dan kelembutan,
jujur dan tidak berpura-pura, disiplin dan kerja keras.

3.2.2 Tujuan Layanan Konseling Kelompok


Menurut Prayitno, 2004 dalam Tohirin (2011: 181) secara umum
tujuan layanan konseling kelompok adalah berkembanganya kemampuan
sosialisasi siswa, khususnya kemampuan berkomunikasinya. Melalui
layanan konseling kelompok, hal-hal dapat menghambat atau mengganggu
sosialisasi dan komunikasi siswa di ungkap dan di dinamikakan melalui
berbagai teknik, sehingga kemampuan sosial dan berkomunikasi siswa
berkembang secara optimal. Melalui layanan konseling kelompok juga
dapat dientaskan masalah klien (siswa) dengan memanfaatkan dinamika
kelompok.

22 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
Selanjutnya menurut Prayitno, 2004 dalam Tohirin (2011:181) secara
khusus, oleh karena focus layanan konseling kelompok adalah masalah
pribadi individu peserta layanan, maka layanan konseling kelompok yang
intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut, para peserta
memperoleh dua tujuan sekaligus yaitu :
1. Terkembangnya perasaan,pikiran,persepti,wawasan dan sikap terarah
kepada tingkah laku khususnya dan bersosialisasi dan berkomunikasi.
2. Terpecahanya masalah individu yang bersangkutan dan di perolehnya
Imbasan pemecaha masalah tersebut bagi individu-individu lain yang
menjadi peserta layanan.

3.2.3 Isi Layanan Konseling Perorangan


Menurut Tohirin (2011: 182) layanan konseling kelompok
membahasa masalah-masalah pribadi yang diamali olehmasing-masing
aggota kelompok. Secara bergiliran anggota kelompok mengemukakan
masalah pribadinya secara bebas, selanjutnya dipilih mana yang akan
dibahas dan dientaskan terlebih dahulu dan seterusnya.

3.2.4 Teknik Layanan Konseling Kelompok


Menurut Tohirin (2011: 182-183) secara umum teknik-teknik yang di
terapkan dalam layanan bimbingan kelompok bisa di terpakan dalam
layanan konseling kelompok. Beberapa teknik yang bisa digunakan dalam
layanan konseling kelompok adalah :
1. Teknik umum ( pengembangan dinamika kelompok)
Secara umum, teknik-teknik yang digunakan dalam
penyelenggaraan layanan konseling kelompok mengacu kepada
berkembangnya dinamika kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota
kelompok untuk mencapai tujuan layanan. Adapun teknik-teknik
tersebut secara garis besar meliputi:
a. Komunikasi multiarah secara efektif dinamis dan terbuka
b. Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam
pembahasan, analisis dan pengembangan argumentasi.

23 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
c. Dorongan minimal untuk memantapkan respons aktivitas anggota
kelompok.
d. Penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh (uswatun hasana)
untuk lebih memantapkan analisi, argumentasi dan pembahasan.
e. Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku .
2. Teknik permainan kelompok
Dalam layanan konseling kelompok dapat diterapkan teknik permainan
baik sebagai selingan maupun sebagai wahana (media) yang memuat
materi pembinaan tertentu. Permainan kelompok yang efektif harus
memenuhi ciri-ciri sebagai berikut :
a. Sederhana
b. Menggembirakan
c. Menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan
d. Meningkatkan keakraban
e. Diikuti oleh semua anggota kelompok

3.2.5 Kegiatan Pendukung Layanan Konseling Kelompok


Menurut Tohirin (2011: 183-185) seperti halnya layanan bimbingan
kelompok dan layanan yang lainnya, layanan konseling kelompok juga
memerlukan keiatan pendukung, seperti aplikasi instrumentasi, himpunan
data , konferensi kasus, kujungan rumah, dan alih tangan kasus.
1. Aplikasi instrumentasi
Data yang di himpun atau diperoleh melalui aplikasi instrument
dapat digunakan sebagai :
a. Pertimbangan dalam bentuk kelompok konseling kelompok
b. Pertimbangan dalam menetapkan seseorng atau lebih dalam
kelompok layanan konseling
c. Materi atau pokok bahasan kegiatan layanan konseling kelompok.
2. Himpunan data
Data dalam himpunan data yang dihasilkan melalui aplikasi
instrumentasi, dapat digunakan untuk merencanakan dan mengisi
kegiatan layanan konseling kelompok.

24 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
3. Konferensi kasus
Dapat dilakukan sebelum kegiatan layanan konseling kelompok
dimukai dan dapat juga sebagai tindak lanjut dari kegiatan layanan
konseling kelompok untuk peserta tertentu.
4. Kunjungan rumah
Sebagaiman dalam bimbingan kelompok, kunjungan rumah dalam
konseling kelompok juga bisa dilakukan untuk mendalami dan
penanganan lenih lanjut masala siswa yang di bahasa dalam konseling
kelompok.
5. Alih tangan kasus
Masalah yang belum tuntas melalui layanan konseling kelompok
dapat di alihtangankan (memindahkan tanggung jawab pemecahan
masalah klien tertentu kepada orang lain yang dianggap lebih
berwenang atau mengetahui).

3.2.6 Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok


Menurut Tohirin (2011: 185-186) sebagaimana layanan bimbingan
kelompok, layanan konseling kelompok juga menempuh tahap-tahap
sebagai berikut :
1. Perencanaan yang mencakup kegiatan
a. Membentuk kelompok (jumlahnya 8-10 orang) tidak boleh
melebihi 10 siswa.
b. Mengidentifikasi dan menyakinkan klien (siswa) tentang perlunya
masalah di bawa ke dalam layanan konseling kelompok.
c. Menenmpatkan klien (siswa) dalam kelompok
d. Menyusun jadwal
e. Menetapkan prosedur layanan
f. Menetapkan fasilitas layanan menyiapkan kelengkapan
administrasi.
2. Pelaksanaan yang mencakup kegiatan :
a. Mengomunikasikan rencana layanan konseling kemlompok
b. Mengorganisasikan kegiatan layanan konseling kelompok

25 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
c. Menyelenggarakan layanan konseiling kelompok melalui tahap-
tahap:
1. Pembentukan
2. Peralihan
3. Kegiatan
4. Pengakhiran
3. Evaluasi
4. Anaisis hasil evaluasi
5. Tindak lanjut
6. Laporan

26 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Menurut Prayitno, 2001 dalam Tohirin (163-164) layanan konseling


perorangan bermakna layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang
pembimbing (konselor) terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan
masalah pribadi klien. Konseling perorangan berlangsung dalam suasana
komunikasi atau tatap muka secara langsung antara konselor dengan klien
(siswa) yang membahas berbagai masalah yang alami klien. Pembahasan
masalah dalam konseling perorangan bersifat holistik dan mendalam serta
menyentuh hal-hal penting tentang diri klien (sangat mungkin menyentuh
rahasia pribadi klien), tetapi juga bersifat spesifik menuju kearah pemecahan
masalah. Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar klien memahami
kondisi dirinya sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan
dan kelemahan dirinya sehingga klien mampu mengatasinya.

Menurut Tohirin (2011: 179-181) layanan konseling kelompok


mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengankonselor
sebagai pemimpim kegiatan kelompok. Layanan konseling kelompok
mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna
bagi pengembangan pribadi dan pemecahan masalah individu (yang) menjadi
peserta layanan. Berdasarkan deskripsi di atas , layanan konseling kelompok
dapat di maknai sebagai suatu upaya pembimbing atau konselor membantu
memecahkan masalah-masalah anggota peibadi yang dialami oleh masing-
masing anggotakelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapi
perkembangan yang optimal. Tujuan layanan konseling kelompok adalah
berkembanganya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan
berkomunikasinya.

27 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
4.2 Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk kedepannya kami akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang “Layanan Konseling Individu dan Layanan Konseling Kelompok”.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun pembaca, dan kami
juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah selanjutnya. Apabila ada terdapat kesalahan dalam
pembahasan, mohon untuk pembaca agar dapat mema'afkan dan
memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah
khilaf, Alfa dan lupa.

28 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g
DAFTAR PUSTAKA

Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis


Integrasi). Jakarta: Rajawali Pers.
Willis, Sofyan S. 2007. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung:
CV Alfabeta.
Hellen. 2005. Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching.
Nurihsan, Achmad Juntika. 2011. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai
Latar Kehidupan. Jakarta: Refika Aditama.
Rahman, Hibana S. 2003. Bimbingan dan Konseling Pola 17. Jakarta: Rineka
Cipta.
https://www.academia.edu/17133488/CONTOH_KASUS_BIMBINGAN_K
ONSELING. Diakses pada 23 Februari 2019 Pukul 19.21 WIB.
Slamet, Nasrina Nur Fahmi. 2016. Layanan Konseling Kelompok dalam
Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa SMK Negeri 1 Depok
Sleman. Jurnal Hisbah. Volume 13 Nomor 1 Hal 69-81.

29 | B i m b i n g a n K o n s e l i n g

Anda mungkin juga menyukai