Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Layanan bimbingan dan konseling merupakan layanan yang diperuntukkan untuk
semua individu (baik yang mempunyai masalah maupun tidak) yang sedang
berkembang. Pada dasarnya layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk
mengenal, memahami dirinya dan mengembangkan potensi yang ada dan pada akhirnya
dapat mengaktualisasikan dirinya secara utuh.
Selama ini masih berkembang bahwa layanan bimbingan dan konseling hanya
diperuntukkan pada individu yang sedang mempunyai masalah, sehingga citra (image)
seorang konselor adalah tempat mengadunya individu yang bermasalah saja. Dan, jika
konselor di sekolah sebutannya adalah “polisi sekolah”, padahal tugas dan wewenang
konselor di sekolah bukan hanya mengurusi secara administrasi saja melainkan segala
aspek dan seharusnya konselor dapat menangani. Pertanyaan berikut, jika konselor di
sekolah hanya diperuntukkan untuk individu bermasalah, bagaimana individu yang
sedang berkembang, apakah tidak membutuhkan bantuan atau bimbingan dari seorang
konselor?
Untuk menjawab tantangan tersebut, maka para ahli dalam bidang bimbingan dan
konseling telah mengusahakan agar tugas dan wewenang konselor dapat dirasakan dan
dinikmati oleh banyak orang bukan hanya orang yang membutuhkan saja. Organisasi
bimbingan dan konseling di Indonesia yaitu ABKIN telah mencoba untuk menjawab hal
tersebut. Sehingga eksistensi seorang konselor dapat dilihat dan disejajarkan dengan
profesi-profesi pada bidang yang lain.
Pada masa sekarang bidang bimbingan dan konseling sudah mulai berkembang
baik dari mulai memahami konsep bimbingan dan konseling, materi layanan yang akan
diberikan, subyek layanan yang masih menjadi wewenang seorang konselor, strategi
bimbingan dan konseling, kompetensi seorang konselor berdasarkan pada Standar
Kompetensi Konselor Indonesia (SKKI) yang dibuat oleh ABKIN, dan evaluasi dari
program bimbingan dan konseling maupun evaluasi untuk seorang konselor.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari layanan advokasi dan konsultasi?
2. Apa saja contoh kasus yang terjadi pada layanan advokasi dan konsultasi?
3. Bagaimana teknik pelaksanaan pada layanan advokasi dan konsultasi?

1|BIMBINGAN DAN KONSELING


4. Apa tujuan layanan advokasi dan konsultasi?
5. Apa saja komponen layanan advokasi dan konsultasi?
6. Apa isi dari layanan advokasi dan konsultasi?
7. Bagaimana pendukung layanan konsultasi?
8. Apa perbedaan konsultasi dan konseling?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa pengertian layanan advokasi dan konsultasi.
2. Untuk mengetahui apa saja contoh kasus pada layanan advokasi dan konsultasi.
3. Untuk mengetahui bagiamana teknik pelaksanaan pada layanan advokasi dan
konsultasi.
4. Untuk mengetahui apa tujuan dari layanan advokasi dan konsultasi.
5. Untuk mengetahui apa saja komponen layanan advokasi dan konsultasi.
6. Untuk menegtahui apa isi dari layanan advokasi dan konsultasi.
7. Untuk mengetahui bagaimana pendukung layanan konsultasi
8. Untuk mengetahui apa saja perbedaan antara konsultasi dengan konseling.

2|BIMBINGAN DAN KONSELING


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Layanan Advokasi dan Konsultasi


1. Pengertian Layanan Advokasi
Layanan Advokasi adalah usaha sistematis secara bertahap (inkremental) dan
terorganisir yang dilakukan oleh kelompok atau organisasi profesi untuk
menyuarakan aspirasi anggota, serta usaha mempengaruhi pembuat kebijakan publik
untuk membuat kebijakan yang berpihak kepada kelompok tersebut, sekaligus
mengawal penerapan kebijakan agar berjalan efektif.
Layanan advokasi adalah layanan BK yang membantu peserta didik untuk
memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak diperhatikan dan atau mendapatkan
perlakuan yang salah sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas dan terpuji
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengertian Layanan Advokasi adalah suatu
layanan yang membela hak seseorang yang tercederai dimana usaha yang
dilaksanakan sistimatis secara bertahap (inkremental) dan terorganisir yang dilakukan
oleh kelompok atau organisasi profesi untuk menyuarakan aspirasi anggota, serta
usaha mempengaruhi pembuat kebijakan publik untuk membuat kebijakan yang
berpihak kepada kelompok tersebut, sekaligus mengawal penerapan kebijakan agar
berjalan efektif.
2. Pengertian Layanan Konsultasi
Menurut Elfi Mua’awanah dan Rifa Hidayah (2012: 70) layanan konsultasi
merupakan proses dalam suasana kerja sama dan hubungan antarpribadi dengan
tujuan memecahkan suatu masalah dalam lingkup profesional dari orang yang
meminta konsultasi. Ada tiga unsur di dalam konsultasi, yaitu klien, orang yang
minta konsultasi, dan konsultan. Konsultasi (consultation) yaitu segala usaha
memberikan asistensi kepada seluruh anggota staf pendidikan di sekolah dan kepada
orang tua siswa, demi perkembangan siswa yang lebih baik. Konsultasi diartikan
sebagai pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan (nasehat, saran) yang
sebaik- baiknya.
“Konsultan” diartikan sebagai orang (ahli) yang bertugas memberikan
petunjuk, atau nasehat dalam suatu kegiatan.Kata “Berkonsultasi”diartikan sebagia
bertukar pikiran atau meminta pertimbangan dalam memutuskan sesuatu dan meninta
nasehat. Konsultasi merupakan kegiatan berbagi pemahaman dan kepedulian antara

3|BIMBINGAN DAN KONSELING


konselor atau guru bimbingan dan koseling dengan guru mata pelajaran, orang tua,
pimpinan satuan pendidikan, atau pihak lain yang relevan dalam upaya membangun
kesamaan persepsi dan memperoleh dukungan yang diharapkan dalam memperlancar
pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling.
Konsultasi yaitu suatu layanan yang membantu siswa dan/atau pihak lain
dalam memperoleh wawasan, pemahaman,serta cara-cara yang perlu dilaksanakan
dalam menangani kondisi dan/atau masalah peserta didik.6 Konsultasi dalam rangka
program bimbingan memberikan esistensi profesional kepada guru, orang tua,
konselor dan lainya,dengan tujuan mengidentivikasi dan mengatasi permasalahan
yang menimbulkan hambatan-hambatan dalam komunikasi.
Menurut Tohirin (2011: 186) Layanan konsultasi merupakan layanan
konseling yang dilaksanakan oleh konselor(pembimbing) terhadap seseorang
pelanggan (konsulit) yang memungkinkannya memperoleh wawasan,pemahaman dan
cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi atau permasalahan pihak
ketiga. Menurut Prayitno dalam Tohirin (2011: 186) menyatakan bahwa konsultasi
pada dasarnya dilaksanakan secara perorangan dalam format tatap muka anatar
konselor sebagai konsultan dengan konsulti. konsultasi juga dapat dilaksanakan
terhadap dua orang konsulti atau lebih terutama apabila konsulit itu menghendakinya.
Dalam layanan konsultasi, ada tiga pihak yang tidak bisa dipisahkan, yaitu
konselor, konsulti, dan pihak ketiga. Konselor merupakan tenaga ahli konseling uang
memiliki kewenangan melakukan pelayanan konseling sesuai dengan bidang
tugasnya. Konsulti adalah individu yang meminta bantuan kepada konselor agar
dirinya mampu menangani kondisi atau masalah yang dialami pihak ketigaa yang
setidaknya sebagian menjadi tanggung jawabnya. Sedangkan pihak ketiga adalah
individu-individu yang kondisi atau permasalahannya dipersoalkan oleh konsulti.
Di lingkungan sekolah atau madrasah yang bisa menjadi konsulti adalah
kepala sekolah atau kepala madrasah, guru-guru, orang tua siswa. Apabila yang
menjadikonsulti adalah kepala sekolah, maka pihak ketiganya bisa guru dan siswa.
Apabila yang menjadi adalah guru maka pihak ketiganya adalah siswa. Sedangkan
apabila yang menjadi konsultinya orang tua maka pihak ketiganya adalah anak
(terutama yang berstatus sebagai siswa di sekolah atau madrasah yang bersangkutan).
Masalah-masalah yang konsultasikan mecakup berbagai hal yang dialami pihak
ketiga dalam kehidupan sehari-hari terutama menyangkut statusnya sebagai siswa
baik di sekolah atau madrasah maupun di rumah serta lingkungannya.

4|BIMBINGAN DAN KONSELING


Menurut Rifda El Fiah (2017: 290) Layanan konseling merupakan suatu
layanan yang dimaksudkan untuk membantu kesulitan yang dihadapi anak secara
lebih intensif atau mendalam. Misalnya, ditemukan anak yang sulit berpisah dengan
orang tua atau pengantarnya. Sudah hampir tiga bulan seorang anak selalui ditunggui
orang tua atau pengantar padahal anak-anak lain sudah dapat belajar sendiri tanpa
ditunggui. Contoh anak seperti ini perlu mendapatkan layanan konseling.
Menurut Achmad Juntika Nurihsan (2011: 20) Layanan konseling merupakan
layanan untuk membantu individu menyelesaikan masalah-masalah, terutama
masalah sosial-pribadi yang mereka hadapi. Layanan ini bersifat terapeutik dan
hanya dapat diberikan oleh pembimbing yang memiliki latar belakang pendidikan di
bidang bimbingan dan konseling atau psikologi.
Layanan konseling ini dilakukan melalui proses interaksi yang bersifat pribadi
antara konselor dan konseli. Konselor menfasilitasi lingkungan psikologis konseli
sehingga konseli dapat mengembangkan potensinya sebaik mungkin dan mampu
mengatasi masalah yang dihadapinya sebaik mungkin.
Menurut Achmad Juntika Nurihsan (2011: 22) Konseling merupakan bantuan
yang bersifat terapeitik yang diarahkan untuk mengubah sikap dan prilaku individu.
Konseling dilaksanakan melalui wawancara (konseling) langsung dengan individu.
Konseling ditujukan kepada individu yang normal, bukan yang mengalami keuslitan
kejiwaan, melainkan hanya mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dalam
pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial.
Menurut Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan (2010: 20) Konseling
merupakan pelayanan terpenting dalam program bimbingan. layanan ini
memfasilitasi siswa untuk memperoleh bantuaan pribadi secara langsung baik face to
face ataupun melalui media dalam memperoleh pemahaman dan kemampuan untuk
mengembangkan kematangan dirinya dan menanggulangi masalah dan kesulitan
yang di hadapinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
2.2 Contoh Kasus Layanan Advokasi dan Konsultasi
1. Contoh Kasus Layanan Advokasi
Kasus pelecehan seksual pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri di Kota Bekasi diketahui menjadi salah satu kasus yang belum mendapat
penanganan dengan cukup baik. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan
oleh peneliti di tahun 2016 pada 42 orang guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMP
di wilayah Bekasi ditemukan bahwa dalam rentang waktu satu hingga dua tahun

5|BIMBINGAN DAN KONSELING


terdapat 35 orang guru BK yang pernah menerima laporan masalah pelecehan
seksual di sekolah, dan 7 orang guru BK tidak pernah menerima laporan terkait
masalah pelecehan seksual. Korban dari pelecehan seksual tersebut dilaporkan oleh
33 orang guru BK SMP adalah peserta didik berjenis kelamin perempuan, dan 2
orang guru BK SMP lainnya menyebutkan korbannya adalah peserta didik laki-laki.
Seluruh narasumber studi pendahuluan yaitu 42 orang guru BK, mereka menilai
sangat dibutuhkan ketersediaan program layanan advokasi BK mengenai masalah
pelecehan sesual di sekolah, meskipun penyediaan layanan advokasi pelecehan
seksual diakui oleh 31 orang guru BK SMP di Bekasi belum disediakan.
2. Contoh Kasus Layanan Konsultasi
Kasus peserta didik yang mengalami masalah dalam menentukan jurusan yang akan
diambilnya. Pada saat masuk SMA Peserta didik yang mengalami masalah dalam
menetukan jurusan (IPA/IPS) yang akan dia ambil atau dipilihnya. Banyak
pertimbangan yang dipikirkan peserta didik serta tentang masa depannya nanti. lalu
dia menemui konselor untuk berkonsultasi tentang masalahnya tersebut. Pada
masalah yang dialami peserta didik, konselor memberikan layanan konsultasi yang
nantinya peserta didik diberikan pemahaman/wawasan guna memperoleh informasi.
Caranya:
Dengan menjelaskan kepada peserta didik, tentang kelemahan, kelebihan & juga
peluang kerja yang dimiliki masing-masing jurusan.
1. Jurusan IPA
a. Kelebihan
 Bisa lintas jurusan begitu memilih PTN, karena jurusan ini selalu bisa
Survive dari segala jenis pelajaran. Ada anggapan kalau murid IPA selalu
bisa beradaptasi dengan pelajaran IPS dengan mudah.
 Melatih kemampuan logika dan penyelesaian masalah. Sehingga dalam
dunia kerja lulusan IPA juga dianggap bisa bekerja di bidang IPS.
b. Kelemahan
 Sering terlihat belajar terus, seperti tidak ada waktu santai. kurang dalam
pengetahuan pergaulan.
 Pada akhirnya sering memilih jurusan IPS karena mengaku salah jurusan
pada waktu kuliah, karena tidak kuat menjalani beberapa mata kuliah.

6|BIMBINGAN DAN KONSELING


 Belum tentu bisa menggabungkan metode menghafal dan menalarkan
pelajaran.
c. Peluang
Ada peluang ke luar negeri dengan mengikuti olimpiade sains. Pada saat
kuliah nanti, apabila ada tambahan dapat mempelajari ilmu bisnis dan
marketing untuk mendukung ilmu “teknik” nya.
2. Jurusan IPS
a. Kelebihan
 Bukan santai, tapi pelajarannya memang hanya membutuhkan penalaran
saja.
 Saat ini, dunia kerja lebih membuka lapangan pekerjaan luas untuk
jurusan Sosial.
 Karena masih ada waktu untuk bergaul, wawasan tentang dunia pergaulan
bisa lebih luas.
b. Kelemahan
 Sangat berat bila bersaing di bidang IPA atau eksakta.
 dicap miring soal jurusan pelarian dan gayanya yang santai
c. Peluang
Keahlian komunikasi yang baik harus ditambah dengan penguasaan
bahasa asing supaya bisa menguasai dunia kerja yang bisa membawa kita ke
luar negeri.
2.3 Teknik Pelaksanaan Layanan Advokasi dan Konsultasi
1. Teknik Pelaksanaan Layanan Advokasi
a. Teknik wawancara, diskusi dan mempertimbangkan bersama pada umumnya
dipakai dalam hubungan dengan pihak-pihak terkait.
b. Studi dokumentasi ataupun data aktual berkenaan dengan kondisi klien dan hal-
hal terkait dengan permasalahan hak dan implementasinya.
c. Solusi tentang pengembalian hak klien diambil dari pihak berkewenangan dapat
dengan diberlakukannya secara bertingkat ataupun atas hasil musyawarah pihak-
pihak terkait.
2. Teknik Pelaksanaan Layanan Konsultasi
a. Teknik Layanan Konsultasi

7|BIMBINGAN DAN KONSELING


Menurut Tohirin (2011: 189) ada beberapa teknik layanan konsultasi yaitu
sebagai berikut:
Pertama, teknik umum. Teknik umum merupakan sejumlah tindakan yang
dilakukan konselor untuk mengembangkan proses konselor untuk
mengembangkan proses konseling konsultasi. Teknik ini diawali dengan
menerima klien , mengatur posisi duduk,mengadakan penstruktur,mengadakan
analisis dan diskusi tentang permasalahan yang dihadapi hingga mengadakan
penilaian dan laporan.
Secara umum teknik konseling sebagaimana dibahas dalam bab tentang
teknik-teknik konseling dapat diterapkan dalam layanan konsultasi.
Mengembangkan dan mendalami masalah serta membangun suatu semangat.
Kedua teknik khusus. Teknik ini dimaksudkan untuk mengubah tingkah
laku klien, terutama berkenaan dengan masalah yang dialami pihak ketiga.
Teknik ini diawali dengan perumusan tujuan, yaitu hal yang ingin dicapai klien
dalam bentuk perilaku nyata, pengembangan perilaku itu sendiri,hingga
peneguhan hasrat, penyusun kontrak dan apabila perlu alih tangan kasus.
Pemberian perilaku meliputi pemberian informasi dan contoh, latihan khusus
(seperti penanganan, desensitisasi atau sentisasi, kursi kosong, permainan peran
atau dialog)
b. Pelaksanaan Layanan Konsultasi
Menurut Tohirin (2011: 193) pelaksanaan layana konsultasi menempuh
beberapa tahap kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil
evaluasi, dan tindak lanjut serta laporan.
Pertama, perencanaan yang meliputi kegiatan: mengidentifikasi konsulti,
mengatur pertemuan, menetapkan fasilitas layanan dan menyiapkan kelengkapan
administrasi.
Kedua, pelaksanaan yang mencakup kegiatan yaitu, menerima konsulti,
menyelengarakan penstrukuturan konsulti, membahas masalah pihak ketiga yang
dibawa oleh konsulti, mendorong dan melatih konsulti untuk mampu menangani
masalah yang dialami oleh pihak ketiga dan memanfaatkan sumber-sumber yang
ada dengan pembahasan masalah pihak ketiga, membina komitmen konsulti
untuk menangani masalah pihak ketiga dengan bahasa dan cara konseling.
Ketiga, Evaluasi layanan konsultasi mencakup tiga aspek atau tiga ranah
yaitu pemahaman yang diperoleh konsulti, perasaan yang berkembang pada diri

8|BIMBINGAN DAN KONSELING


konsulti dan kegiatan apa yang akan dilaksanakan setelah proses konsultasi
berakhir.
Kempat, analisis hasil evaluasi pada tahap ini yang dilakukan adalah
menafsirkan hasil evaluasi berkenaan dengan pihak ketiga dan konsulti sendiri.
Kelima, tindak lanjut melakukan konsultasi lanjutan dengan konsulitasi
guna membicarakan hasil evaluasi serta menentukan arah dan kegiatan lebih
lanjut.
Keenam, laporan yang meliputi kegiatan,membicarakan dengan konsulti
tentang laporan yang diperlukan oleh konsulti dan mendokumentasikan laporan
layanan konsultasi.

9|BIMBINGAN DAN KONSELING


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Layanan Advokasi


3.1.1 Tujuan Layanan Advokasi
1. Tujuan Umum
Layanan advokasi dalam konseling bermaksud mengentaskan klien dari
suasana yang menghimpit dirinya karena hak-hak yang hendak dilaksanakan
terhambat dan terkekang sehingga keberadaan, kehidupan dan
perkembangannya, khususnya dalam bidang pendidikan menjadi tidak lancar,
terganggu, atau bahkan terhenti atau terputus. Dengan layanan advokasi yang
berhasil klien akan kembali menikmati hak-haknya, yang dengan demikian
klien berada kembali dalam posisi perkembangan diri (yaitu pengembangan
pribadi, sosial, belajar, karier, keluarga, keagamaan, dan atau
kemasyarakatan) secara positif dan progresif.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus layanan advokasi dalam konseling adalah membebaskan klien
dari cengkeraman pihak tertentu yang membatasi atau bahkan menghapus
hak klien dan masalah klien teratasi. Karena konseling adalah profesi dalam
bidang pendidikan, maka layanan advokasi dalam konseling dilakukan
berkenaan dengan hak-hak klien dalam bidang pendidikan. Di luar bidang
pendidikan, layanan advokasi dapat dilaksanakan oleh konselor sepanjang
pemasalahan klien masih berada dalam kewenangan konselor menanganinya.
3.1.2 Komponen Layanan Advokasi
Layanan advokasi dalam konseling dapat menyangkut komponen yang
lebih bervariasi, baik berkenaan dengan person-person yang terkait maupun
variasi kondisi dan keluasaan materinya. Segenap person tersebut dan kondisi
materi yang ada dimanfaatkan untuk kepentingan klien.
1. Konselor
Konselor sebagai pelaksana layanan advokasi dituntut untuk mampu
berkomunikasi, melobi dan mengambil manfaat sebesar-besarnya dari
hubungan dengan pihak-pihak terkait, dan juga mengolah kondisi dan materi
secara optimal. WPKNS (Wawasan, Pengetahuan, Keterampilan, Nilai dan

10 | B I M B I N G A N D A N K O N S E L I N G
Sikap) yang ada pada diri konselor cukup luas dan memadai terkait dengan
pelanggaran hak klien yang dilayani dan pihak-pihak terkait.
2. Korban Pelanggan Hak
Korban pelanggan hak merupakan person atau individu atau klien yang
menjadi “bintang” dalam layanan advokasi. Untuk klienlah segenap upaya
dilaksanakan. Keputusan atau kondisi yang menerpa klien diupayakan untuk
diangkat sehingga tidak lagi menimpa dan menghinggapi dirinya. Hak yang
dipecundangi itu dikembalikan kepada klien, sedapat-dapatnya sepenuhnya,
sejenis-jenisnya, sebersih-bersihnya. Dari kondisi semula yang bermasalah
sampai dengan kembalinya hak klien untuk selanjutnya klien menjadi
individu yang dapat menikmati haknya untuk sebesar-besarnya kesempatan
dirinya.
3. Pihak-pihak Terkait
Pihak terkait pertama adalah person yang memiliki kewenangan untuk
mempengaruhi terimplementasikannya hak klien. Pengaruh dari pihak yang
berkewenangan itu dapat dalam kadar yang bervariasi, pengaruhnya cukup
ringan atau sampai amat berat atau bahkan bersifat final. Pada kasus siswa
tersebut di atas pengaruh dari pihak yang dimaksudkan itu bersifat final,
yaitu tidak boleh masuk sekolah dan tidak boleh mengikuti UN.
Untuk kasus siswa SMA itu pihak yang berkewenagan tertinggi adalah
kepada sekolah yang membuat keputusan final terhadap siswa tentang
kesempatan masuk sekolah dan keikutsertaan UN. Pengaruh kepada sekolah
adalah bersifat final, keputusan tidak berkadar 100%. Di samping itu ada
pihak “tingkat (level) dua”, yaitu guru BK (yang tidak ahli BK), yang
melabeli siswa sebagai “gila” yang menjadi alasan bagi kepala sekolah
membuat keputusan final. Pihak lain lagi yaitu guru yang memberi tugas
terlalu amat berat sehingga tidak mungkin dikerjakan oleh siswa, yang
membuat siswa seperti “gila” menurut pandangan guru BK. Pihak lain adalah
orang tua siswa, yang menerima dampak paling berat kedua selain anaknya
yang haknya dicabut itu. Selain itu ada dokter yang memeriksa siswa yang
dilabeli gila itu. Konselor dituntut untuk mampu “menganggap” pihak-pihak
terkait itu.

11 | B I M B I N G A N D A N K O N S E L I N G
3.1.3 Isi Layanan Advokasi
1. Isi atau materi layanan ADVO terfokus pada ak klien yang terkena perlakuan
negatif oleh pihak atau pihak-pihak tertentu sehingga (sangat) merugikan
klien. Materi tersebut bervariasi terutama kalau dilihat dari perlakuan
pencederaan hak klien oleh pihak terkait. Dalam kasus diatas materi puncak
ADVO adalah putusan kepala sekolah yang melarang siswa masuk sekolah
dan ikut ujian. Materi terkait dengan guru BK adalah sikap dan label yang
diberikan kepada siswa; materi terkait dengan guru adalah tugas untuk siswa
yang terlalu amat berat, dan materi terkait dengan orang tua adalah beban
orang tua terkait keputusan kepala sekolah. Dalam layanan advokasi konselor
menganggap segenap materi tersebut yang mengarah kepada terselesaikannya
hak siswa berkenaan kegiatan pembelajaran di sekolah dan ikut UN.
2. Berkenaan materi karakter-cerdas, konselor setiap kali mengangkat materi
karakter-cerdas pada berbagai aspek layanan agar seluruh kegiatan layanan
isinya diwarnai oleh suasana perilaku/ penampilan dengan prospektif
karakter-cerdas.
3.2 Layanan Konsultasi
8.3.1 Tujuan Layanan Konsultasi
Menurut Tohirin (2011: 188) Secara umum layanan konsultaasi bertujuan
agar klien dengan kemampuannya sendiri dapat menangani kondisi atau
permasalahannya yang dialami oleh pihak ketiga. pihak ketiga adalah orang yang
mempunyai hubungan baik dengan konsulti, sehingga permasalahan yang dialami
oleh pihak ketiga setidak-tidaknya sebahagian menjadi tanggung jawab konsulti.
Secara lebih Khusus, Tujuan konsultasi adalah agar konsulti memiliki
memilki kemampuan diri yang berupa wawasan,pemahaman,dan cara-cara
bertindak yang terkait langsung dengan suasana atau permasalahan pihak ketiga.
Proses konsultasi yang dilakukan oleh konsulit terhadap konselor dan proses
pemberian bantuaan oleh konsulti kepada pihak ketiga,bertujuan untuk
mengentaskan masalah yang dialami oleh pihak ketiga.
Kemampuan konsulti yang dihasilkan melalui layanan konsultasi
dimaksudkan di atas dapat berupa wawasan, pemahaman dan cara-cara bertindak
yang terkait langsung dengan suasana dan/atau permasalahan pihak ketiga itu
(fungsi Pemahaman). Dengan kemampuan yang dimilikinya itu konsulti akan
melakukan sesuatu (sebagai bentuk langsung dari hasil konsultasi) terhadap pihak

12 | B I M B I N G A N D A N K O N S E L I N G
ketiga. Dalam kaitan ini, proses konsultasi yang dilakukan konselor disisi yang
pertama adalah pemberian bantuan kepada konsulti agar dapat melakukan
tindakan tertentu terhadap pihak ketiga, dan pada sisi yang kedua, bermaksud
mengentaskan masalah yang dialami pihak ketiga (fungsi Pengentaan).
Apa yang dilakukan oleh konsultan (konselor) dalam layanan KSI
terhadap konsulti, searah dengan yang dilakukan oleh konselor dalam layanan
konseling perorangan, yaitu terhadap penanganan masalah yang dialami pihak
ketiga. Hal ini dilakukan, baik dalam layanan konsulti maupun konseling
perorangan dimaksudkan agar konsulti (dalam layanan KSI) atau klien (dalam
layanan KP) benar-benar mandiri dan mampu mengendalikan diri demi
kesuksesan peran konsulti terhadap pihak ketiga dengan lancar dan sukses.Untuk
itu konsulti juga perlu mengendalikan diri untuk menghindari hal-hal yang tidak
diperlukan terkait dengan pihak ketiga yang dimaksudkan itu atau juga pihak-
pihak lain terkait.
Secara khusus tujuan layanan konsultasi adalah agar konsulti memiliki
kemampuan diri yang berupa : wawasan, pemahaman, dan cara-cara bertindak
yang terkait langsung dengan suasana atau permasalahan pihak ketiga. Dengan
kemampuan diri yang dimiliki konsulti, ia akan melakukan sesuatu (menerapkan
hasil-hasil konsultasi dengan konsultan) terhadap pihak ketiga proses konsultasi
yang dilakukan oleh konsulti terhadap konselor dan proses pemberian bantuan
oleh konsulti kepada pihak ketiga, bertujuan untuk mengentaskan masalah yang
dialami oleh pihak ketiga.
Konsultasi bertujuan untuk memberikan solusi, saran dan nasehat yang
diberikan oleh tenaga pendidik sekolah (konselor) dalam menganalisis berbagai
masalah yang dihadapi oleh siswa- siswi di sekolah.
8.3.2 Komponen Layanan Konsultasi
Proses layanan konsultasi melibatkan tiga person, yaitu: konselor, konsulti, dan
pihak ketiga.
1. Konselor
Konselor adalah tenaga ahli konseling yang memiliki kewenangan melakukan
pelayanan konseling pada bidang tugas pekerjaan profesionalnya.Sesuai
dengan keahliannya, konselor melakukan berbagai jenis layanan konseling,
salah satu diantaranya yaitu layanan KSI. Dalam melaksanakan layanan
konsultasi konselor mempraktikan teknik-teknik konsultasi yang secara

13 | B I M B I N G A N D A N K O N S E L I N G
simultan juga melaksanakan prinsip dan asas-asas konseling, serta jika
diperlukan melakanakan kegiatan pendukung konseling
2. Konsulti dan pihak ketiga
a. Konsulti
Konsulti adalah individu yang meminta bantuan kepada konselor agar
dirinya mampu menangani kondisi dan/ atau permasalahan pihak ketiga
yang (setidak-tidaknya sebagian) menjadi tanggung jawabnya.Bantuan itu
diminta dari konselor karena konsulti belum mampu menangani sendiri
situasi dan/atau permasalahn pihak ketga itu.
b. Pihak ketiga
Pihak ketiga adalah individu )atau individu-individu) yang kondisi dan/
atau permasalahnnya dipersoalkan oleh konsulti. Menurut konsulti,
kondisi/ permasalahan pihak ketiga itu perlu diatasi dan konsulti merasa
(setidak-tidaknya ikut) bertanggung jawab atas pengatasan permasalahan
tersebut.
c. Materi layanan
Materi layanan KSI lebih kompleks dibanding materi yang dibahas dalam
keenam jenis layanan yang dibicarakan terlebih dahulu. Hal ini
disebabkan adanya dua “jenis” subyek yang menjadi focus layanan, yaitu,
konsulti dan pihak ketiga. Konsulti maupun pihak ketiga masing-masing
mengalami masalah pribadinya sendiri, meskipun keduanya saling
keterkaitan. Data dan analisis serta pengelolahnnya lebih lanjut akan
memperlihatkan kompleksitas.
8.3.3 Isi Layanan Konsultasi
Menurut Tohirin (2011: 189) Isi layanan konsultasi dapat mencakup
berbagai bidang pengembangan sebagaimana tealah disebutkan diatas. Layanan
konsultasi dapat menyangkut pengembangan bidang pribadi,hubungan
sosial,penidikan,karier,kehidupan berkeluarga dan kehidupan beragama.
Terhadap siswa di sekolah dan madrasah,masalah-masalah yang dikonsultasikan
hendaknyan lebih diprioritaskan pada hal-hal yang berkaitan dengan status siswaa
sebagai pelajar.
8.3.4 Pendukung Layanan Konsultasi
Menurut Tohirin (2011: 190)Seperti layanan yang lain layanan konsultasi
juga memerlukan kegiatan pendukung. Kegiatan pendukung layanan konsultasi

14 | B I M B I N G A N D A N K O N S E L I N G
sama dengan layanan lainnya, yaitu aplikasi,instrumentasi,himpunan
data,konferensi kasus,kunjungan rumah,dan alih tangan kasus.
Pertama aplikasi instrumentasi.hasil aplikasi instrumentasi sangat
diperlukan untuk mendalami kondisi pribadi pihak ketiga yang masalahnya
dibahas dalam layanan konsultasi. Misalnya konsultasi dengan seorang guru mata
pelajaran tertentu yang ingin meningkatkan kemampuan belajar para siswa
didiknya sangat memerlukan data tentang kondisi kegiatan belajar siswa. Kedua
himpunan data berbagai data yang diperlukan dalam layanan konsultasi seperti
telah disebutkan diatas harus sudah tersedia atau sudah dikumpulkan oleh guru.
Pihak yang berkonsultasi dan konselor sebagai konsultan dapat menggunakan
data yang sudah tercantum pada himpunan dat yang baik secara langsung maupun
dengan cara mengolah kembali untuk memperoleh data yang lebih aktual.
Ketiga konferensi kasus dalam layanan komsultasi bertujuan untuk
mengenal lebih dekat dan mendalam tentang kasus yang dibahas,menggalang
komitmen pihaak-pihak yang hadir dalam konferensi kasus untuk bersama-sama
menangani kasus yang dibahas. Data tentang pihak ketiga harus lebih dahulu
dimiliki oleh konsulit sebelum dan selama proses konsultasi. Untuk memperoleh
pihak ketiga dilakukan antara lain melalui konferensi kasus.
Konferensi kasus diperluas memberikan manfaat ganda dalam keselurahan
proses konsultasi. Manfaat tersebut adalah pendalaman kasus yang dialami pihak
ketiga dapat terlaksanakan,konsulti dilatih untuk dapat menyelengarakan
konferensi kasus,dan konsulti memperoleh teman yaitu seluruh peserta koferensi
kasus yang komitmenya telah terbina untuk menangani kasus yang dialami pihak
ketiga.
Keempat,kunjungan rumah terkait dengan layanan konsultasi bertujuan
untuk lebih mendalami maslah yang ditangani oleh konsulit dan membina
komitmen pihak-pihak yang terkait seperti orang tua dan anggota kaluarga
lainnya dengan maslah yang dialaminya.konsultan juga masuk terlibat dalam
kunjunga suatu rumah.
Kelima,alih tangan kasus dilakukan apabila masalah pihak ketiga yang
dibawa konsulti merupakan masalah yang tidak menjadi kewenangan konsultan
umtuk menanganinya. proses alih tangan kasus ini sebaiknya menyertakan surat
pengantar untuk dibawa konsulti yang ditujukan kepada lembaga atau pihakyang
menerima alih tangan.

15 | B I M B I N G A N D A N K O N S E L I N G
8.3.5 Perbedaan Konseling dengan Konsultasi
Menurut Samuel T. Gladding (2012: 327) menemukan bahwa dalam
praktik nyata, sebagian besar konselor yang mereka survei tidak membedakan
antara konsultasi dan aktivitas konseling. Para peneliti menyimpulkan bahwa
“tujuan akhir dari keduanya begitu mirip, sehingga untuk membedakan keduanya
saat dipelajari sebagai suatu proses umum”. Bahkan, banyak proses dan
prinsipnya yag serupa. Contohnya, konsultasi dan konseling mungkin diberikan
pada tingkat primer (preventif) dan kedunya adalah proses antarpribadi. Namun,
sebenarnya ada perbedaannya.
Salah satu perbedaan antara konsultasi dan konseling adalah bahwa isi
dari “wawancara konsultasi, tidak seperti konseling, adalah sesuatu yang di luar
counseltee (pemberi konsultasi). Sebagian besar konsultasi berlangsung di
lingkungan normal (sering kali lingkungan kerja counseltee), sementara sebagian
besar koneling berlangsung di tempat khusus yaitu tempat kerja konselor.”
Perbedaan yang lebih jauh lagi anatara konseling dan konsultasi adalah
bahwa layanna konsultasi biasanya dicari ketika “sistem sedang dalam penurunan
atau krisis”. Beberapa orang baru mencari konseling ketika mereka berada dalam
keadaan stress atau distres; sebagian orang lainnya mencari bantuan konseling
terutama untuk alasan pencegahan, atau mengantisipasi hal-hal berkaitan dengan
masalah situasional dan perkembangan.
Keahlian berkomunikasi adalah bidang lain yang membedakan kedua
aktivitas ini. Keahlian berkomunikasi yang digunakan pada konsultasi tidak
banyak berbeda dari yang digunakan dalam konseling. Baik konselor maupun
konsultan sama-sama mendengarkan, menghadiri, bertanya, menjelaskan,
mengkonfrontsi, dan menyimpulkan. Akan tetapi, konsultan pada awalnya lebih
memfokuskan isi daripada persaan, karena proses ini berpusat terutama pada
masalah dan persoalan.
Perbedaan lain antara konseling dan konsultasi terletak pada peran
praktisi. Profesional baik konsultan maupun konselor, mencoba untuk memulai
terjadinya perubahan pada orang-orang yang dihadapinya. Namun, konsultan
lebih berperan sebagai katalisator karena mereka tidak memiliki “kontrol
langsung atas pemberi konsultasi (counseltee) ataupun klien counseltee tersebut”.
Akhirnya, walaupun tujuan konseling dan konsultasi adalah sama (“untuk
membantu individu menjadi lebih efesien, efektif, mandiri, dan memiliki sumber

16 | B I M B I N G A N D A N K O N S E L I N G
daya dalam kemapuan mereka untuk memcahkan masalah yang mereka hadapi”),
aktivitas konsultasi bekerja secara lebih tidak langsung. Sering kali konsultan
mengajarkan pada counseltee, suatu keahlian yang dapat diterapkan pada pihak
ketiga, sementara keahlian konseling biasanya difokuskan pada dan secara
langsung diterapkan pada individu khusu, kelompok, atau sistem yang menjadi
klien konselor.

17 | B I M B I N G A N D A N K O N S E L I N G
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Layanan Advokasi adalah usaha sistimatis secara bertahap (inkremental) dan
terorganisir yang dilakukan oleh kelompok atau organisasi profesi untuk menyuarakan
aspirasi anggota, serta usaha mempengaruhi pembuat kebijakan publik untuk membuat
kebijakan yang berpihak kepada kelompok tersebut, sekaligus mengawal penerapan
kebijakan agar berjalan efektif. Di dalam layanan advokasi ini terdapat tujuan layanan
advokasi, komponen layanan advokasi, dan isi layanan advolasi.
Menurut Elfi Mua’awanah dan Rifa Hidayah (2012: 70) layanan konsultasi
merupakan proses dalam suasana kerja sama dan hubungan antarpribadi dengan tujuan
memecahkan suatu masalah dalam lingkup profesional dari orang yang meminta
konsultasi. Ada tiga unsur di dalam konsultasi, yaitu klien, orang yang minta konsultasi,
dan konsultan. Di dalam layanan konsultasi ini terdapat tujuan layanan konsultasi,
komponen layanan konsultasi, isi layanan konsultasi, dan pendukung layanan konsultasi.
4.2 Saran
Kita sebagai calon pendidik yang langsung bersinggungan ataupun berinteraksi dengan
peserta didik, diharuskan untuk menguasai dan memahami ilmu tentangbimbingan dan
konseling meskipun bukan bertindak sebagai guru BK. Dan untuk calon atau guru BK
harus sebisa mungkin menjadi teman curhat dan tempat berkonsultasi peserta didik.

18 | B I M B I N G A N D A N K O N S E L I N G
DAFTAR PUSTAKA

Bangun, Nurita Br dan Abdul Hasan Saragih. 2015. Pengembangan Media Web Bimbingan
Konseling. Jurnal Teknologi Informasi & Komunikasi dalam Pendidikan. 2(I). Hlm.
99-103
Fiah, Rifda El. 2017. Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Gladding, Samuel T. 2012. Konseling: Profesi yang Menyeluruh. Jakarta: PT. Indeks Permata
Puri Media.
Komalasari, Gantina, Susi Fitri & Bella Yugi Fazny. 2017.Model Hipotetik Layanan
Advokasi Bimbingan dan Konseling Pada Kasus Pelecehan Seksual Kelompok
Mikrosistem di SMP Negeri Kota Bekasi. Jurnal Bimbingan dan Konseling. 6(I).
Hlm. 9-13.
Mua’awanah, Elfi & Rifa Hidayah.2012. Bimbingan dan Konseling Islami di Sekolah Dasar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Nurihsan, Achmad Juntika. 2011. Bombingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Yusuf, Syamsu & A. Juntika Nurihsan. 2010. Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.

19 | B I M B I N G A N D A N K O N S E L I N G

Anda mungkin juga menyukai