Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FARMAKOLOGI

UTERUTONIKA DAN OBAT ANTI PERDARAHAN

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 3

HANIFAH NIM : 1615371005

ARTI PURNAMA SARI NIM : 1615371007

IMTIHANAH PRESTIWANTI NIM : 1615371031

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN METRO

TAHUN 2017

1
KATA PENGANTAR

Asslamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur senantiasa selalu penulis panjatkan kehadirat Allah Swt.,
Karena atas limpahan rahmat, nikmat dan hidayah-Nyalah maka makalah ini dapat
diselesaikan sebagaimana mestinya. Selawat dan salam kita haturkan kepada
Muhammad Shallahu Alaihi wa Sallam insan kamil sosok sempurna di muka
bumi yang membimbing kita kearah yang lebih baik dari sebelumnya.
Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas Mata Kuliah
Farmakologi yang membahas mengenai Uteruonika dan Obat Anti Perdarahan.
Semoga makalah ini mampu memberikan beberapa manfaat sesuai tujuan
penyusunannya. Salah satunya yaitu mampu memperdalam pengetahuan dan
menambah wawasan penyaji dan pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembacani.

Metro, 20 September 2017

Penulis

DAFTAR ISI

2
HALAMAN DEPAN ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan masalah............................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
UTERUONIKA
A. Pengertian........................................................................................... 3
B. Macam-macam Obat Uteruonika........................................................ 4
C. Cara Kerja/Kasiat Obat....................................................................... 7
D. Indikasi/Kontra Indikasi..................................................................... 8
E. Dosis Obat.......................................................................................... 9
F. Efek Samping dan Cara Mengatasi.................................................... 9
OBAT ANTI PERDARAHAN
A. Pengertian........................................................................................... 10
B. Macam-macam Obat Uteruonika........................................................ 10
C. Cara Kerja/Kasiat Obat....................................................................... 10
D. Indikasi/Kontra Indikasi..................................................................... 11
E. Dosis Obat.......................................................................................... 15
F. Efek Samping dan Cara Mengatasi.................................................... 15

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini ilmu kebidanan sangat berkembang pesat, seiring dengan itu
kualitas pelayanan kepada ibu hamil, persalinan dan nifas juga sangat
membanggakan. Kehidupan janin didalam rahim pun menjadi kajian yang
berkembang pesat dimana janin sudah dijadikan sebagai pasien/ klien tersendiri
yang sangat menentukan apakah janin tetap dipertahankan dalam kehidupan
dalam rahim ataukah harus hidup diluar rahim yang berarti harus dilahirkan.
Apabila janin diputuskan harus dilahirkan maka kita akan dihadapkan pada
masalah induksi persalinan dimana saat ini pemakaian oksitosin sebagai induksi
persalinan sangat banyak digunakan.
Perdarahan pasca persalinan masih menjadi momok sebagai salah satu
penyebab kematian ibu terutama dinegara berkembang seperti negara kita
Indonesia. Berbagai kebijakan telah dicanangkan antara lain Gerakan Sayang Ibu
maupun Making Pregnancy Saver yang salah satu pesan kuncinya adalah
penanganan masalah kegawat daruratan kebidanan dimana salah satu focus
gerakannya adalah pencegahan dan penanganan perdarahan pasca persalianan.
Setiap petugas kesehatan dituntut harus melaksanankan asuhan persalinan
normal dengan salah satu terobosan adalah penatalaksanaan aktif kala tiga dimana
penggunaan uterotonika secara tepat guna harus diterapkan Baik dalam hal
induksi persalinan, maupun masalah pencegahan dan penanganan perdaran pasca
persalinan sangat berkaitan dengan penggunaan oksitosin. Setiap petugas
kesehatan yang menangani masalah ini dituntut mempunyai pengetahuan
memadai tentang uterotonika, baik tentang cara kerjanya, cara pemberianya
maupun tentang efek yang tidak diinginkan. Seperti yang telah kita ketahui
bersama, obat merupan salah satu penunjang sarana kesehatan. Segala macam
penyakit tidak dapat lepas begitu saja tanpa keberadaan obat.

1
Salah satu dari obat yang sudah sering dipergunakan adalah uterotonik dan
anti perdarahan. Obat – obat uterotonika dan anti perdarahan tidak pernah lepas
dari segala masalah kesehatan yan berhubungan dengan kehamilan dan persalinan.
Masalah kehamilan dan persalinan merupakan masalah yang riskan karena
sangat erat dengan keselamatan jiwa seseoramg sehingga ironis sekali apabila
terjadi kesalahan walau hanya sedikit saja. Hal – hal yang perlu diketahui adalah
mengenai nama obat, tujuan penggunaan, mekanisme kerja, indikasi, kontra
indikasi, efek samping, cara pemakaian serta dosis yang digunakan.Uterotonik
banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta
penanganan perdarahan post partum, penegndapan perdarahan akibat abortus
inkompletikus dan penanganan aktif pada Kala III persalinan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian obat uteruotonika?
2. Apa macam –macam obat uterotnika?
3. Apa saja cara kerja / kasiat obat uterotnika?
4. Apa saja indikasi / kontra indikasi obat uterotnika?
5. Apa saja efek samping dari cara mengatasi ?
6. Apa pengertian obat anti pendarahan?
7. Apa saja macam – macam obat anti pendarahan ?
8. Apa saja cara / kasiat obat anti pendarahan?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian obat uteruotonika
2. Untuk mengetahui macam –macam obat uterotnika
3. Untuk mengetahui cara kerja / kasiat obat uterotnika
4. Untuk mengetahui saja indikasi / kontra indikasi obat uterotnika
a. Untuk mengetahui efek samping dari cara mengatasi
b. Untuk mengetahui obat anti pendarahan
5. Untuk mengetahui macam – macam obat anti pendarahan
6. Untuk mengetahui cara / kasiat obat anti pendarahan

BAB II
PEMBAHASAN

UTERUONIKA
A. Pengertian Obat Uterotonika

2
Uterotonik adalah zat yang meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik
banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta
penanganan perdarahan post partum, pengendapan perdarahan akibat abortus
inkompletikus dan penanganan aktif pada Kala persalinan. Pemberian obat
uterotonik adalah salah satu upaya untuk mengatasi pendarahan pasca persalinan
atau setelah lahirnya plasenta. Namun, pemberian obat ini sama sekali tidak
dibolehkan sebelum bayi lahir. Keuntungan pemberian uterotonika untuk
mengurangi perdarahan kala III dan mempercepat lahirnya plasenta. Karena itu,
pemberian pencegahan dapat diberikan pada setiap persalinan atau bila ada
indikasi tertentu. Indikasi yang dimaksud, adalah hal-hal yang dicurigai akan
menimbulkan perdarahan pasca persalina. riwayat persalinan yang kurang baik :
1. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
2. Grande multipara (lebih dari empat anak).
3. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
4. Bekas operasi Caesar.
5. Pernah abortus sebelumnya.
Uterotonika adalah obat yang dapat meningkatkan kontraksi otot polos uterus.
Banyak obat memeperlihatkan efek oksitosik, tetapi hanya beberapa saja yang
kerjanya cukup selektif dab dapat berguna dalam praktek keperawatan. Obat
yanng bermanfaat itu ialah oxytocin(oksitosin) dan derivatnya, alkaloid ergot dan
derivatnya, dan beberapa prostaglandin semisintetik. Obat- obat tersebut
memperlihatkan respons bertingkat (graded respons) pada kehamilan, mulai dari
kontraksi uterus spontan, ritmis sampai kontraksi tetani. Meskipun obat ini
mempunyai efek farmakodinamik lain, tetapi manfaat dan bahayanya terutama
terhadap uterus. Derivat prostaglandin merupakan obat yang baru dikembangkan
tahun tujuh puluhan.
Pembicaraan di sini terbatas pada efek Prostaglandin E dan F terhadap uterus
serta penggunaannya sebagai abortivum, dan oksitosin untuk induksi partus. Bila
terjadi riwayat persalinan kurang baik,ibu sebaiknya melahirkan dirumah
sakit,dan jangan di rumah sendiri. Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:
1. Persalinan atau kala II yang terlalu cepat, (ekstraksi vakum, atau forsep).
2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, dan
anak besar.

3
3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
4. Uterus yang lembek akibat narkosa.
5. Inersia uteri primer dan sekunder.
Obat-obatan yang dipakai untuk pencegahan adalah Oksitosin dan
Ergometrin. Caranya, disuntikkan intra muskuler atau intravena ( bila diinginkan
kerja cepat ), setelah anak lahir.

B. Macam –macam Obat Uterotnika


1. Alkaloid Ergot
Sumber alkaloid ergot ialah claviceps purpurea suatu jamur yang
hidup sebagai parasit dalam butir rye dan gandum, banyak terdapat di
Eropa dan Amerika. Penyebaran penularan terjadi melalui perantaraan
serangga dan angin yang memindahkan spora ke kepala putik yang sudah
di buahi. Selanjutnya spora mengeluarkan miselium yang akan
menembus putik, kemudian membentuk jaringan padat berwarna ungu
dan menjadi keras. Substansi ini dinamai sklerosium. Sklerosium inilah
yang merupakan sumber ergot. Zat- zat dalam ergot. Ergot mengandung
zat yang penting yaitu alkohol ergot dan zat lain seperti zat organik,
karbohidrat, gliserida, steroid, asam amino, amin dan basa amonium
kuatener. Beberapa amin dan basa memiliki efek farmakologi penting,
misalnya histamin, tiramin, kolin, dan asetilkolin. Jamur Claviceps
purpurea dibiak in vitro, seperti jamur penghasil antibiotik.
Alkaloid ergot terdapat sebagai isomer 1 dan d.Isomer 1
merupakan zat aktif (penamaan dengan akhiran -in), sedangkan isomer d
tidak aktif sama sekali (penamaan dengan akhiran -inin). Yang pertama
merupakan alkaloid alam, sedangkan yang kedua merupakan hasil
perubahan oleh pengaruh zat kimia sewaktu isolasi. Alkaloid pertama
yang berhasil di isolasi dalam bentuk kristal dan aktif ialah ergotoksin,
yang waktu itu dianggap sebagai alkaloid murni. Sekarang terbukti
bahwa ergotoksin merupakan campuran 4 zat, yaitu
ergokristin,ergokornin,α- ergokriptin, dan β- ergokriptin. Ergotamin.
Ergotamin yang paling kuat dari kelompok alkaloid asam amino yang
aktif, dan ergotamin yang tidak aktif merupakan alkaloid ergot murni
yang pertama ditemukan.

4
Zat uterotonik larut air dinamakan ergonovin (ergometrin.
Ergonovin dan turunannya menghasilkan asam lisergat dan amin pada
hidrolisis, maka disebut juga alkaloid amin. Alkaloid dengan berat
molekul tinggi yang mengandung asam lisergal, amonia, asam piruvat,
prolin dan asam amino lainnya dikenal juga sebagai alkaloid asam amino
atau ergopeptin. Salah satu derivat ergopeptin adalah bromokriptin
a. Farmakodinamik
Berdasarkan efek dan struktur kimianya alkaloid ergot dibagi
menjadi 3 kelompok :
a) Alkaloid asam amino dengan prototip ergotamin
b) Derivat dihidro alkaloid asam amino dengan prototip dihidro-
Ergotamin.
c) Alkaloid amin dengan prototip ergonovin
b. Farmakokinetik
Alkaloid asam amino, yaitu ergotamin di absorpsi secara lambat dan
tidak sempurna melalui saluran cerna. Obat ini mengalami
metabolisme lintas pertama, sehingga kadarnya dalam darah sangat
rendah. Kadar puncak plasma dicapai dalam 2 jam. Pemberian 1 mg
ergotamin bersama 100 mg kafein akan meningkatkan kecepatan
absorpsi dan kadar puncak plasma ergotamin sebesar dua kali, namun
biovailibitasnya tetap di bawah 1 persent.
c. Indikasi
a) Induksi partus aterm
b) Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan.
c) Merangsang konstraksi setelah operasi Caesar/operasi uterus
lainnya
d) Induksi abortus terapeutik
e) Uji oksitoksin
d. Kontra Indikasi
Persalinan kala I dan II :
a) Hipersensitif
b) Penyakit vascular
c) Penyakit jantung parah
d) Fungsi paru menurun
e) Fungsi hati dan ginjal menurun
f) Hipertensi yang parah
g) Eklampsi
e. Pada Uterus
Semua alkaloid ergot alam meningkatkan kontraksi uterus dengan
nyata. Dosis kecil menyebabkan peninggian amplitudo dan frekuensi,

5
kemudian diikuti relaksasi. Dosis besar menimbulkan kontraksi
tetanik, dan peninggian tonus otot dalam keadaan istirahat. Dosis yang
sangat besar menimbulkan kontraktur yang berlangsung lama. Sediaan
ergot alam yang paling kuat adalah ergonovin.
f. Cara Pakai Dan Dosis
a) Oral: mulai kerja setelah sepuluh menit
b) Injeksi: intravena mulai kerja 40 detik
c) IM : mulai kerja 7-8 menit. Hal ini lebih menguntungkan karena
efek samping lebih sedikit.
Dosis
a) Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari
b) IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2–4 jam bila perdarahan hebat.
g. Contoh obat
a) Nama generic : metal ergometrin, metal ergometrina, hydrogen
maleat
b) Nama paten : methergin, met6hernial, methorin, metilat,
myomergin.
h. Epek samping
a) Ergotamine merupakan ergotamin merupakan alkaloid yang paling
toksik.
b) Dosis besar dapat menyebabkan : mual, muntah, diare, gatal, kulit
dingin, nadi lemah dan cepat, bingung dan tidak sadar
c) Dosis keracunan fatal: 26 mg per oral selama beberapa hari, atau
dosis tunggal 0,5-1,5 mg parenteral.
d) Gejala keracunan kronik: perubahan peredaran darah ( tungkai
bawah, paha, lengan dan tangan jadi pucat), nyeri otot, denyut nadi
melemah, gangren, angina pectoris, bradikardi, penurunan atau
kenaikan tekanan darah.
e) Keracunan biasanya disebabkan: takar lajak dan peningkatan
sensitivitas.
2. Oksitosin
Oksitosin merupakan hormone peptide yang disekresi olah
pituitary posterior yang menyebabkan ejeksi air susu pada wanita dalam
masa laktasi. Oksitosin diduga berperan pada awal kelahiran.
(Ismania.2001). Oksitosin merangsang otot polos uterus dan kelenjar
mama. Fungsi perangsangan ini bersifat selektif dan cukup kuat. sehingga
pada akhir kehamilan kadar oksitosin meninggi dimana berikatan dg
reseptor oksitosin yg terletak di dlm miometrium yaitu dlm membran

6
plasma sel otot polos uterus , oksitosin adalah golongan obat yang
digunakan untuk merangsang kontraksi otot polos uterus dalam membantu
proses persalinan, pencegahan perdarahan pasca persalinan (P3) serta
penguatan persalinan , Oksitosin merangsang otot polos uterus dan
mammae → selektif dan cukup kuat Stimulus sensoris pada serviks,
vagina dan payudara → merangsang hipofisis posterior melepaskan
oksitosin. Sensitivitas uterus meningkat dng pertambahan usia kehamilan.
Stimulus sensoris pada serviks, vagina, dan payudara secara refleks
melepaskan oksitosin dari hipofisis posterior. Sensitivitas uterus terhadap
oksitosin meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur kehamilan.
Pada kehamilan tua dan persalinan spontan, pemberian oksitosin
meningkatkan kontraksi fundus uteri meliputi peningkatan frekuensi,
amplitudo dan lamanya kontraksi. Partus dan laktasi masih tetap
berlangsung meskipun tidak ada oksitosin, tetapi persalinan menjadi lebih
lama dan refleks ejeksi susu (milk ejection) menghilang. Oksitosin
dianggap memberikan kemudahan dalam persalinan serta memegang
peranan penting dalam refleks ejeksi susu.
a. Cara kerja / kasiat Obat
Oksitosin diabsorsi denagn cepat melalui mukosa mulut sehingga
memungknkan oksitosin diberkan secara tablet hisap. Cara pemberian
nasal atau tablet hisap did / cadangan untuk penggunaan pasca
persalinan, selama kehamilan kadar amino peptidase dalam plama
( oksitosin atau vasopresinase ) meniongkat 10x dan menurun setelah
persalinan. Enzim mengaktifkan oksitosin dan ADH melalui pemecahan
ikatan peptida enzim meregulasi kosentrasi oksitosin.
Meskipun sudah lazim di gunakan di banyak klinik bersalin atau
bagian obstetric rumah sakit, namun potensi oksitoksin dalam
mengganggu keseimbangan cairan dan tekana darah membuat obat ini
tidak tepat untuk digunakan pada ibu hamil dengan pre-eklamsia aau
penyakit kardiovaskuler atau pada ibu hamil yang berusia di atas 3
tahun. Pemberian infuse oksitoksin merupakan kontraindikasi pada ibu
hamil yang menghadapi resiko karena melahirkan pervaginam,
misalnya kasus dengan melpresentasi atau solosio plasenta atau denagn

7
resiko rupture uteri yang tinggi. Pemberian infuse oksitoksin yang
terus-menerus pada kasus dengan resistensi dan inersia uterus
merupakan kontraindikasi.
Uterus yang starvasi. Kontraksi otot uterus memerlukan glukosa
maupun oksigen. Jika pasokan keduanya tidak terdapat pada otot yang
berkontraksi tersebut dan keadaan ini mungkin terjadi karena starvasi
atau pemberian oksitoksin tidak akan adekuat sehingga pemberian
oksitoksin secara sedikit demi sedikit tidak akan efektif. Situasi ini
lebih cenderung di jumpai pada persalinan yang lama. lokal di uterus
tetapi sedikit pengaruhn ya terhadap eliminasi kadar oksitosin dalam
plasma.
b. Indikasi dan Kontra Indikasi
a) Indikasi
1) Indikasi oksitosik.
2) Induksi partus aterm
3) Mengontrol perdarahan dan atuni uteri pasca persalinan
4) Merangsang konstraksi uterus setelah operasi Caesar
5) Uji oksitoksik
6) Menghilangkan pembengkakan payudara.
b) Kontra Indikasi
1) Kontraksi uterus hipertonik
2) Distress janin
3) Prematurisasi dan gawat janin
4) Letak bati tidak normal
5) Disporposi sepalo pelvis
6) Predisposisi lain untuk pecahnya rahim
7) Obstruksi mekanik pada jalan lahir
8) Peeklamsi atu pemnyakit kardiovaskuler atu pada ibu hamil yang
berusia 35 tahun
9) Resistensi dan mersia uterus
10) Uterus yang starvasi
11) Cara pakai dan dosis
c. Dosis Obat
Untuk induksi persalinan intravena 1-4 m U permenit dinaikkan
menjadi 5-20 m U / menit sampai terjadi pola kontraksi secara
fisiologis. Untuk perdarahan uteri pasca partus, ditambahkan 10-40
unit pada 1 L dari 5 % dextrose, dan kecepatan infuse dititrasi untuk
mengawasi terjadinya atonia uterus. Kemungkinan lain adalah, 10 unit
dapat diberikan secara intramuskuler setelah lahirnya plasenta. Untuk
menginduksi pengaliran susu, 1satu tiupan (puff) disemprotkan ke

8
dalam tiap lubang hidung ibu dalam posisi duduk 2-3 menit sebelum
menyusui. Contoh obat : Tablet oksitosina Pitosin tablet (PD).
d. Efek Samping
a) Spasme uterus ( pada dosis rendah )
b) Hiper stimulasi uterus 9 membahayan janin : kerusakan jaringan
lunak /uterus ) Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis
besar).
c) Mual, muntah, aritmia, anafilaksis, ruam kulit, aplasia plasenta,
emboli amnion.
d) Kontraksipembuluh darah tali pusat
e) Kerja antidiuretik
f) Reaksi hipersensitifitas
g) Reaksi anafilaktik
h) Hiper stimulasi uterus yang membahayakan janin : kerusakan
jaringan lunak / rupture uterus .
i) Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar ).
j) Mual, muntah,ruam kulit, aplasia plasenta, emboli amnion.
k) Kontraksi pembuluh darah tali pusat
l) Aritmia jantung
m) Hematoma panggul
3. Misoprostol / Prostagladin
Prostaglandin pertama kali diketemukan dari cairan semen manusia
pada sekitar tahun 1930 oleh Ulf von Euler dari Swedia. Oleh karena
diduga berasal dari kelenjar prostat, sang penemu memberinya nama
prostaglandin. Prostaglandin, seperti hormon, berfungsi layaknya senyawa
sinyal tetapi hanya bekerja di dalam sel tempat mereka tersintesis. Rumus
bangun prostaglandin adalah asam alkanoat tak jenuh yang terdiri dari 20
atom karbon yang membentuk 5 cincin. Prostaglandin tersintesis dari asam
lemak dan asam arakidonat. Prostaglandin F2α memberi efek peningkatan
MMP-1 dan MMP-3.
Di dalam tubuh terdapat berbagai jenis prostaglandin (PG) dan
tempat kerjanya berbeda- beda, serta saling mengadakan interaksi dengan
autakoid lain, neurotransmitor, hormon serta obat- obatan. Prostaglandin
ditemukan pada ovarium, miometrim dan cairan menstrual dengan
konsentrasi berbeda selama siklus haid. Sesudah senggama ditemukan PG
yang berasal dari semer; dalam sistem produksi wanita. PG (prostaglandin)
ini diserap dari vagina dan cukup untuk menghasilkan kadar dalam darah,
yang menimbulkan efek fisiologis. Walaupun PG (prostaglandin) ini sudah

9
dipastikan sebagai oksitosik, namun status peranan fisiologiknya pada saat
menstruasi dan kehamilan masih diperdebatkan.
Dalam hal ini haruslah dibedakan antara efek fisiologik dan efek
farmakologik; dosis farmakologik relatif tinggi dan lebih nyata. Pada
manusia PG berperan penting dalam peristiwa persalinan. Berlainan
dengan oksitosin, PG dapat merangsang terjadinya persalinan, pada setiap
usia kehamilan. Pada saat persalinan spontan, konsentrasi PG dalam darah
perifer dan cairan amnion meningkat.
a. Framakologi
Prostaglandin dapat dianggap sebagai hormon lokal, karena kerjanya
terbatas pada organ penghasil dan segera diinaktifkan di tempat yang
sama. Prostaglandin yang terdapat pada uterus, cairan menstrual dan
cairan amnion ialah PGE dan PGF. Di bidang keperawatan
penggunaan PG terbatas pada PGE2 dan PGF2α . Semua PGF
merangsang kontraksi uterus baik hamil maupun tidak. Sebaliknya
PGE2 merelaksasi jaringan uterus tidak hamil in vitro, tetapi
memperlihatkan efek oksitosik lebih kuat dari PGF2α . Prostaglandin
memperlihatkan kisaran dosis- respons yang sempit dalam
menimbulkan kontraksi fisiologik, dan ini memudahkan terjadinya
hipertoni uterus yang membahayakan.bahaya ini dapat dicegah dengan
pengamatan yang cermat dan meningkatkan kecepatan infus secara
sedikit demi sedikit.
Untuk mengakhiri kehamilan pada trimester II pemberian PGE2
DAN PGF2α ke dalam rongga uterus dengan menggunakan kateter
atau suntikan memberikan hasil yang baik, disertai efek samping yang
ringan. Sebaliknya untuk menghentikan kehamilan muda(menstruasi
yang telat beberapa minggu); diperlukan dosis yang sangat besa,
sehingga menyebabkan efek samping yang berat, dan derajat
keberhasilan yang rendah.
PGE2 dan 15- metil PGF2α meningkatkan suhu tubuh sekilas dan
diduga kerjanya melalui pusat pengatur suhu di hipotalamus. Dosis
besar PGF2α menyebabkan hipertensi melalui kontraksi pembuluh
darah, sebaliknya PGE2 menimbulkan vasodilatasi. Prostaglandin
terdapat merata di dalam miometrium dan bekerja secara sinergis

10
dengan oksitosin terhadap kontraksi uterus. Pemberian prostaglandin
lokal pada serviks, menyebabkan serviks matang tanpa mempengaruhi
motilitas uterus.
b. Indikasi Dan Kontra Indikasi
a) Indikasi
1) Induksi partus aterm
2) Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan
3) Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya
4) Induksi abortus terapeutik
5) Uji oksitosin
6) Menghilangkan pembengkakan mamae
b) Kontra Indikasi
1) Terdapat ruptura membran amnion
2) Adanya riwayat sikatris
3) Apabila telah ada perdarahan antepartum yang signifikan
(perdarahan vagina selama kehamilan) atau dimana terdapat
plasenta previa dengan atau tanpa perdarahan, prostaglandin
tidak digunakan
4) Dalam kondosi mata yang dikenal sobagai glaukoma
5) jika ada infeksi pada jalan lahir
6) Pada kehmilan melintang sungsang atau miring
c. Mekanisme Cara Kerja
Prostaglandin bekerja pada sejumlah reseptor prostaglandin yang
berlainan. Substansi ini mempengaruhi banyak sistem dan
menyebabkan berbagai efek samping
d. Dosis Dan Cara Pakai
a) Karbopros trometamin: Injeksi 250 ug/ml
b) Dinoproston (PGE): Supositoria vaginal 20 mg
c) Gemeprost: Pesari 1mg ( melunakan uterus)
d) Sulpreston: Injeksi 25, 50, 100 ug/ml IM atau IV
e. Efek samping
a) Hiperstimulasai uterus
b) Pireksia
c) Infalamasi
d) Sensitisasi terhaap rasa nyeri
e) Diuresis+kehilangan elektrolit
f) Efek pada sistem syaraf pusat( tremor merupakan efek samping yang
jarang terjadi )
g) Pelepasan hormon hipofise renin steroid adrenal
h) Sakit persisten pada punggung bwah dan perut

OBAT ANTI PERDARAHAN

11
A. Pengertian Obat Anti Pendarahan
Obat anti perdarahan disebut juga hemostatik. Hemostatik merupakan proses
penghentian perdarahan pada pembuluh darah yang cedera. Jadi, Obat
haemostatik (Koagulansia ) adalah obat yang digunakan untuk menghentikan
perdarahan.
Obat haemostatik ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang meliputi
daerah yang luas. Pemilihan obat hemostatik harus dilakukan secara tepat sesuai
dengan patogenesis perdarahan.
Dalam proses hemostasis berperan faktor-faktor pembuluh darah
(vasokonstriksi), trombosit (agregasi), dan faktor pembekuan darah.
Perdarahan dapat disebabkan oleh defisiensi satu faktor pembekuan darah dan
dapat pula akibat defisiensi banyak faktor yang mungkin sulit untuk didiagnosis
dan diobati. Defisiensi atau factor pembekuan darah dapat diatasi dengan
memberikan factor yang kurang yang berupa konsentrat darah manusia.
Perdarahan dapat pula dihentikan dengan memberikan obat yang dapat
meningkatkan factor-faktor pembentukan darah misalnya vitamin K atau yang
menghambat mekanisme fibrinolitik seperti asam aminokaprot.

B. Macam-macam Obat Hemostatik


Obat hemostatik sendiri terbagi dua yaitu :
1. Obat Hemostatik Lokal
Yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa
kelompok berdasarkan mekanisme hemostatiknya.
a. Hemostatik serap
a) Mekanisme kerja :
Menghentikan perdarahan dengan pembentukan suatu bekuan
buatan atau memberikan jalan serat-serat yang mempermudah bila
diletakkan langsung pada permukaan yang berdarah . Dengan
kontak pada permukaan asing trombosit akan pecah dan
membebaskan factor yang memulai proses pembekuan darah.
b) Indikasi :
Hemostatik golongan ini berguna untuk mengatasi perdarahan yang
berasal dari pemubuluh darah kecil saja misalnya kapiler dan tidak
efektif untuk menghentikan perdarahan arteri atau vena yang tekanan
intra vaskularnya cukup besar.
c) Contoh obat :
1) Spon gelatin, oksisel ( selulosa oksida )

12
Spon gelatin, dan oksisel dapat digunakan sebagai penutup
luka yang akhirnya akan diabsorpsi. Hal ini menguntungkan
karena tidak memerlukan penyingkiran yang memungkinkan
perdarahan ulang seperti yang terjadi pada penggunaaan kain
kasa . Untuk absorpsi yang sempurna pada kedua zat diperlukan
waktu 1- 6 jam. Selulosa oksida dapat mempengaruhi regenerasi
tulang dan dapat mengakibatkan pembentukan kista bila
digunakan jangka panjang pada patah tulang. Selain itu karena
dapat menghambat epitelisasi, selulosa oksida tidak dianjurkan
untuk digunakan dalam jangka panjang.
2) Busa fibrin insani yang berbentuk spon
setelah dibasahi dengan tekanan sedikit dapat menutupi
dengan baik permukaan yang berdarah.
b. Astringen
a) Mekanisme kerja :
Zat ini bekerja local dengan mengendapkan protein darah sehingga
perdarahan dapat dihentikan, sehubungan dengan cara
penggunaannya zat ini dinamakan juga stypic.
b) Indikasi :
Kelompok ini digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler
tetapi kurang efektif bila dibandingkan dengan vasokontriktor yang
digunakan local.
c) Contoh Obat : Antara lain feri kloida, nitrasargenti, asam tanat.
c. Koagulan
a) Mekanisme kerja :
Obat kelompok ini pada penggunaan lokal menimbulkan hemostatis
dengan 2 cara yaitu dengan mempercepat perubahan protrombin
menjadi trombin dan secara langsung menggumpalkan fibrinogen.
b) Contoh Obat : Russell’s viper venom yang sangat efektif sebagai
hemostatik local dan dapat digunakan umpamanya untuk alveolkus
gigi yang berdarah pada pasien hemofilia. Untuk tujuan ini kapas
dibasahi dengan larutan segar 0,1 % dan ditekankan pada alveolus
sehabis ekstrasi gigi, zat ini tersedia dalam bentuk bubuk atau larutan
untuk penggunaaan lokal. Sediaan ini tidak boleh disuntikkan IV,
sebab segara menimbulkan bahaya emboli.
d. Vasokonstriktor
a) Mekanisme Kerja :

13
Epinefrin dan norepinefrin berefek vasokontriksi , dapat digunakan
untuk menghentikan perdarahan kapiler suatu permukaan.
b) Cara pemakaian :
Penggunaanya ialah dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi
dengan larutan 1: 1000 tersebut pada permukaan yang berdarah.
2. Obat Hemostatik Sistemik
Dengan memberikan transfuse darah, seringkali perdarahan dapat dihentikan
dengan segera. Hasil ini terjadi karena penderita mendapatkan semua faktor
pembekuan darah yang terdapat dalam darah transfusi. Keuntungan lain
transfusi ialah perbaikan volume sirkulasi. Perdarahan yang disebabkan
defisiensi faktor pembekuan darah tertentu dapat diatasidengan mengganti/
memberikan faktor pembekuan yang kurang.
a. Faktor anti hemoflik(faktor VIII) dan cryoprecipitated anti
Hemophilic Factor
a) Indikasi:
Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan
pada penderita hemofilia A ( defisienxi faktor VIII) yang sifatnya
herediter dan pada penderita yang darahnya mengandung inhibitor
factor VII
b) Efek samping:
Cryoprecipitated antihemofilik factor mengandung fibrinogen dan
protein plasma lain dalam jumlah yng lebih banyak dari sediaaan
konsentrat faktor IIIV, sehingga kemungkinan terjadi reaksi
hipersensitivitas lebih besar pula. Efek samping lain yang dapat timbul
pada penggunaan kedua jenis sediaan ini adalah hepatitis virus, anemi
hemolitik, hiperfibrinogenemia,menggigil dan demam.
c) Cara pemakaian:
Kadar faktor hemofilik 20-30% dari normal yang diberikan IV
biasanya digunakan untuk mengatasi perdarahan pada penderita
hemofilia. Biasanya hemostatik dicapai dengan dosis tunggal 15-20
unit/kg BB. Untuk perdarahan ringan pada otot dan jaringan lunak,
diberikan dosis tunggal 10 unit/kg BB. Pada penderita hemofilia
sebelum operasi diperlukan kadar anti hemofilik sekurang –
kurangnya 50% dari normal, dan pasca bedah diperlukan kadar 20-25
% dari normal untuk 7-10 hari.
b. kompleks Faktor X
a) Indikasi:

14
Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX,X serta sejumlah kecil
protein plasma lain dan digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau
bila diperlukan faktor-faktor yang terdapat dalam sediaan tersebut
untuk mencegah perdarahan. Akan tetapi karena ada kemungkinan
timbulnya hepatitis preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada
pendrita nonhemofilia
b) Efek samping:
trombosis,demam, menggigil, sakit kepala, flushing, dan reaksi
hipersensivitas berat (shok anafilaksis).
c) Dosis:
Kebutuhan tergantung dari keadaan penderita. Perlu dilakukan
pemeriksaan pembekuan sebelum dan selama pengobatan sebagai
petunjuk untuk menentukan dosis. 1 unit/KgBB meningkatkan
aktivitas factor IX sebanyak 1,5%, selama fase penyembuhan setelah
operasi diperlukan kadar factor IX 25-30% dari normal.
c. V itamin K
a) Mekanisme kerja :
Pada orang normal vitamin K tidak mempunyai aktivitas
farmakodinamik, tetapi pada penderita defisiensi vitamin K, vitamin
ini berguna untuk meningkatkan biosintesis beberapa faktor
pembekuan darah yang berlangsung di hati. Sebagai hemostatik,
vitamin K memerlukan waktu untuk dapat menimbulkan efek, sebab
vitamin K harus merangsang pembentukan faktor- faktor pembekuan
darah lebih dahulu.
b) Indikasi :
Digunakan untuk mencegah atau mengatasi perdarahan akibat
defisiensi vitamin K.
c) Efek samping :
Pemberian filokuinon secara intravena yang terlalu cepat dapt
menyebabkan kemerahan pada muka, berkeringat, bronkospasme,
sianosis, sakit pada dada dan kadang menyababkan kematian.
d) Perhatian :
Defisiensi vit. K dapat terjadi akibat gangguan absorbsi vit.K,
berkurangnya bakteri yang mensintesis Vit. K pada usus dan
pemakaian antikoagulan tertentu. Pada bayi baru lahir
hipoprotrombinemia dapat terjadi terutama karena belum adanya
bakteri yg mensintesis vit. K.

15
e) Sediaan :Tablet 5 mg vit. K (Kaywan)
f) Dosis:
1-3 x sehariuntuk ibu menyusui untuk mencegah pendarahan pada
bayinya
3.4 x sehari untuk pengobatan hipoprotrombinemia
d. Asam aminokaproat
a) Mekanisme kerja :
Asam aminokaproat merupakan penghambat bersaing dari activator
plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan
menghancurkan fibrinogen/ fibrin dan faktor pembekuan darah lain.
Oleh karena itu asam amikaproat dapat mengatasi perdarahan berat
akibat fibrinolisisyang berlebihan.
b) Indikasi :
1) Pemberian asam aminokaproat, karena dapat menyebabkan
pembentukan thrombus yang mungkin bersifat fatal hanya
digunakan untuk mengatasi perdarahan fibrinolisis berlebihan
2) Asam aminokaprot digunakan untuk mengatasi hematuria yang
berasal dari kandung kemih.
3) Asam aminokaproat dilaporkan bermanfaat untuk pasien
homofilia sebelum dan sesudah ekstraksi gigi dan perdarahan lain
karena troma didalam mulut.
4) Asam aminokaproat juga dapat digunakan sebagai antidotum
untuk melawan efek trombolitik streptokinase dan urokinase yang
merupakan activator plasminogen.
c) Dosis:
Dosis dewasa dimulai dengan 5-6 per oral atau infuse IV, secara
lambat, lalu 1 gram tiap jam atau 6 gram tiap 6 jam bila fungsi normal,
dengan dosisi tersebut dihasilkan kadar terapi efektif 13 mg/dl plasma.
Pada pasien penyakit ginjal atau oliguria diperlukan dosis lebih kecil.
Anak-anak 100 mg/kg BB tiap 6 jam untuk 6 hari. Bila digunakan IV
asam aminokaproat harus dilarutkan ringer. Namun masih diperlukan
bukti lebvih lanjut mengenai keamanan penggunaan obat ini jangka
panjang untuk dosis di atas.
d) Efek samping:
Asam aminokaproat dapat menyebabkan prutius,eriterna konjungtiva,
dan hidung tersumbat. Efk samping yang paling berbahaya ialah

16
trombosis umum, karena itu penderita yang mendapat obat ini harus
diperiksa mekanisme hemostatik.
e. Asam traneksamat
a) Mekanisme Kerja :
1) Sebagai anti plasmin, bekerja menghambat aktivitas dari aktivator
plasminogen dan plasmin
2) Sebagai hemostatik, bekerja mencegah degradasi fibrin,
meningkatkan agregasi platelet
3) memperbaiki kerapuhan vaskular dan meningkatkan aktivitas factor
koagulasi.
b) Indikasi:
1) Hipermenorrhea
2) Pendarahan pada kehamilan dan pada pemasangan AKDR
3) Mengurangi pendarahan selama dan setelah operas
c) Perhatian:
Bila diberikan IV dianjurkan untuk menyuntikkan perlahan-lahan (10
ml / 1-2 menit)
d) Efek Samping:
1) Gangguan gastrointestinal : mual, muntah, sakit kepala, anoreksia
2) Gangguan penglihatan, gejala menghilang dengan pengurangan
dosis atau penghentian pengobatan.
e) Sediaan :
1) Kapsul 250 mg, 500 mg
2) Injeksi 5 ml/250 mg dan 5 ml/500 mg
f) Dosis:
Dosis yang dianjurkan 0.5 – 1 gram diberiklan 2-3 kali sehari secara
IV lambat sekurangnya dalam waktu 5 menit. Cara pemberian lain
perorang 1-1.5 gram, 2-3 kali/hari. Pada pasien gagal ginjal dosis
dikurangi.
f. Tranexamic Acid
a) Nama Dagang : KALNEX (kalbe), Plasminex ( sanbe), Trasamin
(otto).
b) Cara kerja obat :
1) Aktifitas antiplasminik
Menghambat aktifitas dari aktifaktor plasmonogen dan plasmine.
Aktifitas anti plasminik telah dibuktikan dengan berbagai
percobaan “ in vitro” penemuan aktifitas plamin dalam darah dan
aktifitas plasma setempat, setelah diberikan pada tubuh manusia.
2) Aktifitas Hemostatis
Mencegah degradasi fibrin, pemecahan trombosit, peningkatan
kerapuan faskuler dan pemecahan factor koagulasi. Efek ini

17
terlihat secara klinis dengan berkurangnya waktu pendarahan d\an
lama pendarahan.
c) Indikasi:
1) Untuk fibrinolosis local seperti: epistaksi, prostaktetomi, konisasi
servik,
2) Edema angioneurotonik herediter
3) Pendarahan abnormal sesudah operasi
4) Pendaragan sesudah operasi gigi dan penderita hemophilia
d) Dosis dan cara pemberian
1) Klanex kapsul 250 mg Dosis lazim secara oral untuk dewasa: 3-4
kali sehari, 1-2 kapsul
2) Klanex tablet 500 mg Dosis lazim secara oral untuk dewasa: 3-4
kali sehari, 1 tablet
3) Kalmex 50 mg injeksi, Sehari 1-2 ampul (5-10ml) disuntikan
secara intravena atau intramuscular, dibagi dalam 1-2 disis. Pada
waktu atau setelah operasi, bila diperlukan dapat diberikan 2-10
ampul (10-50 ml) dengan infuse intravena.
4) Kalmex 100 mg injeksi, 2.5 – 5 ml perhari disuntikan secara
intravena atau intra muscular dibagi dalam 1-2 dosisi. Pada waktu
atau setelah operasi bila dperlukan dapat diberiklan sebanyak 5-25
ml dengan cara infuse intravena.
e) Efek samping:
Gangguan-gangguan gastrointestinal, mual, muntah, anaroreksia,
pusing, ekstantema dan sakit kepala dapat timbul pada pemberian
secara oral . Gejala-gejala ini menghilang dengan pengurangan dosis
atau penghentian pengobatannya
Dengan injeksi intravena yang cepat dapat menyebabakan pusing dan
impotensi
g. Karbazokrom Na Sulfonat (ADONA)
a) Mekanisme Kerja :
1) Menghambat peningkatan permeabilizas kapiler
2) Meningkatkan resistensi kapiler
b) Indikasi:
1) Pendarahan disebabkan menurunnya resistensi kapiler dan
meningkatnya permeabilizas kapiler
2) Pendarahan abnormal selama/pasca operasi akibat penurunan
resistensi kapiler
3) Pendarahan otak.
c) Sediaan :
1) Tablet 10 mg/ Forte 30 mg

18
2) Injeksi 2 ml/10 mg dan 5 ml/25 mg
h. Methyergometrin
a) Nama dagang : bledstop (sanbe), Methergin (Novartis), Pospargin
(kalbe farma)
b) Cara Kerja Obat :
Methyergometrine adalah derivate semisintetik dari alkaloid alami
yaitu ergometrine dan senyawa spesifik uterotenik. Dibandingkan
dengan golongan alkaloid ergotamine, efek pada pembuluh darah
perifer lemah
c) Indikasi
1) Penangan aktif pada tahap 3 kelahiran
2) Pendarahan uterin yang terjadi setelah pemisahan plasenta, uterin
antony
3) Subinvolusi dari puerperal uterus, lochiometra
4) Pendarahan uterin karena aborsi
d) Kontra Indikasi:
1) Tahap pertama dan kedua kelahiran bayi sebelum munculnya
kepala
2) Inersia uterin primer dan sekunder, hipertensi, toksemia, penyakit
pembuluh darah oklusif, sepsis dan hipersensivitas, kerusakan
fungsi hati dan ginjal
e) Dosis:
1) Peningkatan uterin involusi: 0.125 mg 3 kali sehari, umumnya
untuk 3 atau 4 hari
2) Pendarahan puerperium, subinvolusi, lochiometra : 0.125 mg atau
0.25 m, 3 kali sehari
f) Efek samping:
1) Mual, muntah dan sakit abdominal dapat terjadi pada dosis besar
2) Telah ditemui laporan mengenai erupsi kulit, berkeringan, pusing,
penglihatan kabur, sakit kepala atau reaksi kardiovaskuler, vertigo,
takikardia atau bradikardia, sakit dada dan reaksi vasopatik perifer.
3) Reaksi anafilaksis sangat jarang
4) Tekanan darah naik (terutama pada penderita hipertensi kronik atau
preeklamsia)

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analgesik Uterotonika Adalah Zat Yanag Digunakan Untuk meningkatkan
kontraksi uterus.Uterotonik banyak digunakan untuk induksi, penguatan
persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan post partum, penegndapan
perdarahan akibat abortus inkompletikus dan penanganan aktif pada Kala III
persalinan. Obat uterotonika menyebabkan kontraksi rahim dan pembuluh-
pembuluh darahnya.
Uterotonika (Oxytocic) merupakan obat yang penting tetapi berbahaya.
Jikalau dipergunakan secara salah, obat ini dapat menimbulkan kematian ibu atau

20
bayinya di dalam kandungan. Jikalau dipergunakan secara benar, kadangkala obat
ini dapat menyelamatkan kehidupan. Berikut manfaat dari Uterotonika:
4. Untuk mengatasi pendarahan saat melahirkan
5. Membantu mencegah pendarahan hebat saat melahirkan
6. Untuk mengatasi pendarahan pada keguguran

DAFTAR PUSTAKA

BlogKesehtanPutri. 2014. [Internet]. “ Makalah Analgetik Dan Antipiretik “ .


Diakses Pada : 28 September 2014. Sumber : <http://sofaners. wordpress.
com/2013/03/18/makalah-uteratonika.html>

Katzung. G. Bertram 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VIII Bagian ke
II. Jakarta : Salemba Medika.

Manurung, Maertin. 20101. [Internet]. “ Farmakologi Uteratonika“ Diakses


Pada : 28 September 2014. Sumber : <Uteratonik amartin .blogspot.
com/2011 /01/ uuteratonika.html >

Oktadiana, Isma. 2013. [Internet]. “ Makalah OBAT uteratonika“ . Diakses


Pada : 28 September 2014. Sumber : <http://ismaok tadiana.blogspot.
com/2013 /12/ makalah -uteratonika-dan_9402.html >

21
Prof.Dr.Anas Subarnas, Apt, Msc.Dkk. 2007. “ Pedoman Informasi Obat Bagi
Pengelola Obat Di Puskesmas “. Bengkulu.

Sutistia G.Ganiswara .2007. Farmakologi Dan Terapi edisi V. Jakarta, Gaya Baru

22

Anda mungkin juga menyukai