Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS KOMPERHENSIF

TERHADAP IBU HAMIL Ny. R DENGAN GRANDEMULTI DI PUSKESMAS


SUMBERSARI BANTUL DI WILAYAH KERJA POSKESKEL REJOMULYO
METRO SELATAN KOTA METRO

Oleh :
SITI MULIA LEDYSANI NIM 1615371010
IMTIHANAH PRESTIWANTI NIM 1615371031

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN METRO
TAHUN 2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS KOMPERHENSIF


TERHADAP IBU HAMIL Ny. R DENGAN GRANDEMULTI DI PUSKESMAS
SUMBERSARI BANTUL DI WILAYAH KERJA POSKESKEL REJOMULYO
METRO SELATAN KOTA METRO

Telah diperiksa dan disahkan pada :


Hari/Tanggal :

Pembimbing Institusi

FIRDA FIBRILA, S.SiT.,M.Pd.


NIP. 197602122005012004

Mengetahui
Ketua Prodi DIV Kebidanan Metro

MARTINI FAIRUS, S.Kep.,Ns.,M.Sc.


NIP:19700802 199003 2002

ii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS KOMPERHENSIF


TERHADAP IBU HAMIL Ny. R G8P7A0 DI PUSKESMAS SUMBERSARI
BANTUL DI WILAYAH KERJA POSKESKEL REJOMULYO
METRO SELATAN KOTA METRO

Telah diperiksa dan disahkan pada :


Hari/Tanggal :

Pembimbing Lahan
Bidan Poskeskel Bidan Koordinator

DESI SATRIA DONA, A.Md.Keb. EZZY GAPMALEZY, S.SiT., M.Kes.


NIP. 198512232017042002 NIP. 197405231992122001

Mengetahui
Kepala Puskesmas Sumbersari Bantul

dr. RINA ANDRIYANI


NIP.198410172010012012

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayatnya sehingga penulis dapat menyelesaikkan Laporan Praktik Kebidanan
Komunitas Komprehensif Terhadap Ibu Hamil Ny. R dengan Grandemulti di
Puskesmas Sumbersari Bantul di Wilayah Kerja Poskeskel Rejomulyo Metro Selatan
Kota Metro. yang di ajukan guna untuk memenuhi salah satu tugas pada program
studi Sarjana Terapan Kebidanan.

Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penulisan laporan
peandahuluan berikutnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
khususnya penulis.

Metro, 20 Oktober 2019

penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAM
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................. 3
C. Waktu dan Tempat ............................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 5
A. Kehamilan Normal .............................................................................. 5
B. Kehamilan dengan Resiko Tinggi ....................................................... 7
C. Kontrasepsi Alamiah ........................................................................... 20
BAB III ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN TERHADAP NY. R
DI PUSKESMAS SUMBERSARI BANTUL .............................................. 31
A. Data Subyektif ...................................................................................... 31
B. Data Objektif ........................................................................................ 33
C. Analisa Data ......................................................................................... 35
D. Penatalaksanaan ................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari sprematozoa dan ovum
dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester.
Trimester I: berlangsung 12 minggu (minggu 1-12), trimester II: berlangsung 15
minggu (minggu 13-27), trimester III: berlangsung 13 minggu (minggu 28-40).
(Prawirohardjo, Sarwono:2014 dan Rustam Mochtar:2013)
Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan,
persalinan, dan masa nifas. Angka kematian ibu merupakan cermin status kesehatan
masyarakat terutama kesehatan wanita. Angka kematian ibu dapat menggambarkan
status gizi, keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan, serta menunjukan
rendahnya keadaan sosial ekonomi (Dinas kesehatan Kota Metro, 2018). Angka
kematan ibu merupakan jumlah kematian ibu per 100.000 perempuan per tahun.
Kematian bayi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kematian yang terjadi
dibawah usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Angka
kematian ibu (maternal) dan angka kematian bayi (neonatal) senantiasa menjadi
indikator keberhasilan sektor pembangunan di bidang kesehatan.
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan banyak faktor,
diantaranya kualitas prilaku ibu hamil yang tidak memanfaatkan ANC (Antenatal
Care) pada pelayanan kesehatan. disamping faktor geografis maupun ekonomi,
rendahnya kunjungan pada ANC dapat meningkatkan komplikasi maternal dan
neonatal serta kematian ibu dan anak karena adanya kehamilan beresiko tinggi yang
tidak segera ditangani (Wulandari, 2016).
Jumlah kasus kematian ibu melahirkan di Kota Metro pada tahun 2017 ada 3
kasus dan tahun 2018 tetap 3 kematian . angka kematian ibu secara rill di Kota Metro
tidak bisa di peroleh karena Angka Kematian Ibu (AKI) didisain untuk tingkat
nasional melalui kegiatan survey, namun sebagai bahan evaluais AKI di Kota Metro

1
diperkirakan sebesar 107,6 per 100.000 kelahiran hidup di wilayah Kota Metro pada
tahun 2018 (Dinas kesehatan Kota Metro, 2018)
Besarnya faktor penyulit dan komplikasi yang terjadi menjadi menjadi perhatian
khusus bagi setiap tenaga kesehatan untuk melakukan deteksi dini adanya komlikasi
yang mengganggu proses berjalannya kehamilan secara normal. Sejak awal
kehamilan, diharapkan ibu sudah mempersiapkan kehamilannya dengan matang serta
rutin memeriksakan kehamilanya. Pemeriksaan kehamilan (ANC)/ Antenatal Care
sejak dini dapat membantu memonitoring dan mendukung kesehatan ibu hamil
normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya
dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa
dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal (Prawirohardjo, S,
2006).
Cakupan pelayanan antenatal dapat di pantau melalui pelayanan kunjungan baru
ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai
setandar paling sedikit empat kali (K4). Cakupan Ibu hamil K1 di Poskeskel
Rejomulyo dengan komulatif sampai dengan bulan September 2019 yaitu (62 ibu
hamil) 74,7% berada di atas target di bulan September yaitu 71% dengan sasaran 83
ibu hamil, sedangkan untuk poskeskel Sumbersari cakupan ibu hamil KI sampai
dengan bulan September 2019dengan komulatif (43 ibu hamil) 82,7%, berada diatas
target di bulan September dengan sasaran 52 ibu hamil. Untuk di Puskesmas
Sumbersari Bantul cakupan ibu hamil K1 dengan komulatif ibu hamil K1 samapi
dengan bulan September 2019 yaitu (105 ibu hamil) 77,8% berada diatas target di
bulan September yaitu 71% dengan sasaran 135 ibu hamil .
Salah satu tujuan cakupan K1 dan K4 adalah untuk deteksi dini ibu hamil dengan
komplikasi untuk mencegah kematian ibu maupun bayi. Ibu Risti/komplikasi
kebidanan meliputi ibu dengan Hb<8 g%, tekanan darah tinggi (>140/90 mmHg),
preeklamsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, kelainan letak, infeksi berat
dan persalianan prematur (Dinas kesehatan Kota Metro, 2018). untuk cakupan Ibu
hamil Resti di Poskeskel Rejomulyo dengan komulatif sampai dengan bulan
September 2019 yaitu (16 ibu hamil) 94,1% berada dia atas target bulan September

2
yaitu 74,7% dengan sasaran 17 ibu hamil resiko tinggi. sedangkan di Poskeskel
Sumbersari cakupan ibu hamil resiko tinggi dengan komulatif sampai dengan bulan
September 2019 yaitu (11 ibu hamil) 110% berada di atas target bulan September
dengan sasaran 10 ibu hamil resiko tinggi. Untuk di Puskesmas Sumbersar Bantul
cakupan ibu hamil resiko tinggi dengan komulatif sampai dengan bulan September
2019 yaitu (27 ibu hamil) 100% berada di atas target bulan September yaitu 74,7%
dengan sasaran 27 ibu hamil resiko tinggi.
Oleh karena ibu hamil dengan resiko tinggi dapat menyebabkan kematian ibu
maubun bayi maka kami membuat laporan dengan judul Laporan Praktik Kebidanan
Komunitas Komperhensif Terhadap Ny. R dengan Grandemulti di Puskesmas
Sumbersari Bantul di wilayah kerja Poskeskel Rejomulyo Metro Selatan Kota Metro.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan komunitas
komperhensif pada ibu hamil yang berdasarkan evidence based dan
melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.
2. Tujuan Kusus
a. Mahasiswa mampu mengumpulkan data dalam memberikan asuhan
kebidanan
b. Mahasiswa mampu menginterpretasi data dalam memberikan asuhan
kebidanan
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
dalam memberikasn asuhan kebidanan
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan
segera dalam memberikasn asuhan kebidanan
e. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan menyeluruh dalam
memberikan asuhan kebidanan
f. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan yang telah dibuat
dalam memberikan asuhan kebidanan

3
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi dalam memberikan asuhan
kebidanan

C. Waktu dan Tempat


1. Waktu
Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan asuhan pada Ny. R pada
tanggal 01-29 Oktober 2019
2. Tempat
Penyusunan Laporan praktik klinik kebidanan Komunitas Komperhesif
dilakukan di Puskesmas Sumbersari Bantul di wilayah kerja Poskeskel
Rejomulyo

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kehamilan Risiko Tinggi


1. Definisi
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang kemungkinan dapat
menyebabkan terjadinya bahaya atau komplikasi baik terhadap ibu maupun
janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas
bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal akibat
adanya gangguan/komplikasi kehamilan. Pada kehamilan risiko tinggi
terdapat tindakan khusus terhadap ibu dan janin.
Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di dalamnya
kehidupan atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan
kehamilan yang kebetulan atau unik(Sarwono, 2010).
2. Macam-macam Kehamilan Risiko tinggi
Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut
berbeda-beda, namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan
kasus-kasus risiko tinggi. (Sarwono, 2010)
3. Kriteria Kehamilan Risiko Tinggi
Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk
terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa
mendatang, seperti kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau
ketidak puasan (5K) pada ibu dan bayi. (Sarwono, 2010)
Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebutSKOR.
Digunakan angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap
faktor untuk membedakan risiko yang rendah, risiko menengah, risiko
tinggi. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok:
1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2

5
Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan
besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.
2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu
maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan baik
bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi tidak darurat.
3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12
Kehamilan dengan faktor risiko:
Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi
jiwa ibu dan atau banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan
tindakan segera untuk penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan
nyawa ibu dan bayinya.
Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya
meningkat, yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit
oleh dokter Spesialis. (Sarwono, 2010)
4. Faktor Kehamilan Risiko Tinggi
a. Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO
1) Primi muda
Ibu hamil pertama pada umur ≤ 16 tahun, rahim dan panggul belum
tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan
dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum
cukup dewasa. (Sarwono, 2010)
Bahaya yang mungkin terjadi antara lain:
a) Bayi lahir belum cukup umur
b) Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir
c) Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir.
2) Primi tua
a) Lama perkawinan ≥ 4 tahun
b) Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan
kehidupan perkawinan biasa:

6
c) Suami istri tinggal serumah
d) Suami atau istri tidak sering keluar kota
e) Tidak memakai alat kontrasepsi (KB)

Bahaya yang terjadi pada primi tua:

a) Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena
kehamilannya, misalnya pre-eklamsia.
b) Persalinan tidak lancar. (Sarwono, 2010)
3) Pada umur ibu ≥ 35 tahun
Ibu yang hamil pertama pada umur ≥ 35 tahun. Pada usia tersebut
mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua.
Jalan lahir juga tambah kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil
mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan
perdarahan. Bahaya yang terjadi antara lain (Sarwono, 2010)
a) Hipertensi / tekanan darah tinggi
b) Pre-eklamsi
c) Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan
d) Persalinan tidak lancar atau macet: ibu mengejan lebih dari satu
jam, bayi tidak dapat lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan
lahir biasa.
e) Perdarahan setelah bayi lahir
f) Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500 gr.
(Sarwono, 2010)

Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko mengalami kelainan-


kelainan antara lain:
a) Frekuensi mola hidantidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal
atau akhir usia subur relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai
pada wanita berusia lebih dari 45 tahun.

7
b) Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat 26%
pada mereka yang usianya lebih dari 45 tahun
c) Wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun lima kali lebih
mungkin mengalami kehamilan ektopik daripada wanita kulit putih
berusia 15 sampai 24 tahun.
d) Risiko nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu. Oosit
tertahan dalam midprofase dari miosis 1 sejak lahir sampai ovulasi,
penuaan diperkirakan merusak kiasma yang menjaga agar pasangan
kromosom tetap menyatu. Apabila miosis dilanjutkan sampai
selesai pada waktu ovulasi, nondisjungsi menyebabkan salah satu
gamet anak mendapat dua salinan dari kromosom yang
bersangkutan, sehingga terbentuk trisomi, anak lahir dengan cacat
bawaan sindrom down. (Sarwono, 2010)
4) Anak terkecil < 2 tahun
Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2
tahun. Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada
kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu anak masih butuh asuhan
dan perhatian orang tuanya. Bahaya yang dapat terjadi:
a) Perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu lemah
b) Bayi prematur / lahir belum cukup bulan, sebelum 37 minggu
c) Bayi dengan berat badan rendah / BBLR < 2500 gr.
5) Primi tua sekunder
Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu dalam
kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang
pertama lagi.Kehamilan ini bisa terjadi pada:
a) Anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial tinggi
b) Anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak ber-KB.

Bahaya yang dapat terjadi:

a) Persalinan dapat berjalan tidak lancar

8
b) Perdarahan pasca persalinan
c) Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lain
lain.
6) Grande multi
Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering
melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:
a) Kesehatan terganggu: anemia, kurang gizi
b) Kekendoran pada dinding perut
c) Tampak ibu dengan perut menggantung
d) Kekendoran dinding rahim

Bahaya yang dapat terjadi:

a) Kelainan letak, persalinan letak lintang


b) Robekan rahim pada kelainan letak lintang
c) Persalinan lama
d) Perdarahan pasca persalinan. (Sarwono, 2010)
Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali
atau lebih hidup atau mati. (Sarwono, 2010)

Pada grandemultipara bisa menyebabkan:

a) Solusio plasenta
b) Plasenta previa.
c) Umur 35 tahun atau lebih

Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut
terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir
tidak lentur lagi. Selain itu ada kecenderungan didapatkan penyakit lain
dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi:

a) Tekanan darah tinggi dan pre-eklamsia


b) Ketuban pecah dini

9
c) Persalinan tidak lancar / macet
d) Perdarahan setelah bayi lahir.
5. Bahaya Kehamilan Risiko Tinggi
Dampak yang dapat ditimbulkan akibat ibu hamil dengan risiko
tinggi sendiri dapat berdampak antara lain :
a. Dampak Kehamilan Berisiko bagi Ibu
1) Dampak fisik
Menurut Prawiroharjo, dampak kehamilan berisiko bagi ibu secara
fisik adalah sebagai berikut:
a) Keguguran (abortus)
Keguguran merupakan penghentian kehamilan sebelum janin
dapat hidup. Keguguran dini terjadi sebelum usia kehamilan 12
minggu dan keguguran tahap lanjut terjadi antara usia kehamilan
12 minggu-20 minggu.
b) Partus macet
Partus macet merupakan pola persalinan yang abnormal dimana
terjadi fase laten dan fase aktif memanjang/melambat bahkan
berhenti ditandai dengan berhentinya dilatasi serviks atau
penurunan janin secara total atau keduanya
c) Perdarahan ante partum dan post partum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan yang terjadi setelah
kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya
daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu.18,24
Perdarahan postpartum merupakan perdarahan lebih dari 500-6000
ml dalam waktu 24 jam setelah bayi lahir.
d) IUFD
IUFD (Intra Uterine Fetal Death) merupakan kematian janin
dalam rahim sebelum terjadi proses persalinan, usia kehamilan 28
minggu keatas atau berat janin 1000 gram dapat juga
mengakibatkan kelahiran mati.24,25 Ibu yang mengalami

10
kehamilan berisiko menyebabkan meningkatnya faktor risiko
terjadinya IUFD. Bila janin dalam kandungan tidak segera
dikeluarkan selama lebih dari 4 minggu dapat menyebabkan
terjadinya kelainan darah (hipofibrinogemia) yang lebih besar.
e) Keracunan dalam kehamilan (Pre eklamsia) & kejang (Eklamsia)
Preeklamsia adalah keracunan pada kehamilan yang biasanya
terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau bisa juga muncul pada
trimester kedua. Preeklamsia serta gangguan tekanan darah
lainnya merupakan kasus yang
menimpa setidaknya lima hingga delapan persen dari seluruh
kehamilan. Dua penyakit ini pun tercatat sebagai penyebab utama
kematian serta penyakit pada bayi dan ibu hamil di seluruh dunia.
Dan di Indonesia 3 kematian ibu terbesar salah satunya
disebabkan oleh preeklamsia atau eklampsia
b. Dampak Kehamilan Berisiko bagi Janin
Menurut Prawiroharjo, dampak kehamilan berisiko bagi janin adalah
sebagai berikut:
1) Bayi lahir belum cukup bulan
Bayi lahir belum cukup bulan dapat disebut bayi preterm maupun bayi
prematur. Bayi Preterm merupakan bayi yang lahir pada usia
kehamilan kurang dari 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan
lahir. Hal ini dapat disebabakan oleh faktor maternal seperti
toksemia,hipertensi, malnutrisi maupun penyakit penyerta lainnya
2) Bayi lahir dengan BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Penyebab
paling besar lahirnya bayi BBLR adalah masalah selama kehamilan
pada ibu, dapat berupa penyakit penyerta pada ibu, kurang nutrisi,
maupun usia ibu

11
Selain itu menurut Sarwono (2010) pengaruh terhadap janin yaitu:
1) Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin
pada kehamilan kembar : 25% pada gemeli, 50% pada triplet, dan 75%
pada quadruplet, yang akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi
kemungkinan terjadinya bayi prematur akan tinggi.
2) Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka
kematian bayi kedua tinggi.
3) Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi
angka kematian janin.

6. Penatalaksanaan Kehamilan Risiko Tinggi


Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dengan pemeriksaan dan pengawasan
kehamilan yaitu deteksi dini ibu hamil risiko tinggi yang lebih difokuskan
pada keadaan yang menyebabkan kematian ibu dan bayi. Pengawasan
antenatal menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan
dipersiapkan langkah-langkah dan persiapan persalinan. Anjurkan setiap ibu
hamil untuk melakukan kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas
minimal 4 kali dengan 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester II dan 2
kali pada trimester III, termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar
suami/pasangan atau anggota keluarga.
Adapun tujuan pengawasan antenatal adalah diketahuinya secara dini
keadaan risiko tinggi ibu dan janin sehingga dapat:
a. Melakukan pengawasan yang lebih intensif
b. Memberikan pengobatan sehingga risikonya dapat dikendalikan
c. Melakukan rujukan untuk mendapatkan tindakan yang akurat.
d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu

12
B. Metode Kontrasepsi Alamiah
1. Pengertian
Kontrasepsi Alamiah adalah salah satu metode KB berdasarkan timing
(waktu) berhubungan seks sual dengan siklus haid wanita.Keluarga berencana
Alamiah didefinisikan oleh WHO sebagai metode-metode untuk merencnakan
dan mencegah kehamilan melalui pengamatan tanda dan gejala alamiah yang
timbul pada fase fertile dan infertile dari siklus menstruasi, dengan
menghindari senggama selama fase fertile bila kehamilan hendak dihindari.
2. Manfaat Kontrasepsi Alamiah
a. Dapat digunakan baik untuk menghindari atau untuk menginginkan
kehamilan
b. Tidak ada efek samping
c. Meningkatkan pengetahuan mengenai fungsi reproduksi wanita
d. Menimbulkan kepercayaan diri, tidak tergantung pada kontrasepsi
e. Meningkatkan keterlibatan pihak pria dalam kerja sama, komunikasi dan
membagi tanggung jawab pasangan tersebut dalam KB
f. Dapat disediakan sebagai pelayanan yang terpisah atau sebagi dari progam
kesehatan dan KB
g. Tidak tergantung pada tenanga medic
h. Ekonomis, tidak perlu membeli alat kontrasepsi
3. Cara kerja
Untuk menggunakan keluarga berencana alamiah secara efektif, sebagian
besar pasangan perlu memodifikasi perilaku seksual.Diharuskan mengetahui
tanda-tanda fertilitas pasangan wanita secara harian dan mencatatnya sesuai
system standar tertentu. Pasangan perlu berkomunikasi satu sama lain untuk
menemukan masa subur.
4. Keefektifan
Bila digunakan secara sempurna keefektifan metode KBA dapat mencapai
setinggi 95,98%. Bagaimanapun hanya sedikit paangan yang mampu untuk
menggunakan metode ini.Karena efektifitasnya lebih renda.Tergantung dari

13
seberapa baik pasangan diajar dan seberapa dekat mereka mematuhi aturan-
aturannya. Keefektifitasan yang dilaporkan oleh sebagian besar penelitian
mengenai KBA adalah sebesar 75,90%.
5. Keuntungan dan kerugian kontrasepsi alamiah
Keuntungan Kerugian
a. Aman a. Kurang begitu efektif
b. Murah/tanpa biaya b. Perlu intruksi dan konseling
c. Dapat diterima oleh banyak sebelum memakai metode ini
golongan agama c. Memerlukan catatan siklus
d. Sangat berguna baik untuk haid
merencanakan maupun d. Bila siklus haid tidak teratur,
menghindari kehamilan dapat mempersulit
e. Mengajar wanita perihal e. Bila terjadi kehamilan, ada
siklus haid risiko bahwa
f. Tanggung jawab berdua ovum/spermatozoa nya sudah
sehingga menambah terlalu tua
komunikasi dan kerjasama f. Masa bimbingan 3 bulan.
Selama waktu tersebut
diperlukan kontak yang sering
dengan petugas
g. Diperlukan kerjasama dan
komitmen berdua pasangan
h. Kadang klien sulit mendeteksi
kapan mereka dapat hamil
karena adanya infeksi vagina,
amenore karena laktasi
i. Diperlukan catatan harian
yang berisi tanda-tanda
kesuburan, khususya selama

14
beberpa siklus pertama
j. Bila dipakai untuk
menghindari kehamilan,
beberapa pasangan mengalami
stress karena tidak boleh
bersenggama selama 8-16 hari
dari siklus haid, tergantung
pada metode yang dipakai

6. Kontra Indikasi
a. Pasangan yang mengalami kesulitan untuk mengamati, mencatat atau
menympan tand-tanda kesuburan
b. Wanita dengan interval (jarak) menstruasi yang sangat tidak teratur,
atau siklus yang amat panjang atau pendek
c. Wanita yang merasa kurang nyaman untuk memeriksa tanda
kesuburannya setiap hari
d. Pasangan yang merasa sulit untuk tidak bersenggama selama masa
subur
e. Pasangan yang tidak bersedia atau tidak sanggup untuk
mengkomunikasikan mengenai masalah seksual mereka
f. Wanita dimana kehamilan selanjutnya merupakan kontra indikasi, baik
secara medis atau social
g. Wanita yang mempunyai lebih dari satu pasangan seksual, karena
meningkatkan risiko terjadinya PHS (penyakit karena hubungan
seksual.
7. Komplikasi Kontasepsi Alamiah
a. Komplikasi yang langsung tidak ada
b. Personal timbul apabila terjadi kegagalan/kehamilan karena ada data
yang menunjukkan timbulnya kelainan janin sehubungan dengan

15
terjadinyafertilitas dari spermatozoa dan ovum yang berumur sudah
terlalu matang.
8. Metode Kontrasepsi Almaiah
a. KB Kalender
1) Pengertian
KB kalender adalah salah satu alat kontrasepsi atau untuk menghindri
proses kehamilan. Pada KB kalender dilakukan penghitungan secara
manual, tetapi sebelumnya harus dicatat siklus haid selama 6 bulan. Masa
subur didapatkan dengan siklus terpendek dikurangi 18 dan akhir masa
subur adalah siklus terpanjang dikurangi 11, misal nya siklus terpendek 25
hari dan terpanjang 35 hari, maka waktu subur adalah antara hari ke 7
sampai dengan 24.Dapat disimpulkan bahwa masa subur terjadi di sekitar
pertengahan siklus haid.Karena masa subur ada dipertengahan, maka masa
tidak subur mengapitnya, artinya dalam siklus haid ada masa tidak subur
sebelum ovulasi da nada masa tidak subur sesudah ovulasi.Pada kedua
masa inilah hubungan seksual tidak menyebabkan kehamilan.
Pada masa subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi yaitu:
a) Ovulasi terjadi pada hari ke 14 tambah kurang 2 hari sebelum
permulaan haid berikutnya
b) Spermatozoa bertahan hidup 2-3 hari
c) Ovum hidup selama 24 jam
Diperlukan catatan siklus haid 8 bulan atau lebih
Hasil pertama persangkaan masa subur : siklus terpendek- 18
Asal angka 18 : 14+2+2 → hari hidup spermatozoa
Hari terakhir persangkaan masa subur : siklus terpanjang –18
Asal angka 11 : 14-2-1 → hari hidup ovum
2) Efektifitas
Efektifitas KB system pantang berkala tergantung pada
beberapahal.Pertama, kelengkapan data siklus haid.Semakin lengkap
datanya, semakin actual perhitungan masa tidak suburnya.Kedua,

16
kedisiplinan dan kerjasama antara suami dan istri untuk melakukan
hubungan seksual di masa ubur.Hal ini mungkin sulit dilakukan oleh
sebagian pasangan, karena masa berpantang cukup lama.
3) Perhitungan KB Kalender
Yang paling ama untuk berhubungan intim adalah “pakailah alat
kontraseps” atau lakukan hubungan intim pada saat dalam masa tidak
subur.Masa tidak subur adalah selama 5 hari sebelum haid berikutnya tidak
selamanya perhitungan kalender tepat.Semua ditentukan oleh faktor
hormon dalam tubuh.
Contoh:
Seorang istri mendapat haid mulai tanggal 9 Januari.Tanggal 9 januari ini
dihitng sebagai hari ke 1. Maka hari ke 12 jatuh pada tangga 20 januari
dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 januari. Jadi masa subur yaitu sejak
tanggal 20 Januari hingga tanggal 24 Januari.Pada tanggal tersebut suami
istri tidak boleh bersenggama.Jika ini bersenggama harus memakai
kondom atau senggama terputs (senggama dimana tidak mengeluarkan
sprema didalam).
Bila siklus haid tidak teratur:
Catat jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan.Satu siklus haid
dihitung mulai dari hari pertama haid saat ini hingga hari pertama haid
berikutnya.Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi
18.Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur.Jumlah hari
terpanjang selama 6 siklus haid dikurang 11.Hitungan ini menentukan hari
terakhir masa subur.
Rumusnya:
Hari pertma masa subur= Jumlah hari terpendek -18
Hari terakhir masa subur= Jumlah hari terpanjang -11
b. Metode Suhu Basal Tubuh
Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktifitas apapun, biasanya diambil
pada saat bangun tidur dan belum meninggalkan tempat tidur. Suhu basal

17
tubuh akan meningkat setelah ovulasi. Untuk mengetahui bahwa suhu tubuh
benar-benar naik, maka harus selalu diukur dengan termometer yang sama dan
pada tempat yang sama. Jika dalam 6 hari secara berturut-turut suhu rendah
(36,4 ͦ C, 36,7 ͦ C), kemudian 3 hari berturut-turut suhu lebih tinggi (36,9 ͦ C –
37,5 ͦ C), maka setelah itu dapat dilakukan senggama tanpa menggunakan alat
kontasepsi. Metode ini memiliki tingkat keamanan yang tinggi jika suhu diukur
secara rutin dan senggama sebelum ovulasi dilakukan dengan menggunakan
alat kontrasepsi lain
c. Metode Lendir Serviks / Methode ovulasi billings
Metode ovulasi billings adalah cara metode lendir serviks yang terjadi pada
perubahan kadar estrogen. MOB merupakan salah satu cara merencanakan
keluarga secara alamiah dengan cara menyesuaikan perilaku seksual dengan
pola kesuburan seseorang perempuan. Landasan ilmiah MOB adalah proses
interaksi antara hormone-hormone Follicel Stimuting Hormone (FSH) dan
Lutheinizing Hormone (LH), estrogen dan progesterone yang bersama sama
mengatur proses reproduksi pada wanita. Perubahan lendir dapat diamati pada
serivks dimana lendirtersebut akanmuncul sehari sebelum muncul divulva.
Lendir serviks ini dapat dikenali dengan rasa atau sensasi, penampakan dan tes
dengan jari tangan.

(Anggraini & Martini, 2011)

18
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS KOMPERHENSIF TERHADAP


IBU HAMIL Ny. R DENGAN GRANDEMULTI DI PUSKESMAS SUMBERSARI
BANTUL DI WILAYAH KERJA POSKESKEL REJOMULYO
METRO SELATAN KOTA METRO

A. DATA SUBJEKTIF
1. IDENTITAS/ BIODATA
Nama pasien : Ny. R Nama suami : Tn. M
Umur : 40 tahun Umur : 46 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan :IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : RW 04 Rejomulyo, Metro Selatan, Kota Metro
2. ANAMNESE PADA TANGGAL : 14 Oktober 2019 Pukul 10.30 WIB
a. Alasan kunjungan saat ini
Mahasiswa melakukan kunjungan ANC untuk memeriksa kehamilan
b. Riwayat menstruasi
1) HPHT : ibu lupa
2) TP :-
3) Siklus : tidak teratur
4) Masalah yang pernah dialami : setelah persalinan anak ke 7 tidak
pernah haid lagi
c. Riwayat Perkawianan
1) Perkawianan :1
2) Usia saat kawin : 18 tahun
3) Lama perkawinan : 22 tahun

31
d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Keadaan
Tahun Tempat
No UK Jenis partus Penolong Nifas JK BB PB anak
partus partus
sekarang
1 2001 39 BPM Spontan Bidan normal L 3000 - baik
mg pervaginam
2 2003 40 BPM Spontan Bidan Normal P 3000 - Baik
mg pervaginam
3 2005 38 BPM Spontan Bidan Normal L 3100 - Baik
mg pervaginam
4 2008 39 BPM Spontan Bidan Normal P 3000 - Baik
mg pervaginam
5 2011 40 PKM Spontan Bidan Normal P 3000 - Baik
mg pervaginam
6 2016 40 BPM Spontan Bidan Normal P 3000 - Baik
mg pervaginam
7 2018 38 BPM Spontan Bidan Normal P 2600 48 Baik
mg pervaginam

Tahun 2019 kehamilan saat ini

e. Riwayat kehamilan saat ini


1) Kunjungan keempat : G8P7A0 usia kehamilan ±34 minggu
2) Masalah yang pernah dialami :
f. Riwayat imunisasi
Menurut keterangan ibu masa bayi lupa sudah di imunisasi atau blm,
menjelang menikah di imunisasi dan sudah pernah di imunisasi pada
kehamilan sebelumnya
g. Riwayat penyakit/oprasi yang lalu
Tidak memiliki riwayat penyakit serius atau oprasi

32
h. Riwayat penyakit keluaraga
Sepengetahuan ibu tidak ada penyakit keturunan
i. Riwayat KB
Tidak pernah menggunakan KB dengan alasan keagamaan ibu beragama
Islam dengan aliran LDII ibu mengatakan tidak menggunakan alat
kontrasepsi karena haram membatasi jumlah keturunan.
j. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Nafsu makan biasa, eliminasi tidak ada masalah, tidur nyenyak dan
pekerjaan rumah tidak dirasakan beban
2) Ibu menerima kehamilan ini, dukungan suami positif, tidak mempunyai
BPJS
k. Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
1) Tempat bersalin yang diinginkan : Bidan
2) Penolong persalinan yang diinginkan : Bidan
3) Pendamping persalinan : Suami
4) Transportasi pada saat akan bersalin : Motor
5) Pendonor : belum tau
6) Metode KB setelah melahirkan : tidak KB

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan fisik dan TTV
a. Keadaan umum ibu : baik
b. Pemeriksaan umum : baik
c. Tinggi badan : 149 cm
d. Berat badan :
1) Sebelum hamil : 57 kg
2) Saat ini : 69 kg
𝐵𝐵 57 57
3) IMT = = = = 25,7 kg/m2
𝑇𝐵2 1.492 2.2201

( Ibu masuk dalam kategori normal)


e. Tekanan darah : 110/70mmHg

33
f. Pernafasan : 22kali/menit
g. Nadi : 80 kali/menit
h. Suhu tubuh : 36,70C
i. Lila : 29,5 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan wajah
Normal tidak ditemukan kelainan
b. Mata
Kelopak mata simetris kanan dan kiri, Konjunctiva merah muda tidak
anemis, Sklera putih tidak ikterik
c. leher
tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
d. payudara
areola bersih, puting susu menonjol, tidak ada benjolan massa.
e. abdomen
Bentuk simetris, membesar sesuai dengan usia kehamilan, letak
memanjang, tidak ada bekas luka operasi, keadaan bersih.
1) TFUMc Donald: 28 cm
2) DJJ: 138 kali/menit
3) TBJ: (TFU-12)x155= (28-12)x 155=2.480 gram
4) Pemeriksaan Leopold :
a) Leopold 1: TFU pertengahan px pusat, pada fundus teraba bulat,
lunak dan tidak melenting berarti bokong.
b) Leopold 2: pada bagian kiri ibu teraba keras dan memanjang seperti
papan yang berarti punggung janin (puki), pada bagian kanan ibu
teraba bagian-bagian kecil yang berarti ekstremitas
c) Leopold 3: pada bagian bawah teraba bulat, keras dan melenting
yang berarti kepala,saat dilakukan pemeriksaan kepala masih bisa
digerakkan berarti kepala belum masuk PAP, jadi leopold 4 tidak
dilakukan.

34
f. Genetalia
(di berikan pertanyaan) ibu mengatakan tidak ada keluhan pada bagian
genitalia
g. Extermitas
1) Atas: sirkulasi normal <2 detik, ridak ada pembengkakan, turgor baik,
akral hangat.
2) Bawah : sirkulasi normal <2 detik, ada pembengkakan, turgor baik,
akral hangat, reflek patella pada kedua kaki positif, tidak ada varises
pada kedua kaki.
3. Hasil pemeriksaan laboratorium
a. Hb: 12,0 gr/dl
b. HbsAg: NR
c. HIV: NR
d. Golongan darah: B Rh:+
4. Hasil Skor Poedji Rochjati 14

C. ASSESSMENT
1. Diagnosa
G8P7A0 hamil 34 minggu dengan kehamilan resiko tinggi, hasil skor Poedji
Rochjati 14
2. Masalah
ibu tidak mau menggunakan alat kontrasepsi karena alasan agama haram
menggunakan alat kontrasepsi karena membatasi keturunan.

35
D. PLAN
Informasi, edukasi, observasi dan kolaborasi
1. Tanda bahaya yang mungkin terjadi
2. Konseling tentang macam-macam KB alami
3. Ingatkan untuk tetap meminum tablet fe
4. Persiapan persalianan
5. Persiapan rujukan

LEMBAR IMPLEMENTASI

Waktu Kegiatan Paraf


(tgl/pukul)
16 oktober Edukasi:
2019 1. tanda-tanda bahaya kehamilan seperti
Pukul `10.30 gerakan janin berkurang, keluar darah
WIB dari kemaluan, pusing dan atau mudah
lelah.
2. Mengajarkan ibu metode KB alamiah
seperti KB kalender
3. Menjelaskan resiko kehamilan dengan
usia >35 tahun, jarak kehamilan <2
tahun, dan grandemultipara
4. Edukasi ibu untuk tetap meminum
tablet Fe
5. Persiapan rujukan
a. Penolong persalinan : ibu ingin
ditolong oleh bidan
b. Dana persalinan : ibu
menggunakan dana sendiri

36
c. Kendaraan untuk ke fasilitas
kesehatan : sepeda motor
d. Metode KB setelah melahirkan :
KB alami
e. Untuk donor darah : belum
disiapkan
6. Menjelaskan tanda persalinan seperti
mulas, keluar tanda lendir dan darah.
7. Mempersiapkan pakaian ibu dan bayi
serta keperluan lainnya pada tempat
yang mudah dijangkau
8. Mengajarkan teknik relaksassi untuk
mengatasi nyeri persalinan sambil
meminta ibu untuk mengulanginya
Evaluasi
1. ibu sudah bisa menyebutkan ulang
tanda-tanda persalinan
2. ibu meminum tablet fe setiap hari
3. ibu dapat menjelaskan kembali
mgenai KB kalender
4. ibu belum menyiapkan calon
pendonor darah
5. ibu dapat menyebutkan kembali
tanda-tanda persalinan
6. ibu belum menyiapkan pakain ibu dan
bayi serta keperluan lainnya untuk
persalinan
7. ibu dapat mengulangi teknik relaksasi
saat persalinan

37
CATATAN PERKEMBANGAN
Kunjungan tanggal 21 Oktober 2019 pukul 11.00 WIB

S:
Ibu tidak ada keluhan, tablet fe tiap hari di minum

O:
BB: 70 kg, TD: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,5oC, TFU 29 cm,
pemeriksaan leopold :
Leopold 1: bokong
Leopold 2: puki
Leopold 3: kepala blm masuk PAP
Djj: 140x/menit
Ekstermitas: tidak odema

A:
Diagnosa:
G8P7A0 hamil 35 minggu dengan faktor resiko tinggi skor pu
Masalah:
ibu tidak mau memakai alat kontrasepsi karena alasan agama yang tidak boleh
membatasi jumlah anak.

P:
1. Tanda bahaya hamil lanjut
2. Konseling tentang macam-macam KB alami
3. Ingatkan untuk tetap meminum tablet fe
4. Persiapan rujukan

38
LEMBAR IMPLEMENTASI

Waktu Kegiatan Paraf


(tgl/puk
ul)
21 Edukasi:
oktober 1. Edukasi ibu tentang bahaya hamil lanjut
2019 sambil menunjukan buku KIA halaman 6 dan
Pukul 7 yaitu perdarahan, kaki bengkak, sakit
`11.00 kepala, demam, air ketuban keluar, dan
WIB gerakan janin berkurang
2. Mengevaluasi ibu tentang metode KB
alamiah yang telah diajarkan
3. Menjelaskan resiko kehamilan dengan usia
>35 tahun, jarak kehamilan <2 tahun, dan
grandemultipara
4. Edukasi ibu untuk tetap meminum tablet Fe
5. Mengevaluasi tentang persiapan calon
pendonor jika terjadi sesuatu
Evaluasi
1. Ibu dapat menyebutkan kembali bahaya
hamil lanjut
2. Ibu dapat menjelaskan metode KB alami
dengan metode KB kalender
3. Ibu meminum tablet fe setiap hari
4. Ibu sudah myeiapkan 2 orang pendonor

39
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Y., & Martini. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Rohima Press.

Dinas kesesehatan Kota Metro. (2018). Profil Kesehatan Kota Metro. Kota Metro:
Dinas Kesehatan Kota Metro.

Husin Farid, 2013. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukt. Jakarta : Sagung Setyo

Prawirohardjo Sarwono.2014. Ilmu KebidananEdisi Keempat. PT. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo
Rochjati, Poedji. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya: Arilangga
Universitas Press.
Saifuddin Abdul Bari, dkk. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sarwono, 2010. Ilmu Kebidanan. Penerbit Sarwono: Jakarta

40
41

Anda mungkin juga menyukai