Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KEBIDANAN KOMUNITAS

PENGKAJIAN DATA KESEHATAN IBU DAN ANAK DI DESA


SITIMULYO KECAMATAN PIYUNGAN KABUPATEN BANTUL

Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Kebidanan Komunitas


Prodi D-III Kebidanan Stikes Madani Yogyakarta

NELLY NUR LAILY


M17.02.0014

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI

YOGYAKARTA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEBIDANAN KOMUNITAS

PENGKAJIAN DATA KESEHATAN IBU DAN ANAK DI DESA


SITIMULYO KECAMATAN PIYUNGAN KABUPATEN BANTUL

Disusun oleh :
Nelly Nur Laily
M17.02.0014

Penanggung Jawab Praktik Penguji Kebidanan Komunitas


Kebidanan Komunitas T.A Intensif
2019/2020

Dyah Muliawati, S.ST., MPH Ratna Wulan Purnami, S.ST., M.Kes


NIK. 02.120688.13.0018 NIK. 02. 100190.13.0020

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Madani Yogyakarta

Atik Nur Istiqomah, M.Keb


NIK : 02.231184.09.000

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim
Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya. Shalawat serta salam tak lupa dihaturkan kepada Nabi Muhammad
sallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Kebidanan Komunitas yang diselenggarakan selama dua minggu secara
mandiri bertempat di daerah masing-masing.
Laporan Kebidanan Komunitas ini terwujud atas bimbingan, pengarahan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Atik Nur Istiqomah, M.Keb selaku Ketua Prodi D III Kebidanan
STIKes Madani Yogyakarta;
2. Dyah Muliawati., S.ST., MPH selaku penanggung jawab praktik
kebidanan komunitas;
3. Ratna Wulan Purnami S.ST., M.Kes yang telah membimbing dalam
menyelesaikan tugas ini;
4. Bidan Yanti Sulastri, Amd.Keb selaku bidan desa Sitimulyo yang telah
mendampingi praktik kebidanan komunitas;
Dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengalaman, penulis
menyadari bahwa laporan komunitas keluarga ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dalam perbaikan
laporan komunitas ini. Semoga semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan
mendapat balasan terbaik dari Allah subhanahu wa ta’ala.

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...............................................................................................................3
D. Manfaat.............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI.........................................................................................4
A. Konsep Kebidanan Komunitas.........................................................................4
B. Tujuan Kebidanan Komunitas.........................................................................5
C. Peran Bidan Dalam Komunitas........................................................................6
D. Manajemen Asuhan Komunitas.......................................................................7
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN................................................11
A. Pelayanan Antenatal.......................................................................................11
B. Pertolongan Persalinan...................................................................................13
C. Pelayanan Kunjungan Nifas...........................................................................16
D. Pelayanan Kontrasepsi....................................................................................17
E. Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita............................................................18
F. Intervensi Kebidanan......................................................................................22
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................24
A. Kesimpulan.....................................................................................................24
B. Saran...............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................26

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Cakupan K1, K4, dan deteksi risiko ibu hamil................................................11
Tabel 3. 2 Jenis kasus deteksi dini risiko ibu hamil..........................................................12
Tabel 3. 3 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan...................................13
Tabel 3. 4 Jenis kasus komplikasi persalinan Januari-Agustus.........................................15
Tabel 3. 5 Cakupan KF I – KF III bulan Januari-Agustus................................................16
Tabel 3. 6 Jumlah akseptor kontrasepsi berdasarkan jenis alat kontrasepsi......................17
Tabel 3. 7 Cakupan kunjungan neonatal bulan Januari-Agustus......................................18
Tabel 3. 8 Jenis kasus komplikasi neonatus Januari-Agustus...........................................21

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian merupakan indicator outcome pembangunan

kesehatan. Angka kematian dapat menggambarkan seberapa tinggi derajat

kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Indikator kematian yang paling sering

digunakan adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB),

dan Angka Kematian Balita (AKBA). Menurut Kemenkes RI [CITATION Kem19

\n \t \l 1033 ] jumlah kematian ibu tahun 2018-2019 terdapat penurunan dari

4.226 menjadi 4.221 kematian ibu di Indonesia berdasarkan laporan. Pada

tahun 2019 penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan, hipertensi

dalam kehamilan, infeksi. Sedangkan untuk kematian bayi pada tahun 2019

dari 29.322 kematian balita, 69% (20.244 kematian) diantaranya terjadi pada

masa neonatus. Penyebab terbesar dari kematian neonatus sendiri yaitu BBLR,

askfisia, sepsis, dan kelainan bawaan. Untuk AKBA sendiri pada tahun 2019

terdapat 2.927 kasus dan penyebab kematian terbanyak disebabkan oleh diare

sebanyak 71,5% dari kasus yang ada [CITATION Kem19 \l 1033 ].

Angka kematian ibu di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

2018 sebanyak 111,5 per 100.000 KH. Penyebab kematian ibu yang paling

banyak ditemukan di DIY adalah karena perdarahan, jantung, infeksi,

preeklamsi, syok, hiperteroid, dan kejang hipoksia. Angka kematian bayi di

DIY pada tahun 2018 sebanyak 9,76 per 1.000 KH. Kasus kematian bayi

tertinggi terjadi di Kabupaten Bantul dan terendah di Kota Yogyakarta.

1
2

Penyebab paling banyak kematian bayi dan neonatal di DIY adalah asfiksia

dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Dinkes DIY, 2019).

Angka kematian ibu di Bantul pada tahun 2018 naik dibandingkan pada

tahun 2017. AKI pada tahun 2017 sebesar 72,85 per 100.000 KH yaitu

sejumlah 9 kasus, sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 14 kasus sebesar

108,36 per 100.000 KH. Hasil Audit Maternal (AMP) menyimpulkan bahwa

penyebab utama kematian ibu pada tahun 2018 adalah perdarahan sebesar

36% (5 kasus) . AKB di Bantul tahun 2018 sebesar 8,27 per 1.000 KH turun

jika dibandingkan tahun 2017 sebesar 8,74 per 1.000 KH. Kasus kematian

bayi di Kabupaten Bantul tahun 2018 sejumlah 107 kasus, dan terjadi hampir

di semua wilayah kecamatan Kabupaten Bantul. Hasil AMP menyebutkan

bahwa penyebab kematian bayi terbesar adalah karena Asfiksia sebanyak 32

kasus[ CITATION Din18 \l 1057 ].

Upaya yang dapat dilakukan bidan dalam meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan guna menurunkan angka kematian yaitu dengan

melakukan pendekatan kepada masyarakat. Melalui pendekatan kepada

masyarakat bidan bisa secara langsung memberikan asuhannya kepada

masyarakat atau bisa dikenal dengan asuhan kebidanan komunitas.

Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada empat konsep

utama dalam pelayanan kebidanan yaitu manusia, masyarakat, lingkungan,

kesehatan, dan pelayanan kebidanan yang mengacu pada konsep paradigma

kebidanan dan paradigma sehat sehingga diharapkan tercapainya taraf

kesejahteraan hidup masyarakat


3

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan pengkajian

data kesehatan ibu dan anak yang terdapat di wilayah Desa Sitimulyo,

Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Bagaimanakah hasil pengkajian data kesehatan ibu dan anak di wilayah

Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta ?

C. Tujuan

Mampu mengolah data, menganalisa, dan menyajikan hasil data yang

dikumpulkan terkait kesehatan ibu dan anak di wilayah Desa Sitimulyo,

Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Dapat dijadikan pengetahuan tambahan bagi mahasiswa mengenai

pengkajian kesehatan ibu dan anak wilayah

2. Bagi Civitas Akademik Institusi

Dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran dan bahan rujukan dalam

pengembangan ilmu kebidanan komunitas.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Kebidanan Komunitas

Kebidanan komunitas adalah upaya memberikan asuhan kebidanan

pada masyarakat baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang

terfokus pada pelayanan kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,

kesehatan reproduksi termasuk usia wanita adi yuswa secara paripurna.

Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada empat konsep

utama dalam pelayanan kebidanan yaitu manusia, masyarakat, lingkungan,

kesehatan, dan pelayanan kebidanan yang mengacu pada konsep paradigma

kebidanan dan paradigma sehat sehingga diharapkan tercapainya taraf

kesejahteraan hidup masyarakat [ CITATION Mei09 \l 1033 ].

Kebidanan komunitas merupakan bentuk pelayanan/asuhan langsung

yang berfokus pada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan

kebiasaan atau pola perilaku masyarakat yang tidak sehat, ketidakmampuan

masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan internal dan eksternal.

Intervensi kebidanan yang dilakukan mencakup pendidikan kesehatan,

mendemonstrasikan keterampilan yang memerlukan keahlian bidan untuk

mengatasi masalah komunitas serta melakukan rujukan kebidanan dan non

kebidanan jika perlu.

Tujuan umum kebidanan komunitas adalah meningkatkan kemampuan

masyarakat agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Tujuan khusus

kebidanan komunitas sebagai berikut.

4
5

1. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

dalam pemahaman tentang pengertian sehat dan sakit.

1. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

dalam mengatasi masalah kesehatan.

2. Menciptakan dukungan bagi individu yang terkait.

3. Mengendalikan lingkungan fisik dan social untuk menuju keadaan sehat

yang optimal.

4. Mengembangkan ilmu dan melaksanakan kebidanan kesehatan

masyarakat.

B. Peran Bidan Dalam Komunitas

Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dan dimiliki oleh

orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Sebagai bidan harus memahami

perannya di komunitas yaitu :

1. Sebagai pendidik

Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai

pendidik, bidan berupaya merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya

sesuai dengan kaidah kesehatan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh

bidan dikomunitas dalam berperan sebagai pendidik masyarakat antara

lain dengan memberikan penyuluhan di bidang kesehatan khususnya

kesehatan ibu, anak, dan keluarga.

2. Sebagai pelaksana

Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan

kebidanan kepada komunitas. Disini bertindak sebagai pelaksana


6

pelayanan kebidanan. Sebagai pelaksana, bidan harus menguasai

pengetahuan dan teknologi kebidanan serta melakukan kegiatan sebagai

berikut :

a. Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan.

b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nias, menyusui, dan masa

interval dalam keluarga.

c. Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan risiko tinggi di

keluarga.

d. Pengobatan keluarga sesuai kewenangan.

e. Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan

reproduksi.

f. Pemeliharaan kesehatan anak balita.

3. Sebagai pengelola

Sesuai dengan kewenanganya bidan dapat melaksananakan kegiatan

praktik mandiri. Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan yang

dilakukanya. Peran bidan disini adalah sebagai pengelola kegiatan

kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu, dan praktek bidan.

Sebagai pengelola bidan memimpin dan mendayagunakan bidan lain atau

tenaga kesehatan yang pendidikanya lebih rendah.

4. Sebagai peneliti

Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya,

perkembangan keluarga dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat

memberikan kesimpulan atau hipotesisi dan hasil analisanya. Sehingga


7

bila pera ini dilakukan oleh bidan, maka ia dapat mengetahui secara cepat

tentang permasalahan komunitas yang dilayaninya dan dapat pula dengan

segera melaksanakan tindakan [ CITATION Bus17 \l 1033 ].

C. Manajemen Asuhan Komunitas

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah. Manajemen asuhan

kebidanan dimulai dengan identifikasi data dasar dan diakhiri dengan evaluasi

kebidanan. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut [ CITATION Var10 \l 1033 ]

1. Identifikasi data dasar

Identifikasi data dasar meliputi pengumpulan dan pengolahan. Dalam

pengumpulan data, dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi,

maupun pemeriksaan fisik. Sdangkan pengolahan data dibagi menjadi dua

yaitu data subjektif dan data objektif.

2. Merumuskan diagnosa/masalah aktual

Diagnosa adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang diputuskan

berdasarkan identifikasi yang didapat dari analisa-analisa dasar. Dalam

menetapkan diagnosa bidan menggunakan pengetahuan proesionl sebagai

data dasar untuk mengambil tindakan diagnosa kebidanan yang ditegakkan

harus berlandaskan ancaman keselamatan hidup klien.

3. Merumuskan diagnosa/masalah potensial

Mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin terjadi pada klien jika

tidak mendapatkan penanganan yang akurat, yang dilakukan melalui

pengamatan, observasi, dan persiapan untuk segala sesuatu yang mungki


8

terjadi bila tidak segera ditangani dapat membawa dampak yang lebih

berbahaya sehingga mengancam kehidupan klien.

4. Identifikasi perlunya tindakan segera/kolaborasi

Menentukan intervensi yang harus segera dilakukan oleh bidan atau dokter

kebidanan. Hal ini terjadi pada penderita gawat darurat yang

membutuhkan kolaborasi dan konsultasi dengan tenaga kesehatan yang

lebih ahli sesuai dengan keadaan klien. Pada tahap ini, bidan dapat

melakukan tindakan emergensi sesuai dengan kewenanganya, kolaborasi

maupun konsultasi untuk menyalamatkan pasien. Pada bagian ini juga,

bidan mengevaluasi setiap keadaan klien untuk menentukan tidakan

selanjutnya yang diperoleh dari hasil koaborasi dengan tenaga kesehatan

lain. Bila klien dalam keadaan normal tidak perlu dilakukan apapun

sampai tahap kelima

5. Rencana tindakan asuhan kebidanan

Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditemukan pada tahap

sebelumnya, juga mengantisipasi diagnosa dan masalah kebidanan secara

komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang relevan dan diakui

kebenaranya sesuai kondisi dan situasi berdasarkan analisa dan asumsi

yang seharusnya boleh dikerjaan atau tidak oleh bidan.

6. Implementasi

Implementasi dapat dikerjaaan keseluruhan oleh bidan bekerjasama

dengan tim kesehatan lain. Bidan harus bertanggung jawab terhadap

tindakan langsung, konsultasi maupun kolaborasi. Implementasi yang


9

efisien akan mengurangi waktu dan biaya perawatan serta meningkatkan

kualitas pelayanan pada klien.

7. Evaluasi

Langakah akhir manajemen kebidanan adalah evaluasi. Pada langkah ini,

bidan harus mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang

diberikan kepada klien.

D. Konsep Dasar PWS KIA

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)

adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu

wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang

cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil,

ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana,

bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, pelayanan kesehatan bayi

dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis,

dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara

program dan pihak/instansi terkait untuk tindak lanjut. Dengan PWS KIA

diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan menjangkau seluruh

sasaran di suatu wilayah kerja. Dengan terjangkaunya seluruh sasaran maka

diharapkan seluruh kasus dengan faktor risiko atau komplikasi dapat

ditemukan sedini mungkin agar dapat memperoleh penanganan yang

memadai.
10

E. Indikator Pemantauan PWS KIA

Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi

indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program

KIA

1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1)

Cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan ANC di

trimester pertama di wilayah pada kurun wakt tertentu. Rumus yang

digunakan :

juml ibu hamil K 1 di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu ×100 %
jumlah seluruh sasaranibu hamil di suatu wilayah dalam setahun

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dihitung dari :

1,10 x angka kelahiran kasar ( CBR ) x juml penduduk

2. Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4)

Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

standar minimal 4 kali kunjungan di suatu wilayah pada kurun waktu

tertentu. Rumus yang digunakan :

juml ibu hamil K 4 di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu ×100 %
jumlah seluruh sasaran ibu hamil di suatu wilayahdalam setahun

3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)

Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Rumus yang

digunakan :

juml persalinan yg ditolong nakes di suatuwilayah pada kurun waktu tertentu× 100 %
jumlah seluruh sasaranibu bersalin di suatu wilayahdalam setahun

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dihitung dari :


11

1,05 x angka kelahiran kasar ( CBR ) x juml penduduk

4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF 3)

Cakupan pelayanan ibu nifas pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari

pasca bersalin dengan tiga kali kunjungan sesuai standar di suatu wilayah

pada kurun waktu tertentu. Rumus yang digunakan :

juml ibu nifas yg sudah KF lengkap di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu ×100 %
jumlah seluruh sasaranibu nifas di suatuwilayah dalam setahun

5. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN1)

Cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6-48

jam setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Rumus yang

digunakan :

juml bayi yg sudah KN 1 di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu ×100 %
jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah dalam setahun

Jumlah sasaran bayi bisa didapatkan dari perhitungan :

jumlah sasaran bayi=CBR X jumlah penduduk

6. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN lengkap)

Cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar minimal

tiga kali kunjungan. Rumus yang digunakan :

juml bayi yg sudah KN lengkap di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu ×100 %
jumlah seluruh sasaran bayi di suatuwilayah dalam setahun

7. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh masyarakat

Cakupan iu hamil dengan faktor risiko yang ditemukan oleh kader atau

dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu

wilayah pada kurun waktu tertentu. Rumus yang digunakan :


12

juml bumil risti yg ditemukan kader di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu ×100 %
20 % x jumlah seluruh sasaran bumil di suatu wilayah dalam setahun ¿
¿

8. Cakupan penanganan komplikasi obstetrik (Pk)

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani secara definitif oleh tenaga

kesehatan pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif

adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi kebidanan

yang pelaporanya dihitung sekali pada masa neonatal. Rumus yang

digunakan :

juml komplikasi yg mendapat penanganan disuatu wilayah pada kurun waktu tertentu× 100 %
20 % x jumlah seluruh sasaran bayidi suatu wilayah dalam setahun

9. Cakupan penanganan komplikasi neonatus

Cakupan komplikasi neonatus yang ditangani secara definitive oleh tenaga

kesehatan pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif

adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus

yang pelaporanya dihitung sekali pada masa neonatal. Rumus yang

digunakan :

juml komplikasi yg mendapat penanganan disuatu wilayah pada kurun waktu tertentu× 100 %
15 % x jumlah seluruh sasaran bayidi suatu wilayah dalam setahun

10. Cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 hari-11 bulan

Cakupan bayi yang mendapat pelayanan paripurna sebanyak 4 kali.

Dengan indicator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan

kesehatan bayi. Rumus yang digunakan :

juml bayi yang telah 4 kali kunjungan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu× 100 %
jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah dalam setahun

11. Cakupan pelayanan anak balita 12-59 bulan


13

Cakupan anak balita yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi

pemantauan pertumbuhan min 8x pertahun, pemantauan perkembangan

min 2x pertahun, pemberian vitamin A 2x pertahun. Rumus yang

digunakan :

juml balita yang mendapat pelayanan stndar di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu× 100
jumlah seluruh sasaran balita di suatu wilayahdalam setahun

12. Cakupan pelayanan kesehatan balita sakit yang dilayani dengan MTBS

Cakupan pelayanan kesehatan anak dan balita umur 12-59 bulan yang

berobat di Puskesmas dan mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar

MTBS. Rumus yang digunakan :

juml balita ditangani MTBS di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
×
jumlah seluruhbalita sakit yang berkunjung ke pkm dalam setahun

100%

13. Cakupan peserta KB aktif

Indikator ini menunjukan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih

aktif memakai alkon terus menerus. Rumus yang digunakan :

juml peserta KB aktif di suatuwilayah pada kurun waktu tertentu


× 100%
jumlah seluruh PUS di suatuwilayah dalam setahun
14
BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Pelayanan Antenatal

Pengumpulan data antenatal (ANC) terdiri atas cakupan K1, cakupan

K4, dan deteksi dini risiko ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga medis

maupun non tenaga medis atau kader. Pendataan ANC bertujuan memantau

cakupan pelayanan ANC secara teratur setiap bulan dan terus menerus setiap

wilayah.

Tabel 3. 1 Cakupan K1, K4, dan deteksi risiko ibu hamil


Hasil Deteksi Risiko
Juml.
Juml. Non Rujukan risti
sasara Juml.bumil K1 K4
Bulan Sasaran Tenaga kesehatan tenaga
n bulan ini
risti kesehatan

Jan 144 29 60 13 10 2 2 4

Feb 144 29 48 10 13 1 0 1
Mar 144 29 50 14 13 1 0 1
Apr 144 29 58 10 10 0 0 0
Mei 144 29 54 12 11 0 2 2
Jun 144 29 56 12 15 0 1 1
Jul 144 29 47 10 10 0 1 1
Agus 144 29 61 12 13 0 3 3
Sumber : Data sekunder, 2020

Berdasarkan data sekunder diatas didapati hasil bahwa :

1. Pencapaian cakupan kumulatif K1 pada bulan Januari sampai agustus

jumlah kumulatif K 1 Jan− Agust x 100 % 93 ×100 %


2020 yaitu : = =
sasaranbumil per desa selama setahun 144

64.5%

15
16

2. Pencapaian cakupan kumulatif K4 pada bulan Januari sampai Agustus

jumlah kumulatif K 4 Jan−Agust × 100 % 95 ×100 %


2020 yaitu : = =
sasaran bumil per desa selama setahun 144

65.9%

Target cakupan K1 dan K4 di Desa Sitimulyo dalam setahun adalah

90%, dengan begitu rata-rata target perbulan adalah 7,5%. Dengan demikian,

maka sasaran pencapaian kumulatif sejak Januari sampai Agustus yaitu 60%.

Maka didapati bahwa cakupan kumulatif K1 dan K4 di Desa Sitimulyo telah

melampaui target cakupan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Desa

Sitimulyo dalam status cakupan baik karena cakupan kumulatif berada diatas

target bulan Agustus dan mempunyai kecendurungan cakupan bulanan yang

meningkat dibanding bulan lalu.

3. Hasil kumulatif deteksi dini risiko pada bulan Januari-Agustus 2020 yaitu

hasil deteksi dini Jan−Agust olehmasyarakat × 100 % 9 ×100 %


: = =
20 % × sasaran ibu hamil per desa setahun 29

31%

Salah satu strategi untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan

kesehatan ibu adalah dengan melakukan pemberdayaan masyarakat salah

satunya dengan melibatkan masyarakat atau kader dalam mendeteksi risiko

ibu hamil. Cakupan kumulatif deteksi dini oleh masyarakat sampai bulan

Agustus sebesar 31% yaitu sebanyak 9 ibu hamil. Jenis kasus yang didapati

dari deteksi dini terdapat pada tabel 3.2

Tabel 3. 2 Jenis kasus deteksi dini risiko ibu hamil


17

Jumlah kasus
Bulan Jenis kasus Keterangan Tindak lanjut
risiko
>35 tahun Konsul dokter
Grandemulti G4P3A0 Konsul dokter
Jan 4
>35 tahun Konsul dokter
<20 tahun Konsul dokter
Konsul gizi dan
Feb 1 KEK LILA 20 cm
pemberian PMT
Mar 1 Susp. IUGR Konsul gizi
18

Jumlah kasus
Bulan Jenis kasus Keterangan Tindak lanjut
risiko
>35 th Konsul dokter
Apr 2
<20 th Konsul dokter
<20 th Konsul dokter
Mei 2
<20 th Konsul dokter
Jun 1 >35 th Konsul dokter
Pemantauan minum
Jul 1 Anemia Hb 10,2 gr/dl
tablet Fe
Agust 0
Sumber : Data sekunder, 2020

Berdasarkan data diatas, didapati bahwa faktor risiko terbanyak selama

Januari sampai Agustus 2020 yaitu ibu hamil terlalu muda (<20 th) sebanyak

4 kasus dan ibu hamil terlalu tua (>35 th) sebanyak 4 kasus. Dari hasil

pendataan tersebut untuk selanjutnya bidan dapat melakukan pencegahan

untuk mengurangi angka faktor risiko 4T dengan cara memberikan

penyuluhan edukasi terkait kesehatan reproduksi wanita usia subur.

B. Pertolongan Persalinan

Pengumpulan data ibu bersalin terdiri atas cakupan penanganan

persalinan oleh tenaga kesehatan dan kasus komplikasi yang terjadi saat

persalinan di wilayah Desa Sitimulyo sejak bulan Januari sampai Agustus.

Tabel 3. 3 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan


Cakupan
Jum sasaran Tempat persalinan penanganan
Bulan LINA komplikasi
KES
Non
Bulin Risti Faskes
faskes
Jan 137 29 12 16 0 4

Feb 137 29 12 5 0 2

Mar 137 29 10 9 0 2

Apr 137 29 8 10 0 2
Mei 137 29 11 10 0 3

Jun 137 29 12 16 0 1

Jul 137 29 8 8 0 0
19

Cakupan
Jum sasaran Tempat persalinan penanganan
Bulan LINA komplikasi
KES
Non
Bulin Risti Faskes
faskes

Agus 137 29 12 12 0 3

Sumber : Data sekunder, 2020

Berdasarkan tabel diatas didapati hasil bahwa :

1. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) kumulatif

bulan Januari sampai Agustus 2020 yaitu :

jumlah kumulatif Pn Jan−Agust × 100 % 86 ×100 %


= = 62.%
sasaran persalinan per desa dalam setahun 137

Dari perhitungan diatas didapati pencapaian kumulatif sampai bulan

Agustus untuk pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 62%.

Sedangkan target cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

dalam setahun yaitu 90%, sehingga pencapaian sampai bulan Agustus

diharapkan sudah melebihi 60%. Maka didapati hasil bahwa ststus kesehatan
20

Desa Piyungan digolongkan status baik, karena pencapaian kumulatif sampai

bulan Agustus telah melebihi target cakupan yang diharapkan dan angka

persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan pada bulan ini lebih banyak

dibanding dengan bulan sebelumnya. Cakupan pertolongan persalinan yang

telah melampaui target antara lain dipengaruhi oleh penyuluhan tenaga

kesehatan yang sudah cukup baik.

2. Pertolongan persalinan 100% telah dilakukan di fasilitas kesehatan.

Disini didapati bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya melakukan

pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan sudah bisa dinilai dengan baik

dari cakupan kumulatif yang didapatkan.

3. Jumlah kumulatif kasus komplikasi bulan Januari-Agustus sebanyak 17

kasus. Jenis kasus komplikasi persalinan dapat dilihat pada tabel 3.4.

Jumlah kasus
Bulan Jenis kasus Tindak lanjut Keterangan
risiko
Perdarahan
Rujuk RS Hidup
antepartum
KPD Rujuk RS Hidup
Jan 4
KPD Rujuk RS Hidup
KPD Rujuk RS Hidup
Serotinus Rujuk RS Hidup
Feb 2
Kehamilan ganda Rujuk RS Hidup
Hipertensi dalam
Rujuk RS Hidup
kehamilan
Mar 2
Partus
Rujuk RS Hidup
macet/distosia
Partus
Rujuk RS Hidup
macet/distosia
Apr 2
Partus
Rujuk RS Hidup
macet/distosia
Hipertensi dalam
Rujuk RS Hidup
kehamilan
Mei 2 Kelainan letak jani Rujuk RS Hidup
Partus
Rujuk RS Hidup
macet/distosia
Hipertensi dalam
Jun 1 Rujuk RS Hidup
kehamilan
Jul 0
21

Jumlah kasus
Bulan Jenis kasus Tindak lanjut Keterangan
risiko
Hipertensi dalam
Rujuk RS Hidup
kehamilan
Agust 3 KPD Rujuk RS Hidup
Tabel 3. 4 Jenis kasus komplikasi persalinan
Partus Januari-Agustus
Rujuk RS Hidup
macet/distosia
Sumber : Data Sekunder, 2020

Berdasarkan tabel diatas kasus komplikasi persalinan terbanyak yaitu

partus macet/distosia sebanyak 5 kasus, hipertensi dalam kehamilan sebanyak

4 kasus, dan Ketuban Pecah Dini (KPD) sebanyak 4 kasus. Seluruh kasus

yang terdapat pada tabel diberikan penanganan tindak lanjut dirujuk ke Rumah

Sakit agar mendapat penanganan lebih lanjut dan dapat berkolaborasi dengan

dokter obsgyn. Dari data tersebut juga didapatkan bahwa keadaan pascasalin

seluruh ibu bersalin dengan komplikasi tersebut dalam keadaan hidup. Maka

dari itu, dapat disimpulkan bahwa sejak bulan Januari-Agustus tidak terdapat

kematian ibu.

C. Pelayanan Kunjungan Nifas

Pengumpulan data nifas terdiri atas cakupan pelayanan kepada ibu pada

masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit

3 kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 4 – 14 hari , dan >2 minggu oleh

tenaga kesehatan serta data hasil deteksi dini komplikasi yang terjadi selama

tiga kali kunjungan nifas.

Tabel 3. 5 Cakupan KF I – KF III bulan Januari-Agustus


Juml. KF I KF II KF III
Bulan
persalinan N Komplikasi N Komplikasi N Komplikasi
Jan 16 16 0 16 0 16 0
Feb 5 5 0 5 0 5 0
Mar 9 9 0 9 0 9 0
Apr 10 10 0 10 0 10 0
Mei 10 10 0 10 0 10 0
22

Jun 16 16 0 16 0 16 0
Jul 8 8 0 8 0 8 0
Agust 12 12 0 12 0 12 0
Sumber : Data Sekunder, 2020

Berdasarkan data sekunder diatas, didapati hasil cakupan pelayanan nifas

dengan 3 kali kunjungan oleh tenaga kesehatan yang menggambarkan

jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas :

1. Pencapaian kumulatif cakupan KF 3 sejak bulan Januari-Agustus 2020

jumlah kumulatif KF 3 Jan−Agust 86 ×100 %


yaitu : = = 62%
sasaranibu nifas per desa selama setahun 137

2. Tidak terdapat komplikasi masa nifas sejak bulan Januari sampai Agustus

2020

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa cakupan kumulatif pelayanan masa

nifas oleh tenaga kesehatan sampai bulan Agustus yaitu 62% sesuai dengan

hasil cakupan kumulatif pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Cakupan tersebut juga sudah melampui target pelayanan masa nifas, dimana

target pertahun sebesar 90%. Maka target cakupan sampai dengan Agustus

minimal 60%. Dapat dilihat juga dari cakupan bulan Agustus meningkat

dibanding dengan bulan sebelumnya. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan

masa nifas sampai bulan Agustus dalam status baik.

D. Pelayanan Kontrasepsi

Pengumpulan data terdiri dari peserta KB yang baru dan lama yang

masih aktif menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan jumlah

pasangan usia subur pada bulan Januari sampai Agustus.

Tabel 3. 6 Jumlah akseptor kontrasepsi berdasarkan jenis alat kontrasepsi


23

Bulan IUD MOW Implant Suntik Pil Kondom PUS Akse Pros
L B L B L B L B L B L B ptor entas
e%
Jan 125 0 82 0 92 0 495 12 404 0 22 0 1607 1220 75.9
Feb 125 1 80 0 92 0 495 18 404 0 22 0 1607 1237 76.9
Mar 125 0 80 0 77 0 490 11 360 0 22 0 1607 1165 72.4
Aprl 110 0 80 1 86 0 461 8 382 0 22 0 1744 1150 65.9
Mei 110 0 80 0 86 0 461 10 379 0 22 0 1276 1149 90
Jun 110 5 80 0 86 0 461 13 379 0 22 0 1276 1156 90.5
Jul 110 0 80 0 86 0 461 8 373 0 22 0 1276 1140 89.3
Agust 110 1 80 1 86 0 461 12 373 0 22 0 1607 1146 71.3
Sumber : Data Sekunder, 2020

Berdasarkan tabel diatas, didapati cakupan kumulatif akseptor kontrasepsi

pada bulan Januari sampai Agustus 2020 yaitu :

jumlah peserta KB aktif Jan− Agust 9363 ×100 %


= = 78%
jumlah PUS di desa Klangenan selama setahun 12000

Target cakupan akseptor KB aktif selama satu tahun sebesar 90%,

sehingga untuk target cakupan akseptor KB sampai bulan Agustus sebesar

60%. Penafsiran dari cakupan tersebut adalah status baik karena cakupan

diatas target dan cakupan meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Dari tabel tersebut terlihat bahwa kontrasepsi suntik yang paling banyak

diminati oleh PUS selama bulan Januari sampai Agustus 2020.

E. Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita

Pengumpulan terdiri dari cakupan kunjungan neonatal yang dilakukan

sebanyak tiga kali kunjungan oleh tenaga kesehatan, cakupan pelayanan anak

balita (12-59 bulan), cakupan kunjungan bayi (29 hari-11 bulan), dan neonatus

komplikasi yang ditangani.

Tabel 3. 7 Cakupan kunjungan neonatal bulan Januari-Agustus


Bula Juml. Sasaran Juml. Juml Cakupan KN Cakupa Cakupan Cakupan
n Persal . LH n neo kunjunga pely.
inan komplik n bayi Kesehata
asi yang n balita
24

tertanga
ni
KN
Rist
Bayi Balita KN I lengka
i
p
Jan 131 26 461 16 16 16 16 1 9 37
Feb 131 20 461 5 5 5 5 3 8 30
Mar 131 20 461 9 9 9 9 3 10 34
Apr 131 26 461 10 10 10 10 2 10 32
Mei 131 21 461 10 10 10 10 2 10 33
Jun 131 21 461 16 16 16 16 1 10 41
Jul 131 21 461 8 8 8 8 1 10 25
Agust 131 26 461 12 12 12 12 3 13 28
Sumber : Data Sekunder, 2020

Berdasarkan data sekunder diatas, didapati hasil cakupan pelayanan neonatal

dengan 3 kali kunjungan oleh tenaga kesehatan, cakupan pelayanan kunjungan

bayi, akupan pelayanan anak balita, dan cakupan neonatus komplikasi yang

ditangani, dengan penjabaran sebagai berikut :

1. Pencapaian kumulatif cakupan KN 1 sejak bulan Januari-Agustus 2020

jumlah kumulatif KN 1 Jan− Agust 86 ×100 %


yaitu : = = 64.8%
sasaran bayi per desa selama setahun 131

2. Pencapaian kumulatif cakupan KN lengkap sejak bulan Januari-Agustus

jumlah kumulatif KN lengkap Jan− Agust 85 ×100 %


2020 yaitu : = =
sasaran bayi per desa selama setahun 131

65.6%

Pencapaian cakupan KN 1 dan KN lengkap sesuai sama prosentase

cakupan kumulatifnya yaitu sebesar 65.6%. target cakupan kunjungan

neonatal dalam setahun sebesar 90%, sehingga target yang harus dicapai

sampai bulan agustus harus lebih atau sama dengan 60%. Penafsiran dari

cakupan tersebut adalah status baik yaitu cakupan diatas target yang telah
25

ditetapkan dan mempunyai kecendurungan cakupan bulan Agustus meningkat

dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pelayanan neonatal meliputi

pencegahan dan penanganan askfisia, hipotermia, BBLR, icterus ringan-

sedang dan penanganan gangguan minum.

3. Pencapaian kumulatif cakupan kunjungan bayi pada bulan Januari-

jumlah kumulatif Kunjungan bayi Jan− Agust


Agustus 2020 yaitu : : =
sasaranbayi per desa selama setahun

80 ×100 %
= 61%
131

Dari perhitungan tersebut pencapaian akhir sampai dengan Agustus

yaitu 61%. Target cakupan kunjungan neonatal selama satu tahun sebesar 90%

pada tahun 2020, sehingga target yang harus dicapai sampai bulan Agustus

2020 harus lebih atau sama dengan 60%. Penafsiran dari cakupan tersebut

adalah dalam status baik yaitu cakupan diatas target yang telah ditetapkan dan

mempunyai kecenderungan cakupan bulan ini lebih meningkat dibanding

bulan sebelumnya.

Cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali

yaitu 1 kali pada umur 29 hari-2 bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan, 1 kali pada

umur 6-8 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan yang diberikan

saat kunjungan bayi yaitu deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang bayi

yang meliputi pertumbuhan, perkembangan, mental, dan pemberian obat yang

bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang sesuai dengan obat-obatan

yang sudah ditetapkan dan segera merujuk pada dokter.


26

4. Pencapaian kumulatif cakupan pelayanan anak balita pada bulan Januari-

jumlah kumulatif pely . balita Jan−Agust


Agustus 2020 yaitu : : =
sasaran balita per desa selama setahun

219× 100 %
= 47.5%
461

Hasil dari pencapaian kumulatif pelayanan anak balita sampai dengan

bulan Agustus 2020 yaitu sebesar 47.5%, sedangkan target pelayanan balita

dalam setahun sebesar 90%. Sehingga target yang harus dicapai sampai

Agustus sebesar 60%. Pada cakupan kali ini dapat disimpulkan yaitu status

kurang baik untuk pelayanan anak balita karena cakupan dibawah target yang

telah ditetapkan dan mempunyai kecendurungan cakupan bulan ini meningkat

dibanding dengan bulan sebelumnya. Dari hasil tersebut dapat diketahui

bahwa masih ada ibu yang belum memeriksakan anak balitanya.

Pelayanan yang diberikan untuk balita (12-59 bulan) yaitu pemantauan

pertumbuhan minimal 8x pertahun yang meliputi pengukuran berat badan,

tinggi badan, dan lingkar kepala yang dicatat pada KMS anak; pemantauan

perkembangan minimal 2x setahun meliputi perkembangan dengan KPSP,

daya dengar dengan TDD, daya penglihatan dengan TDL; dan pemberian

vitamin A 2x setahun.

5. Pencapaian kumulatif cakupan neonatus komplikasi yang sudah tertangani

pada bulan Januari – Agustus 2020 yaitu : :

jumlah kumulatif neo komplikasi Jan−Agust 16 ×100 %


= = 81.4%
15 % x sasaran bayi per desa selama setahun 15 % x 131
27

Pencapaian kumulatif cakupan neonatus komplikasi yang sudah

tertangani oleh tenaga kesehatan sampai Agustus 2020 sebesar 81.4%, dimana

angka ini sudah melampau target sampai Agustus untuk cakupan nenatus

komplikasi yang sudah tertangani sebesar 60%. Sedangakn untuk target

pertahun cakupan neonatus komplikasi yang sudah tertangani sebesar 90%.

Jenis kasus komplikasi yang sudah tertangani terdapat pada tabel 3.8

Tabel 3. 8 Jenis kasus komplikasi neonatus Januari-Agustus


KN I KN II KN III
Bula Ko Temp Tem
Tempat Kom Ko
n mpl Jenis Jenis at Jenis pat
tindaka Ket plika Ket mpli ket
ikas kasus kasus tindak kasus tinda
n si kasi
i an kan
Rujuk
Jan 1 BBLR Hidup 0 0
RS
Rujuk
Feb 2 BBLR Hidup 1 Ikterik Pkm Hidup 0
RS
Infeksi
Rujuk
Mar 1 BBLR Hidup 2 bakteri Pkm Hidup 0
RS
lokal
Infeksi
Apr 0 2 bakteri Pkm Hidup 0
lokal
Infeksi
Mei 0 2 bakteri Pkm Hidup 0
lokal
Infeksi
Hidu
Jun 0 0 1 bakteri Pkm
p
lokal
Infeksi
Jul 0 1 bakteri Pkm Hidup 0
lokal
Infeksi Infeksi
Agu Rujuk Hidu
1 BBLR Hidup 1 bakteri Pkm Hidup 1 bakteri Pkm
st RS p
lokal lokal
Sumber : Data Sekunder, 2020

Berdasarkan tabel diatas, didapati bahwa jenis kasus komplikasi pada

seluruh kunjungan neonatus 1 yaitu Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dengan

tindak lanjut merujuk bayi ke Rumah Sakit agar mendapat penanganan lebih

lanjut dan berkolaborasi dengan dokter anak. Pada kunjungan neonatus II

kasus terbanyak yaitu infeksi bakteri lokal dengan jumlah kasus sebanyak 8
28

kasus dan mendapat penanganan di puskesmas. Pada kunjungan neonatus III

hanya terdapat 2 kasus yaitu infeksi bakteri lokal yang sudah dapat tertangani

di puskesmas.

F. Intervensi Kebidanan

Program kerja yang telah bidan desa lakukan selama bulan Januari

hingga Agustus 2020 untuk meningkatkan kualitas hidup ibu dan bayi yaitu

dengan kolaborasi dengan puskesmas dalam memberikan intervensi

kebidanan. Terdapat dua program kebidanan yang telah dilakukan sejak bulan

Januari sampai Agustus 2020, yaitu :

1. Deteksi dini risiko ibu hamil oleh masyarakat

Pemberian intervensi ini dilakukan guna membangkitkan kepedulian dan

peran serta masyarakat dalam mendeteksi faktor risiko ibu hamil.

Perincian pelaksanaan kegiatan deteksi dini ibu hamil oleh masyarakat

adalah sebagai berikut :

a. Advokasi dengan lintas sektor terkait

b. Sosialisasi kepada lintas sektor terutama kader terkait deteksi risiko

dengan menggunakan skala Puji Rohyati.

c. Pelaksanaan kegiatan di posyandu, setiap bumil yang datang dilakukan

scrinning oleh kader

d. Kader melaporkan hasil kepada bidan desa

Deteksi dini oleh masyarakat dilakukan setiap bulan di masing-masing

posyandu. Hasil evaluasi yang dapat dilihat dari kegiatan ini adalah
29

cakupan kumulatif deteksi dini risti oleh masyarakat sampai bulan Agustus

telah melampaui target yang telah ditetapkan.

2. Pemberian PMT

Program Pemberian Makan Tambahan (PMT) dillakukan karena kasus

KEK dan BBLR yang masih tinggi. Program ini bertujuan meningkatkan

gizi ibu hamil yang Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan menegah

terjadi BBLR. Perincian pelaksanaan kegiatan pemberian PMT adalah

sebagai berikut :

a. Advokasi dengan lintas sektor

b. Validasi bumil KEK

c. Kerjasama dengan Pak Kuwu untuk menentukan pengelolaan makanan

tambahan

d. Pemantauan ibu hamil yang telah diberikan PMT

Pemberian PMT dilakukan sebulan sekali pada saat posyandu. Selain

pemberian PMT untuk menangani KEK bidan melakukan kolaborasi

dengan ahli gizi untuk menentukan pengaturan diit sehari-hari sehingga

kebutuhan kalori ibu dengan KEK terpenuhi. Evaluasi dalam program ini

dilakukan dengan cara melakukan pemantauan peningkatan berat badan

ibu hamil setiap bulan.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pengolahan dan menganalisa data kesehatan

ibu dan anak pada bulan Januari sampai Agustus 2020 di wilayah Desa

Sitimulyo dapat disimpulkan bahwa pencapaian kumulatif dari cakupan K1

dan K4, cakupan ibu hamil deteksi risiko dini, pertolongan persalinan oleh

nakes, cakupan KF 3, cakupan akseptor KB, cakupan KN 1 dan KN lengkap,

kunjungan bayi, dan cakupan neonatus komplikasi yang tertangani berada

dalam status baik yang artinya melampaui dari target yang telah ditetapkan.

Sedangkan pencapaian kumulatif dari cakupan pelayanan kesehatan balita

berada dalam status kurang baik karena kurang dari batas minimum target.

Intervensi kebidanan yang telah dilakukan selama Januari sampai Agustus

2020 dengan berkolaborasi dengan puskesmas yaitu deteksi dini risiko ibu

hamil oleh masyarakat dan pemberian PMT.

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa

Laporan komunitas ini diharapkan dapat menjadi sumber wawasan dan

referensi untuk asuhan kebidanan komunitas terkait pengkajian dan

pengolahan data kesehatan ibu dan anak wilayah.

30
31

2. Bagi Civitas Akademik Institusi

Hasil laporan komunitas ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan

pengetahuan yang berkaitan dengan pengkajian dan pengolahan data

kesehatan ibu dan anak wilayah.


32

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika.


Bustami, L. E. (2017). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Padang: Penerbit Erka.

Dinkes Bantul. (2019). Profil Kesehatan Bantul Tahun 2018. Pemerintah Kota
Bantul: Dinas Kesehatan.
Dinkes DIY. (2019).Profil Dinas Kesehatan Tahun 2019 Kota Yogyakarta.
Pemerintah Kota Yogyakarta: Dinas Kesehatan.
Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.

Varney, H. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai