TINJAUAN PUSTAKA
2. Pendidikan
Menurut data yang dikumpulkan Departemen Sosial RI. Tahun 1996,
tingkat pendidikan penduduk lanjut usia di Indonesia masih belum baik. Hal ini
terlebih-lebih terlihat pada penduduk lanjut usia wanita yang tidak
bersekolah, seperti dapat dibaca pada tabel berikut. 4)
Tabel 2.2
Persentase Pendidikan Penduduk Lanjut Usia Berdasarkan Jenis Kelamin
3. Status perkawinan
Mengingat umur harapan hidup pada penduduk lanjut usia wanita lebih
tinggi daripada pria, jumlah penduduk lanjut usia wanita yang mempunyai status
menikah lebih kecil daripada penduduk lanjut usia pria. Menurut Emil Salim (1984),
jumlah penduduk lanjut usia wanita yang berstatus menikah hanya 25% dibandingkan
dengan penduduk lanjut usia pria yang besarnya 84%.4)
4. Riwayat pekerjaan
Secara mental, usia lanjut seringkali mengalami perasaan tertekan/ depresi
akibat fisik yang lemah, kemampuan ekonomi yang menurun karena sudah berhenti
bekerja/ pensiun serta perasaan tersisih dari masyarakat karena berkurangnya
kontak sosial.12)
5. Olahraga
Olahraga adalah suatu bentuk latihan fisik yang memberikan
pengaruh baik (positif) terhadap tingkat kemampuan fisik seseorang, apabila
dilakukan secara baik dan benar. Hasil survei pembuatan norma kesegaran
jasmani pada usia lanjut yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada tahun
1992-1993 menemukan sekitar 90% usia lanjut memiliki tingkat kesegaran jasmani
yang rendah, terutama pada komponen daya tahan kardio-respirasi dan kekuatan
9)
otot.
Latihan fisik selain bermanfaat bagi kesehatan sebagai upaya
promotif/ preventif, kuratif dan rehabilitatif juga bermanfaat secara
fisiologi, psikologi dan sosial.9)
Manfaat fisiologi yang berdampak secara langsung adalah dapat
membantu: pengaturan kadar gula darah, merangsang adrenalin dan non
adrenalin, peningkatan kualitas dan kuantitas tidur, sedangkan yang
berdampak jangka panjang dapat meningkatkan: daya tahan aerobik/
kardiovaskuler, kekuatan otot rangka, kelenturan, keseimbangan dan
koordinasi fungsi gerak, kelincahan gerak.9)
Manfaat psikologi yang berdampak secara langsung adalah dapat
membantu: memberi perasaan santai, mengurangi ketegangan dan kecemasan,
meningkatkan perasaan senang, sedangkan dampak jangka panjang dapat
meningkatkan: kesegaran jasmani dan rohani secara utuh, kesegaran jiwa, fungsi
kognitif, penampilan dan fungsi motorik, ketrampilan.9)
Manfaat sosial yang berdampak secara langsung adalah dapat
membantu: pemberdayaan usia lanjut, peningkatan integritas sosial dan kultur,
sedangkan dampak jangka panjang dapat meningkatkan: keterpaduan,
hubungan kesetiakawanan sosial, jaringan kerja sama sosial budaya, pertahanan
peran dan membentuk peran baru, kegiatan antar generasi.9)
Prinsip dalam melakukan latihan fisik adalah: membantu tubuh agar
tetap bergerak/ berfungsi, menaikkan kemampuan daya tahan tubuh, memberi
kontak psikologis dengan sesama, sehingga tidak merasa terasing, mencegah
terjadinya cedera, mengurangi/ menghambat proses penuaan.9)
Latihan fisik harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan, bervariasi dan
harus disenangi, sebaiknya bersifat aerobik yaitu berlangsung lama dan ritmis
9)
(berulang-ulang) seperti: berjalan kaki, jogging, bersepeda, berenang, senam.
Sebagian besar golongan lansia tidak melakukan latihan olahraga secara
teratur dan biasa hidup sedenter. Keadaan ini selain menurunkan fungsi organ
juga meningkatkan risiko mendapatkan berbagai penyakit degeneratif antara
lain: hipertensi, diabetes mellitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan.6)
Gerak dan mobilitas usia lanjut menjadi lebih lambat daripada
kelompok umur yang lebih muda, begitu juga dengan kekuatannya.12)
Kepikunan dapat diperlambat munculnya dengan cara
memperbanyak aktivitas yang berhubungan dengan fungsi otak seperti:
olahraga, sosialisasi dan berkarya.7)
6. Status gizi
Apabila seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya
utama adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada
kondisi optimum agar kualitas hidup yang bersangkutan tetap baik. Perubahan
status gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan.
Perubahan ini akan makin nyata pada kurun usia dekade 70-an. Faktor
lingkungan antara lain meliputi perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi
akibat memasuki masa pensiun dan isolasi sosial berupa hidup sendiri setelah
pasangannya meninggal. Faktor kesehatan yang berperan dalam perubahan
status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degenerasi maupun non
degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan,
perubahan dalam absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi di tingkat jaringan.6)
Lansia seperti juga tahapan-tahapan usia yang lain dapat mengalami
baik keadaan gizi lebih maupun kekurangan gizi. Lansia di Indonesia yang dalam
keadaan kurang gizi ada 3,4%, berat badan kurang sebesar 28,3%, berat badan
ideal berjumlah 42,4%, berat badan lebih ada 6,7% dan obesitas sebanyak 3,4%. 6)
Terjadinya kekurangan gizi pada lansia oleh karena sebab-sebab yang
bersifat primer maupun sekunder. Sebab-sebab primer meliputi ketidaktahuan, isolasi
sosial, hidup seorang diri, baru kehilangan pasangan hidup, gangguan fisik,
gangguan indera, gangguan mental, kemiskinan dan iatrogenik. Sebab-sebab
sekunder meliputi gangguan nafsu makan/ selera, gangguan mengunyah,
malabsorpsi, obat-obatan, peningkatan kebutuhan zat gizi serta alkoholisme.6)
Masalah gizi pada usia lanjut merupakan rangkaian proses masalah
gizi sejak usia muda yang manifestasinya timbul setelah tua.9)
Hasil survei IMT yang dilakukan Direktorat Bina Gizi Masyarakat di kota
besar di Indonesia pada tahun 1997, ternyata 15,6% laki-laki dan 26,1% wanita
mengalami kegemukan. Terlihat bahwa wanita cenderung lebih gemuk daripada
laki-laki. Untuk menentukan apakah seseorang mengalami kegemukan atau obesitas
dapat dipakai rumus sebagai berikut:9)
Tabel 2.5
Skor Kuesioner Status Mental
Jumlah Kesalahan Sindrom Otak Organik
0 - 2 Tidak ada atau Ringan
3 - 5 Ringan - Sedang
6 - 8 Sedang - Berat
9 - 10 Berat
Sumber: Kris Pranarka, Masalah Kesehatan Serta Pola Penyakit Pada Lanjut
Usia, Semarang, 2005
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa hidup maksimal yang dapat
dicapai manusia ialah 116 – 120 tahun. Tiap kemunduran intelektual sebelum usia
50 tahun adalah abnormal.2)
Hasil penelitian diketahui bahwa ada fungsi otak yang sedikit saja
mengalami perubahan atau tidak mengalami perubahan dengan melanjutnya
usia, misalnya dalam menyimpan (storage) informasi. Namun dengan melanjutnya
usia didapatkan penurunan yang kontinu daripada kecepatan belajar, kecepatan
memproses informasi baru dan kecepatan bereaksi terhadap stimulus sederhana
atau kompleks. Penurunan ini berbeda-beda antar individu, ada yang banyak, ada
yang hampir tidak ada. Adanya penyakit yang biasanya mengurangi atau
2)
membatasi atau menimbulkan ketidakmampuan pada usia lanjut.
Pada saat ini Departemen Sosial sudah membangun 46 model panti wredha
tersebar di seluruh negara pada 20 dari 27 propinsi yang ada. Selain panti wredha
(rumah perawatan orang-orang lanjut usia) yang diselenggarakan oleh Departemen
Sosial, ternyata sekarang banyak panti-panti yang dikelola oleh badan-badan sosial
swasta. Namun berapa banyakpun panti wredha tersebut, tentu tidak cukup untuk
menampung orang-orang lanjut usia yang memerlukannya. 6)
Panti wredha (sasana tresna wredha) dan karang wredha (day-care centers)
yang non-panti mulai bermunculan di kota-kota besar di Indonesia. Pemberian paket-
paket perkakas-pertukangan pernah diberikan/ dibagikan oleh Departemen Sosial
untuk menaikkan pendapatan dan ketrampilan orang lanjut usia serta peningkatan gizi
lansia. Pelayanan bantuan untuk mengurus tempat tinggal, mmbersihkan, mencuci,
memasak dan sebagainya dapat dijalankan oleh LSM atau relawan-relawan di
sekeliling rumah lansia tersebut.6)
Sumber: Rachmi Untoro (2001); Kris Pranarka (2005); Hardywinoto dan Tony Setiabudhi (1999); Boedhi
Darmojo dan Hadi Martono (2000); MartinaWiwie S Nasrun(2000); Rachmi Untoro (1998); Mahmud
Fauzi (2003);Czeresna Heriawan Soejono (2000); Dep.Kes.R.I. (1995).
F. Kerangka Konsep
VARIABEL BEBAS
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
Status Perkawinan Fungsi Kognitif
Riwayat Pekerjaan
Olahraga
Aktivitas Sosial
VARIABEL TERIKAT
Kegiatan Berkarya
Aktivitas Otak
Riwayat Penyakit
G. Hipotesis
Status Gizi
1. Ada perbedaan fungsi kognitif berdasarkan umur golongan usia lanjut di Panti
Wredha Pucang Gading Semarang Tahun 2006.
2. Ada perbedaan fungsi kognitif berdasarkan jenis kelamin golongan usia lanjut
di Panti Wredha Pucang Gading Semarang Tahun 2006.
3. Ada perbedaan fungsi kognitif berdasarkan pendidikan golongan usia lanjut
di Panti Wredha Pucang Gading Semarang Tahun 2006.
4. Ada perbedaan fungsi kognitif berdasarkan status perkawinan golongan usia
lanjut di Panti Wredha Pucang Gading Semarang Tahun 2006.
5. Ada perbedaan fungsi kognitif berdasarkan riwayat pekerjaan golongan usia
lanjut di Panti Wredha Pucang Gading Semarang Tahun 2006.
6. Ada perbedaan fungsi kognitif berdasarkan olahraga golongan usia lanjut
di Panti Wredha Pucang Gading Semarang Tahun 2006.
7. Ada perbedaan fungsi kognitif berdasarkan aktivitas sosial golongan usia
lanjut di Panti Wredha Pucang Gading Semarang Tahun 2006.
8. Ada perbedaan fungsi kognitif berdasarkan kegiatan berkarya golongan usia
lanjut di Panti Wredha Pucang Gading Semarang Tahun 2006.
9. Ada perbedaan fungsi kognitif berdasarkan aktivitas otak golongan usia lanjut
di Panti Wredha Pucang Gading Semarang Tahun 2006.
10. Ada perbedaan fungsi kognitif berdasarkan riwayat penyakit golongan usia
lanjut di Panti Wredha Pucang Gading Semarang Tahun 2006.
11. Ada perbedaan fungsi kognitif berdasarkan status gizi golongan usia lanjut
di Panti Wredha Pucang Gading Semarang Tahun 2006.