KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
Penyusunan Modul Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3K) Keselamatan
Kerja sebagai Materi Substansi dalam Pelatihan Pengawasan Air Baku Dasar. Modul
ini disusun untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara
(ASN) di bidang sumber daya air.
Modul Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3K) disusun dalam 5 (lima) bab
yang terbagi atas Pendahuluan, Materi Pokok 3 (tiga) Bab, dan Penutup. Penyusunan
modul yang sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam
memahami Modul Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3K) dalam Pelatihan
Pengawasan Air Baku Dasar. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih
menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Modul Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3K) Bidang Sumber Daya Air dan
Konstruksi disusun oleh PT. Binatama Wirawredha Konsultan dengan Koordinator,
Penyusun Modul adalah Dr. Ir. F.J. Putuhena, akhirnya ucapan terima kasih dan
penghargaan kami sampaikan kepada Tim Penyusun, sehingga modul ini dapat
diselesaikan dengan baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa
mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan
situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul ini dapat
memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang sumber daya air.
DAFTAR ISI
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 03 Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Semboyan K3 ..................................................................................... 10
Gambar 2-2 Anjuran Memakai Sabuk Pengaman ................................................... 10
Gambar 2-3 Lokasi Berbahaya Hanya Untuk Petugas............................................ 10
Gambar 2-4 Semboyan K3 ..................................................................................... 10
Gambar 2-5 Bahaya Kejatuhan Barang .................................................................. 10
Gambar 2-6 Bahaya Kebisingan Tinggi .................................................................. 10
Gambar 2-7 Bahaya Pernafasan............................................................................. 10
Gambar 2-8 Bahaya Kepala Terbentur ................................................................... 10
Gambar 2-9 Bahaya Terjatuh .................................................................................. 10
Gambar 2-10 Hati-Hati .............................................................................................. 10
Gambar 2-11 Bahaya Cairan Panas ......................................................................... 10
Gambar 2-12 Bahaya Benda Tajam.......................................................................... 10
Gambar 2-13 Bahaya Terjatuh .................................................................................. 10
Gambar 2-14 Bahaya Terjepit ................................................................................... 10
Gambar 2-15 Bahaya Daerah Operasi Crane ........................................................... 10
Gambar 2-16 Bahaya Mudah Terbakar..................................................................... 10
Gambar 3-1 Baju Kerja ........................................................................................... 15
Gambar 3-2 Baju Kerja dan Sabuk Pengaman dalam Pelaksanaan ....................... 15
Gambar 3-3 Sepatu Kerja Dengan Pengaman Besi................................................ 15
Gambar 3-4 Sepatu Kerja Dengan Pengaman Besi................................................ 15
Gambar 3-5 Pelindung Kepala ................................................................................ 15
Gambar 3-6 Pelindung Mata ................................................................................... 16
Gambar 3-7 Pelindung Tangan ............................................................................... 16
Gambar 3-8 Masker Pelindung Pernafasan Terhadap Debu ................................. 16
Gambar 3-9 Pelindung Telinga ............................................................................... 17
Gambar 3-10 Pelindung Telinga ............................................................................... 17
Gambar 3-11 Sabuk Pengaman ............................................................................... 17
Gambar 3-12 Cara Pemakaian Sabuk Pengaman .................................................... 17
Gambar 3-13 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ..................................................... 18
Gambar 3-14 Rambu-Rambu Jalan .......................................................................... 18
Gambar 3-15 Pita Penghalang .................................................................................. 18
Persyaratan
Sifat pembelajaran dalam pelatihan ini adalah andragogy (belajar orang dewasa) dan
Widyaiswara/pengajar bertindak sebagai fasilitator/coaching. Untuk itu peserta
pelatihan diharapkan dapat menyimak dengan seksama penjelasan dari pengajar dan
melakukan diskusi ataupun sharing secara interaktif dengan pengajar maupun dengan
peserta lainnya, sehingga dapat memahami dengan baik materi yang merupakan
peraturan dan perundangan yang mengatur pelaksanaan konstruksi air baku.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara/Fasilitator, adanya
kesempatan tanya jawab, curah pendapat, bahkan diskusi.
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/Media
pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/proyektor, Laptop, white board dengan spidol dan
penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan ajar.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penulisan modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan bagian yang
perlu diketahui oleh para peserta diklat, untuk memberikan wawasan dalam
memahami modul-modul diklat yang terkait dalam pelatihan ini.
Dalam modul Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja - Lingkungan ini
diuraikan masalah semua ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi oleh
semua para petugas yang sesuai dengan Undang-Undang dan Peraturan-
Peraturan yang berlaku, sehingga para peserta diklat dalam menjalankan
pengawasan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum sebagai acuan bagi Pengguna Jasa dan Penyedia
Jasa dalam penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU.
Pengertian dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang
selanjutnya disingkat K3 Konstruksi disebutkan adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada
pekerjaan konstruksi dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang selanjutnya disingkat SMK3
Konstruksi Bidang PU adalah bagian dari sistem manajemen organisasi
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka pengendalian risiko K3 pada
setiap pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum.
Tujuan dari keselamatan kerja adalah untuk :
a) meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi;
b) dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja;
c) menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien, untuk
mendorong produktifitas.
dengan ruang lingkup:
a) Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU;
Pada modul SMK3 tingkat dasar ini pada tahap pelaksanaan konstruksi
untuk mengidentifikasi potensi dan identifikasi bahaya serta pengendaliannya
meliputi:
1) Tempat kerja;
2) Peralatan kerja;
3) Cara kerja;
4) Alat Pelindung Kerja;
5) Alat Pelindung Diri;
6) Rambu-rambu; dan
7) Lingkungan kerja konstruksi sesuai dengan RK3K
Mata Diklat ini membekali Peserta Latih untuk mengenal Sistem manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) tentang penerapan dan
pelaksanaaan, dalam kegiatan pelksanaan konstruksi prasarana Air Baku.
BAB II
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN RESIKO KECELAKAAAN KERJA
2.1 Pengertian-pengertian
Beberapa pengertian yang harus dipahami sebelumnya adalah:
Potensi bahaya adalah kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan,
mesin, pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi dan
lingkungan yang berpotensi menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian,
kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja.
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja
Risiko K3 Konstruksi adalah ukuran kemungkinan kerugian terhadap
keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan yang dapat
timbul dari sumber bahaya tertentu yang terjadi pada pekerjaan konstruksi
Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan
perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup
bangunan gedung, bangunan sipil, instalasi mekanikal dan elektrikal serta
jasa pelaksanaan lainnya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk
fisik lain dalam jangka waktu tertentu
2.2 Potensi Bahaya Dan Kecelakaan Kerja Pada Pekerjaan Air Baku
Masalah keselamatan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan pelaksanaan
konstruksi Air Baku menjadi prioritas untuk selalu diperhatikan oleh para
petugasnya yaitu para pekerja pekerjaan sipil dan juga para mekanik dan
operator yang menggunakan alat berat.
Pada penerapan SMK3 Pelaksanaan Konstruksi Air Baku diawal perencanaan
dilakukan Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian
Risiko K3, dan
Penanggung Jawab dari uraian pekerjaan sesuai lingkup pekerjaan yang akan
dilaksanakan dan sebelumnya dibahas dan disetujui oleh PPK pada saat
Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak (Format penyusunan lihat lampiran 2
Permen PU no.5/PRT/2014.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan, para pekerja pekerjaan sipil dan juga
para operator dan mekanik memahami dan melaksanakan segala ketentuan
keselamatan kerja dan mengikuti petunjuk yang terdapat pada buku petunjuk
dan juga tanda peringatan yang terpasang pada lokasi yang ditentukan
sebelum melakukan pekerjaan fisik yang dimaksud yang telah disusun dan
dibahas pada saat Rapat Persiapan diatas.
Hampir semua kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh ketidaktaatan dalam
melaksanakan peraturan yang mendasar dari keselamatan kerja .
Banyak kecelakaan kerja terjadi karena kesalahan manusia yang tidak disiplin
menerapkan ketentuan keselamatan kerja selama melaksanakan pekerjaan
fisik. Untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan kerja tersebut para pekerja
pekerjaan sipil dan juga para mekanik harus membaca dan memahami
semua petunjuk dan peringatan yang ada pada buku manual, rambu-rambu,
dan tanda-tanda peringatan yang terpasang. Langkah pertama yang harus
dilakukan oleh para pekerja pekerjaan sipil dan juga para mekanik untuk
menghindarkan kecelakaan kerja tersebut adalah mengenal dengan benar
potensi bahaya dan kecelakaan kerja pada setiap tahapan pekerjaan .
2.5 Latihan
1) Apa saja yang perlu diperiksa yang berkaitan dengan kecelakaan kerja ?
2) Bagaimana anda dapat mengetahui dengan pasti resiko kecelakaan kerja
ditempat kerja ?
3) Bila di tempat atau lingkungan kerja ditemukan barang/bahan yang
berpotensi menimbulkan bahaya, langkah apa yang anda lakukan ?
4) Apa yang perlu dikenali dengan baik dalam identifikasi bahan atau barang
yang berpotensi menimbulkan bahaya ditempat kerja ?
2.6 Rangkuman
Hampir semua kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh ketidaktaatan dalam
melaksanakan peraturan yang mendasar dari keselamatan kerja dalam
pekerjaan. Banyak kecelakaan kerja terjadi karena kesalahan manusia yang
tidak disiplin menerapkan ketentuan keselamatan.
BAB III
ANTISIPASI BAHAYA DAN RESIKO KECELAKAAN KERJA
Gambar 3-3. Sepatu Kerja dengan Gambar 3-4. Sepatu Kerja dengan
Pengaman Besi Pengaman Besi
b) Rambu-rambu Kerja;
c) Obat P3K;
Obat yang tersedia dalam kotak P3K terbatas pada obat yang diperlukan
dalam kondisi mendesak untuk pertolongan pertama
alat pemadam api yang mudah dilayani oleh satu orang untuk
memadamkan api saat awal terjadi kebakaran dan beratnya tidak
melebihi 16 kg.
(1) Periksa alat pemadam kebakaran secara berkala, apakah masih
belum kadaluarsa;
(2) Ikuti petunjuk yang tercantum pada label yang melekat pada alat
pemadam kebakaran;
(3) Harus dapat menggunakan alat pemadam kebakaran dengan
cara yang benar sesuai prosedur.
3.8 Latihan
1) Sasaran apa yang ingin dicapai dalam melakukan identifikasi batas
kerusakan komponen yang masih cukup aman untuk pengoperasian
sistem?
2) Bagaimana anda memprediksi dampak kecelakaan kerja?
3) Bagaimana usaha anda agar anda selalu dapat melakukan antisipasi yang
baik ?
4) Bagaimana anda menghindari pekerjaan yang dapat menimbulkan bahaya
dan resiko kecelakaan kerja ?
3.9 Rangkuman
Perlunya mengendalikan bahaya dan resiko kecelakaan kerja dengan cara
mencegahnya. Pengendalian bahaya dan resiko kecelakaan kerja tersebut
hanya dapat dilaksanakan bila semua orang yang terlibat dalam pekerjaan
tersebut telah diberi informasi untuk memahami adanya potensi kecelakaan
kerja di lingkungan kerjanya.
BAB IV
PENGENDALIAN BAHAYA DAN RESIKO KECELAKAAN KERJA
a) Kotak kiri
Menggambarkan potensi bahaya yang bisa terjadi yaitu
tersengat arus listrik;
Potensi bahaya tersebut bisa menjadi kecelakaaan yaitu
sengatan listrik yang dapat mengakibatkan kematian;
Gambar potensi bahaya dilukiskan dalam bingkai segitiga
kewaspadaan.
b) Kotak kanan
Menjelaskan tingkat potensi bahaya yaitu “DANGER” yang
mengandung pesan dimana pada kegiatan ini terdapat
kemungkinan yang tinggi terjadinya kecelakaan berat bahkan
sampai kematian apabila penyebabnya tidak dapat
dihindarkan;
Bahaya tegangan listrik, bisa terjadi kejutan listrik yang
berbahaya;
Petunjuk pencegahannya ”putuskan sambungan dan sumber
daya listrik sebelum melakukan kegiatan”
terdekat);
2) Menyampaikan laporan terjadinya kecelakaan kerja dengan
memberikan keterangan apabila diminta oleh Pegawai
Pengawas/Ahli K3. Laporan atau informasi tersebut harus
disampaikan dengan benar dan penuh tanggung jawab, karena
akan menjadi bahan dalam tindak lanjutnya, yaitu antara lain
agar kecelakaan kerja sejenis tidak terulang lagi.
berikut :
a. Mendatangi tempat/lokasi terjadinya kecelakaan
b. Mengumpulkan data tentang terjadinya kecelakaan
dengan cara bertanya kepada saksi-saksi yang melihat
kejadian, meliputi :
1) Waktu kejadian
2) Jenis pekerjaan yang sedang dilakukan/dilaksanakan
3) Jumlah dan jabatan/posisi orang yang melakukan
pekerjaan
4) Jenis dan jumlah peralatan yang digunakan
5) Jenis dan penggunaan perlengkapan keselamatan kerja
6) Jenis dan cara menempatkan bahan-bahan yang
digunakan
c. Mencatat semua data yang diperoleh
d. Menyimpulkan penyebab terjadinya kecelakaan
e. Menghitung kerugian akibat kecelakaan
f. Pembuatan laporan kejadian kecelakaan
e. Pembuatan laporan
Jika terjadi kecelakaan pada pelaksanaan pekerjaan, maka
pimpinan institusi sebagai penanggung jawab pekerjaan
mempunyai kewajiban untuk membuat laporan kecelakaan. Hal ini
sesuai dengan ketentuan pasal 11 Undang-Undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja. Bentuk dan isi laporan seperti
contoh berikut :
LAPORAN KECELAKAAN
(Diisi oleh pimpinan institusi)
Nama institusi: ……………………………...........
No. Akte Pemeriksaan:.......................................
Bentuk 4 :........................................................
Kabupaten :……………………….......................
Alamat pos :……………………………………....
Kotamadya : ……………………….....................
4.3 Sosialisasi K3
4.3.1 Sosialisasi Ketentuan K3
a) Penjelasan prosedur sosialisasi ketentuan K3 dan lingkungan
di tempat kerja
Materi dan peraturan/ketentuan terkait dengan K3-L yang menjadi
pedoman pelaksanaan ketentuan K3-L di tempat kerja yang dimiliki
pelaksana lapangan atau anggota kelompok kerja lainnya, wajib
disosialisasikan kepada semua anggota kerja dengan bimbingan
ketua kelompok.
Perlu adanya sosialisasi bidang K3-L yang belum diketahui oleh
semua anggota kelompok kerja atau yang masih baru, bertujuan
untuk mendapatkan satu kesatuan dalam pelaksanaan ketentuan
K3-L dalam lingkup pekerjaan bagi setiap anggota kelompok.
4.4 Latihan
a) Apa hak dan kewajiban tenaga kerja, terkait dengan K3.
b) Apa kewajiban Pengurus K3 (termasuk Pengusaha).
c) Apa maksud dan tujuan P3K, jelaskan.
d) Apa fungsi dari APD (alat pelindung diri), jelaskan.
e) Apa fungsi dari APK (alat pengaman kerja), jelaskan.
4.5 Rangkuman
a. Setiap kepala unit kerja wajib
Menyediakan APD dan APK dan rambu-rambu kecelakaan kerja
Menyosialisasikan penggunaan APD dan APK dan rambu-rambu
kecelakaan kerja
Memerintahkan penggunaan APD dan APK dan rambu-rambu
kecelakaan kerja
Memberi pinalti yang tegas bagi setiap petugas yang tidak
menggunakan APD dan APK
b. Selama melaksanakan pekerjaan, dimana terdapat pada lokasi pekerjaan
arsitek, sipil yang memiliki potensi bahaya dan kecelakaan kerja, rambu-
rambu K3 harus dipasang pada lokasi pekerjaan yang dimaksud, untuk
menginformasikan kepada setiap petugas di lapangan. Sedangkan untuk
pekerjaan yang terkait dengan mesin rambu-rambu berupa label yang
sudah terpasang pada unit alat/mesin
c. Setiap petugas perawatan dan pemeliharaan bangunan gedung diwajibkan
untuk memahami jenis dan fungsi dari APD yang akan digunakan di
lapangan, sesuai pekerjaan yang akan dilaksanakan.
d. Setiap petugas wajib untuk dapat melaksanakan pemberian pertolongan
pertama pada kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja
e. Pimpinan institusi sebagai penanggung jawab pekerjaan mempunyai
kewajiban untuk membuat laporan kecelakaan bila terjadi kecelakaan pada
pelaksanaan pekerjaan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
a) Masalah keselamatan kerja dan lingkungan tidak menyangkut terhadap diri
pribadi semua petugas, tetapi menyangkut sampai ke institusi dimana
pekerjaan sedang dilaksanakan, bahkan sampai kerugiannya dirasakan
oleh Pemerintah setempat.
b) Masalah keselamatan kerja dan lingkungan sudah diatur dalam Undang-
Undang, PP, dan Kepmen, sehingga bagi setiap kepala unit kerja dan
setiap petugas yang melanggar dan atau tidak mempedulikan masalah
keselamatan kerja dan lingkungan akan terkena pasal pidana.
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
6. Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber sumber bahaya baik didarat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam
air maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia.
7. Bahaya K3 adalah suatu keadaan yang belum dikendalikan sampai pada suatu
batas yang memadai.
8. Risiko K3 adalah perpaduan antara peluang dan frekuensi terjadinya peristiwa
K3 dengan akibat yang ditimbulkannya dalam kegiatan konstruksi.
9. Kategori Risiko K3 adalah berupa tinggi, sedang atau kecil. Jika terjadi
perbedaan pendapat tentang penentuan kategori risiko, harus diambil tingkat
risiko yang lebih tinggi.
10. Risiko Tinggi mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya berisiko
sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia, dan
lingkungan serta terganggunya kegiatan konstruksi.
11. Risiko Sedang mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya dapat
berisiko membahayakan keselamatan umum, harta benda dan jiwa manusia
serta terganggunya kegiatan konstruksi.
12. Risiko Kecil mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya tidak
membahayakan keselamatan umum dan harta benda serta terganggunya
kegiatan konstruksi.
13. Manajemen Risiko adalah proses manajemen terhadap risiko yang dimulai dari
kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko dan mengendalikan
risiko.
14. Pengguna Jasa adalah perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau
pemilik pekerjaan / proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi.
15. Satuan Kerja adalah organisasi/lembaga pada Pemerintah yang bertanggung
jawab kepada Menteri yang menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dari dana
APBN Departemen Pekerjaan Umum.
16. Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja.
17. Penyedia barang/jasa adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan
usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi.
KUNCI JAWABAN
A. Bab 2 : Identifikasi Bahaya dan Resiko Kecelakaaan Kerja
2.5 Latihan
1. Petunjuk dan peringatan yang ada pada buku manual, rambu-rambu
dan tanda peringatan
2. Mengenal dengan benar potensi bahaya dan kecelakaan kerja pada
setiap tahapan
3. Memindahkan segera sebelum dimulai pekerjaan atau bila
memungkinkan mengisolasinya
4. Lokasi-lokasi yang membahayakan dan komponen-komponen mesin
yang bergerak
5. Benar
2.7 Evaluasi
1. b)
2. d)
3. c)