I. PENGERTIAN
II. PATOFISIOLOGI
1. Pendarahan intraserebral timbul karena pecahnya mikroaneurisme (Berry
aneurysm) akibat hipertensi maligna, terjadi di daerah subkortikal,
serebelum dan batang otak. Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh
arteriola berdiameter 100-400 mm mengalami perubahan patologi pada
dinding pembuluh darah berupa degenerasi lipohialinosis, nekrosis
fibrinoid serta timbulnya aneurisma Charcot Bouchard. Keluarnya darah
dari pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriola dan
pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal
ini mengakibatkan volume perdarahan besar (Caplan, 2009)
2. Perdarahan subaraknoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar
permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang
subaraknoid. Perdarahan subaraknoid umumnya disebabkan oleh
rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous
malformation) (AVM) (Caplan, 2009).
III. TERAPI
1. Menurunkan kerusakan iskemik serebral
Infark serebral terdapat kehilangan secara mantap inti central
jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih
bisa diselamatkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelamatkan
sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa
dan aliran darah yang adekuat dengan mengontol/ memperbaiki
disritmia ( irama dan frekwensi) serta tekanan darah.
2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan, pemberian dexametason.
3. Pengobatan
a. Antikoagulan : heparin untuk menurunkan kecenderungan pendarah
pada fase akut
b. Obat antitrombotik : pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/ emobolik.
c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
4. Penatalaksaan pembedahan
Endaterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran darah
otak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita
beberapa penyakit seperti : hipertendi, DM dan penyakit kardiovaskular
yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anast4esi umum sehingga
saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan
5. Menempatkan pasien dengan posisi yang tepat, harus diubah setiap 2 jam
sekali dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif (Muttaqin, 2008)
ANALISIS SOAP PADA KASUS 1
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. I
Umur : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Alamat : karawang
Tanggal Masuk : 11 Agustus 2018
Tanggak Keluar : 2t Agustus 2018
No. Rekam Medik : 83 05 xx
2. Ilustrasi Kasus
3. Pemeriksaan Anamnesa
3.1 keluhan utama
penurunan kesadaran sejak 6 jam yang lalu, tiba dirawatan bagian
interne, keluhan disertai dengan lemah anggota bagian kanan, muntah
(+), nyeri kepala (-), mulut kering.
3.2 Riwayat Penyakit Sekarang
- mual muntah
- kedua tungkai dan lengan sulit digerakkan
- susah berkomunikasi
3.3 Riwayat Penyakit Keluarga
-
3.4 Riwayat Penyakit Dahulu
-
3.5 Riwayat Pengobatan Sebelumnya
-
4. Pemeriksaan Fisik
4.1 Tanda Vital dan Keadaan Umum
Pemeriksaan Hasil Normal
Kondisi Umum Sedang
Kesadaran 13 (Somnolen) CMC (15)
Tekanan Darah 167/105 mmHg 120/80 mmHg
Frekwensi Nadi 80 kali/menit 60-80 kali/menit
Frekwensi Nafas 26 kali/menit 14-20 kali/menit
Suhu 37° C 36,5 ° C-37,5° C
5. Diagnosa Penyakit
5.1 Diagnosa Utama
Stroke Hemorogik
5.2 Diagnosa Sekunder
Hipertensi Stage II
5.3 Terapi Obat
IV RL 12 jam/ kolf
Therapy : Citokolin inj 2x250 mg (IV)
Kalnex 4x1 g (IV)
Ranitidin 2x1 amp (IV)
OMZ 1x1 amp (IV)
Manitol 20%
Ondansetron 2x1 amp (IV) = Bila muntah
Paracetamol 3 x 500 mg (NGT)
Laxadyn syr 3x1 C (NGT)
Alinamin F 1x 50 mg (NGT)
Ondansetron inj 2x1 amp (IV) (Bila muntah)
Dulcolax Supp 1x1
Furocemid 1xt40 mg (Pagi) (NGT)
KSR 1x1 (NGT)
Bisolvon syr 3x1 C (NGT)
Ceftriaxon 2x1 g (IV)
Nistatin drop 2x1
6. ASSESMENT PADA PASIEN
7.PLANNING