PENDAHULUAN
2.1. Pengertian
a. Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi pada usus yang menimbulkan gejala
sistematik yang disebabkan oleh salmonella typosa dan a. paratyphi A, B, C yang
penularannya terjadi secara fekal-oral melalui makanan dan minuman yang
terkontaminsai (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 2, 1982 : 573 ).
b. Demam typhoid dan demam para typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus
(Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, 1996 : 435).
2.2. Etiologi
Basil Typhus yang disebut Salmonella Typhosa, Egherthek Typhosa. Sifat Salmonella
atau morfologi : Gram negatif ukuran 4 x 0,5 mikron, tidak berspora, sangat aktif bergerak,
mempunyai flagel panjang, dapat hidup di luar tubuh manusia beberapa bulan dan bila kondisi
kurang baik akan berkembang biak.
Patogenesis
1. Kuman masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut dengan perantara makanan
dan minuman yang tercemar oleh kuman typhus.
2. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung
3. Sebagian masuk melalui dinding gastrointestinal, menyebar dan masuk ke pembuluh
darah (bacteriemi)
4. Bakteriemi membuat lokalisasi pada kelenjar lympha pada selaput mukosa dinding
usus halus disebut pivers pathens dan berkembang biak.
5. Kelenjar lympha mengalami pembengkakan, terjadi kerusakan dan luka pada selaput
mukosa.
6. Kuman masuk ke organ, misalnya : lympha, usus kantung empedu, dan hati.
7. Kemudian menyebar ke peritoneum dan terjadi perforasi sehingga terjadi periotenitis.
Dinding usus halus terdiri dari lapisan yang paling luar yaitu lapisan serosa yang
dibentuk oleh peritoneum, lapisan sub mukosa terdiri atas jaringan penyambung dan
lapisan mukosa merupakan bagian dalam yang tebal, banyak mengandung pembuluh
darah dan kelenjar.
Vili merupakan tonjolan-tonjolan seprti jari-jari dari mukosa yang jumlahnya 4 – 5
juta yang terdapat di sepanjang usus halus dan panjangnya 0,5 – 1,5 mm. Vili atau
vilus merupakan unit fungsional dari usus halus. Tiap-tiap vilus terdiri atas saluran
lymphe sentral yang dinamakan lakteal yang dikelilingi oleh jalinan kapiler dalam
jaringan limfoid.
2.3.2. Pathofisiologi
Usus halus mempunyai 2 (dua) fungsi utama, yaitu :
1. Pencernaan
Proses pencernaan dari saluran cerna atas dilanjutkan di dalam duodenum
terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat,
lemak dan protein.
Kerja empedu terjadi sebagai akibat dari sifat deterjen asam-asam empedu
yang dapat melarutkan zat-zat lemak. Proses pencernaan disempurnakan oleh
sejumlah enzim dalam getah usus. Dua hormon pengaturan pencernaan usus
yaitu kolesistokinin dan pankreozimin.
2. Absorpsi
Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak
dan protein melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan
oleh sel-sel tubuh. Selain itu elektrolit dan vitamin di absorpsi. Absorpsi dengan
mekanisme transpor aktif dan pasif. Usus mempunyai tempat-tempat khusus
absorpsi utama bagi zat-zat tertentu.
Duodenum : Besi, kalsium, vitamin A,D,E,K, asam folat, vitamin yang larut
dalam air.
Jejunum : Gula, asam amino, lemak
Ileum : Vitamin B12 melalui mekanisme transpor khusus, garam-
garam empedu.
2.3.3. Patologi
Terjadi pada usus halus terutama di ileum. Pada minggu pertama terjadi
hiperplasia plakspeyer, minggu kedua terjadi nekrosis, minggu ketiga terjadi ulserasi
plakspeyer, minggu keempat penyembuhan ulkus-ulkus sikatrik.
2.6. Pengobatan
Terdiri dari 3 (tiga) bagian :
1. Tindakan perawatan
Pasien thypoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi dan pengawasan
pengobatan : pasien harus istirahat total di tempat tidur menimal 7 hari.
2. Pemberiaan diet
Pada pasien demam typhoid selama ini dipakai standar diet DSP I-IV berupa
makanan cair sampai padat yang diberikan secara bertahap, syarat :
a. Mudah dicerna, porsi kecil tapi sering
b. TKTP
c. Tidak merangsang
d. Cukup gizi, dll.
3. Obat-obatan
a. Kloramfenicol 4 x 500 mg peroral
b. Tiamfenikol
c. Ampisillin dan amoxillin 75 – 150 mg/BB
d. Antipiretik
e. Kontikosteroid
f. Septrin 2 x 3 tablet
2.7. Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
Pendarahan usus, perporasi usus dan ileus paralitik
2.8. Pencegahan
Usaha terhadap lingkungan hidup seperti penyediaan dan penggunaan air bersih,
pembuangan kotoran, pemberantasan vektor, dll. Usaha terhadap manusia seperti imunisasi
mengawasi carrier typhoid dan pendidikan kesehatan.
3.1. PENGKAJIAN
A. Biodata
Nama : Tn.D
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : TNI-AD
Status perkawinan : Belum kawin
Suku bangsa : Sunda/Indonesia
Alamat : Asrama Kesatuan Zipur III
Diagnosa medis : Febris Ec Thypoid Fever + Dehidrasi Sedang + Despepsi +
Elektrolit Inbalance
E. Struktur keluarga
Klien mengatakan bahwa klien adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara dan sekarang
klien tinggal sendiri di asrama kesatuan.
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Klien
Hubungan Perkawinan
F. Data biologis
b. Minum
Jenis air putih air putih
Jumlah + 5 - 7 gelas/hari + 8 - 9 gelas/hari
Eliminasi
a. BAB
Warna kuning tengguli kuning
Konsistensi lembek encer & terdapat lendir
Frekuensi 1x / hari 3x / hari
Keluhan t.a.k fases berlendir, mencret +
mules
b. BAK
Warna Kuning jernih kuning
Volume + 1.500 cc + 2.000 - 2.500cc
Frekuensi + 4 - 5 x / hari + 5 - 6 x / hari
a. Tidur siang
Kuantitas 1 - 2 jam.hari 1 - 2 jam/hari
Kualitas tidur nyenyak sering terbangun
Personal Hygiene
Mandi 2x / hari 1x / hari, diseka
Gosk gihi 2x / hari 1x / hari
Cuci rambut 2x / minggu belum pernah
Kebersihan telinga 1x / minggu belum pernah
Kebersihan hidung setiap mandi setiap mandi
Genetalia sehabis mandi, BAB, BAK sehabis mandi, BAB, BAK
G. Pemeriksaan fisik
3. Sistem integumen
Warna kulit coklat muda/sawo matang, suhu kulit hangat, tidak ada lesi, turgor
kulit baik
4. Sistem penglihatan
Bentuk dan ukuran mata simetris, konjungtiva anemis, tidak ada nyeri tekan pada
bola mata, sklera tampak agak kemerahan, anikterik, pupil ishokar, gerakkan bola
mata tidak terbatas (sesuai dengan 8 arah tatapan mata), jarak baca normal + 30
cm klien masih dapat membaca dengan baik.
5. Sistem pendengaran
Bentuk dan ukuran telinga simetris, posisi pinna sejajar dengan sudut mata, daun
telinga keras, keadaan telinga bersih, pendengaran klien baik.
6. Sistem pencernaan
8. Sistem muskuloskeletal
Pada ekstremitas kanan atas terdapat infus, ekstremitas atas dan bawah :
kekuatan otot pada derajat + 4 (dapat menahan gaya berat dan sedikit tekanan),
tidak ada oedema.
I. Data sosial
1. Gaya komunikasi
Dalam menjawab setiap pertanyaan klien menggunakan bahasa verbal, klien
cukup terbuka dalam mengungkapkan perasaannya.
2. Pola Interaksi
Klien mampu menjalin hubungan baik dengan lingkungan sekitar, baik dengan
dokter, perawat maupun pasien lain.
J. Data spiritual
Klien adalah penganut agama Islam, selalu berusaha menjalankan ibadah dan
berdoa demi kesembuhannya.
L. Therapy
1. Infus RL
2. Amoxicillin 2 x 1
3. KSQ 1x1
merangsang interkulin
demam
mual
DO : absorpsi terganggu
- BAB > 3x/hari
- Cair air terbuang bersama feses
- Peristaltik usus 20 -24 x/m
BAB mencret
gangguan eliminasi
aktivitas terganggu
Prioritas masalah
1. Gangguan keseimbangan suhu tubuh : hypertermia sehubungan dengan peradangan
2. Gangguan intake makanan berhubungan dengan mual
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan
demam
2 Gangguan intake makanan Intake makanan terpenuhi dgn - Bujuk klien agar mau makan & - Dengan begitu klien punya
berhubungan dengan dengan kriteria : beri pengertian ttg pentingnya dorongan untuk makan
mual 1. Jangka pendek : makan
- Nafsu makan bertambah - Berikan makanan mudah cerna - Mencegah mual
- Porsi habis dan tidak merangsang
2. Jangka panjang - Sajikan makanan dlm keadaan - Merangsang nasfsu makan
- Mual hilang hangat
- Klien tampak segar - Sajikan makanan dalam porsi
kecil dan sering
4 Gangguan pemenuhan Istirahat dan tidur terpenuhi - Atur posisi klien senyaman - Memudahkan klien untuk
kebutuhan istirahat dan tidur dengan kriteria : mungkin tidur
berhubungan dengan demam 1. Jangka Pendek - Anjurkan klien istirahat yg - Istirahat yg cukup,
- 1 x 24 jam klien dapat tidur cukup kesegaran tubuh klien
2. Jangka Panjang : - Ciptakan ling. Yang tenang - Mendukung untuk tidur
- Wajah tampak segar - Menawarkan pertolongan - Tidur pasien tdk terganggu
- Tidur dengan teratur urinal sebelum tidur
5 Gangguan aktivitas Gangguan aktivitas teratasi - Bantu klien dlm memenuhi - Aktivitas berlebih,
berhubungan dengan dengan kriteria : ADC menambah penyakitnya
kelemahan 1. Jangka Pendek - Berikan latihan mobilitas - Mencegah atropi otot
Klien dapat beraktivitas terbatas
secara bertahap
2. Jangka Panjang :
Klien dapat melakukan
aktivitas mandiri
29-10-2002
Mengobservasi TTV TD : 100/60 mmhg
N : 90 x / m
S : 370C
R : 22x/m
11.00 WIB - Memberikan latihan mobilisasi - Klien dapat melakukan flexi dan
terbatas extensi
- Mengatur posisi klien
12.15 WIB - Membujuk klien untuk makan - Klien mengerti dan mau makan
dan memberi pengarahan
tentang pentingnya makan
12.30 WIB - Memberi makanan pada klien - 1/2 porsi tidak bahis, klien
mengeluh mual
13.00 WIB - Memberi penerangan kes. Kpd - Klien mengerti dan mengatakan
klien tentang penyakit typhoid tidak cemas lagi terhadap sakitnya
13.30 WIB - Menawarkan dan membantu - Klien BAK
pertolongan urinal
13.45 - Menganjurkan istirahat - Klien bersiap untuk tidur
- Mengatur posisi tidur klien - kLien tidur dgn posisi terlentang
2 Dx2
S : Klien mengatakan nafsu makan kurang, mual
O : Porsi makan : 1/2 porsi tidak habis
A : Msalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3 Dx3
S : Klien mengatakan BAB mencret
O : Klien Bab 3 x, konsistensi encer, berlendir
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4 Dx4
S : Klien mengatakan tidur tidak nyenyak, sering terbangun
O : Mata (sklera) tampak kemerahan, klien terlihat lesu
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
5 Dx5
S : Klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas, klien mengeluh lemah
O : Klien terlihat lemah, klien bedrest
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
6 Dx6
S : Klien mengatakan mengerti tentang oenyakitnya dan tidak cemas lagi
O : Klien tidak terlihat cemas
A : Masalah teratasi
4.1. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan kepada Tn.D dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan, maka dapat penulis menyimpulkan sebagai
berikut :
1. Pengkajian pada klien dengan gangguan keseimbangan suhu tubuh : hipertermi
akibat typhoid fever dilakukan melalui tahapan pengumpulan data, analisa data,
dan perumusan diagnosa keperawatan yang dilanjutkan dengan menentukan
intervensi, melaksanakan implementasi berdasarkan intervensi dan melaksanakan
evaluasi.
2. Masalah yang ditemukan pada Tn.D yaitu gangguan keseimbangan suhu tubuh :
hipertermi, gangguan intake makanan, gangguan eliminasi, gangguan pemenuhan
kebutuhan istirahat tidur, gangguan aktivitas, gangguan rasa aman : cemas.
3. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn.D penulis mencatat bahwa
perkembangan kesembuhan klien baik/adanya suatu perkembangan menuju
kesembuhan
4.2. Saran
Agar Tn.D dapat melaksanakan program hidup sehat dengan cara mengontrol
kesehatan secara teratur, mampu menjalankan diiet sesuai program untuk penderita typhoid,
mampu menjalankan perawatan dan mencegah terjadinya komplikasi.