Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGIS PADA NY.W


UMUR 30 TAHUN G3P1A1 UMUR KEHAMILAN 35 MINGGU 5 HARI
LETAK SUNGSANG DENGAN PLASENTA PREVIA TOTALIS
DI RUANG POLI KEBIDANAN RSUD MARGONO SOEKARJO

Disusun Oleh:

1. Ina Maghfiroh ( 0911030020 )


2. Irhami Hasna Saifiya A. ( 0911030035 )
3. Sherly Nur Ekawati ( 0911030041 )

PROGRAM STUDI KEBIDANAN D.III


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam
uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada
sisi yang lain. Letak lintang merupakan salah satu malpresentasi janin yang
dapat menyebabkan kelambatan atau kesulitan dalam persalinan. Hal ini
merupakan keadaan yang berbahaya karena besarnya kemungkinan risiko
kegawatdaruratan pada proses persalinan baik pada ibu maupun janin.
Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini
dapat terjadi karena penegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada
kehamilan muda dengan menggunakan ultrasonografi. Pemeriksaan USG
juga bermanfaat dalam menegakkan adanya plasenta previa. Frekuensi
letak lintang di Indonesia dalam literatur disebutkan sekitar 0,5%.
Letak lintang lebih banyak pada multipara daripada primipara, karena
yang menjadikan letak lintang pada umumnya hampir sama dengan
kelainan yang menyebabkan presentasi bokong. Pada penelitian yang
dilakukan di RSUP Dr.Pirngadi, Medan dilaporkan angka kejadian letak
lintang sebesar 0,6 %; RS Hasan Sadikin bandung 1,9 %; RSUP Dr.Cipto
Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1 % dari 12.827 persalinan; sedangkan
Greenhill menyebut angka 0,3 % dan Holland 0,5-0,6 %.
Bila persalinan letak lintang dibiarkan tanpa pertolongan akan dapat
menyebabkan kematian baik pada ibu maupun janin. Ruptur uteri,
perdarahan dan infeksi berakibat fatal bagi ibu sedangkan pada janin bisa
terjadi prolapsus umbilikus, asfiksia hingga berlanjut pada kematian janin.
Sehingga dengan adanya insidensi letak lintang yang cukup tinggi
sebagai tanaga kesehatan khususnya bidan haruslah mengetahui seluk
beluk dari letak lintang tersebut sehingga dapat mendeteksi lebih dini jika
terjadi kelainan letak lintang.
Untuk itulah, penulis tertarik untuk mengangkat kasus asuhan
kebidanan ibu hamil patologis pada Ny.W umur 30 tahun G3P1A1 umur
kehamilan 35 minggu 5 hari letak lintang dengan plasenta previa totalis di
Ruang Poli Kebidanan RSUD Margono Soekarjo.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diambil
rumusan masalah yaitu “Bagaimana asuhan kebidanan ibu hamil patologis
pada Ny.W umur 30 tahun G3P1A1 umur kehamilan 35 minggu 5 hari letak
lintang dengan plasenta previa totalis di Ruang Poli Kebidanan RSUD
Margono Soekarjo.”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan
kebidanan ibu hamil pada Ny. W umur 30 tahun G3P1A1 umur
kehamilan 35 minggu 5 hari letak lintang dengan plasenta previa di
Ruang Poli Kebidanan RSUD Margono Soekarjo.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien ibu hamil patologis letak
lintang.
b. Melakukan interpretasi data.
c. Menetapkan diagnosa potensial.
d. Melakukan antisipasi segera berdasarkan diagnosa potensial yang
ditemukan.
e. Melakukan perencanaan sesuai advice dokter.
f. Melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan serotinus.
g. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan.
h. Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang dilakukan dengan
management varney
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
1. Letak Lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di
dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong
pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih
tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu
atas panggul. Punggung janin dapat berada di depan
(dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior) atau di bawah
(dorsoinferior).
2. Plasenta Previa
Plasenta Previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi
pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) atau
sebagian menutupi jalan lahir.
Menurut beberapa ahli berpendapat bahwa :
a. Plasenta previa totalis : seluruh ostium ditutupi plasenta
b. Plasenta previa partialis : sebagian ditutupi plasenta
c. Plasenta letak rendah : tepi plasenta berada 3-4 cm diatas
pinggir pembukaan, pada pemeriksaan dalam tidak teraba.

B. Klasifikasi
1. Letak Lintang
Letak lintang dapat dibagi berdasarkan atas :
a. Letak kepala
1) Kepala anak bisa disebelah kiri ibu
2) Kepala anak bisa disebelah kanan ibu
b. Letak punggung
1) Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso-
anterior
2) Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut
dorso-posterior
3) Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorso-
superior
4) Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut dorso-
inferior
Akan tetapi namun harus dikemukakan satu faktor yang
terpenting , yaitu jika ruang rahim memberi kesempatan bagi janin
untuk bergerak lebih leluasa. Ini mungkin, jika dinding uterus dan
dinding perut ibu sudah begitu lembek, misalnya pada wanita
grandemultipara, atau malah pada panggul sempit.
2. Plasenta Previa
Belum ada kata sepakat diantara para ahli, terutama
mengenai berapa pembukaan jalan lahir. Oleh karena itu
pembagian tidak didasarkan pada keadaan anatomi, melainkan
pada keadaan fisiologi yang dapat berubah-ubah, maka klasifikasi
akan berubah setiap saat. Misalkan, pada pembukaan yang
masih kecil, seluruh pembukaan ditutupi jaringan Placenta
(Placenta Previa Totalis), namun pada pembukaan yang lebih
besar, keadaan ini akan menjadi Placenta Previa Lateralis. Ada
juga penulis yang menganjurkan bahwa menegakkan diagnosa
adalah sewaktu moment opname yaitu tatkala penderita
diperiksa.
Menurut de Snoo, berdasarkan pada pembukaan 4-5cm :
a. Placenta Previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-
5cm teraba Placenta menutupi seluruh ostium.
b. Placenta Previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm
sebagian pembukaan ditutupi oleh Placenta, dibagi :
1) Placenta Previa lateralis posterior : bila sebagian
menutupi ostium bagian belakang.
2) Placenta Previa lateralis anterior : bila menutupi ostium
bagian depan.
3) Placenta Previa marginalis : bila sebagian kecil atau hanya
pinggir ostium yang ditutupi Placenta.
Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat :
a. Plasenta Previa totalis : seluruh ostium ditutupi Plasenta.
b. Plasenta Previa partialis : sebagian ditutupi Placenta.
Placenta letak rendah (low-lying) : tepi bawah placenta
berada 3-4 cm dari oui (orifisium urethra externa), pada
pemeriksaan dalam tidak teraba.

C. Etiologi
1. Etiologi letak lintang
Penyebab paling sering adalah kelemahan otot uterus dan
abdomen. Kelainan letak paling sering terjadi pada wanita paritas
tinggi (grande multipara). Faktor lain yang mendukung terjadinya
letak lintang adalah plasenta previa, selain itu juga ada beberapa
faktor yang mendukung terjadinya letak lintang yaitu : kehamilan
ganda, polihidramnion, abnormalitas uterus, pengkerutan pelvis,
fibroid uterus yang besar.
2. Etiologi plasenta previa
Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui , adapun macam-
macam teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya.
- Endometrium yang inferior
- Chorion leave yang peristen
- Korpus luteum yang bereaksi lambat.
Faktor-faktor etiologi
- Umur dan paritas
 Primigravida, umur diatas 35 tahun lebih sering dari pada umur
bawah 25 tahun.
 Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah.
 Plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas
kecil, hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah
pada usia muda dimana endometrium masih belum matang
(inferior).
- Hipoplasia endometrium, bila kawin dan hamil pada umur muda
- Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas
operasi, kuretase, manual palasenta.
- Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
- Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
- Kadang-kadang pada malnutrisi.

D. Diagnose
1. Letak lintang
Mudah didiagnosis dalam kehamilan dari bentuk uterus terlihat
melebar, lebih menonjol ke salah satu bagian abdomen, dengan TFU
rendah. Palpasi akan teraba kepala janin pada salah satu sisi dan
bokong pada sisi yang lain tetapi tidak ada bagian presentasi yang
berada di pelvis. Pada palpasi kepala janin atau bokong ditemukan
disalah satu bagian fossa iliaca. USG dapat digunakan untuk
memastikan dignosis untuk mendeteteksi kemungkinan penyebab akan
tetapi Pada pemeriksaan dalam jika ketuban belum pecah, umumnya
masih sukar untuk menentukan dengan pasti diagnosis letak lintang.
Hanya kita harus memfokuskan bahwa dapat dirasakan rongga
panggul masih kosong , atau dalam waktu his, tidak teraba dengan
nyata bagian-bagian kecil dari janin yang terdapat diatas pintu atas
panggul.
Diagnosis akan lebih pasti jika pembukaan sudah cukup luas.
Dalam pemeriksaan kita harus berusaha dengan periksa dalam yang
dilakukan tidak malah memecahkan ketuban. Ini berhubungan dengan
kemungkinan apakah kita masih dapat merubah letak anak menjadi
letak kepala, yaitu dengan versi luar.
Jika ketuban sudah pecah, dan pembukaan sudah lebih luas, maka
barulah periksa dalam memberi kenyataan yang cukup dan diagnosis
menjadi lebih mudah. Jika mungkin, supaya jelas, periksa dalam
dilakukan dengan 4 jari atau tangan seluruhnya. Dengan demikian bisa
diketahui dengan pasti bagian-bagian tubuh anak yang dapat diraba.
Bagian tubuh anak yang jelas diraba ialah dimana terdapat tulang keras
dan berhubung dengan ini sebagai pokok diagnosis letak lintang, ialah
jika dapat diraba tulang-tulang iga, lebih nyata lagi jika disamping itu
dapat diraba tulang belikat (scapula) yang berbentuk segitiga, atau
tulang scapula.
Pada letak lintang seringkali terjadi dengan tangan letak
terkemuka, artinya tangan sudah turun terlebih dahulu dan dapat diraba
di dalam vagina, atau selurh lengan sudah menumbung dan kelihatan
tangan di luar vulva. Tangan harus dibedakan dengan kaki, yaitu jika
kaki akan teraba tulang kalkaneus, dan jari-jari lebih pendek dan rapat,
bahkan hampir sama panjang. Berbeda dengan tangan yang lebih
jarang dan jari-jari berbeda panjangnya. Jika betul tangan , untuk
membedakannya tangan kanan atau kiri, dapat dilakukan dengan
menjabat tangan tersebut. Jika cocok dalam berjabat tangan kanan,
maka tangan yang menumbung itu adalah tangan kanan.
2. Plasenta previa
- Anamnesis, gejala pertama yang membawa pasien ke RS ialah
perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau kehamilan
lanjut.
- Sifat darah tanpa sebab, tanpa nyeri dan berulang penyebabnya
karena ada plasenta dan pembuluh darah yang robek karena
terbentuknya SBR terbukannya ostium atau manipulasi
intravaginal atau rectal.
- Inspeksi, dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam
- Palpasi abdomen, janin sering belum cukup bulan, kesalahan letak
janin, bagian terbawah janin belum turun
- Inspekulo, dengan speculum dapat dilihat dari mana asal
perdarahan, apakah dari uterus, servik, vagina, varises pecah.
- Pemeriksaan radio-isotop, usg, pemeriksaan dalam.

E. Proses Persalinan

Setelah ketuban pecah, jika persalinan berlanjut, bahu janin akan


dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan yang sesuai sering
menumbung. Setelah terjadi sedikit penurunan, bahu tertahan oleh tepi
atas panggul, dengan kepala di salah satu fossa iliaca dan bokong
pada fossa iliaca yang lain. Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan
terjepit kuat di bagian atas panggul. Uterus kemudian berkontraksi
dengan kuat dalam upayanya yang sia-sia untuk mengatasi halangan
tersebut. Setelah beberapa saat, akan terbentuk cincin retraksi yang
semakin lama semakin meninggi dan semakin nyata. Keadaan ini
disebut sebagai letak lintang kasep. Jika tidak cepat ditangani dengan
benar, uterus akhirnya akan mengalami ruptur dan baik ibu maupun
bayi dapat meninggal.

Bila janin amat kecil (biasanya kurang dari 800 gram) dan panggul
sangat lebar, persalinan spontan dapat terjadi meskipun kelainan
tesebut menetap. Janin akan tertekan dengan kepala terdorong ke
abdomen. Bagian dinding dada di bawah bahu kemudian menjadi
bagian yang paling bergantung dan tampak di vulva. Kepala dan dada
kemudian melewati rongga panggul secara bersamaan, dan bayi dapat
dikeluarkan dalam keadaan terlipat (conduplicati corpore)

F. Mekanisme Persalinan Pada Letak Lintang

Pada permulaan persalinan dalam letak lintang, pintu atas


panggung tidak tertutup oleh bagian bawah anak seperti pada letak
memanjang. Oleh karena itu seringkali ketuban sudah lebih dulu pecah
sebelum pembukaan lengkap atau hampir lengkap. Setelah ketuban
pecah, maka tidak ada lagi tekanan pada bagian bawah, sehingga
persalinan berlangsung lebih lama.

His berperan dalam meluaskan pembukaan, selain itu dengan


kontraksi yang semakin kuat, maka anak makin terdorong ke bawah.
Akibatnya tubuh anak menjadi membengkok sedikit, terutama pada
bagian yang mudah membengkok, yaitu di daerah tulang leher. Ini pun
disebabkan karena biasnaya ketuban sudah lekas pecah dan karena
tak ada lagi air ketuban, maka dinding uterus lebih menekan anak di
dalam rahim. Dengan demikian bagian anak yang lebih rendah akan
masuk lebih dulu ke dalam pintu atas panggul, yaitu bahu anak.
Karena pada letak lintang pintu atas panggul tidak begitu tertutup,
maka tali pusat seringkali menumbung, dan ini akan memperburuk
keadaan janin.

PERSALINAN PERVAGINAM PADA LETAK LINTANG

Letak lintang kasep terjadi bukanlah karena lamanya persalinan,


namun faktor yang penting ialah karena faktor kuatnya his. Pada letak
lintang kasep, biasanya anak telah mati, yang disebabkan karena
kompresi pada tali pusat, perdarahan pada plasenta, ataupun cedera
organ dalam karena tubuh anak terkompresi dan membengkok.

Gambar 1. Letak lintang Kasep dengan lengan menumbung

Bila keadaan kasep ini dibiarkan saja, makan dapat terjadi ruptur uteri
yang sangat berbahaya pada bagi ibu.

Kadangkala dalam letak lintang anak dapat dilahirkan secara


pervaginam, ini dapat terjadi pada anak yang kecil (preterm), atau pada
anak yang telah mati. Pada anak yang normal dan hidup, hal ini sama
sekali tidak diharapkan Evolutio Spontanea. Karena tenaga his dan
tenaga mengejan, maka bahu anak turun dan masuk ke dalam rongga
panggul, sedangkan kepala tertekan dan tinggal di atas. Pada suatu
waktu, bahu itu lahir di bawah simfisis, dan sekarang dengan bahu itu
sebagai hipomoklion, lahirlah berturut turut bagian atas badan, yaitu
samping dada diikuti oleh perut, bokong, kaki dan kepala cara ini
disebut cara DOUGLAS.
Gambar 2. Evolutio Spontanea cara Douglas

Ada keadaan dimana bahu dan kepala anak tertekan dan tinggal di
atas pintu atas panggul. Yang tertekuk adalah punggung dan pinggang.
Dengan demikian maka pada suatu ketika bokong sama tingginya
dengan bahu dan selanjutnya lahir lebih dahulu bokong, dan kaki,
dilanjutkan dengan badan dan kepala. Cara ini disebut cara DENMAN

Gambar 3. Evolutio Spontanea Cara Denman Conduplicatio


Corpore.

Hal ini berlaku terutama pada panggul luar dan anak yang kecil, yaitu
kepala anak tidak tertahan di atas, sehingga kepala dan perut sama-
sama turun ke dalam rongga panggul dan dengan keadaan terlipat
lahirlah kepala dan perut, dilanjutkan dengan bokong dan kaki.

Gambar 4. Conduplicatio corpora

G. Komplikasi

1. Letak lintang

merupakan keadaan malpresentasi yang paling berat dan dapat


menimbulkan berbagai komplikasi pada ibu dan janin. Komplikasi
akan bertambah berat jika kasus letak lintang telambat didiagnosa.
Pada ibu, dapat terjadi dehidrasi, pireksia, sepsis, perdarahan
antepartum, perdarahan pos partum, ruptur uteri, kerusakan organ
abdominal hingga kematian ibu. Pada janin, dapat terjadi
prematuritas, bayi lahir dengan apgar skor yang rendah, prolapsus
umbilikus, maserasi, asfiksia hingga kematian janin .

2. Plasenta previa

- Prolaps talipusat, plasenta


- Robekan jalan lahir karena tindakan
- Perdarahan post partum
- Infeksi, bayi premature dan mati.
H. Penatalaksanaan

Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang,


sebaiknya diusahakan menjadi presentasi kepala dengan versi luar.
Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada
atau tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta
previa, sebab dapat membahayakan janin dan meskipun versi luar
berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk mencegah janin
memutar kembali, ibu dianjurkan menggunakan korset dan dilakukan
pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin. Ibu
diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan,
sehingga apabila terjadi perubahan letak, segera dapat ditentukan
prognosis dan penanganannya. Pada permulaan persalinan, masih
dapat diusahakan mengubah letak lintang janin menjadi presentasi
kepala asalkan pembukaan masih kurang dari 4 cm dan ketuban belum
pecah. Pada primigravida, jika versi luar tidak berhasil sebaiknya
segera dilakukan seksio sesaria. Sikap ini berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut:

1. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik,


sehingga pada primigravida kala I menjadi lama dan
pembukaan serviks sukar menjadi lengkap
2. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan
intra-uterin pada waktu his, maka lebih sering terjadi ketuban
pecah sebelum pembukaan serviks sempurna dan dapat
mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli
3. Pada primigravida versi ekstraksi sulit dilakukan.

Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung


kepada beberapa faktor. Apabila riwayat obstetri yang bersangkutan
baik, tidak didapat kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar,
dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan lengkap untuk
melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan
supaya ketuban tetap utuh dan melarang ibu meneran atau bangun.
Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat
prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesaria. Jika ketuban
pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung tekanan
dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi
ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesaria. Dalam hal
ini, persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui
apakah pembukaan terjadi dengan lancar atau tidak. Versi ekstraksi
dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar, apabila setelah bayi
pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang. Pada
letak lintang kasep, Berhubung adanya bahaya ruptur uteri letak lintang
kasep merupakan kontraindikasi mutlak melakukan versi ekstraksi. Bila
janin masih hidup hendaknya dilakukan seksio sesaria dengan segera.

Versi dalam merupakan alternatif lain pada kasus letak lintang.


Versi dalam merupakan metode dimana salah satu tangan penolong
masuk melalui serviks yang telah membuka dan menarik salah satu
atau kedua tungkai janin ke arah bawah. Umumnya versi dalam
dilakukan pada kasus janin letak lintang yang telah meninggal di dalam
kandungan dengan pembukaan serviks lengkap. Namun, dalam
keadaan tertentu, misalnya pada daerah-daerah terpencil, jika dilakukan
oleh penolong yang kompeten dan berpengalaman, versi dalam dapat
dilakukan untuk kasus janin letak lintang yang masih hidup untuk
mengurangi risiko kematian ibu akibat ruptur uteri. Namun, pada kasus
letak lintang dengan ruptur uteri mengancam, korioamnionitis dan risiko
perdarahan akibat manipulasi uterus, maka pilihan utama tetaplah
seksio sesar.

I. Penatalaksanaan Letak Lintang Saat Hamil

1. Letak lintang

Pada saat hamil, pada usia kehamilan 34-36 minggu dapat


dianjurkan untuk dilakukan knee chest position sampai usia
kehamilan >36 minggu.Setelah itu jika masih dalam letak lintang,
maka dapat dilakukan versi luar jika syarat memenuhi.
SaatPersalinan Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam
pertolongan persalinan pada letak lintang, yaitu ketuban dan
pembukaan. Jika ketuban belum pecah, dan pembukaan masih
kecil (<4cm), dapat dicoba untuk dilakukan versi luar hingga
menjadi presentasi kepala atau presentasi bokong. Jika versi luar
gagal dan tidak terjadi komplikasi maka dapat ditunggu sampai
pembukaan lengkap.

Namun jika pembukaan sudah besar, versi luar sangat tidak


dianjurkan. Dalam hal ini ketuban harus dijaga jangan sampai
pecah dan ibu diminta berbaring miring dan dilarang mengejan.
Ditunggu sampai pembukaan lengkap, setelah lengkap, ketuban
dipecahkan dan dilakukan versi ekstraksi. Jika ketuban sudah
pecah, dan pembukaan belum lengkap, maka seksio sesarea
adalah jalan terbaik. Meskipun pada literatur lama mengatakan
dapat ditunggu sampai lengkap dan dilakukan versi ekstraksi,
namun mungkin hal ini tidak relevan lagi pada masa sekarang. Jika
pembukaan sudah lengkap, maka perlu diketahui apakah sudah
terjadi letak lintang kasep atau belum. Jika sudah terjadi letak
lintang kasep, cara mengetahuinya adalah dengan mencoba
mendorong bagian terbawah janin, jika tidak dapat didorong lagi,
maka dapat ditegakkan diagnosis letak lintang kasep.
Penatalaksanaanya adalah dengan melihat anak hidup atau sudah
mati. Jika anak masih hidup, maka segera dilakukan seksio
sesarea. Namun jika anak mati, dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan embriotomi. Jika belum terjadi letak lintang kasep,
maka dapat dicoba untuk dilakukan versi ekstraksi vacuum.

2. Plasenta previa
- Untuk menghindari perdarahan yang banyak, maka pada plasenta
previa setralis dengan janin hidup atau meninggal, tindakan yang
paling baik adalah seksio sesar.
- Walaupun tidak pernah dikerjakan lagi, namun untuk diketahui
pada janin mati, didaerah pedesaan dapat dilakukan
penembuasan plasenta kemudian dilakukan willet gauss versi
Braxton hicks untuk melahirkan janin.
J. Prognosis
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala,
tetapi kelainan-kelainan yang menyebabkan letak lintang, misalnya
panggul sempit, tumor panggul dan plasenta previa, masih tetap dapat
menimbulkan kelainan pada persalinan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kematian ibu dan janin pada letak lintang, disamping
kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering
akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi
untuk mengeluarkan janin.
Prognosis pada kehamilan letak lintang sangat dipengaruhi oleh
riwayat pemeriksaan kehamilan, kecepatan penegakkan diagnosa dan
sarana-prasarana kesehatan yang ada. Semakin lambat diagnosa letak
lintang ditegakkan, maka kemungkinan bayi akan tetap berada dalam
posisi lintang pada saat persalinan akan semakin besar. Sebagai
perbandingan jika diagnosa dibuat pada UK 20-25 minggu, ± 2,6 % akan
tetap pada posisi lintang dan jika diagnosa dibuat pada UK 36-40 minggu,
± 11,8 % akan tetap pada posisi lintang.

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGIS
PADA NY.W G3P1A1 UMUR KEHAMILAN 35 MINGGU 5 HARI
LETAK SUNGSANG DENGAN PLASENTA PREVIA TOTALIS
DI RUANG POLI KEBIDANAN RSMS

Tanggal Masuk : 30 April 2012 Jam : 10.25 WIB


Tanggal Pengkajian : 30 April 2012 Jam : 10.28 WIB
No. Register : 75-00-63
Tempat : Ruang Poli Kebidanan RSMS

I. PENGKAJIAN
A. Subyektif
1. Identitas Klien
Nama ibu : Ny. W Nama ibu : Tn. K
Umur : 30 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Paguyangan Alamat : Paguyangan
Rt1/4 Rt1/4
2. Alasan datang :
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.
3. Keluhan utama :
Ibu mengatakan hamil 8 bulan, ibu mengeluarkan darah segar
dari jalan lahir setengah softek penuh dan perut kenceng-
kenceng tidak teratur pukul 23.00 WIB tanggal 29 April 2012.
Ibu mengatakan tidak ada riwayat trauma seperti jatuh, dan
riwayat post coitus disangkal.
4. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita atau mempunyai
gejala-gejala penyakit menurun (asma, DM, hipertensi, kanker) ,
penyakit menahun (stroke, jantung, ginjal, liver), penyakit
menular (TBC, malaria, hepatitis B, HIV/AIDS), penyakit infeksi
kelamin (TORCH, bakteri vaginosis) dan tidak pernah menjalani
operasi apapun.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita atau mempunyai
gejala-gejala penyakit menurun (asma, DM, hipertensi, kanker) ,
penyakit menahun (stroke, jantung, ginjal, liver), penyakit
menular (TBC, malaria, hepatitis B, HIV/AIDS).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita
atau mempunyai gejala-gejala penyakit menurun (asma, DM,
hipertensi, kanker), penyakit menahun (stroke, jantung, ginjal,
liver), penyakit menular (TBC, malaria, hepatitis B, HIV/AIDS),
penyakit jiwa, maupun riwayat keturunan kembar.

5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat haid
1) Menarche : 13 tahun
2) Siklus : 30 hari teratur
3) Lamanya : 7 hari
4) Banyaknya : 2 hari pertama ganti pembalut 3
kali sehari, 5 hari selanjutnya ganti pembalut 2 kali
sehari.
5) Sifat darah : cair terdapat gumpalan atau lendir
merah.
6) Dismenorhea : sebelum dan hari pertama
menstruasi.
7) Fluor albus : ada pada sebelum dan sesudah
menstruasi.
8) HPHT : 3 September 2011
9) HPL : 10 Juni 2012

b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu


Hamil Usia Jenis Peno Penyu- BBL/PB Jenis Nifas Keada- Ket
ke keha- Partus -long lit Kelamin an anak
milan
1 38 Nor- Bi- Tidak tidak Laki-laki normal sehat 12
ming- mal dan Ada terdapat tahun
gu kecacatan
/ 3,5 kg
2 24 Kuret Dok- IUFD - - - - Ibu tidak
ming- ter merasa
gu obs- gerakan
gin janin
setelah
beper-
gian
keluar
kota.
3 Hamil - - - - - - - Belum
ini melahir-
kan

c. Riwayat kehamilan sekarang


1) G3, P1, A1
2) Frekuensi ANC TM I
a) ANC di bidan BPS, 3 kali
b) PP test +, tgl 25 Oktober 2010
c) Keluhan / masalah = mual
d) Obat / suplementasi = Vit B6, kalk
e) Imunisasi = tidak
f) Nasehat/ pendkes yang didapat = bidan
menganjurkan untuk sering makan dengan porsi
kecil.
3) TM II
a) Pergerakan janin dirasakan pertama kali pada
kehamilan umur 20 minggu .
b) Keluhan / masalah = merasakan sering BAK,kram
otot dan cepat lelah,
c) Obat / suplementasi = Fe dan suplemen
kalsium/magnesium.
d) Nasehat/ pendkes yang didapat = dianjurkan untuk
sering istirahat,mengurut daerah betis,dan latihan
relaksasi dan pernafasan serta diet seimbang dan
cukup memenuhi kebutuhan
4) TM III
a) Ibu merasakan pergerakan janin lebih dari 10 kali
dalam sehari.
b) Keluhan / masalah = keluar darah dari jalan lahir
dan perut kenceng-kenceng tidak teratur.
c) Obat / suplementasi = Amox, As.Mef, Vit BC, Vit C,
SF.
d) Nasehat/ pendkes yang didapat = istirahat total,
kontrol 1 minggu sekali atau bila ada keluhan.
5) Riwayat perkawinan
1. Status perkawinan : menikah di KUA 2 kali
2. Usia kawin : 16 th pada pernikahan pertama
28 th pada pernikahan kedua
3. Lama perkawinan : 14 th pada pernikahan pertama
2 th pada pernikahan kedua
6) Riwayat KB
1. Alat kontrasepsi yang pernah dipakai : suntik 3 bulan
2. Lamanya penggunaan : 6 th
3. Keluhan / masalah : tidak ada keluhan
4. Rencana KB selanjutnya : suntik

7) Pola kebutuhan sehari – hari


No. Pola Sebelum hamil Selama hamil
a. Nutrisi
1. Makan :
a. Frekuensi makan 3x sehari 3x sehari
b. Jenis makanan Sayur–sayuran, Nasi,sayur-sayuran
nasi, lauk-pauk ,lauk pauk.
c. Pantangan makan Tidak ada Tidak ada pantangan
pantangan

2. Minum :
5 gelas sehari 7-8 gelas sehari
a. Frekuensi
Air putih Air putih dan jus,susu
b. Jenis minuman
b. Eliminasi
1. BAB
a. Frekuensi 1x sehari 2 hari 1x
b. Konsistensi Teratur Teratur
c. Keluhan Tidak ada konstipasi
2. BAK
a. Frekuensi 3x sehari 7 X sehari
b. Konsistensi Teratur Menjadi sering kencing
c. Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
c. Aktivitas
1. Mobilisasi dilakukan sendiri Dibantu keluarga
2. Aktivitas sehari- Sebagai ibu rumah Sebagai ibu rumah
hari tangga tangga
3. Olah raga tidak melakukan Senam hamil
olah raga
4. Keluhan tidak ada keluhan Sering lelah

d. Istirahat
1. Tidur siang Jarang-jarang 1-2 jam/hari
2. Tidur malam 7-8 jam/hari 7-8 jam/hari
3. Keluhan Tidak ada sulit tidur
e. Personal hygiene
1. Frekuensi mandi 2X sehari 2X sehari
2. Gosok gigi 2X sehari 2X sehari
3. Ganti pakaian 2X sehari 2X sehari
4. Keramas 2 hari sekali 2 hari sekali
5. Pola seksual 1 minggu 3 X Berusaha untuk
mengurangi
f. Psikososial,kultural,spiritu
al
1. Psikososial
a. Respon ibu dan Baik Baik
keluarga dalam
penerimaan
terhadap
kehamilan
b. Dukungan Baik Baik
keluarga
terhadap
kehamilan
c. Hubungan Baik Baik
dengan suami
2. Kultural
a. Pantangan/ Tidak ada Mitoni
adat isti
adat,kebiasaan
yang
berhubungan
dengan
kehamilan
b. Pengambilan Suami Suami
keputusan
dalam keluarga
c. Kebiasaan Tidak ada Tidak ada
hidup merokok
dan minum –
minuman keras
3. Spiritual
a. Ketaatan dalam Baik Baik
menjalankan
ibadah
b. Aktivitas Sholat, Mengaji Sholat, Mengaji
keagamaan
g. Data pengetahuan ibu
Pengetahuan ibu tentang Ibu mengetahui Ibu mengetahui tentang
seputar kehamilan dan tentang seputar seputar kehamilan
permasalahannya kehamilan
h. Lingkungan yang
berpengaruh
a. Kondisi tempat Baik Baik
tinggal ibu
b. Hewan peliharaan Tidak punya Tidak punya
c. Kondisi MCK Baik Baik

II. DATA OBYEKTIF


1. Keadaan umum : Baik
2. Tingkat kesadaran : komposmentis
3. Tanda Vital
a. TD : 110/70 mmHg
b. Nadi : 80 / menit
c. Suhu : 36,5°C / menit
d. RR : 22 / menit
4. Berat Badan sekarang : 67 kg, BB sebelum hamil : 59 kg
5. Tinggi Badan : 161 cm
6. Lila : 23,5 cm
7. Status present
a) Kulit kepala : bersih
b) Rambut : warna hitam, tidak rontok, distribusi merata
c) Muka : tidak pucat, dan tidak ada oedema
d) Mata : konjuntiva kemerahan, sklera putih,
simetris
e) Mulut : bibir tidak sumbing, tidak ada oedema
gusi, gigi utuh
f) Telinga : simetris, tidak ada serumen
g) Hidung : bersih, tidak ada benjolan
h) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,
kelenjar limfe, dan tidak ada pelebaran vena jugularis
i) Dada & axilla : tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe .
j) Abdomen : membuncit dan melebar kesamping, tidak
ada luka bekas operasi, tidak ada pembesaran hati,
pembesaran limpa.
k) Genitalia : tidak ada oedema, tidak ada varices
vagina, dan ada pengeluaran per vaginam.
l) Ekstremitas : pada ekstremitas atas dan bawah, tidak
terdapat oedema dan warna kuku merah muda, bereaksi pada
saat dilakukan reflek patela (positif).
8. Status Obstetrikus
1. Inspeksi muka : terdapat chloasma gravidarum dan tidak ada
oedema.
2. Dada :
 Mamae membesar
 Areola hiperpigmentasi
 Puting susu menonjol
 Kelenjar montgomeri terlihat jelas
 Keluar kolostrum
3. Abdomen
 Membuncit dan melebar kesamping,
 Ada linea nigra
 Ada striae gravidarum
 Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari di atas pusat, teraba bagian kosong.
Leopold II : teraba bagian bulat keras di sebelah kiri
teraba bagian besar lunak di sebelah kanan.
Leopold III : teraba kosong
Leopold IV : tidak dilakukan
TBJ : 2564 gram (USG)
Auskultasi DJJ : 142 X/menit; dengan punctum maximum : di
bagian perut kiri.
4. Genitalia : vulva/vagina terlihat perdarahan pervaginam flek,
Vaginal toucher tidak dilakukan, Pemeriksaan Inspekulo tidak
dilakukan.
9. Pemeriksaan penunjang
 USG (tanggal 30 April 2012)
- Tampak janin tunggal intra uteri
- Kepala dikiri atas, punggung dibelakang bawah melintang,
- UK : 35 minggu 5 hari, TBJ : 2564 gr, HPL : 1/6/2012
- Gerakan janin pada saat diperiksa kurang aktif, tidak tampak
kelainan kongenital primer janin. HR 142 BPM, reguler.
- Plasenta implantasi pada dinding posterior, bagian terbawah
melewati OUI (plasenta previa totalis), struktur tampak
kalsifikasi gr 3.
- Air ketuban banyak cukup.
 Laborat
Darah lengkap : Hitung jenis:
Darah Hb : 11 gr Basofil : 0,1
Hematokrit : L 33 Eosinofil : 2,5
Eritrosit : L 3-6 Batang : 0,00
Trombosit : 197.000 Segmen : 69,8
MCV : 93 Limfosit : 19,9
MCH : 31 Monosit : 7,7
MCHC : 33,3 PT : 11,6
RDW : 13,3 APTT :29,4
MPV : 11,2

III. INTERPRETASI DATA


A. Diagnosa
Ny.W umur 30 tahun G3P1A1 umur kehamilan 35 minggu 5 hari
janin tunggal hidup intra uteri letak lintang dengan plasenta previa.
Data Dasar :
a. Dasar Subjektif :
Ny.W menyatakan,umur 30 tahun, umur kehamilan 35 minggu 5
hari dengan nama suami Tn.K umur 35 tahun. Mengeluh keluar
darah segar dari jalan lahir setengah softek penuh dan perut
kenceng-kenceng tidak teratur sejak pukul 23.00 tanggal 29 april
2012.
b. Dasar Objektif :
1. Keadaan umum : Baik
2. Tingkat kesadaran : Komposmentis
3. Tanda Vital
a. TD : 110/70 mmHg
b. Nadi : 80 / menit
c. Suhu : 36,5°C / menit
d. RR : 22 / menit
4. Status obstretikus
a. Inspeksi muka : terdapat chloasma gravidarum dan tidak ada
oedema.
b. Dada :
 Mamae membesar
 Areola hiperpigmentasi
 Puting susu menonjol
 Kelenjar montgomeri terlihat jelas
 Keluar kolostrum
c. Abdomen
 Membuncit dan melebar kesamping,
 Ada linea nigra
 Ada striae gravidarum
 Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari di atas pusat, teraba bagian kosong.
Leopold II : teraba bagian bulat keras di sebelah kiri
teraba bagian besar lunak di sebelah kanan.
Leopold III : teraba kosong
Leopold IV : tidak dilakukan
TBJ : 2564 gram (USG)
Auskultasi DJJ : 142 X/menit; dengan punctum maximum : di
bagian perut kiri.
d. Genitalia : vulva/vagina terlihat perdarahan pervaginam flek,
Vaginal toucher tidak dilakukan, Pemeriksaan Inspekulo tidak
dilakukan.
B. Masalah
- Ibu merasa cemas karena umur kehamilan ibu masih 8 bulan.
- Ibu merasa kurang nyaman karena perutnya kenceng.
C. Kebutuhan
KIE tentang tindakan yang akan dilakukan pada ibu tentang :
a. Tanda Bahaya Kehamilan
b. P4K (Persiapan persalinan dan pencegahan Komplikasi).
c. Mengatasi rasa ketidaknyamanan karena kenceng pada perut.
d. Hadirkan suami/ keluarga untuk selalu mendampingi ibu.

IV. DIAGNOSA POTENSIAL


a. Bayi : Fetal Distress, IUFD
b. Ibu : Syok Hipovolemik
Antisipasi : Persalinan SC

V. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU


KOLABORASI DAN KONSULTASI
Kolaborasi dengan Dokter SpOG.
Advice yang diberikan berupa :
1. Pemberian Amox 3 x 500gr, As. Mef 3 x 500 gr
Vit. BC, Vit C, SF 1x1
2. Bed rest total

VI. PERENCANAAN
1. Beri tahu ibu hasil pemeriksaan.
2. Beri ibu KIE tentang Tanda Bahaya Kehamilan.
3. Beri ibu KIE tentang P4K.
4. Motivasi ibu untuk persalinan SC.
5. Anjurkan ibu untuk istirahat total (mondok).

VII. PELAKSANAAN :
1) Memberi tahu ibu hasil pemeriksaan bahwa hamil ibu letaknya
lintang dan plasenta berada di jalan lahir.
2) Memberitahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan yang
dialaminya yaitu bercak darah yang timbul akibat letak plasenta
berada dijalan lahir.
3) Memberitahu ibu tentang Persiapan persalinan dan pencegahan
komplikasi, meliputi taksiran persalinan, Penolon persalinan,
Tempat persalinan, Calon pendonor darah, biaya persalinan, dan
transportasi untuk persiapan merujuk.
4) Memotivasi ibu untuk mempersiapkan persalinan secara SC.
5) Menganjurkan ibu untuk istirahat total (mondok)
VIII. EVALUASI
1) Ibu tahu hasil pemeriksaan.
2) Ibu tahu tentang tanda bahay kehamilan yang dialaminya.
3) Ibu tahu tentang persiapan persalinan.
4) Ibu berunding dengan keluarga untuk persiapan persalinan SC.
5) Ibu bersedia istirahat total (mondok).
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan tinjauan kasus dari Ny. W diperoleh data bahwa pasien


datang ingin memeriksakan kehamilannya. Ibu mengatakan hamil 8 bulan, ibu
mengeluarkan darah segar dari jalan lahir setengah softek penuh dan perut
kenceng-kenceng tidak teratur pukul 23.00 WIB tanggal 29 April 2012. Ibu
mengatakan tidak ada riwayat trauma seperti jatuh, dan riwayat post coitus
disangkal.
Dari pemeriksaan fisik dan data obyektif didapat hasil keadaan umum :
baik, tingkat kesadaran : Komposmentis, tanda vital TD : 110/70 mmHg, Nadi:
80x / menit, Suhu : 36,5°C / menit, RR : 22 / menit. Inspeksi muka : terdapat
chloasma gravidarum dan tidak ada oedema. Abdomen membuncit dan melebar
kesamping, ada linea nigra dan striae gravidarum. Hasil palpasi : Leopold I : TFU
3 jari di atas pusat, teraba bagian kosong, Leopold II : teraba bagian bulat keras
di sebelah kiri, teraba bagian besar lunak di sebelah kanan, Leopold III : teraba
kosong, Leopold IV : tidak dilakukan, TBJ : 2564 gram (USG), Auskultasi DJJ :
142 X/menit; dengan punctum maximum : di bagian perut kiri, Genitalia :
vulva/vagina terlihat perdarahan pervaginam flek, Vaginal toucher tidak
dilakukan, Pemeriksaan Inspekulo tidak dilakukan.
Menurut Wiknjosastro (2009), Letak lintang adalah suatu keadaan
dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu
sedangkan bokong pada sisi yang lain. Adapun untuk menegakkan diagnosis
dalam kehamilan dari bentuk uterus terlihat melebar, lebih menonjol ke salah
satu bagian abdomen, dengan TFU rendah. Palpasi akan teraba kepala janin
pada salah satu sisi dan bokong pada sisi yang lain tetapi tidak ada bagian
presentasi yang berada di pelvis. Pada palpasi kepala janin atau bokong
ditemukan disalah satu bagian fossa iliaca. USG dapat digunakan untuk
memastikan dignosis untuk mendeteteksi kemungkinan penyebab akan tetapi
pada pemeriksaan dalam jika ketuban belum pecah, umumnya masih sukar
untuk menentukan dengan pasti diagnosis letak lintang. Hanya kita harus
memfokuskan bahwa dapat dirasakan rongga panggul masih kosong , atau
dalam waktu his, tidak teraba dengan nyata bagian-bagian kecil dari janin yang
terdapat diatas pintu atas panggul.
Menurut Wiknjosastro (2009), untuk menentukan diagnosa plasenta
previa , gejala pertama yang membawa pasien ke RS ialah perdarahan pada
kehamilan setelah 28 minggu atau kehamilan lanjut. Sifat darah tanpa sebab,
tanpa nyeri dan berulang penyebabnya karena ada plasenta dan pembuluh
darah yang robek karena terbentuknya SBR terbukannya ostium atau manipulasi
intravaginal atau rectal. Inspeksi, dapat dilihat perdarahan yang keluar
pervaginam. Palpasi abdomen, janin sering belum cukup bulan, kesalahan letak
janin, bagian terbawah janin belum turun. Inspekulo, dengan speculum dapat
dilihat dari mana asal perdarahan, apakah dari uterus, servik, vagina, varises
pecah. Pemeriksaan radio-isotop, usg, pemeriksaan dalam.
Adapun penyebab kelainan letak paling sering terjadi pada wanita
paritas tinggi (grande multipara). Faktor lain yang mendukung terjadinya letak
lintang adalah plasenta previa, selain itu juga ada beberapa faktor yang
mendukung terjadinya letak lintang yaitu : kehamilan ganda, polihidramnion,
abnormalitas uterus, pengkerutan pelvis, fibroid uterus yang besar.
Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui , adapun macam-
macam teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya.
1. Umur dan paritas
 Primigravida, umur diatas 35 tahun lebih sering dari pada umur
bawah 25 tahun.
 Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah.
 Plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas
kecil, hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah
pada usia muda dimana endometrium masih belum matang
(inferior).
- Hipoplasia endometrium, bila kawin dan hamil pada umur muda
- Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas
operasi, kuretase, manual palasenta.
- Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
- Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
- Kadang-kadang pada malnutrisi.
Penilaian klinik
Pada pasien Ny. W faktor yang menyebabkan tejadinya kehamilan letak
lintang ini bisa disebabkan karena adalanya plasenta previa totalis. Dan yang
menyebabkan terjadinya plasenta previa totalis diantranya faktor riwayat
kuretase yang menyebabkan endometrium cacat terdapat bekas persalinan
berulang.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara teori dan kasus
terdapat kesamaan yaitu dilakukannnya pemeriksaan laboratorium seperti
pemeriksaan darah, dan pemeriksaan USG .

INTERPRETASI DATA
Interpretasi data pada kasus adalah Ny.W umur 30 tahun G3P1A1 hamil
35 minggu 5 hari, janin tunggal hidup intra uteri, letak lintang dengan plasenta
previa totalis. Interpretasi data tersebut ditunjang oleh data subyektif dan obyektif
dari pasien yang mengarah pemerikasaan palpasi abdomen teraba pada :
Leopold I : TFU 3 jari di atas pusat, teraba bagian kosong, Leopold II : teraba
bagian bulat keras di sebelah kiri, teraba bagian besar lunak di sebelah kanan,
Leopold III : teraba kosong, Leopold IV : tidak dilakukan, TBJ : 2564 gram (USG),
Auskultasi DJJ : 142 X/menit; dengan punctum maximum : di bagian perut kiri,
Genitalia : vulva/vagina terlihat perdarahan pervaginam flek, Vaginal toucher
tidak dilakukan, Pemeriksaan Inspekulo tidak dilakukan.

DIAGNOSA POTENSIAL
Diagnosa potensial yang dapat terjadi dalam kehamilan pada bayi bisa
terjadi kegawatan pada janin (Fetal Distress), IUFD, sedagkan pada ibu
mengalami syok hipovolemik.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU


KOLABORASI DAN KONSULTASI.
Penanganan kebutuhan segera ada jika sebelumnya terdapat diagnosa
potensial.
Dalam hal ini terjadi kesesuain antara teori dan praktek, Menurut Saifudin
(2002), penangan pada kehamilan letak lintang yaitu sebaiknya diusahakan
menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar
harus dilakukan pemeriksaan teliti ada atau tidaknya panggul sempit, tumor
dalam panggul, atau plasenta previa, sebab dapat membahayakan janin dan
meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Pada kasus
ini tidak dilakukan versi luar karena adanya plasenta previa totalis

PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN


Secara umum penanganan pada Ny.W sama antara teori dengan praktek.
Prinsip penanganan pada kehamilan letak lintang dengan plasenta previa totalis
adalah ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan
untuk istirahat total dan pemantauan intensif, dan persalinan ibu sebaiknya
dilakukan seksio sesaria.
DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, H. (Ed.). (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Cunningham, G., Gant, N. F., Leveno, K. J., Gilstrap III, L., Hauth, J. C., &
Wenstrom, K. D. (2006). Obstetri William (21 ed., Vol. 1). Jakarta:
EGC.
Admin. (2008). Kehamilan Dengan Letak Lintang. Retrieved Mei 2009,
from Seputar Kedokteran Dan Linux:
http://medlinux.blogspot.com/2009/02/kehamilan-dengan-
letaklintang.html
Obstetri Patologi. (1984). Bandung: Bag. Obstetri dan Ginekologi FK
UNPAD Bandung.
Mochtar, D. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri :
Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta : EGC. 1998;
Hal. 366-372
Idmgarut. (2009, Januari). Case Report: Letak Lintang. Retrieved Mei
2009, from http://idmgarut.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai