Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI SINUSITIS DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI
RSUD DR.SOETOMO SURABAYA

Oleh

Irawati Handayani Surachman

20170660023

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI SINUSITIS DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI
RSUD DR.SOETOMO SURABAYA

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program
Studi D3 keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Kebiasaan merokok pada orang dewasa memang dapat menyebabkan berbagai penyakit,
mulai penyakit ringan hingga penyakit yang serius. Salah satunya adalah dapat menyebabkan
penyakit Sinusitis. Sedangkan pada anak-anak penyakit sinusitis dapat di akibatkan karena
alergi, tertular dari anak lain, kebiasaan minum dot dengan berbaring ataupun lingkungan
sekitar yang penuh dengan asap. Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa
atau selaput lendir sinus paranasal. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan
cairan atau kerusakan tulang di bawahnya (NANDA, 2015).
Biasanya sinus berisi udara, tetapi ketika sinus tersumbat dan berisi cairan, maka kuman,
bakteri, virus, dan jamur dapat berkembang dan menyebabkan infeksi. Salah satu indikasi
seseorang terserang penyakit sinusitis bisa di tandai dengan adanya keluhan terus menerus
pada bagian tenggorokan, hidung tersumbat dan sakit kepala yang terus menerus. Selain itu
sinusitis juga di tandai dengan adanya perubahan warna ingus yang cenderung berwarna
kuning dan hijau yang mengindikasikan bahwa virus atau bakteri telah berkembang biak
(Jurnal A.Rianto, di publikasikan 2017). Menurut NANDA (2015) semua keadaan yang
mengakibatkan tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan menyebabkan
terjadinya sinusitis.
Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala, memberantas infeksi, dan
menghilangkan penyebab. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara konservatif dan
pembedahan. Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis, otitis,
media kronik, bronchitis kronis, atau ada komplikasi abses intracranial (NANDA 2015).
Penanganan lain untuk pasiean dengan diagnose sinusitis adalah denganmempertahankan
kesehatan umum sehingga daya tahan tubuh alamiah tidak menurun, pemberian antibiotika
dan obat lainnya harus sesuai dengan resep, untuk pencegahan hindari allergen, (seperti debu,
asap, tembakau) jika di duga menderita alergi.
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah pada studi kasus ini dibatasi pada
Asuhan Keperawatan Pasien yang Mengalami Sinusitis dengan Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Napas di RSUD Dr.Soetomo Surabaya
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami Sinusitis dengan
ketidakefektifan bersihan jalan napas di RSUD Dr.Soetomo Surabaya?
1.4 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami sinusitis dengan
ketidakefektifan bersihan jalan napas di RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
Tujuan Khusus
1. Melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien yang mengalami sinusitis dengan
ketidakefetifan bersihan jalan napas di RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
2. Merumuskan diagnose keperawatan pada pasien yang mengalami sinusitis dengan
ketidakefektifan bersihan jalan napas di RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
3. Menetapkan perencanaan keperawatan pada pasien yang mengalami sinusitis dengan
ketidakefektifan jalan napas di RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami sinusitis dengan
ketidakefektifan jalan napas di RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
5. Melakukan evaluasi pada pasien yang mengalami sinusitis dengan ketidakefektifan jalan
napas di RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
1.5 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami Sinusitis dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami Sinusitis dengan ketidakefektifan Bersihan jalan napas
b. Bagi Perawat
Dapat meningkatkan pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
yang mengalami Sinusitis dengan ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai instansi kesehatan dapat mempersiapkan mahasiswa dan sebagai bahan referensi
dalam pemberian mata kuliah keperawatan pada pasien yang mengalami Sinusitis dengan
ketidakefektifan Bersihan jalan napas.
BAB II

Tinjauan Pustaka

Pada bab ini menyampaikan konsep dasar Sinusitis dan asuhan keperawatan secara teori.
2.1 Landasan Teori Sinusitis
2.1.1 Pengertian
Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput
lendir sinus pranasal. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan
cairan atau kerusakan tulang di bawahnya. Sinus pranasal adalah rongga-rongga
yang terdapat pada tulang-tulang di wajah. Terdiri dari sinus frontal (di dahi),
sinus etmoid (pangkal hidung), sinus maksila (pipi kanan dan kiri), sinus stenoid
(di belakang sinus etmoid).
2.1.2 Etiologi
Sinus pranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan lendir yang di
alirkan ke dalam hidung, untuk selanjutnya di alirkan ke belakang, kea rah
tenggorokan untuk di telan ke saluran pencernaan. Semua keadaan yang
mengakibatkan tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan
menyebabkan terjadinya sinusitis. Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2
macam, yaitu:
1. Factor local adalah semua kelainan pada hidung yang dapat mengakibatkan
terjadinya sumbatan; antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor,
benda asing, iritasi polutan dan gangguan pada mukosillia (rambut halus pada
selaput lendir).
2. Factor sistemik adalah, keadaan di luar hidung yang dapat menyebabkan
sinusitis; antara lain gangguan daya tahan tubuh (Diabetes, AIDS),
penggunaan obat-obatan yang dapat mengakibatkan sumbatan hidung.
2.1.3 Patofisiologi
Polusi bahan kimia, alergi dan defisiensi imunologik menyebabkan silia
rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa hidung. Perubahan ini mempermudah
terjadinya infeksi. Terdapat edema konka yang mengganggu drainase secret
sehingga silia rusak. Jika silia sudah rusak merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri, misalnya streptococcus pneumonia, haemophilus influenza
dan strapilococus aureos.
Jika sudah terjadi peradangan pada sinusitis dilakukan tindakan operasi
fungsional endoscopy sinus surgery dan cadwell-Inc dengan jaringan yang
diangkat yaitu polipnasi dan konka dan menyebabkan perdarahan pada rongga
hidung sehingga di haruskan di pasang tampon dan secara tidakn langsung hidung
menjadi buntu dan sesak untuk bernafas.

PATHWAY

Membran Mukosa Sinus Infeksi oleh virus/bakteri Inflamasi

Peningkatan sekresi Hilangnya fungsi silia Edema, kemerahan,


mukus normal demam, nyeri kepala

Pengeluaran sekresi Bakteri dapat masuk dan Hipertermi, Nyeri


terhambat berkembang

Bakteri dapat Obstruksi sinus pada


tumbuh dengan baik nasal

Penyebaran bakteri
secara sistemik Iritasi sinus Kesalahan interpretasi

Pengobatan tidak
Sekresi nasal Defisiensi pengetahuan,
adekuat
yang purulen Ansietas

Komplikasi
Ketidakefektifan bersihan
jalan napas

Intrakranial Orbita, osteomyelitis dan


abses sub periosteal pada
tulang frontal
Meningitis akut abses
subdural di otak
2.1.4 Manifestasi Klinis
1. Febris >370C
2. Pilek kentak berbau, bisa tercampur darah
3. Nyeri
a. Pipi biasanya unilateral
b. Kepala biasanya homolateral, terutama pada sore hari
c. Gigi (geraham atas) homolateral
4. Hidung
a. Buntu
b. Suara bindeng
5. Edema periorbita
6. Saluran cerna seperti gastroenteritis
7. Rasa tidak nyaman di tenggorokan
8. Gangguan pendengaran akibat sumbatan tuba custachius
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis
denganeksaserbasi akut. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
1. Kelainan orbita
Disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita).
Penyebaraninfeksi terjadi melalui trombollebitis dan perkontinuitatum.
Kelainan yang dapatditimbulkan adalah edem palpebra, selulitis orbita, abses
subperiortal, abses orbita, dantrombosis sinus kavernosus.
2. Osteomielitis dan abses subperiostal
Biasanya ditemukan pada anak dan sering timbul akibat sinusitis frontal.
Padaosteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral.
3. Kelainan intracranial
Seperti meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak, dan trombosis
sinuskarvenosus.
4. Kelainan paru
Seperti bronchitis kronik, bronkiektasis, dan asma bronkial. Adanya kelainan
sinusparanasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis.
2.1.6 Klasifikasi
Menurut anatomi sinus yang terkena:
1. Sinusitis Maksilaris
Sinus maksila disebut juga Antrum Highmore, merupakan sinus yang sering
terinfeksi, merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih
tinggi dari dasar sehingga aliran sekret (drainage) dari sinus maksila hanya
tergantung dari gerakan silia. Dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi
(prosesusalveolaris) sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis
maksila, ostium sinus maksila terletak di meatus medius disekitar hiatus
semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat. Pada peradangan aktif
sinus maksila atau frontal, nyeri biasanya sesuai dengan daerahyang terkena.
Pada sinusitis maksila nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadang
menyebar ke alveolus hingga terasa di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan
depan telinga. Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi nyeri pada gerakan
kepala mendadak,misalnya sewaktu naik atau turun tangga. Sering kali
terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk.
2. Sinusitis Ethmoidalis
Sinusitus ethmoidalis akut terisolasi lebih lazim pada anak, sering kali
bermanifestasi sebagai seluliti sorbita karena dinding leteral labirin
ethmoidalis (lamina papirasea). Sering menimbulkan selutis orbita. Pada
dewasa sering kali bersama-sama dengan sinusitis maksilaris serta dianggap
sebagai nyerta sinusitis frontalis yang tidak dapat dihindari. Gejala berupa
nyeri yang dirasakan di pangkal hidung dan kantus medius, kadang-kadang
nyeri dibola mata atau belakangnya, terutama bila mata di gerakkan. Nyeri
alih di pelipis post nasaldan sumbatan hidung.
3. Sinusitis Frontalis
Sinusitis frontalis akut hampir selalu bersama-sama dengan infeksi
sinusetmoidalis anterior. Gejala subyektif terdapat nyeri kepala yang khas,
nyeri berlokasi di atas alis mata, biasanya pada pagi hari dan memburuk
menjelang tengah hari. Kemudian perlahan-lahan mereda hingga menjelang
malam. Pasien biasanya menyatakan bahwa dahi terasa nyeri bila disentuh dan
mungkin terdapat pembengkakan supra orbita.
4. Sinusitis Sfenoidalis
Pada sinusitis sfenodalis rasa nyeri terlokalisasi di vertex, oksipital, di
belakang bola mata dan di daerah mastoid, namun penyakit ini lebih lazim
menjadi bagian dari pansinusitis sehingga gejalanya sering menjadi satu denga
gejala infeksi sinus lainnya.
Menurut Adams (1978)
1. Sinusitis akut
Infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu. Gejalanya: demam, rasa lesu,
terdapat ingus kental yang kadang-kadang berbau dihidung dan dirasakan
mengalir ke nasofaring,hidung tersumbat, rasa nyeri di daerah yg terkena dan
kadang-kadang nyeri alih.
2. Sinusitis subakut
Infeksi beberapa minggu sampai beberapa bulan. Dikatakan subakut apabila
tanda akut sudah reda.
3. Sinusitis kronik
Infeksi dari beberapa bulan sampai beberapa tahun. Gejalanya: sekret di faring
dan nasofaring, rasa tidak nyaman ditenggorok, pendengaran terganggu, nyeri
kepala, gejaladi saluran cerna karena mukopus yang tertelan.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Rinoskopi anterior : mukosa merah, mukosa bengkak, mukopus di meatus di
medisus
2. Rinoskopi posterior : mukopus nasofaring
3. Nyeri tekan pipi sakit
4. Transiluminasi : kesuraman pada sisi sakit
5. X foto sinis paranasalis : kesuraman, Gambaran “airfluidlevel”, penebalan
mukosa
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
`Pengobatan dapat dilakukan dengan cara konservatif dan pembedahan.
Pengobatan konservatif terdiri dari:
1. Istirahat yang cukup dan udara di sekitarnya harus bersih dengan kelembapan
yang ideal 45-55%.
2. Antibiotika yang adekuat paling sedikit selama 2 minggu.
3. Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri.
4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih
daripada 5 hari karena dapat terjadi rebound congestion dan
rinitismedikamentosa. Selain itu pada pemberian dekongstan terlalu lama
dapat timbul rasa nyeri, rasa terbakar, dan rasa kering karena atrofi mukosan
dan kerusakan silia.
5. Antihistamin jika ada factor alergi.
6. Kortikosteroid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup parah.
Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis, otitis
media kronik, bronchitis kronis, atau ada komplikasi seperti abses orbita atau
komplikasi abses intracranial. Prinsip operasi sinus adalah untuk memperbaiki
saluran-saluran sinus paranasal yaitu dengan cara membebaskan muara sinus dari
sumbatan. Operasi dapat dilakukan dengan alat sinoskopi. Teknologi ballon
sinusplaty digunakan sebagai perawatan sinusitis. Teknologi ini, sama dengan
balloon angioplastyuntuk jantung, menggunakan kateter balon sinus yang kecil
dan lentur untuk membuka sumbatan saluran sinus, memulihkan saluran
pembuangan sinus yang normal dan fungsi-fungsinya. Ketika balon
mengembang, ia akan secara perlahan mengubah struktur dan memperlebar
dinding-dinding dari saluran tersebut tanpa merusak jalur sinus.
2.2 Asuhan Keperawatan Pada Sinusitis
2.2.1 Pengkajian
1. Keluhan utama : febris >370C, pilek kental berbau, bias tercampur darah,
nyeri pada pipi, kepala dan gigi, hidung buntu, suara bindeng, endemic
periorbita.
2. Riwayat penyakit dahulu :
a. Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau
trauma
b. Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
c. Pernah menderita sakit gigi geraham
3. Riwayat keluarga : adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang
lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d sekresi berlebihan sekunder akibat
proses inflamasi.
2. Hipertermia b.d proses inflamasi, pemajanan kuman.
3. Nyeri akut b.d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi.
4. Ansietas b.d proses penyakit (kesulitan bernapas), perubahan dalam status
kesehatan (Eksudat purulent)
5. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyakit yang di
derita dan pengobatannya
2.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan
Tabel 2.1 Renpra Ketidakefektifan bersihan jalan napas
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan Bersihan
Jalan napas
Definisi : ketidakmampuan
untuk membersihkan sekresi
atau obstruksi dari saluran
pernafasan untuk
mempertahankan kebersihan
jalan napas.
Batasan Karakteristik:
 Tidak ada batuk
 Suara napas
tambahan
 Perubahan frekuensi
napas
 Perubahan irama
napas
 Sianosa
 Kesulitan berbicara
atau mengeluarkan
suara
 Penurunan bunyi
napas
 dispneu
 sputum dalam jumlah
yang berlebihan
 batuk yang tidak
efektif
 orthopneu
 gelisah
 mata terbuka lebar
Faktor-faktor yang
berhubungan :
 Lingkungan
-perokok pasif
-mengisap asap
-merokok
 Obstruksi jalan napas
-spasme jalan napas
-Mucus dalam
jumlah berlebihan
-eksudat dalam jalan
alveoli
-materi asing dalam
jalan napas
-adanya jalan napas
buatan
 Fisiologis
-

2.3 Konsep Dasar Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas


2.3.1 Konsep Dasar ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
pernapasan untuk mempertahankan kebershan jalan napas.
2.3.2 Faktor yang berhubungan
1. Lingkungan :
- Perokok pasif
- Menghisap asap
- Merokok
2. Obstruksi jalan napas :
- Spasme jalan napas
- Mokus dalam jumlah berlebihan
- Eksudat dalam jalan alveoli
- Materi asing dalam jalan napas
- Adanya kalan napas buatan
- Sekresi bertahan/sisa sekresi
- Sekresi dalam bronki
3. Fisiologi :
- Jalan napas allergic
- Asma
- Penyakit paru obstruktif kronik
- Hiperplasi dinding bronkial
- Infeksi
- Disfungsi neuromuskular
2.3.3 Batasan Karakteristik
1. Tidak ada batuk
2. Suara napas tambahan
3. Perubahan frekwensi napas
4. Perubahan irama napas
5. Sianosis
6. Kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara
7. Penurunan bunyi napas
8. Dispneu
9. Sputum dalam jumlah yang berlebihan
10. Batuk yang tidak efektif
11. Orthopneu
12. Gelisah
13. Mata terbuka lebar
2.3.4 Etiologi
2.3.5 Tanda dan Gejala
2.3.6 Intervensi
Airway Suction
1. Pastikan kebutuhan oral/ tracheal suctioning
2. Auskultasi suara napas sebelum dan sesudh suctioning
3. Informasikan kepada pasien dan lekuarga tentang suctioning
4. Minta klien nafas dalam sebelum suction berlangsung
5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction
nasotrakeal
6. Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal
8. Monitor status oksigen pasien
9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
10. Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien memnunjukkan
bradikardi, peningkatan saturasi O2 dll.

Airway management

1. Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
12. Monitor respirasi dan status O2
BAB III

Metode Penelitian

3.1.Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian yang memungkinkan
kontrol secara maksimal terhadap beberapa faktor yang bisa mempengaruhi akurasi dan
hasil. Desain yang digunakan adalah studi kasus, yaitu studi yang mengeksplorasi suatu
masalah atau fenomena dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang
mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi.
Dalam penelitian studi kasus ini bertujuan untuk mengeksplorasi asuhan keperawatan
pada pasien yang mengalami Sinusitis dengan masalah keperawatan ketidakefektifan
bersihan jalan napas di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3.2. Batasan Istilah
Definisi operasional yaitu menjelaskan semua variabel dan istilah yang akan digunakan
dalam penelitian secara operasional sehingga pembaca dan penguji dapat mengartikan
makna penelitian.
Sinusitis adalah sebuah peradangan yang terjadi di rongga sinus. Peradangan ini dapat
menyebabkan pembentukan cairan. Semua keadaan yang mengakibatkan tersumbatnya
aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan menyebabkan terjadinya sinusitis. Jika
kelebihan secret pada rongga hidung tidak cepat untuk di tangani maka masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas akan muncul.
Ketidakefektifan jalan napas adalah sebuah ketidak mampuan seseorang untuk
membersihkan secret dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan
napas.
3.3.Partisipan
Partisipan dalam keperawatan umumnya adalah pasien dan keluarganya. Subjek yang
digunakan adalah dua pasien dewasa, berjenis kelamin laki-laki, berumur antara 25-30
tahun yang mengalami Sinusitis dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas di
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Lama waktu sejak pasien pertama
kali MRS sampai pulang dan atau pasien yang dirawat minimal 3 hari, jika sebelum 3 hari
pasien sudah pulang, maka perlu pergantian pasien lain yang sejenis.
3.5. Pengumpulan Data
Setelah mendapat izin dari Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surabaya dan direktur RSUD Dr. Soetomo Suarabaya untuk mengadakan penelitian.
Langkah awal pengumpulan data adalah :
3.5.1. Wawancara
Wawancara dilakukan menggunakan format asuhan keperawatan, hasil anamnesa
tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, sumber data diambil dari pasien,
keluarga, dan rekam medis.
3.5.2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Observasi dan pemeriksaaan fisik dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi pada sistem tubuh pasien.
3.5.3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah semua bentuk informasi yang berhubungan dengan
dokumen, dan studi kasus ini informasi yang diperoleh dari pasien, keluarga, dan
buku catatan rekam medis RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3.6. Keabsahan Data
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/informasi yang diperoleh
sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena
peneliti menjadi instrument utama), uji keabsahan data dilakukan dengan : 1)
memperpanjang waktu pengamatan/tindakan; dan 2) sumber informasi tambahan
menggunakan triangulasi dari tida sumber data utama yaitu klien, perawat dan keluarga
klien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3.7. Analisa Data
Analisa data dilakukan mulai dari penelitian di lapangan, sewaktu pengumpulan data
sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara mengumpulkan
fakta, selanjutnya membandingkan antara klien satu dengan yang lainnya dan selanjutnya
dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis dilakukan dengan cara menafsirkan
jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang
dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara
observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya
diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan
rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan analisa data meliputi :
3.7.1. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari hasil WOD (Wawancara, Observasi, Dokumentasi). Hasil
ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk asuhan
keperawatan. Asuhan keperawatan terdiri dari lima tahap, yaitu : pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan, implementasi keperawatan,
dan evaluasi. Tahap pengkajian terdiri dari pengkajian data biografi, riwayat
keperawatan, pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, pola eliminasi, pola tidur dan
istirahat, pola aktivitas dan latihan, pola hubungan dan peran, pola persepsi diri,
pola perseptual, pola seksual dan reproduksi, pola manajemen koping stress, pola
nilai dan keyakinan, tes diagnostik, serta membuat analisa data untuk menentukan
diagnosa keperawatan. Tahap selanjutnya yaitu menentukan diagnosa keperawatan
sesuai data yang menunjang, pada tahap berikutnya menentukan rencana asuhan
keperawatan untuk mengatasi diagnosa yang muncul, selanjutnya melaksanakan
tindakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dan diakhiri dengan tahap
evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan.
3.7.2. Mereduksi Data
Dari hasil wawancara, observasi, dokumen didapatkan data subjektif sebagai
berikut pada riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan yang berhubungan
dengan gangguan penyakit yang dirasakan oleh klien. Sedangkan data objektif yang
didapatkan yaitu klien dengan tanda-tanda nyeri.
3.7.3. Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dengan table, gambar, bagan maupun teks naratif.
Kerahasiaan dari klien dijamin dengan tidak mengaburkan identitas dari klien
3.7.4. Kesimpulan
Data yang disajikan kemudian dibahas dan dibandingkan dengan dua klien.
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan
terkait dengan data pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.
3.8. Etik Penelitian
Pada penelitain ini, peneliti menekankan pada masalah etika penelitian yaitu :
3.8.1. Lembar persetujuan menjadi responden
Lembar persetujaun kan diberikan sebelum penelitian dilaksanakan kepada subjek
yang akan diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan, tetapi bila
subjek menolak maka peneliti tidak memakai lembar persetujuan dan menghormati
haknya sebagai subjek.
3.8.2. Tanpa Nama
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti akan mencantumkan nama
subjek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh subjek dan
lembar tersebut akan diberikan nomer kode tertentu.
3.8.3. Kerahasiaan
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dijamin oleh peneliti hanya
kelompok tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.

Anda mungkin juga menyukai