“Hipogonadisme”
Oleh :
Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT atas rahmat serta hidayahnya maka kami bisa
menyelesaikan makalah dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah, meskipun dalam
makalah ini banyak kekurangan di dalamnya dan juga kami sekelompok mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengajar yang telah memberikan tugas ini.
Kami berharap dari apa yang kami buat bisa memberikan manfaat khususnya kepada
kami selaku pembuat makalah ini,jika di temukan adanya kesalahan kami mohon maaf dan kami
selaku pembuat menginginkan kritik dan saran.
Cukup itu yang dapat kami katakan kepada kalian selaku pembaca dan ibu pengajar kami,
sekian terimakasih.
TIM PEMBUAT
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
Kesimpulan ........................................................................................................................................
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin langsung disekresikan ke dalam
darah karena tidak memiliki saluran sendiri. Sistem kerja hormon berdasarkan
mekanisme umpan balik. Artinya, kekurangan atau kelebihan hormon tertentu dapat
mempengaruhi produksi hormon yang lain. Hal ini disebut homeostasis, yang berarti
seimbang. Di dalam tubuh manusia terdapat tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu
hipotalamus, hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar andrenal, pankreas, dan kelenjar gonad
(ovarium atau testis).
Mekanismenya yang bertanggung jawab bagi mulai kerja fungsi ovarium pada
masa pubertas dianggap bsrasal dari saraf, karena gonad yang tidak matang dapat
dirangsang oleh gonadotropin yang sudah ada didalam hipotalamus dan karena hipofise
berespon terhadap hormon penglepas gonadotropin hipotalamus, pusat maturasi seperti
amgadala, didalam otak, melepaskan penghambat sel eminensia mendiana hipotalamus,
yang memungkinkan untuk menghasilkan hormon penglepas gonadotropin (gonadotropin
–releasing hormone, GnRH) Pada pulsasi dengan frekuensi dan amplitudo yang tepat,
yang merangsang pelepasan hormon penglepasan hormon perangsang folikel
(folliclestimulating hormone, FSH) dan luteinizing hormone (LH).
Pertumbuhan cepat remaja terjadi lebih lambat pada anak laki-laki dari pada anak
perempuan sejalan dengan tingkat maturasi seksual, misalnya, kecepatan puncak
perubahan dalam ketinggian tidak dapat dicapai pada anak laki-laki sampai genetalia
berkembang dengan baik, tetapi pada anak perempuan kecepatan pertumbuhan biasanya
ada pada maksimalnya ketika puting dan areola telah berkembang tetapi sebelum ada
perkembangan payudara lain yang berarti.
Kemajuan yang cepat dalam pemahaman interaksi hipothalamus-kelenjar
pituitari-gonad yang terlibat dengan pubertas dan pada diagnosa klinis penyimpangan
perkembangan pubertas telah dimungkinkan dengan pemeriksaan yang sangat diperbaiki
untuk hormon kelenjar pituitaria dan gonad yang dapat diukur pada sejumlah kecil darah.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang disebut dengan kelenjar Gonad?
2. Apakah yang disebut dengan Hipogonadisme?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose medis Hipogonadisme?
C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan definisi dan hal yang berkaitan dengan kelenjar gonad.
2. Dapat menjelaskan tentang definisi dan hal lain yang berkaitan dengan
hipogonadisme.
3. Mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose medis
Hipogonadisme.
D. Manfaat
1. Memperluas pengetahuan tentang kelenjar Gonad dan Hipogonadisme.
2. Sebagai sarana bahan bacaan bagi mahasiswa dalam proses pembelajaran.
3. Sebagai referensi dalam proses pembelajaran.
BAB II
Pembahasan
A. Landasan Teori Kelenjar Gonad
1. Definisi Kelenjar Gonad
Gonad adalah organ yang memproduksi sel kelamin. Pada pria gonadnya adalah
testis dan pada wanita gonadnya adalah ovarium. Secara umum, kelenjar kelamin
(kelenjar gonad) pada laki-laki dan perempuan sangat berbeda baik dari segi struktur
fisiologis, kandungan dan jumlah hormon ynag dikandungannya. Gonad (hormon
kelamin) merupakan kelenjar endokrin yang dipengaruhi oleh gonadotropin hormon
(GtH) yang disekresikan kelenjar pituitari .Hipofisis menghasilkan 2 jenis
gonadotropin yang mengatur fungsi alat reproduksi yaitu hormon pemacu folikel
(FSH=folicle stimulating hormone dan LH= lutenizing hormone). Pada setiap spesies
tertentu hipofisis penting selama kehamilan, sedangkan umumnya kehamilan dapat
berjalan tanpa hipofisis.
Di dalam testis terdapat sel Leydig yang menghasilkan hormone testosteron atau
androgen. Hormon testosteron sangat berpengaruh terhadap proses spermatogenesis
(proses pembentukan sperma) dan pertumbuhan sekunder pada laki-laki.
Pertumbuhan sekunder pada anak laki-laki ditandai dengan suara menjadi besar, bahu
dan dada bertambah bidang, dan tumbuh rambut pada bagian tubuh tertentu misalnya
kumis, janggut, cambang, ketiak, dan sekitar kemaluan. Sementara itu, hormon
estrogen dan progesteron disekresikan oleh ovarium. Estrogen dihasilkan oleh folikel
de Graff dan dirangsang oleh hormon FSH. Hormon estrogen berfungsi saat
pembentukan kelamin sekunder wanita, seperti bahu mulai berisi, tumbuhnya
payudara, pinggul menjadi lebar, dan rambut mulai tumbuh di ketiak dan kemaluan.
Di samping itu, hormon enstrogen juga membantu dalam pembentukan lapisan
endometrium.
Bagi wanita, hormon progesteron berfungsi menjaga penebalan endometrium,
menghambat produksi hormon FSH, dan memperlan-car produksi laktogen (susu).
Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH. FSH pada wanita
menyebabkan perkembangan folikel primer menjadi folikel graaf. Di bawah pengaruh
LH, folikel yang telah berkembang mensekresi estrogen dan progesteron. LH
menyebabkan terjadinya ovulasi dan juga mempengaruhi korpus luteum untuk
mensekresi estrogen dan progesteron. Proses terakhir dikenal sebagai aktivitas
laktogenik, yang pada beberapa spesies berada dibawah pengaruh proklatin.
Sedangkan FSH pada pria berfungsi menjamin terjadinya spermatogenesis, antara lain
dengan mempertahankan fungsi tubulus seminiferus, LH merangsang sel leydig
mensekresi testoteron.
2. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Gonad
Ovarium
berbentuk memanjang, terletak dibawah atau disamping
gelembung gas yang terkadang berjumlah sepasang.
Ovarium bergantung pada bagian atas rongga tubuh dengan
perantaran cheovaria. Ukuran dan perkembangannya dalam
tubuh manusia bervariasi sesuai dengan tingkat
kematangannya. Warnanya pun berbeda-beda. Sebagian
besar berwarna keputih-putihan pada waktu lebih muda dan berubah menjadi
kekuningkuningan pada waktu matang. Seperti halnya testis, ovarium juga berfungsi
sebagai organ endokrin dan organ reproduksi. Sebagai organ endokrin, ovarium
menghasilkan hormone estrogen dan progesteron. Sebagai organ reproduksi, ovarium
menghasilkan ovum (sel telur) setiap bulannya pada masa ovulasi untuk selanjutnya
siap untuk dibuahi sperma. Estrogen dan progesteron akan mempengaruhi
perkembangan seks sekunder, menyiapkan endometrium untuk menerima hasil
konsepsi serta mempertahankan proses laktasi. Estrogen dibentuk di sel-sel granulosa
folikel dan sel lutein korpus luteum. Progesteron juga dibentuk di sel lutein korpus
luteum.
Testis
Manusia mempunyai sepasang testis yang terdapat dalam skrotum. Testis (gonad
jantan) berbentuk memanjang dan menggantung pada
bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan mesorkium.
Testis tersusun dari folikel-folikel tempat spermatozoa
berkembang. Ukuran gonad dapat mencapai 12% atau lebih
dari bobot tubuhnya. Kebanyakan testis berwarna dan
halus. Testis terdiri atas ribuan saluran (tubulus) sperma. Dinding tubuh tubulus
sperma tersebut dilapisi oleh sel gersmital primitif yang mengalami kekhususan
disebut spermatogonium. Ukuran testis pada orang dewasa adalah 4 x 3 x 2,5 cm,
dengan volume 15 ± 25 ml berbentuk avoid. Kedua buah testis terbungkus oleh
jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Di luar tunika albuginea terdapat
tunika vagainalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis serta tunika dortos.
Testis mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ endokrin dan organ reproduksi.
Menghasilkan hormon testosteron dan estradiol dibawah pengaruh LH. Testosteron
diperlukan untuk mempertahankan spermatogenesis, sedangkan FSH diperlukan
untuk memulai dan mempertahankan spermatogenesis. Fungsi testis sebagai organ
reproduksi berlangsung di tubulus seminiferus. Efek testosteron pada fetus
merangsang diferensiasi dan perkembangan genital ke arah pria. Pada masa pubertas
hormon ini akan merangsang perkembangan tanda-tanda seks sekunder seperti
perkembangan bentuk tubuh, pertumbuhan dan perkembangan alat genital, distribusi
rambut tubuh, pembesaran laring dan penebalan pita suara serta perkembangan sifat
agresif.
Testis merupakan gonad pria dan fungsi primernya adalah produksi spermatozoa
dan testosteron. Spermatozoa diproduksi didalam tubulus seminiferus dan
testosterone disintesis di dalam sel Leydig. Kelenjar testis menghasilkan hormon
Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Disamping itu
testis dapat menghasilkan hormone testosteron. Hormon testosterone ini disekresi
oleh testis, sebagian besar berkaitan dengan protein plasma. Beredar dalam darah 15-
30 menit, kemudian disekresi. Testosteron dihasilkan pada anak usia 11-14 tahun,
pembentukan ini hampir seluruh kehidupan. Berkurangnya kecepatan produksi
setelah umur 40 tahun pada umur 80 tahun menghasilkan testosteron lebih kurang 1/5
dari nilai puncak.
3. Fungsi dan Mekanisme Kerja Kelenjar Gonad
Gonad (hormon kelamin) merupakan kelenjar endokrin yang dipengaruhi oleh
gonadotropin hormon (GtH) yang disekresikan kelenjar pituitari. Hipofisis
menghasilkan 2 jenis gonadotropin yang mengatur fungsi alat reproduksi yaitu
hormon pemacu folikel (FSH=folicle stimulating hormone dan LH= lutenizing
hormone). Pada setiap spesies tertentu hipofisis penting selama kehamilan, sedangkan
umumnya kehamilan dapat berjalan tanpa hipofisis.
Hormon estrogen dan progesteron disekresikan oleh ovarium. Estrogen dihasilkan
oleh folikel de Graff dan dirangsang oleh hormon FSH. Hormon estrogen berfungsi
saat pembentukan kelamin sekunder wanita, seperti bahu mulai berisi, tumbuhnya
payudara, pinggul menjadi lebar, dan rambut mulai tumbuh di ketiak dan kemaluan.
Di samping itu, hormon estrogen juga membantu dalam pembentukan lapisan
endometrium.
Bagi wanita, hormon progesteron berfungsi menjaga penebalan endometrium,
menghambat produksi hormon FSH, dan memperlancar produksi laktogen (susu).
Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH. LH menyebabkan
terjadinya ovulasi dan juga mempengaruhi korpus luteum untuk mensekresi estrogen
dan progesteron. Proses terakhir dikenal sebagai aktivitas laktogenik, yang pada
beberapa spesies berada dibawah pengaruh proklatin. Sedangkan FSH pada pria
berfungsi menjamin terjadinya spermatogenesis, antara lain dengan mempertahankan
fungsi tubulus seminiferus, LH merangsang sel leydig mensekresi testoteron.
Di dalam testis terdapat sel Leydig yang menghasilkan hormone testosteron atau
androgen. Hormon testosteron sangat berpengaruh terhadap proses spermatogenesis
(proses pembentukan sperma) dan pertumbuhan sekunder pada laki-laki.
Pertumbuhan sekunder pada anak laki-laki ditandai dengan suara menjadi besar, bahu
dan dada bertambah bidang, dan tumbuh rambut pada bagian tubuh tertentu misalnya
kumis, janggut, cambang, ketiak, dan sekitar kemaluan.
B. Landasan Teori Hipogonadisme
1. Pengertian Hipogonadisme
Hipogonadisme (bahasa Inggris: hypogonadism, hypogenitalism) adalah istilah
medis untuk merujuk simtoma penurunan aktivitas kelenjar gonad. Kelenjar gonad,
ovarium atau testis, merupakan kelenjar yang memproduksi hormon reproduksi
beserta sel gamet, ovum atau spermatozoid.Hipoganadisme adalah suatu keadaan
dimana terjadi difisiensi hormon gonad. Hipogonadisme adalah berkurangnya atau
menurunnya hormone androgen sehingga mempengaruhi fungsi dan ciri seks dari
kelamin baik pria dan wanita.
2. Etiologi Hipogonadisme
a. Hipogonadisme Primer
Untuk hipogonadisme primer tentunya terjadi akibat adanya masalah pada testis,
kadar testoteron yang rendah juga disertai dengan meningkatnya hormon
gonadotropik,seperti:
- Infeksi kelenjar gonad
- Atropi kelenjar gonad
- Kondisi testis yang tidak turun
- Adanya komplikasi dari penyakit gondongan
- Di akibatkan oleh trauma pada testis seperti misalnya dikebiri atau terjadi
kecelakaan.
- Adanya infeksi pada testis
- Adanya sindrom Klinefelter
- Sedang menjalani proses pengobatan kanker
- Adanya radang pada buah zakar
- Hemokromatosis
b. Hipogonadisme Sekunder
Hipogonadisme sekunder terjadi disebabkan karena adanya gangguan pada
kelenjar hipotalamus atau pituitari, yaitu suatu bagian otak yang berfungsi sebagai
pengantar sinyal pada testis untuk memproduksi testosteron, seperti contohnya di
bawah ini :
- Tumor hifofisis
- Kerusakan hipothalamus untuk mensekresi GnRH.
- Hipersekresi prolaktin di hipofisis anterior
- Hiposekresi FSH dan LH
- Adanya sindrom Kallmann
- Penyakit HIV/AIDS
- Adanya faktor penuaan
- Adanya penyakit tumor
- Kegemukan atau obesitas
- Adanya penggunaan obat-obatan tertentu
- Adanya penyakit peradangan seperti contohnya sarkoidosis, histiositosis dan
TBC
3. Patofisiologi Hipogonadisme
Folitropin (FSH) dan lutropin (LH dilepaskan dihipofisis anterior, dan dirangsang
oleh pelepasan pulsatil gonadoliberin (gonadotropin-releasing hormone, GnRH).
Sekresi pulsatil dari gonadotropin ini dihambat oleh prolaktin. LH mengatur
pelepasan testosteron dari sel leydig di testis. Testosterone, dengan mekanisme
umpan balik negatif, menghambat pelepasan GnRH dan LH. Pembentukan inhibin,
yang menghambat pelepasan FSH, dan androgen binding protein (ABP) ditingkatkan
oleh FSH di sel Sertoli testis. Testosterone atau dihidrotestosteron yang dibentuk dari
testosterone di sel sertoli dan di beberapa organ meningkatkan pertumbuhan penis,
tubulus seminiferus, dan skrotum. Testosteron dan FSH diperlukan dalam
pembentukan dan pematangan spermatozoa. Selain itu, testosterone merangsang
aktivitas sekretorik prostat (menurunkan viskositas ejakulat) dan vesikula seminalis
(campuran antara fruktosa dan prostaglandin), serta aktivitas sekretorik kelenjar
sebasea dan keringat di daerah aksila dan genitalia. Testosteron meningkatkan
ketebalan kulit, pigmentasi skrotum, dan eritropoiesis.
Testosterone juga mempengaruhi tinggi badan dan postur badan dengan
meningkatkan pertumbuhan otot dan tulang (anabolisme protein), pertumbuhan
longitudinal, dan mineralisasi tulang serta penyatuan lempeng epifisis. Testosterone
merangsang pertumbuhan laring (kedalaman suara), pertumbuhan rambut pada daerah
pubis dan aksila, pada dada dan wajah (janggut); keberadaannya penting dalam
kebotakan pada laki-laki. Hormone ini juga merangsang libido dan perilaku agresif.
Akhirnya, hormone ini merangsang retensi elektrolit di ginjal, mengurangi
konsentrasi lipoprotein berdensitas tinggi (HDL) di dalam darah, dan mempengaruhi
distribusi lemak. Penurunan pelepasan androgen dapat disebabkan oleh kekurangan
GnRH. Bahkan sekresi
GnRH nonpulsatil merangsang pembentukan androgen secara tidak adekuat.
Keduanya dapat terjadi pada kerusakan di hipotalamus (tumor, radiasi, perfusi yang
abnormal, kelainan genetik) serta sters psikologis dan fisik. Konsentrasi GnRH (dan
analognya) yang tinggi dan menetap akan menurunkan pelepasan gonadotropin
dengan menurunkan jumlah reseptornya. Penyebab lain adalah penghambatan
pelepasan gonadotropin pulsatil oleh prolaktin serta kerusakan di hipofisis (trauma,
infark, penyakit autoimun, tumor, hiperplasia) atau di testis (kelainan genetic,
penyakit sistemik yang berat). Akhirnya, efek androgen dapat dihambat oleh kelainan
enzim pada sintesis hormon, misalnya pada defisiensi reduktase genetic atau kelainan
reseptor testosteron
Wajah merah
Jantung berdebar
peningkatan tekanan
darah, nadi
Nyeri abdomen
Kesemutan pada
ekstremitas
Sering berkemih
Bloking fikiran
Penurunan
kemampuan untuk
belajar kesulitan
berkonsentrasi
penurunan
kemampuan untuk
memecahkan
masalah
Lupa, gangguan
perhatian
Khawatir, melamun
Menyalahkan orang
lain
Factor yang berhubungan
:
Pemajanan toksin
Perubahan dalam
status ekonomi,
lingkungan, status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi
peran, status peran.
Terkait keluarga
Herediter
Infeksi
Penularan penyakit
interpersonal
Stress
Penyalahgunaan zat
Kebutuhan yang
tidak terpenuhi
BAB III
Penutup
Kesimpulan