Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KELENJAR ENDOKRIN (GONAD)

“Hipogonadisme”

Oleh :

 Rafi Riski O (20170660030)


 Omarifatul Fajrin (20170660026)
 Irawati Handayani (20170660023)
 Zilvi Aulia K.P (20170660018)
 Syahnia (20170660014)
 Ali Makki (20170660011)
 Dewi Harnum (201706600
 Youlanda Putri L. (20170660021)

Program Studi D3 Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surabaya


Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT atas rahmat serta hidayahnya maka kami bisa
menyelesaikan makalah dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah, meskipun dalam
makalah ini banyak kekurangan di dalamnya dan juga kami sekelompok mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengajar yang telah memberikan tugas ini.

Kami berharap dari apa yang kami buat bisa memberikan manfaat khususnya kepada
kami selaku pembuat makalah ini,jika di temukan adanya kesalahan kami mohon maaf dan kami
selaku pembuat menginginkan kritik dan saran.

Cukup itu yang dapat kami katakan kepada kalian selaku pembaca dan ibu pengajar kami,
sekian terimakasih.

TIM PEMBUAT
Daftar Isi

Kata Pengantar ...................................................................................................................................

Daftar Isi ............................................................................................................................................

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang .......................................................................................................................


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................
C. Tujuan ....................................................................................................................................

BAB II Pembahasan

A. Landasan Teori Kelenjar Gonad ............................................................................................


1. Definisi Kelenjar Gonad ..................................................................................................
2. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Gonad ...........................................................................
3. Fungsi dan Mekanisme Kerja Kelenjar Gonad ................................................................
B. Landasan Teori Hipogonadisme ............................................................................................
1. Pengertian Hipogonadisme ..............................................................................................
2. Etiologi Hipogonadisme ..................................................................................................
3. Patofisiologi Hipogonadisme ...........................................................................................
4. Manifestasi Klinik Hipogonadisme .................................................................................
5. Komplikasi Hipogonadisme.............................................................................................
6. Pemeriksaan Diagnostik Hipogonadisme ........................................................................
7. Penatalaksanaan Medis Hipogonadisme ..........................................................................
C. Asuhan Keperawatan Hipogonadisme ...................................................................................
1. Pengkajian ........................................................................................................................
2. Pemeriksaan Fisik ............................................................................................................
3. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul ..............................................................
4. Intervensi Keperawatan ..................................................................................................

BAB III Penutup

Kesimpulan ........................................................................................................................................
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin langsung disekresikan ke dalam
darah karena tidak memiliki saluran sendiri. Sistem kerja hormon berdasarkan
mekanisme umpan balik. Artinya, kekurangan atau kelebihan hormon tertentu dapat
mempengaruhi produksi hormon yang lain. Hal ini disebut homeostasis, yang berarti
seimbang. Di dalam tubuh manusia terdapat tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu
hipotalamus, hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar andrenal, pankreas, dan kelenjar gonad
(ovarium atau testis).
Mekanismenya yang bertanggung jawab bagi mulai kerja fungsi ovarium pada
masa pubertas dianggap bsrasal dari saraf, karena gonad yang tidak matang dapat
dirangsang oleh gonadotropin yang sudah ada didalam hipotalamus dan karena hipofise
berespon terhadap hormon penglepas gonadotropin hipotalamus, pusat maturasi seperti
amgadala, didalam otak, melepaskan penghambat sel eminensia mendiana hipotalamus,
yang memungkinkan untuk menghasilkan hormon penglepas gonadotropin (gonadotropin
–releasing hormone, GnRH) Pada pulsasi dengan frekuensi dan amplitudo yang tepat,
yang merangsang pelepasan hormon penglepasan hormon perangsang folikel
(folliclestimulating hormone, FSH) dan luteinizing hormone (LH).
Pertumbuhan cepat remaja terjadi lebih lambat pada anak laki-laki dari pada anak
perempuan sejalan dengan tingkat maturasi seksual, misalnya, kecepatan puncak
perubahan dalam ketinggian tidak dapat dicapai pada anak laki-laki sampai genetalia
berkembang dengan baik, tetapi pada anak perempuan kecepatan pertumbuhan biasanya
ada pada maksimalnya ketika puting dan areola telah berkembang tetapi sebelum ada
perkembangan payudara lain yang berarti.
Kemajuan yang cepat dalam pemahaman interaksi hipothalamus-kelenjar
pituitari-gonad yang terlibat dengan pubertas dan pada diagnosa klinis penyimpangan
perkembangan pubertas telah dimungkinkan dengan pemeriksaan yang sangat diperbaiki
untuk hormon kelenjar pituitaria dan gonad yang dapat diukur pada sejumlah kecil darah.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang disebut dengan kelenjar Gonad?
2. Apakah yang disebut dengan Hipogonadisme?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose medis Hipogonadisme?
C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan definisi dan hal yang berkaitan dengan kelenjar gonad.
2. Dapat menjelaskan tentang definisi dan hal lain yang berkaitan dengan
hipogonadisme.
3. Mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose medis
Hipogonadisme.
D. Manfaat
1. Memperluas pengetahuan tentang kelenjar Gonad dan Hipogonadisme.
2. Sebagai sarana bahan bacaan bagi mahasiswa dalam proses pembelajaran.
3. Sebagai referensi dalam proses pembelajaran.
BAB II
Pembahasan
A. Landasan Teori Kelenjar Gonad
1. Definisi Kelenjar Gonad
Gonad adalah organ yang memproduksi sel kelamin. Pada pria gonadnya adalah
testis dan pada wanita gonadnya adalah ovarium. Secara umum, kelenjar kelamin
(kelenjar gonad) pada laki-laki dan perempuan sangat berbeda baik dari segi struktur
fisiologis, kandungan dan jumlah hormon ynag dikandungannya. Gonad (hormon
kelamin) merupakan kelenjar endokrin yang dipengaruhi oleh gonadotropin hormon
(GtH) yang disekresikan kelenjar pituitari .Hipofisis menghasilkan 2 jenis
gonadotropin yang mengatur fungsi alat reproduksi yaitu hormon pemacu folikel
(FSH=folicle stimulating hormone dan LH= lutenizing hormone). Pada setiap spesies
tertentu hipofisis penting selama kehamilan, sedangkan umumnya kehamilan dapat
berjalan tanpa hipofisis.
Di dalam testis terdapat sel Leydig yang menghasilkan hormone testosteron atau
androgen. Hormon testosteron sangat berpengaruh terhadap proses spermatogenesis
(proses pembentukan sperma) dan pertumbuhan sekunder pada laki-laki.
Pertumbuhan sekunder pada anak laki-laki ditandai dengan suara menjadi besar, bahu
dan dada bertambah bidang, dan tumbuh rambut pada bagian tubuh tertentu misalnya
kumis, janggut, cambang, ketiak, dan sekitar kemaluan. Sementara itu, hormon
estrogen dan progesteron disekresikan oleh ovarium. Estrogen dihasilkan oleh folikel
de Graff dan dirangsang oleh hormon FSH. Hormon estrogen berfungsi saat
pembentukan kelamin sekunder wanita, seperti bahu mulai berisi, tumbuhnya
payudara, pinggul menjadi lebar, dan rambut mulai tumbuh di ketiak dan kemaluan.
Di samping itu, hormon enstrogen juga membantu dalam pembentukan lapisan
endometrium.
Bagi wanita, hormon progesteron berfungsi menjaga penebalan endometrium,
menghambat produksi hormon FSH, dan memperlan-car produksi laktogen (susu).
Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH. FSH pada wanita
menyebabkan perkembangan folikel primer menjadi folikel graaf. Di bawah pengaruh
LH, folikel yang telah berkembang mensekresi estrogen dan progesteron. LH
menyebabkan terjadinya ovulasi dan juga mempengaruhi korpus luteum untuk
mensekresi estrogen dan progesteron. Proses terakhir dikenal sebagai aktivitas
laktogenik, yang pada beberapa spesies berada dibawah pengaruh proklatin.
Sedangkan FSH pada pria berfungsi menjamin terjadinya spermatogenesis, antara lain
dengan mempertahankan fungsi tubulus seminiferus, LH merangsang sel leydig
mensekresi testoteron.
2. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Gonad
Ovarium
berbentuk memanjang, terletak dibawah atau disamping
gelembung gas yang terkadang berjumlah sepasang.
Ovarium bergantung pada bagian atas rongga tubuh dengan
perantaran cheovaria. Ukuran dan perkembangannya dalam
tubuh manusia bervariasi sesuai dengan tingkat
kematangannya. Warnanya pun berbeda-beda. Sebagian
besar berwarna keputih-putihan pada waktu lebih muda dan berubah menjadi
kekuningkuningan pada waktu matang. Seperti halnya testis, ovarium juga berfungsi
sebagai organ endokrin dan organ reproduksi. Sebagai organ endokrin, ovarium
menghasilkan hormone estrogen dan progesteron. Sebagai organ reproduksi, ovarium
menghasilkan ovum (sel telur) setiap bulannya pada masa ovulasi untuk selanjutnya
siap untuk dibuahi sperma. Estrogen dan progesteron akan mempengaruhi
perkembangan seks sekunder, menyiapkan endometrium untuk menerima hasil
konsepsi serta mempertahankan proses laktasi. Estrogen dibentuk di sel-sel granulosa
folikel dan sel lutein korpus luteum. Progesteron juga dibentuk di sel lutein korpus
luteum.
Testis
Manusia mempunyai sepasang testis yang terdapat dalam skrotum. Testis (gonad
jantan) berbentuk memanjang dan menggantung pada
bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan mesorkium.
Testis tersusun dari folikel-folikel tempat spermatozoa
berkembang. Ukuran gonad dapat mencapai 12% atau lebih
dari bobot tubuhnya. Kebanyakan testis berwarna dan
halus. Testis terdiri atas ribuan saluran (tubulus) sperma. Dinding tubuh tubulus
sperma tersebut dilapisi oleh sel gersmital primitif yang mengalami kekhususan
disebut spermatogonium. Ukuran testis pada orang dewasa adalah 4 x 3 x 2,5 cm,
dengan volume 15 ± 25 ml berbentuk avoid. Kedua buah testis terbungkus oleh
jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Di luar tunika albuginea terdapat
tunika vagainalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis serta tunika dortos.
Testis mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ endokrin dan organ reproduksi.
Menghasilkan hormon testosteron dan estradiol dibawah pengaruh LH. Testosteron
diperlukan untuk mempertahankan spermatogenesis, sedangkan FSH diperlukan
untuk memulai dan mempertahankan spermatogenesis. Fungsi testis sebagai organ
reproduksi berlangsung di tubulus seminiferus. Efek testosteron pada fetus
merangsang diferensiasi dan perkembangan genital ke arah pria. Pada masa pubertas
hormon ini akan merangsang perkembangan tanda-tanda seks sekunder seperti
perkembangan bentuk tubuh, pertumbuhan dan perkembangan alat genital, distribusi
rambut tubuh, pembesaran laring dan penebalan pita suara serta perkembangan sifat
agresif.
Testis merupakan gonad pria dan fungsi primernya adalah produksi spermatozoa
dan testosteron. Spermatozoa diproduksi didalam tubulus seminiferus dan
testosterone disintesis di dalam sel Leydig. Kelenjar testis menghasilkan hormon
Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Disamping itu
testis dapat menghasilkan hormone testosteron. Hormon testosterone ini disekresi
oleh testis, sebagian besar berkaitan dengan protein plasma. Beredar dalam darah 15-
30 menit, kemudian disekresi. Testosteron dihasilkan pada anak usia 11-14 tahun,
pembentukan ini hampir seluruh kehidupan. Berkurangnya kecepatan produksi
setelah umur 40 tahun pada umur 80 tahun menghasilkan testosteron lebih kurang 1/5
dari nilai puncak.
3. Fungsi dan Mekanisme Kerja Kelenjar Gonad
Gonad (hormon kelamin) merupakan kelenjar endokrin yang dipengaruhi oleh
gonadotropin hormon (GtH) yang disekresikan kelenjar pituitari. Hipofisis
menghasilkan 2 jenis gonadotropin yang mengatur fungsi alat reproduksi yaitu
hormon pemacu folikel (FSH=folicle stimulating hormone dan LH= lutenizing
hormone). Pada setiap spesies tertentu hipofisis penting selama kehamilan, sedangkan
umumnya kehamilan dapat berjalan tanpa hipofisis.
Hormon estrogen dan progesteron disekresikan oleh ovarium. Estrogen dihasilkan
oleh folikel de Graff dan dirangsang oleh hormon FSH. Hormon estrogen berfungsi
saat pembentukan kelamin sekunder wanita, seperti bahu mulai berisi, tumbuhnya
payudara, pinggul menjadi lebar, dan rambut mulai tumbuh di ketiak dan kemaluan.
Di samping itu, hormon estrogen juga membantu dalam pembentukan lapisan
endometrium.
Bagi wanita, hormon progesteron berfungsi menjaga penebalan endometrium,
menghambat produksi hormon FSH, dan memperlancar produksi laktogen (susu).
Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH. LH menyebabkan
terjadinya ovulasi dan juga mempengaruhi korpus luteum untuk mensekresi estrogen
dan progesteron. Proses terakhir dikenal sebagai aktivitas laktogenik, yang pada
beberapa spesies berada dibawah pengaruh proklatin. Sedangkan FSH pada pria
berfungsi menjamin terjadinya spermatogenesis, antara lain dengan mempertahankan
fungsi tubulus seminiferus, LH merangsang sel leydig mensekresi testoteron.
Di dalam testis terdapat sel Leydig yang menghasilkan hormone testosteron atau
androgen. Hormon testosteron sangat berpengaruh terhadap proses spermatogenesis
(proses pembentukan sperma) dan pertumbuhan sekunder pada laki-laki.
Pertumbuhan sekunder pada anak laki-laki ditandai dengan suara menjadi besar, bahu
dan dada bertambah bidang, dan tumbuh rambut pada bagian tubuh tertentu misalnya
kumis, janggut, cambang, ketiak, dan sekitar kemaluan.
B. Landasan Teori Hipogonadisme
1. Pengertian Hipogonadisme
Hipogonadisme (bahasa Inggris: hypogonadism, hypogenitalism) adalah istilah
medis untuk merujuk simtoma penurunan aktivitas kelenjar gonad. Kelenjar gonad,
ovarium atau testis, merupakan kelenjar yang memproduksi hormon reproduksi
beserta sel gamet, ovum atau spermatozoid.Hipoganadisme adalah suatu keadaan
dimana terjadi difisiensi hormon gonad. Hipogonadisme adalah berkurangnya atau
menurunnya hormone androgen sehingga mempengaruhi fungsi dan ciri seks dari
kelamin baik pria dan wanita.
2. Etiologi Hipogonadisme
a. Hipogonadisme Primer
Untuk hipogonadisme primer tentunya terjadi akibat adanya masalah pada testis,
kadar testoteron yang rendah juga disertai dengan meningkatnya hormon
gonadotropik,seperti:
- Infeksi kelenjar gonad
- Atropi kelenjar gonad
- Kondisi testis yang tidak turun
- Adanya komplikasi dari penyakit gondongan
- Di akibatkan oleh trauma pada testis seperti misalnya dikebiri atau terjadi
kecelakaan.
- Adanya infeksi pada testis
- Adanya sindrom Klinefelter
- Sedang menjalani proses pengobatan kanker
- Adanya radang pada buah zakar
- Hemokromatosis
b. Hipogonadisme Sekunder
Hipogonadisme sekunder terjadi disebabkan karena adanya gangguan pada
kelenjar hipotalamus atau pituitari, yaitu suatu bagian otak yang berfungsi sebagai
pengantar sinyal pada testis untuk memproduksi testosteron, seperti contohnya di
bawah ini :
- Tumor hifofisis
- Kerusakan hipothalamus untuk mensekresi GnRH.
- Hipersekresi prolaktin di hipofisis anterior
- Hiposekresi FSH dan LH
- Adanya sindrom Kallmann
- Penyakit HIV/AIDS
- Adanya faktor penuaan
- Adanya penyakit tumor
- Kegemukan atau obesitas
- Adanya penggunaan obat-obatan tertentu
- Adanya penyakit peradangan seperti contohnya sarkoidosis, histiositosis dan
TBC
3. Patofisiologi Hipogonadisme
Folitropin (FSH) dan lutropin (LH dilepaskan dihipofisis anterior, dan dirangsang
oleh pelepasan pulsatil gonadoliberin (gonadotropin-releasing hormone, GnRH).
Sekresi pulsatil dari gonadotropin ini dihambat oleh prolaktin. LH mengatur
pelepasan testosteron dari sel leydig di testis. Testosterone, dengan mekanisme
umpan balik negatif, menghambat pelepasan GnRH dan LH. Pembentukan inhibin,
yang menghambat pelepasan FSH, dan androgen binding protein (ABP) ditingkatkan
oleh FSH di sel Sertoli testis. Testosterone atau dihidrotestosteron yang dibentuk dari
testosterone di sel sertoli dan di beberapa organ meningkatkan pertumbuhan penis,
tubulus seminiferus, dan skrotum. Testosteron dan FSH diperlukan dalam
pembentukan dan pematangan spermatozoa. Selain itu, testosterone merangsang
aktivitas sekretorik prostat (menurunkan viskositas ejakulat) dan vesikula seminalis
(campuran antara fruktosa dan prostaglandin), serta aktivitas sekretorik kelenjar
sebasea dan keringat di daerah aksila dan genitalia. Testosteron meningkatkan
ketebalan kulit, pigmentasi skrotum, dan eritropoiesis.
Testosterone juga mempengaruhi tinggi badan dan postur badan dengan
meningkatkan pertumbuhan otot dan tulang (anabolisme protein), pertumbuhan
longitudinal, dan mineralisasi tulang serta penyatuan lempeng epifisis. Testosterone
merangsang pertumbuhan laring (kedalaman suara), pertumbuhan rambut pada daerah
pubis dan aksila, pada dada dan wajah (janggut); keberadaannya penting dalam
kebotakan pada laki-laki. Hormone ini juga merangsang libido dan perilaku agresif.
Akhirnya, hormone ini merangsang retensi elektrolit di ginjal, mengurangi
konsentrasi lipoprotein berdensitas tinggi (HDL) di dalam darah, dan mempengaruhi
distribusi lemak. Penurunan pelepasan androgen dapat disebabkan oleh kekurangan
GnRH. Bahkan sekresi
GnRH nonpulsatil merangsang pembentukan androgen secara tidak adekuat.
Keduanya dapat terjadi pada kerusakan di hipotalamus (tumor, radiasi, perfusi yang
abnormal, kelainan genetik) serta sters psikologis dan fisik. Konsentrasi GnRH (dan
analognya) yang tinggi dan menetap akan menurunkan pelepasan gonadotropin
dengan menurunkan jumlah reseptornya. Penyebab lain adalah penghambatan
pelepasan gonadotropin pulsatil oleh prolaktin serta kerusakan di hipofisis (trauma,
infark, penyakit autoimun, tumor, hiperplasia) atau di testis (kelainan genetic,
penyakit sistemik yang berat). Akhirnya, efek androgen dapat dihambat oleh kelainan
enzim pada sintesis hormon, misalnya pada defisiensi reduktase genetic atau kelainan
reseptor testosteron

4. Manifestasi Klinik Hipogonadisme


a. Pria
- Defisiensi hormon pada masa kanak-kanak (prepubertas) / enukoidisme;
orang-orang enukoid yang berusia di atas 20 tahun, biasanya tinggi; bahu
sempit dan otot kecil (konfigurasi tubuh yang mirip dengan wanita dewasa).
Selain itu genitalia kecil; suara memiliki nada tinggi; pertumbuhan rambut
pubis wanita yaitu segitiga dengan dasar di atas; bukan pola segitiga yang
dasarnya di bawah seperti yang dijumpai pada pria normal.
- Defisiensi post pubertas; Pada pria dewasa mengalami penurunan sebagian
libido; kadang-kadang mengalami hot flashes; biasanya lebih mudah
tersinggung; pasif dan menderita depresi dibanding dengan yang memiliki
testis utuh. Selain itu terjadi impotensi; pengurangan progresif rambut dan
bulu tubuh; jenggot dan berkurangnya pertumbuhan otot.
b. Wanita
- Berhentinya menstruasi atau amenorhoe
- Atropi payudara dan genetalia eksterna
- Penurunan libido.
c. Dampak Terhadap Sistem Lain
- Sistem Reproduksi: Atropi testis dan ovarium; Impotensi;
Kehilangan/penurunan libido; Genetalia kecil; Atropi payudara
- Sistem Muskuloskeletal: Otot kecil; Pertumbuhan otot kurang
- Sistem Integumen: Pertumbuhan rambut tubuh jarang
5. Komplikasi Hipogonadisme
Akibat hipogonadisme yang terlambat ditangani sesuai dengan usia orang tersebut
pertama kali memiliki hipogonadisme (selama perkembangan janin, masa pubertas,
atau dewasa).
a. Masa Perkembangan Janin
Seorang bayi mungkin lahir dengan:
- Alat kelamin yang ambigu
- Alat kelamin yang abnormal
b. Masa Pubertas
Perkembangan pada masa pubertas biasanya tidak lengkap atau tertunda, sehingga
menimbulkan:
- Kurangnya atau ketiadaan jenggot serta rambut/ bulu tubuh
- Gangguan pada penis dan pertumbuhan testis
- Pertumbuhan yang tidak proporsional, lengan dan kaki biasanya lebih panjang
- Pembesaran payudara pada laki-laki (gynecomastia)
c. Masa Dewasa
Komplikasi yang mungkin terjadi:
- Infertilitas
- Disfungsi ereksi
- Penurunan dorongan seks
- Kelelahan
- Kehilangan atau lemahnya otot
- Pembesaran payudara pada laki-laki (gynecomastia)
- Kurangnya jenggot atau rambut/bulu tubuh
- Osteoporosis
6. Pemeriksaan Diagnostik Hipogonadisme
a. CT Scan otak, untuk melihat adanya tumor pada hipofise/hipothalamus
b. Pengambilan kadar testoteron serum
c. Kadar gonadotropi serum dan kariotip
d. Test stimulasi dengan klomifen
e. Test stimulasi Gn RH
f. Test stimulasi HCG
g. Analisis semen untuk kuantitas dan kwalitas sperma.
7. Penatalaksanaan Medis Hipogonadisme
a. Pria
Dengan pemberian testoteron dengan dosis yang sesuai untuk hasil yang
maksimal dikombinasikan dengan HCG diberikan 3x seminggu dalam waktu 4-6
bulan sampai kadar testoteron normal. Setelah 6 bulan terapi, bila jumlah sperma
tetap sedikit maka pegobatan dihentikan, bila jumlah sperma meningkat maka
terapi diteruskan.
b. Wanita
Dengan pemberian estrogen dan progesteron.
C. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hipogonadisme
1. Pengkajian
a. Identitas pasien : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama,
status merital, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, diagnosa medis, No. rekam
medik dan alamat.
b. Riwayat kesehatan : Keluhan utama, Keluhan klien pada saat dikaji, klien yang
mengalami hipogonad biasanya kelainan fungsi kematangan seksual perubahan
kondisi mental.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien di luar gangguan yang dirasakan
sekarang, khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila
dihubungkan dengan usia seperti: Tanda-tanda seks skunder yang tidak ada
atau berkurang, misalnya amenorhoe, bulu rambut tidak tumbuh, buah dada
tidak berkembang.
- Kaji fungsi seksual dan reproduksi.
- Kaji adanya perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien.
- Kaji psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul dan tidak mampu
berkonsentrasi.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang
berat/penyakit tertentu yang memungkinkan berpengaruh pada kesehatan
sekarang, kaji adanya trauma prosedur operatif dan penggunaan obat-obatan.
e. Riwayat kesehatan Keluarga
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan
seperti yang dialami klien/gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung
dengan gangguan hormonal seperti gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat Energi
- Kaji perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan sejumlah gangguan
hormonal khususnya hormon gonad.
- Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Pertumbuhan dan perkembangan
- Kaji apakah gangguan ini terjadi semenjak bayi dilahirkan atau terjadi selama
proses pertumbuhan.
- Kaji secara lengkap pertumbhan ukuran tubuh dan fungsinya.
- Kaji apakah perubahan fisik dipengaruhi kejiwaan klien.
c. Seks dan Reproduksi
- Pria : Kaji apakah klien mampu ereksi, dan orgasme serta bagaimana perasaan
klien setelah melakukannya, adakah perasaan puas dan menyenangkan.
Tanyakan adakah perubahan bentuk dan ukuran alat genitalianya.
- Wanita : Kaji kapan mulai/berhenti menstruasi, perubahan fisik termasuk
sering nyeri atau keram abdomen sebelum, selama dan sesudah haid.
d. Aspek psikologi
Kaji kemampuan kooping, dukungan keluarga, teman dan handaitoulan
serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit. Kaji kemampuan klien
dan keluarga dalam memberi perawatan di rumah termasuk penggunaan obat-
obatan.
e. Aspek Sosial
Perlu dikaji kondisi lingkungan, menarik diri dari pergaulan.
f. Aspek Spiritual
Perlu dikaji tentang agama, keyakinan, peribadatan harapan serta
semangat yang terkandung dalam diri klien yang merupakan aspek penting untuk
kesembuhan penyakit klien.
3. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Gangguan citra tubuh b.d. perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat difisiensi
gonad.
b. Disfungsi seksual b.d. perubahan bentuk dan fungsi organ seks akibat difisiensi
gonad.
c. Cemas b.d. kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan dan
perawatan atau minimnya informasi yang didapat.
4. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan Citra Tubuh
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Definisi : konfusi dalam NOC :  Kaji secara verbal
gambaran mental tentang  Body Image dan non-verbal
diri-fisik individu.  Self Esteem respon klien
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : terhadap tubuhnya.
 Perilaku mengenali  Body image positif  Monitor frekuensi
tubuh individu.  Mampu mengkritik dirinya.
 Perilaku menghindari mengidentifikasi  Jelaskan tentang
tubuh individu. kekuatan personal pengobatan,
 Perilaku memantau  Mendeskripsikan perawatan,
tubuh individu. secara factual kemajuan dan
 Respon non-verbal perubahan fungsi prognosis
terhadap perubahan tubuh penyakit.
actual pada tubuh  Mempertahankan  Dorong klien
(mis: penampilan, interaksi sosial mengungkapkan
struktur, fungsi) perasaannya
 Mengungkapkan  Identifikasi arti
perasaan yang pengurangan
mencerminkan melalui pemakaian
perubahan pandangan alat bantu
tentang tubuh  Fasilitasi kontak
individu (mis; dengan individu
penampilan, struktur, lain dalam
fungsi) kelompok kecil
 Mengungkapkan
persepsi yang
mencerminkan
perubahan individu
dalam penampilan.
 Perubahan actual
pada fungsi
 Perubahan actual
pada struktur
 Perilaku mengenali
tubuh individu
 Perilaku memantau
tubuh individu
 Perubahan dalam
kemampuan
memperkirakan
hubungan special
tubuh terhadap
lingkungan
 Perubahan dalam
keterlibatan social
 Perluasan batasan
tubuh untuk
menggabungkan
objek lingkungan
 Secara sengaja
menyembunyikan
bagian tubuh
 Secara sengaja
menonjolkan bagian
tubuh
 Kehilangan bagian
tubuh
 Tidak melihat bagian
tubuh
 Trauma pada bagian
yang tidak berfungsi
Faktor yang berhubungan
:
 Biofisik dan kognitif
 Budaya, tahap
perkembangan.
 Penyakit, cedera
 Perseptual,
psikososial, spiritual.
 Pembedahan, trauma
 Terapi penyakit
b. Disfungsi Seksual
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Definisi : NOC :  membangung
Kondisi yang ditandai  sexuality pattern, hubungan terapeutik
dengan individu ineffective  menetapkan panjang
mengalami  self-esteem hubungan konseling
perubahanfungsi seksual situasional low  menyediakan privasi
selama fase respos  rape trauma dan menjain
seksual hasrat, syndrome silent kerahasiaan
terangsang, dan atau  reaction  menginformasikan
organsme, yang  knowledge : sexual pasien di awal
dipandang tidak functioning hubungan bahwa
memuaskan, tidak Kriteria hasil : seksualitas adalah
berharga atau tidak  pemulihan dari bagaian ter[enting
adekuat. penganiayaan bagi kehidupan dan
Batasan Karakteristik: seksual bahwa penyakit,
 Keterbatasan actual  pengenalan dan obat-obatan dan
akibat penyakit penerimaan stress sering
 Keterbatasan actual identitas seksual mengubah fungsi
akibat terapi pribadi seksual
 Perubahan dalam  mengetahui masalah  memberikan
persepsi seks reproduksi informasi tentang
 Perubahan dalam  control resiko fungsi seksual
mencapai kepuasan penyakit menular  diskusikan efek dari
seksual seksual situasi penyakit/
 Perubahan minat  menunjukkan dapat kesehatan pada
terhadap orang lain berinteraksi dengan seksualitas
 Perubahan minat ketidakmampuan  diskusikan efek obat
terhadap diri sendiri fisik pada seksualitas
 Ketidakmampuan  mampu mengontrol  diskusikan efek dari
mencapai kepuasan kecemasan perubahan seksualitas
yang diharapkan  menunjukkan pada orang lain yang
 Persepsi perubahan pemulihan dari signifikan
pada rangsangan penganiayaan  merujuk pasien ke
seksual seksual seorang terapis seks
 Persepsi definisi  menunjukkan  diskusikan bentuk-
hasrat seksual keinginan untuk bentuk alternative
 Persepsi mendiskusikan dari ekspresi seksual
keterbatasan akibat perubahan fungsi yang diterima pasien
penyakit seksual
 Persepsi  mengungkapkan
keterbatasan akibat secara verbal
terapi pemahaman tentang
 Mencari konfirmasi pembatasan indikasi
tentang kemampuan medis
mencapai hasrat  meminta informasi
seksual yang dibutuhkan
Faktor yang berhubungan tentang perubahan
 Ketiadaan model fungsi seksual
peran  penggunaan
 Perubahan fungsi kontrasepsi yang
tubuh efektif
 Perubahan struktur
tubuh
 Perubahan
biopsikososial
seksual
 Definisi pengetahuan
 Model peran kurang
dapat memengaruhi
 Kurang privasi
 Kurang orang
terdekat
 Salah informasi
 Penganiayaan
psikososial
 Konflik nilai
 Penganiayaan fisik
 kerentanan
c. Cemas
Diagnose Keperawatan Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi
Definisi : NOC :  Gunakan
Perasaan tidak nyaman  Anxiey self control pendekatan yang
atau kekhawatiran yang  Anxiety level menenangkan
samar disertai respon  Coping  Nyatakan dengan
autonomy (sumber sering Kriteria Hasil : jelas harapan
kali tidak spesifik);  Klien mampu terhadap pelaku
perasaan takut yang mengidentifikasi dan pasien
disebabkan oleh antisipasi mengungkapkan  Jelaskan semua
terhadap bahaya. Hal ini gejala cemas prosedur dan apa
merupakan isyarat  Mengidentifikasi, yang dirasakan
kewaspadaan yang mengungkapkan dan selama prosedur
memperingatkan individu menunjukkan teknik  Pahami perspektif
akan adanya bahaya dan untuk mengontrol pasien terhadap
memampukan individu cemas situasi stress
untuk bertindak  Vital sign dalam batas  Temani pasien
menghadapi ancaman. normal utnuk memberikan
Batasan karakteristik :  Postur tubuh, ekspresi keamanan dan
 Gelisah wajah, bahasa tubuh kurangi takut
 Insomnia dan tingkat aktivitas  Dorong keluarga
 Kontak mata yang menunjukkan untuk menemani
buruk berkurangnya  Dengarkan dengan
 Kesedihan yang kecemasan penuh perhatian
mendalam  Identifikasi tingkat
 Ketakutan kecemasan dorong
 Peningkatan pasien untuk
kewaspadaan mnegungkapkan
 Bingung, menyesal perasaan,
 Ragu/tidak percaya ketakutan, persepsi
diri  Instruksikan pasien
 Wajah tegang, tremor menggunakan
tangan teknik relaksasi
 Peningkatan keringat  Berikan obat untuk
 Eksitasi mengurangi
kardiovaskuler kecemasan

 Wajah merah
 Jantung berdebar
peningkatan tekanan
darah, nadi
 Nyeri abdomen
 Kesemutan pada
ekstremitas
 Sering berkemih
 Bloking fikiran
 Penurunan
kemampuan untuk
belajar kesulitan
berkonsentrasi
penurunan
kemampuan untuk
memecahkan
masalah
 Lupa, gangguan
perhatian
 Khawatir, melamun
 Menyalahkan orang
lain
Factor yang berhubungan
:
 Pemajanan toksin
 Perubahan dalam
status ekonomi,
lingkungan, status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi
peran, status peran.
 Terkait keluarga
 Herediter
 Infeksi
 Penularan penyakit
interpersonal
 Stress
 Penyalahgunaan zat
 Kebutuhan yang
tidak terpenuhi
BAB III

Penutup

Kesimpulan

Gonad (hormon kelamin) merupakan kelenjar endokrin yang dipengaruhi oleh


gonadotropin hormon (GtH) yang disekresikan kelenjar pituitari .Hipofisis mengsilkan 2 jenis
gonadotropin yang mengatur fungsi alat reproduksi yaitu hormon pemacu folikel (FSH=folicle
stimulating hormone dan LH= lutenizing hormone). Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan
oleh kelenjar endokrin, yang masuk ke dalam peredaran darah untuk mempengaruhi jaringan
target secara spesifik. Hormon – Hormon Gonad diantaranya adalah estrogen, progesteron (pada
wanita), dan androgen (pada pria).
Hipogonadisme adalah berkurangnya atau menurunnya hormone androgen sehingga
mempengaruhi fungsi dan ciri seks dari kelamin baik pria dan wanita. Pada pria dewasa
mengalami penurunan sebagian libido, kadang-kadang mengalami hot flashes, biasanya lebih
mudah tersinggung, pasif dan menderita depresi dibanding dengan yang memiliki testis utuh.
Selain itu terjadi impotensi, pengurangan progresif rambut dan bulu tubuh, jenggot dan
berkurangnya pertumbuhan otot. Berhentinya menstruasi atau amenorhoe, atropi payudara dan
genetalia eksterna serta penurunan libido. Dengan penggantian hormon dan perawatan yang tepat
penderita hipogonadisme baik laki –laki maupun perempuan dapat hidup normal.

Anda mungkin juga menyukai