Amalia Hasanah
Inawati
Opi Mawarsari
2018
--SMA NEGERI --
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
I. Teori Evolusi Darwin ..................................................................... 1
II. Bukti Evolusi ................................................................................ 4
III. Unit Terkecil Evolusi ..................................................................... 8
IV. Mekanisme Evolusi ....................................................................... 9
V. Perbedaan Teori Evolusi ................................................................ 13
VI. Spesiasi ........................................................................................ 15
VII. Kritik terhadap Teori Evolusi ........................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 18
ii
Teori Evolusi Darwin
1
Darwin kemudian menjabarkan empat pengamatan terhadap alam
yang digunakan untuk menarik dua kesimpulan, sebagai berikut :
Pengamatan 1: Anggota populasi seringkali sangat bervariasi dalam sifat-
sifatnya.
Pengamatan 2: Sifat-sifat diwariskan dari induk atau orangtua kepada
keturunannya.
Pengamatan 3: Semua spesies mampu menghasilkan keturunan lebih
banyak daripada yang didukung oleh alam.
Pengamatan 4: Akibat kekurangan makanan atau sumber daya lain,
banyak keturunan tersebut yang tidak sintas.
Kesimpulan 1: Individu-individu dengan sifat warisan yang memberi
mereka kemungkinan lebih besar untuk sintas dan
bereproduksi pada lingkungan tertentu cenderung
memiliki lebih banyak keturunan daripada individu-
individu lain.
Kesimpulan 2: Ketidakseragaman kemampuan individu-individu untuk
sintas dan bereproduksi mengarah pada akumulasi sifat-
sifat yang menguntungkan dalam populasi selama
beberapa generasi.
Ada hubungan penting antara seleksi alam dan kemampuan
organisme untuk menghasilkan keturunan secara berlebih. Kapasitas untuk
menghasilkan keturunan secara berlebih (overereproduksi) merupakan
karakteristik semua spesies. Dari banyak telur yang dihasilkan, anak yang
dilahirkan, dan biji yang diesbarkan, hanya sekian persen yang
menuntaskan perkembangan mereka dan menghasilkan ketrurunan sendiri.
Sisanya dimakan, mati kelaparan, mati sakit, tidak kawin, atau tidak
mampu bertoleransi terhadap kondisi fisik lingkungan. Sifat-sifat suatu
organisme dapat memengaruhi tidak hanya kinerjanya, namun juga sebaik
apa keturunannya menghadapi tantangan lingkungan. Misalnya, organisme
tertentu memiliki keuntungan bagi keturunannya untuk meloloskan diri
dari predator, memeroleh makanan, atau bertoleransi terhadap kondisi fisik.
Sewaktu keuntungan-keuntungan semacam itu meningkatkan jumlah
keturunan yang sintas dan bereproduksi, sifat-sifat yang menguntungkan
2
tersebut akan lebih muncul dengan frekuensi yang lebih tinggi pada
generasi berikutnya. Oleh karena itu, seiring waktu, seleksi alam yang
disebabkan oleh faktor-faktor seperti predator, kekurangan makanan, atau
kondisi fisik yang tak bersahabat dengan meningkatkan presentase sifat-
sifat yang menguntungkan di dalam populasi.
Seleksi buatan dapat menyebabkan perubahan drastis dalam periode
waktu yang relatif singkat, maka seleksi alam dapat mengakibatkan
modifikasi penting dari spesies lebih dari ratusan generasi. Bahkan jika
keuntungan dari beberapa sifat yang diwariskan lebih kecil dari sifat yang
lain, variasi yang menguntungkan akan terakumulasi secara bertahap di
dalam populasi, sementara variasi yang kurang menguntungkan akan
berkurang. Seiring waktu, proses ini akan meningkatkan frekuensi individu
dengan adaptasi yang menguntungkan sehingga meningkatkan kecocokan
antara organisme-organisme dan lingkungannya.
SELEKSI ALAM
1. Seleksi alam adalah suatu proses yang terjadi ketika individu-individu
yang memiliki karakteristik warisan tertentu sintas dan bereproduksi
dengan laju yang tinggi daripada individu-individu lain.
2. Seiring waktu, seleksi alam dapat meningkatkan kecocokan antara
organisme dan lingkungannya.
3. Jika lingkungan berubah/individu berpindah ke lingkungan baru,
seleksi alam dapat dilihat dari adaptasi terhadap kondisi alam baru
tersebut, terkadang memunculkan spesies baru dalam proses tersebut.
Seleksi alam berlangsung melalui interaksi antara organisme individual
dan lingkungannya, namun individu tak berevolusi. Sebenarnya,
populasilah yang berevolusi seiring waktu. Seleksi alam dapat
memperbanyak atau mengurangi sifat-sifat yang diwariskan dari organisme
ke keturunannya. Faktor lingkungan bervariasi menurut tempat dan waktu.
Sifat yang menguntungkan di suatu tempat dan waktu mungkin tak
berguna atau bahkan mematikan di tempat atau waktu lain. Seleksi alam
selalu bekerja, namun sifat mana yang menguntungkan bergantung pada
konteks lingkungan.
3
BUKTI EVOLUSI
4
anatomis yang luar biasa tersebut tidak mungkin terjadi apabila
struktur-struktur tersebut muncul secara terpisah pada setiap
spesies. Kerangka yang mendasari lengan, kaki depan, sirip,
dan sayap mamalia yang berbeda merupakan struktur
homolog (homologous structure) yang mencemirkan berbagai
variasi struktural yang dimiliki oleh nenek moyang bersama
mereka.
5
suatu organisme. Struktur vestigial (structure vestigial)
tersebut merupakan sisa ciri yang berperan penting pada nenek
moyang organisme tersebut.
Ahli biologi juga mengamati kemiripan organisme pada
tingkat molekular. Organisme yang sedemikian berbeda,
misalnya manusia dan bakteri, sama-sama memiliki gen yang
diwariskan dari nenek moyang bersama yang sangat jauh.
Seperti tungkai depan manusia dan paus, gen-gen ini seringkali
telah memeroleh fungsi yang berbeda.
Ahli biologi seringkali menggambarkan pola turunan dari
nenek moyang bersama dan homologi yang dihasilkan dengan
sebuah pohon evolusi (evolutionary tree), diagram yang
menunjukkan kekerabatan evolusioner di antara kelompok-
kelompok organisme.
6
Amnion hanya ditemukan pada nenek moyang , sehingga
hanya dimiliki oleh sebagian tetrapoda (mamalia dan reptilia).
Bulu hanya ada pada nenek moyang bersama sehingga hanya
dimiliki oleh burung.
Mamalia sebenarnya lebih dekat dengan burung
dibandingkan dengan amfibia karena mamalia dan burung
memiliki nenek moyang bersama yang lebih muda (nenek
moyang ) daripada mamalia dengan amfibia (nenek moyang ).
2) Evolusi Konvergen
Walaupun organisme yang berkerabat dekat memiliki
kesamaan karakteristik akibat garis keturunan bersama,
organisme yang berkerabat jauh juga bisa mirip satu dengan
yang lain karena alasan yang berbeda yaitu evolusi konvergen
(convergent evolution), yaitu evolusi mandiri dari ciri-ciri yang
serupa pada garis keturunan yang berbeda. Contohnya pada
sugar glider yang merupakan mamalia marsupialia yang
berevolusi dalam kondisi terisolasi di benua Australia.
Walaupun sugar glider sekilas mirip dengan bajing terbang yang
merupakan eutheria dari Amerika Utara, kemampuan meluncur
di udara dievolusi secara terpisah pada kedua kelompok
mamalia yang berkerabat jauh ini. Walaupun berevolusi secara
mandiri dari nenek moyang yang berbeda, kedua mamalia ini
telah beradaptasi dari lingkungan yang serupa dengan cara
yang serupa. Spesies memiliki ciri-ciri yang sama akibat evolusi
konvergen, kemiripan tersebut disebut analog, bukan homolog.
b. Biogeografi
Biogegografi yaitu distribusi geografis dari spesies yang
dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk hanyutan benua
(continental drift), pergerakan lambat benua di Bumi seiring waktu.
Evolusi dan hanyutan benua dapat digunakan untuk
memerkirakan letak fosil dari kelompok-kelompok organisme yang
berbeda dapat ditemukan. Evolusi juga dapat untuk menjelaskan
data biogeografis. Misalnya, pulau-pulau biasanya memiliki banyak
7
spesies hewan dan tumbuhan yang endemik (endemic), yang
artinya tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Darwin dalam
buku The Origin of Species, kebanyakan spesies penghuni pulau
berkerabat dekat dengan spesies yang hidup di daratan utama
terdekat atau pulau yang terdekat. Pulau dikolonisasi oleh spesies
dari daratan terdekat. Penghuni ini pada akhirnya memunculkan
spesies baru sewaktu beradaptasi dengan lingkungan baru. Proses
semacam ini pada akhirnya memunculkan spesies baru sewaktu
beradaptasi dengan lingkungan baru. Proses semacam ini juga
menjelaskan mengapa dua pulau dengan lingkungan serupa di
belahan bumi yang berbeda dihuni bukan oleh spesies yang
berkerabat dekat, namun oleh spesies yang mirip dengan yang
hidup di daratan utama terdekat, yang lingkungannya seringkali
cukup berbeda.
8
MEKANISME EVOLUSI
9
heterozigot (ingatlah bahwa individu heterozigot memiliki dua alel
berbeda pada satu lokus, sementara individu homozigot memiliki
dua alel identik pada lokus tersebut).
Variabilitas nukleotida diukur dengan membandingkan
sekuens DNA dari dua individu dalam populasi dan kemudian
menghitung rata-rata data dari banyak pembandingan semacam
itu. Variabilitas gen (heterozigot rata-rata) cenderung lebih besar
daripada variabilitas nukleotida. Gen bisa terdiri oleh ribuan
nukleotida. Satu perbedaan hanya pada salah satu nukleotida
cukup untuk membuat dua alel gen tersebut menjadi berbeda
sehingga meningkatkan variabilitas gen.
b. Variasi di antara populasi-populasi
2. Mutasi
Sumber dari alel-alel baru adalah mutasi (mutation), perubahan
dalam sekuens nukleotida dari DNA suatu organisme. Mutasi tidak
dapat memperkirakan secara akurat segmen DNA mana yang akan
berubah atau dengan cara apa. Dalam organisme multiseluler, hanya
mutasi pada garis keturunan sel yang menghasilkan gamet dapat
diteruskan pada keturunan. Pada tumbuhan dan fungi, banyak garis
keturunan sel berbeda yang dapat menghasilkan gamet. Namun
pada hewan, kebanyakan mutasi terjadi pada sel somatik dan lenyap
sewaktu individu tersebut mati.
3. Reproduksi Seksual
Pada organisme yang bereproduksi secara seksual, kebanyakan
variasi genetik dalam populasi merupakan akibat dari berbagai
kombinasi unik dari alel-alel yang diterima oleh setiap individu.
Tentu saja, pada tingkat nukleotida, semua perbedaan di antara alel-
alel tersebut disebabkan oleh mutasi-mutasi yang telah terjadi.
Namun mekanisme reproduksi seksuallah yang mengocok alel-alel
yang ada dan membagikannya secara acak untuk menentukan
genotipe-genotipe individual. Mekanisme yang terlibat dalam
10
pengocokan alel ini antara lain pindah silang, perpasangan bebas
kromosom, dan fertilisasi. Sewaktu meiosis, pasangan kromosom
homolog yang masing-masing diwariskan dari salah satu orangtua.
Mempertukarkan beberapa alel melalui pindah silang. Kromosom-
kromosom homolog tersebut beserta alel-alel yang dikandungnya
kemudian didistribusikan secara acak kepada gamet. Banyaknya
kombinasi perkawinan yang mungkin terjadi dalam suatu populasi,
fertilisasi menyatukan gamet dari individu-individu yang mungkin
memmiliki latar belakang genetik yang berbeda. Efek kombinasi dari
ketiga mekanisme ini memastikan reproduksi seksual menyusun
ulang alel-alel yang ada menjadi berbagai kombinasi baru pada
setiap generasi. Maka tersedialah banyak variasi genetik yang
memungkinkan evolusi terjadi.
B. Ekuilibrium Hardy-Weinberg
Ekuilibrium Hardy-Weinberg dapat digunakan untuk menguji
apakah sebuah populasi berevolusi. Individu-individu dalam populasi
harus berbeda secara genetis agar evolusi bisa terjadi. Namun
keberadaan variasi genetik tidak menjamin bahwa populasi akan
berevolusi. Agar evolusi terjadi, salah satu faktor penyebab evolusi
haruslah bekerja.
1. Lungkang Gen dan Frekuensi Alel
Populasi (population) adalah sekelompok individu dari spesies yang
sama, hidup di wilayah yang sama, dan saling mengawini, sehingga
menghasilkan keturunan yang fertil. Susunan genetik dari suatu
populasi dengan menjabarkan lungkang gen (gene pool), yang terdiri
dari semua alel untuk semua lokus pada semua individu dari
populasi tersebut. Jika hanya ada satu alel untuk suatu lokus
tertentu dalam suatu populasi, alel tersebut dikatakan tetap (fixed)
dalam lungkang gen, dan semua individu homozigot bagi alel
tersebut. Namun jika ada dua alel atau lebih untuk lokus tertentu
dalam suatu populasi, individu dalam populasi bisa homozigot atau
heterozigot.
11
Sebuah lokus dengan dua alel, penggunaan p untuk mewakili
frekuensi salah satu alel, dan q untuk mewakili frekuensi alel yang
lain.
2. Prinsip Hardy-Weinberg
Salah satu cara mengkaji apakah seleksi alam atau faktor-faktor
lain yang menyebabkan evolusi pada lokus tertentu adalah dengan
menentukan susunan genetik suatu populasi, jika populasi tidak
berevolusi pada lokus tersebut. Jika tidak ada perbedaan, kita dapat
menyimpulkan bahwa populasi sungguhan tidak berevolusi. Apabila
ada perbedaan, kita dapat menyimpulkan bahwa populasi
sungguhan berevolusi.
a. Ekuilibrium Hardy-Weinberg
Lungkang gen dari suatu populasi yang tidak berevolusi
dapat dijabarkan melalui Prinsip Hardy-Weinberg. Prinsip ini
menyatakan bahwa frekuensi alel dan genotip dalam suatu
populasi akan tetap konstan dari generasi ke generasi, asalkan
hanya segregasi Mendelian dan rekombinasi alel yang bekerja.
Lungkang gen semacam ini disebut berada dalam ekuilibrium
Hardy-Weinberg (Hardy-Weinberg equilibrium).
b. Kondisi Tercapainya Ekuilibrium Hardy-Weinberg
Prinsip Hardy-Weinberg menjabarkan sebuah populasi
hipotetis yang tidak berevolusi. Namun, pada populasi
sungguhan, frekuensi alel dan genotipe seringkali berubah
seiring waktu. Perubahan-perubahan semacam itu terjadi ketika
setidaknya satu dari kelima kondisi ekuilibrium Hardy-Weinberg
berikut tidak terpenuhi :
1) Tidak ada mutasi.
2) Perkawinan acak. Jika individu kawin menuruti pilihan
tertentu dalam suatu populasi, misalnya dengan kerabat
dekatnya sendiri (perkawinan sanak, inbreeding),
percampuran gamet secara acak tidak terjadi, dan frekuensi
genotipe berubah.
12
3) Tidak ada seleksi alam. Perbedaan dalam kesintasan dan
keberhasilan reproduktif dari individu yang membawa
genotipe berbeda dapat mengubah frekuensi alel.
4) Ukuran populasi sangat besar. Semakin kecil populasi,
semakin besar kemungkinan frekuensi alelnya berfluktuasi
secara kebetulan dari suatu generasi ke generasi berikutnya
(hanyutan genetik).
5) Tidak ada aliran genetik. Dengan memindahkan alel ke
dalam atau ke luar populasi, aliran gen dapat mengubah
frekuensi alel.
13
diwariskan kepada keturunannya dan proses ini terus berlanjut hingga
sekarang sehingga semua jerapah hidup pada saat ini berleher panjang.
Darwin berpendapat lain, yaitu evolusi terjadi melalui seleksi alam.
Darwin berpendapat bahwa nenek moyang jerapah adalah jerapah berleher
panjang dan jerapah berleher pendek. Pada saat daun-daun masih tersedia
di pohon yang rendah dan tinggi, baik jerapah berleher pendek maupun
panjang dapat hidup. Namun, semakin lama daun-daun yang terletak di
pohon yang rendah semakin berkurang dan habis sehingga jerapah berleher
pendek akhirnya mati dan punah. Sementara itu, jerapah berleher panjang
tetap mendapatkan makanannya dan dapat bertahan hidup terus bahkan
berkembang biak hingga sekarang. Jadi, jerapah berleher panjang bersifat
lebih adaptif daripada jerapah yang berleher pendek.
Pendapat Lamarck dan Darwin mempunyai kesamaan, yaitu evolusi
terjadi karena adanya perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan yang
menyebabkan evolusi jerapah adalah perubahan jumlah makanan berupa
daun-daun yang terletak di pohon yang rendah semakin berkurang dan
habis.
14
Perbedaan Teori Lamarck dengan Teori Weismann
Lamarck berpendapat bahwa perubahan sifat dan fungsi organ tubuh
sebagai akibat adaptasi dengan lingkungannya akan diwariskan kepada
keturunannya. Sedangkan menurut Weismann perubahan sel-sel tubuh
akibat pengaruh lingkungan tidak akan diwariskan. Weismann
membuktikan teorinya dengan mengadakan percobaan, yaitu dengan cara
memotong ekor tikus-tikus yang dipeliharanya. Kemudian tikus tersebut
dibiarkan berkembang biak. Hasil percobaan menunjukkan tikus yang
sudah dipotong ekornya tetap mempunyai anak-anak tikus yang berekor
panjang. Percobaan tersebut dilakukan berulang-ulang hingga 21 generasi,
ternyata tetap menghasilkan generasi tikus yang berekor panjang
(Irnaningtyas, 2016: 288-290).
SPESIASI
15
sudah mengalami perubahan jika suatu saat berada kembali dalam satu
lingkaran disebut simpatrik. Individu-individu tersebut sudah berbeda
spesies, disebut spesies simpatrik.
16
Akan tetapi, berbagai penemuan ilmiah menolak pernyataan ini, sebab
semua mutasi yang pernah diketahui, hanya menyebabkan kerugian pada
makhluk hidup. Semua mutasi yang terjadi pada manusia mengakibatkan
kelainan mental maupun fisik seperti mongolisme (Down’s Syndrome),
albinisme (albino), dwarfisme (tubuh pendek), atau penyakit lain seperti
kanker. Namun para evolusionis berusaha mengaburkan permasalahan,
bahkan buku-buku pelajaran evolusionis contoh-contoh mutasi yang
merusak ini disebut sebagai “bukti evolusi”. Karena itulah neo-Darwinisme
harus mengangkat mutasi sejajar dengan seleksi alam sebagai penyebab
perubahan-perubahan menguntungkan. Akan tetapi, mutasi hanya dapat
menjadi penyebab perubahan-perubahan merugikan (Ahmad, 2006: 266-
267).
Seorang evolusionis, Warren Weaver (Yahya, 2001:26) mengatakan
bahwa banyak orang yang tercengang oleh pernyataan hampir semua gen
mutan yang diketahui ternyata membahayakan. Jika mutasi adalah bagian
penting dalam proses evolusi, bagaimana mungkin sebuah efek yang baik
evolusi ke bentuk kehidupan lebih tinggi-dihasilkan dari mutasi yang
hampir semuanya berbahaya. Jadi tidak mengherankan, sejauh ini tidak
ditemukan satu mutasi pun yang berguna. Semua mutasi telah terbukti
membahayakan. Dengan demikian, makhluk hidup tidak mungkin
berevolusi karena di alam tidak ada mekanisme yang menyebabkannya.
Teori Darwin semakin tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan modern.
Ilmu pengetahuan modern menyuguhkan informasi bahwa segala sesuatu
yang ada di dunia ini, termasuk pada makhluk hidup, dirancang dan
dibangun dalam sebuah sistem yang sangat rumit namun mekanisme yang
bekerja di dalamnya sangat teratur dan sempurna. Tentu ada “invisible
hand” di balik semua rancangan cerdas ini (Ahmad, 2006: 267).
Berpikir Kritis
17
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syafii. 2006. Kritik Islam atas Teori Evolusi Darwin (Suatu Kajian
tentang Asal-usul Kehidupan Manusia). Jurnal Hunafa, Volume 3,
Nomor 3, September 2006, halaman 263 – 274.
18