Anda di halaman 1dari 20

EVOLUSI

Amalia Hasanah

Atika Guritna Ayu

Inawati

Lailul Hidayah Nursarah

Opi Mawarsari

2018

--SMA NEGERI --
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
I. Teori Evolusi Darwin ..................................................................... 1
II. Bukti Evolusi ................................................................................ 4
III. Unit Terkecil Evolusi ..................................................................... 8
IV. Mekanisme Evolusi ....................................................................... 9
V. Perbedaan Teori Evolusi ................................................................ 13
VI. Spesiasi ........................................................................................ 15
VII. Kritik terhadap Teori Evolusi ........................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 18

ii
Teori Evolusi Darwin

Skala Alam dan Klasifikasi Kehidupan


Adaptasi yakni karakteristik organisme yang meningkatkan
kesintasan dan reproduksi pada lingkungan yang spesifik. Bagaimana
adaptasi muncul akan berpusat pada seleksi alam (natural selection), suatu
proses tempat individu-individu dengan sifat warisan tertentu memiliki lebih
banyak keturunan daripada individu dengan sifat-sifat lain.

Darwinian: Penurunan dengan Modifikasi


Pada buku The Origin of Species, Darwin tidak pernah menggunakan
kata evolusi, ia lebih banyak membahas penurunan dengan modifikasi.
Darwin menyadari kesatuan dalam kehidupan, yang dinyatakannya sebagai
akibat dari semua organisme yang diturunkan dari satu nenek moyang yang
hidup di masa lalu. Darwin juga berpikir bahwa karena keturunan dari
organisme nenek moyang tersebut hidup di dalam berbagai habitat selama
jutaan tahun, mereka telah mengakumulasikan berbagai macam modifikasi,
atau adaptasi yang membuat mereka sesuai dengan cara hidup spesifik.
Darwin menalar bahwa dalam jangka waktu yang amat panjang, penurunan
dengan modifikasi pada akhirnya menyebabkan tingginya keanekaragaman
makhluk hidup yang kita lihat sekarang.

Seleksi Buatan, Seleksi Alam, dan Adaptasi


Darwin mengajukan sebuah mekanisme, seleksi alam untuk
menjelaskan pola-pola evolusi yang teramati. Darwin mendiskusikan
dengan memberikan contoh-contoh yang umum. Manusia telah
memodifikasi spesies lain selama beberapa generasi dengan cara menyeleksi
dan membiakkan individu-individu yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan.
Proses ini disebut seleksi buatan (artificial selection). Akibat dari seleksi
buatan, tanaman pangan dan hewan yang dibiakkan sebagai ternak atau
hewan peliharaan seringkali amat berbeda dari nenek moyangnya di alam
bebas.

1
Darwin kemudian menjabarkan empat pengamatan terhadap alam
yang digunakan untuk menarik dua kesimpulan, sebagai berikut :
Pengamatan 1: Anggota populasi seringkali sangat bervariasi dalam sifat-
sifatnya.
Pengamatan 2: Sifat-sifat diwariskan dari induk atau orangtua kepada
keturunannya.
Pengamatan 3: Semua spesies mampu menghasilkan keturunan lebih
banyak daripada yang didukung oleh alam.
Pengamatan 4: Akibat kekurangan makanan atau sumber daya lain,
banyak keturunan tersebut yang tidak sintas.
Kesimpulan 1: Individu-individu dengan sifat warisan yang memberi
mereka kemungkinan lebih besar untuk sintas dan
bereproduksi pada lingkungan tertentu cenderung
memiliki lebih banyak keturunan daripada individu-
individu lain.
Kesimpulan 2: Ketidakseragaman kemampuan individu-individu untuk
sintas dan bereproduksi mengarah pada akumulasi sifat-
sifat yang menguntungkan dalam populasi selama
beberapa generasi.
Ada hubungan penting antara seleksi alam dan kemampuan
organisme untuk menghasilkan keturunan secara berlebih. Kapasitas untuk
menghasilkan keturunan secara berlebih (overereproduksi) merupakan
karakteristik semua spesies. Dari banyak telur yang dihasilkan, anak yang
dilahirkan, dan biji yang diesbarkan, hanya sekian persen yang
menuntaskan perkembangan mereka dan menghasilkan ketrurunan sendiri.
Sisanya dimakan, mati kelaparan, mati sakit, tidak kawin, atau tidak
mampu bertoleransi terhadap kondisi fisik lingkungan. Sifat-sifat suatu
organisme dapat memengaruhi tidak hanya kinerjanya, namun juga sebaik
apa keturunannya menghadapi tantangan lingkungan. Misalnya, organisme
tertentu memiliki keuntungan bagi keturunannya untuk meloloskan diri
dari predator, memeroleh makanan, atau bertoleransi terhadap kondisi fisik.
Sewaktu keuntungan-keuntungan semacam itu meningkatkan jumlah
keturunan yang sintas dan bereproduksi, sifat-sifat yang menguntungkan

2
tersebut akan lebih muncul dengan frekuensi yang lebih tinggi pada
generasi berikutnya. Oleh karena itu, seiring waktu, seleksi alam yang
disebabkan oleh faktor-faktor seperti predator, kekurangan makanan, atau
kondisi fisik yang tak bersahabat dengan meningkatkan presentase sifat-
sifat yang menguntungkan di dalam populasi.
Seleksi buatan dapat menyebabkan perubahan drastis dalam periode
waktu yang relatif singkat, maka seleksi alam dapat mengakibatkan
modifikasi penting dari spesies lebih dari ratusan generasi. Bahkan jika
keuntungan dari beberapa sifat yang diwariskan lebih kecil dari sifat yang
lain, variasi yang menguntungkan akan terakumulasi secara bertahap di
dalam populasi, sementara variasi yang kurang menguntungkan akan
berkurang. Seiring waktu, proses ini akan meningkatkan frekuensi individu
dengan adaptasi yang menguntungkan sehingga meningkatkan kecocokan
antara organisme-organisme dan lingkungannya.

SELEKSI ALAM
1. Seleksi alam adalah suatu proses yang terjadi ketika individu-individu
yang memiliki karakteristik warisan tertentu sintas dan bereproduksi
dengan laju yang tinggi daripada individu-individu lain.
2. Seiring waktu, seleksi alam dapat meningkatkan kecocokan antara
organisme dan lingkungannya.
3. Jika lingkungan berubah/individu berpindah ke lingkungan baru,
seleksi alam dapat dilihat dari adaptasi terhadap kondisi alam baru
tersebut, terkadang memunculkan spesies baru dalam proses tersebut.
Seleksi alam berlangsung melalui interaksi antara organisme individual
dan lingkungannya, namun individu tak berevolusi. Sebenarnya,
populasilah yang berevolusi seiring waktu. Seleksi alam dapat
memperbanyak atau mengurangi sifat-sifat yang diwariskan dari organisme
ke keturunannya. Faktor lingkungan bervariasi menurut tempat dan waktu.
Sifat yang menguntungkan di suatu tempat dan waktu mungkin tak
berguna atau bahkan mematikan di tempat atau waktu lain. Seleksi alam
selalu bekerja, namun sifat mana yang menguntungkan bergantung pada
konteks lingkungan.

3
BUKTI EVOLUSI

Evolusi didukung oleh bukti saintifik yang melimpah, antara lain :


1. Pengamatan Langsung Evolusi
(Perubahan Evolusioner)
2. Catatan Fosil
Catatan Fosil menunjukkan bahwa organsime masa lalu berbeda
dari orgamisme masa kini dan banyak spesies yang sudah punah.
Fosil juga menunjukkan perubahan evolusioner yang terjadi seiring
waktu pada berbagai kelompok organisme. Dalam skala evolusi yang
lebih lama, fosil mendokumentasikan asal-usul kelompok-kelompok
utama organisme. Selain menyediakan bukti tentang bagaimana
kehidupan di Bumi berubah seiring waktu – pola evolusi – catatan
fosil juga dapat digunakan untuk menguji hipotesis evolusi yang
muncul dari jenis bukti yang lain.
a. Homologi
Karakteristik yang ada pada organisme nenek moyang berubah
(melalui seleksi alam) pada keturunannya seiring waktu ketika
organisme berhadapan dengan kondisi lingkungan yang berbeda-
beda. Akibatnya, spesies yang berkerabat bisa memiliki
karakteristik dengan kesamaan yang mendasar walaupun mungkin
memiliki fungsi yang sangat berbeda. Kesamaan yang berasal dari
nenek moyang bersama diebut homologi (homology).
1) Homologi Anatomis dan Molekular
Spesies yang berkerabat dekat memiliki kesamaan ciri
yang digunakan untuk menentukan kekerabatan mereka,
namun juga memiliki kesamaan ciri yang lain. Sejumlah
kesamaan ciri itu nyaris tak bermakna kecuali dalam konteks
evolusi. Misalnya tungkai depan mamalia termasuk manusia,
kucing, paus, dan kelelawar, menunjukkan susunan tulang
yang sama dari bahu sampai ujung jari, walaupun tungkai-
tungkai tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda:
mengangkat, berjalan, berenang, dan terbang. Kemiripan

4
anatomis yang luar biasa tersebut tidak mungkin terjadi apabila
struktur-struktur tersebut muncul secara terpisah pada setiap
spesies. Kerangka yang mendasari lengan, kaki depan, sirip,
dan sayap mamalia yang berbeda merupakan struktur
homolog (homologous structure) yang mencemirkan berbagai
variasi struktural yang dimiliki oleh nenek moyang bersama
mereka.

Gambar 1. Tungkai depan mamalia


Tahapan awal perkembangan hewan yang berbeda pada
spesies di atas juga menunjukkan adanya homologi. Semua
embrio vertebrata memiliki ekor yang terletak posterior tersebut
anus, juga struktur kantong faringeal. Kantong tekak yang
homolog ini berkembang menjadi struktur yang berbeda,
misalnya insang pada ikan serta bagian dari telinga dan tekak
pada manusia dan mamalia lain.

Gambar 2. Kemiripan anatomis pada embrio vertebrata


Sejumlah homologi yang paling menarik tentang struktur
“sisa” yang kurang penting, bahkan mungkin tidak ada bagi

5
suatu organisme. Struktur vestigial (structure vestigial)
tersebut merupakan sisa ciri yang berperan penting pada nenek
moyang organisme tersebut.
Ahli biologi juga mengamati kemiripan organisme pada
tingkat molekular. Organisme yang sedemikian berbeda,
misalnya manusia dan bakteri, sama-sama memiliki gen yang
diwariskan dari nenek moyang bersama yang sangat jauh.
Seperti tungkai depan manusia dan paus, gen-gen ini seringkali
telah memeroleh fungsi yang berbeda.
Ahli biologi seringkali menggambarkan pola turunan dari
nenek moyang bersama dan homologi yang dihasilkan dengan
sebuah pohon evolusi (evolutionary tree), diagram yang
menunjukkan kekerabatan evolusioner di antara kelompok-
kelompok organisme.

Gambar 3. Contoh Pohon Evolusi


Setiap titik percabangan mewakili nenek moyang bersama
dari semua spesies yang merupakan keturunannya. Ikan paru-
paru dan semua tetrapoda merupakan keturunan dari nenek
moyang , sedangkan mamalia, kadal dan ular, buaya, serta
burung merupakan keturunan dari nenek moyang . Ketiga
homologi yang ditunjukkan pada pohon tersebut yaitu tungkai
tetrapoda, amnion (membran pelindung embrio), dan bulu,
membentuk pola bersangkar. Tungkai tetrapoda ditemukan
pada nenek moyang  dan oleh karena itu ditemukan pada
semua keturunan dari nenek moyang tersebut (tetrapoda).

6
Amnion hanya ditemukan pada nenek moyang , sehingga
hanya dimiliki oleh sebagian tetrapoda (mamalia dan reptilia).
Bulu hanya ada pada nenek moyang bersama  sehingga hanya
dimiliki oleh burung.
Mamalia sebenarnya lebih dekat dengan burung
dibandingkan dengan amfibia karena mamalia dan burung
memiliki nenek moyang bersama yang lebih muda (nenek
moyang ) daripada mamalia dengan amfibia (nenek moyang ).
2) Evolusi Konvergen
Walaupun organisme yang berkerabat dekat memiliki
kesamaan karakteristik akibat garis keturunan bersama,
organisme yang berkerabat jauh juga bisa mirip satu dengan
yang lain karena alasan yang berbeda yaitu evolusi konvergen
(convergent evolution), yaitu evolusi mandiri dari ciri-ciri yang
serupa pada garis keturunan yang berbeda. Contohnya pada
sugar glider yang merupakan mamalia marsupialia yang
berevolusi dalam kondisi terisolasi di benua Australia.
Walaupun sugar glider sekilas mirip dengan bajing terbang yang
merupakan eutheria dari Amerika Utara, kemampuan meluncur
di udara dievolusi secara terpisah pada kedua kelompok
mamalia yang berkerabat jauh ini. Walaupun berevolusi secara
mandiri dari nenek moyang yang berbeda, kedua mamalia ini
telah beradaptasi dari lingkungan yang serupa dengan cara
yang serupa. Spesies memiliki ciri-ciri yang sama akibat evolusi
konvergen, kemiripan tersebut disebut analog, bukan homolog.
b. Biogeografi
Biogegografi yaitu distribusi geografis dari spesies yang
dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk hanyutan benua
(continental drift), pergerakan lambat benua di Bumi seiring waktu.
Evolusi dan hanyutan benua dapat digunakan untuk
memerkirakan letak fosil dari kelompok-kelompok organisme yang
berbeda dapat ditemukan. Evolusi juga dapat untuk menjelaskan
data biogeografis. Misalnya, pulau-pulau biasanya memiliki banyak

7
spesies hewan dan tumbuhan yang endemik (endemic), yang
artinya tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Darwin dalam
buku The Origin of Species, kebanyakan spesies penghuni pulau
berkerabat dekat dengan spesies yang hidup di daratan utama
terdekat atau pulau yang terdekat. Pulau dikolonisasi oleh spesies
dari daratan terdekat. Penghuni ini pada akhirnya memunculkan
spesies baru sewaktu beradaptasi dengan lingkungan baru. Proses
semacam ini pada akhirnya memunculkan spesies baru sewaktu
beradaptasi dengan lingkungan baru. Proses semacam ini juga
menjelaskan mengapa dua pulau dengan lingkungan serupa di
belahan bumi yang berbeda dihuni bukan oleh spesies yang
berkerabat dekat, namun oleh spesies yang mirip dengan yang
hidup di daratan utama terdekat, yang lingkungannya seringkali
cukup berbeda.

Unit Terkecil Evolusi

Seleksi alam bekerja pada individu: kombinasi sifat setiap organisme


memengaruhi kesintasan dan keberhasilan reproduktifnya dibandingkan
dengan individu lain. Namun dampak evolusioner dari seleksi alam hanya
tampak pada perubahan-perubahan dalam suatu populasi seiring waktu.
Dengan berfokus pada perubahan evolusioner dalam populasi, kita
dapat mendefinisikan evolusi pada skala terkecilnya, disebut mikroevolusi
(microevolution), sebagai perubahan frekuensi alel dalam suatu populasi
dari generasi ke generasi. Seleksi alam bukan satu-satunya penyebab
mikroevolusi, ada tiga mekanisme yang dapat menyebabkan perubahan
frekuensi alel: seleksi alam, hanyutan genetik (kejadian kebetulan yang
mengubah frekuensi alel), dan aliran gen (transfer alel di antara populasi-
populasi). Setiap mekanisme tersebut memiliki efek yang berbeda pada
komposisi genetik populasi. Akan tetapi hanya seleksi alamlah yang secara
konsisten meningkatkan kecocokan antara organisme dan lingkungannya,
dan dengan demikian menyebabkan perubahan yang kita sebut sebagai
evolusi adaptif.

8
MEKANISME EVOLUSI

A. Mutasi dan Reproduksi Seksual terhadap Evolusi


Mutasi dan reproduksi seksual menghasilkan variasi genetik yang
memungkinkan evolusi terjadi.
1. Variasi Genetik
Setiap orang memiliki genotipe unik, yang tercerminkan di dalam
fenotipik individual. Variasi individual terjadi pada semua spesies.
Selain perbedaan yang dapat kita lihat atau dengar, spesies memiliki
variasi genetik yang luar biasa yang hanya dapat teramati pada
tingkat molekular. Beberapa variasi fenotipik tidak diwariskan.
Fenotipe adalah produk dari genotipe yang terwariskan dan berbagai
pengaruh lingkungan. Contohnya binaragawan mengubah fenotipe
mereka secara drastis, namun tidak mewariskan otot besar mereka
ke generasi berikutnya. Hanya bagian genetik dari variasi yang dapat
memiliki konsekuensi evolusioner.
a. Variasi dalam Satu Populasi
Karakter yang bervariasi di dalam suatu populasi bisa
bersifat diskret atau kuantitatif. Karakter diskret dapat
digolongkan berdasarkan prinsip “ya atau tidak” (warna ungu
saja atau putih saja pada bunga). Banyak karakter diskret
ditentukan oleh satu lokus gen tunggal dengan alel-alel berbeda
yang menghasilkan fenotipe berbeda. Akan tetapi, kebanyakan
variasi terwariskan melibatkan karakter kuantitatif, yang
bervariasi dalam suatu kontinum dalam populasi. Variasi
kuantitatif yang terwariskan biasanya merupakan hasil dari
pengaruh dua atau lebih gen pada satu karakter fenotipik.
Dengan memepertimbangkan karakter diskret atau
kuantitatif, para ahli biologi dapat mengukur variasi genetik
dalam suatu populasi pada tingkat keseluruhan gen (variabilitas
gen) dan tingkat molekular DNA (variabilitas nukleotida).
Variabilitas gen dapat dikuantifikasi sebagai heterogezitas rata-
rata (average heterozigosity), persentase rata-rata dari lokus

9
heterozigot (ingatlah bahwa individu heterozigot memiliki dua alel
berbeda pada satu lokus, sementara individu homozigot memiliki
dua alel identik pada lokus tersebut).
Variabilitas nukleotida diukur dengan membandingkan
sekuens DNA dari dua individu dalam populasi dan kemudian
menghitung rata-rata data dari banyak pembandingan semacam
itu. Variabilitas gen (heterozigot rata-rata) cenderung lebih besar
daripada variabilitas nukleotida. Gen bisa terdiri oleh ribuan
nukleotida. Satu perbedaan hanya pada salah satu nukleotida
cukup untuk membuat dua alel gen tersebut menjadi berbeda
sehingga meningkatkan variabilitas gen.
b. Variasi di antara populasi-populasi

2. Mutasi
Sumber dari alel-alel baru adalah mutasi (mutation), perubahan
dalam sekuens nukleotida dari DNA suatu organisme. Mutasi tidak
dapat memperkirakan secara akurat segmen DNA mana yang akan
berubah atau dengan cara apa. Dalam organisme multiseluler, hanya
mutasi pada garis keturunan sel yang menghasilkan gamet dapat
diteruskan pada keturunan. Pada tumbuhan dan fungi, banyak garis
keturunan sel berbeda yang dapat menghasilkan gamet. Namun
pada hewan, kebanyakan mutasi terjadi pada sel somatik dan lenyap
sewaktu individu tersebut mati.

3. Reproduksi Seksual
Pada organisme yang bereproduksi secara seksual, kebanyakan
variasi genetik dalam populasi merupakan akibat dari berbagai
kombinasi unik dari alel-alel yang diterima oleh setiap individu.
Tentu saja, pada tingkat nukleotida, semua perbedaan di antara alel-
alel tersebut disebabkan oleh mutasi-mutasi yang telah terjadi.
Namun mekanisme reproduksi seksuallah yang mengocok alel-alel
yang ada dan membagikannya secara acak untuk menentukan
genotipe-genotipe individual. Mekanisme yang terlibat dalam

10
pengocokan alel ini antara lain pindah silang, perpasangan bebas
kromosom, dan fertilisasi. Sewaktu meiosis, pasangan kromosom
homolog yang masing-masing diwariskan dari salah satu orangtua.
Mempertukarkan beberapa alel melalui pindah silang. Kromosom-
kromosom homolog tersebut beserta alel-alel yang dikandungnya
kemudian didistribusikan secara acak kepada gamet. Banyaknya
kombinasi perkawinan yang mungkin terjadi dalam suatu populasi,
fertilisasi menyatukan gamet dari individu-individu yang mungkin
memmiliki latar belakang genetik yang berbeda. Efek kombinasi dari
ketiga mekanisme ini memastikan reproduksi seksual menyusun
ulang alel-alel yang ada menjadi berbagai kombinasi baru pada
setiap generasi. Maka tersedialah banyak variasi genetik yang
memungkinkan evolusi terjadi.

B. Ekuilibrium Hardy-Weinberg
Ekuilibrium Hardy-Weinberg dapat digunakan untuk menguji
apakah sebuah populasi berevolusi. Individu-individu dalam populasi
harus berbeda secara genetis agar evolusi bisa terjadi. Namun
keberadaan variasi genetik tidak menjamin bahwa populasi akan
berevolusi. Agar evolusi terjadi, salah satu faktor penyebab evolusi
haruslah bekerja.
1. Lungkang Gen dan Frekuensi Alel
Populasi (population) adalah sekelompok individu dari spesies yang
sama, hidup di wilayah yang sama, dan saling mengawini, sehingga
menghasilkan keturunan yang fertil. Susunan genetik dari suatu
populasi dengan menjabarkan lungkang gen (gene pool), yang terdiri
dari semua alel untuk semua lokus pada semua individu dari
populasi tersebut. Jika hanya ada satu alel untuk suatu lokus
tertentu dalam suatu populasi, alel tersebut dikatakan tetap (fixed)
dalam lungkang gen, dan semua individu homozigot bagi alel
tersebut. Namun jika ada dua alel atau lebih untuk lokus tertentu
dalam suatu populasi, individu dalam populasi bisa homozigot atau
heterozigot.

11
Sebuah lokus dengan dua alel, penggunaan p untuk mewakili
frekuensi salah satu alel, dan q untuk mewakili frekuensi alel yang
lain.
2. Prinsip Hardy-Weinberg
Salah satu cara mengkaji apakah seleksi alam atau faktor-faktor
lain yang menyebabkan evolusi pada lokus tertentu adalah dengan
menentukan susunan genetik suatu populasi, jika populasi tidak
berevolusi pada lokus tersebut. Jika tidak ada perbedaan, kita dapat
menyimpulkan bahwa populasi sungguhan tidak berevolusi. Apabila
ada perbedaan, kita dapat menyimpulkan bahwa populasi
sungguhan berevolusi.
a. Ekuilibrium Hardy-Weinberg
Lungkang gen dari suatu populasi yang tidak berevolusi
dapat dijabarkan melalui Prinsip Hardy-Weinberg. Prinsip ini
menyatakan bahwa frekuensi alel dan genotip dalam suatu
populasi akan tetap konstan dari generasi ke generasi, asalkan
hanya segregasi Mendelian dan rekombinasi alel yang bekerja.
Lungkang gen semacam ini disebut berada dalam ekuilibrium
Hardy-Weinberg (Hardy-Weinberg equilibrium).
b. Kondisi Tercapainya Ekuilibrium Hardy-Weinberg
Prinsip Hardy-Weinberg menjabarkan sebuah populasi
hipotetis yang tidak berevolusi. Namun, pada populasi
sungguhan, frekuensi alel dan genotipe seringkali berubah
seiring waktu. Perubahan-perubahan semacam itu terjadi ketika
setidaknya satu dari kelima kondisi ekuilibrium Hardy-Weinberg
berikut tidak terpenuhi :
1) Tidak ada mutasi.
2) Perkawinan acak. Jika individu kawin menuruti pilihan
tertentu dalam suatu populasi, misalnya dengan kerabat
dekatnya sendiri (perkawinan sanak, inbreeding),
percampuran gamet secara acak tidak terjadi, dan frekuensi
genotipe berubah.

12
3) Tidak ada seleksi alam. Perbedaan dalam kesintasan dan
keberhasilan reproduktif dari individu yang membawa
genotipe berbeda dapat mengubah frekuensi alel.
4) Ukuran populasi sangat besar. Semakin kecil populasi,
semakin besar kemungkinan frekuensi alelnya berfluktuasi
secara kebetulan dari suatu generasi ke generasi berikutnya
(hanyutan genetik).
5) Tidak ada aliran genetik. Dengan memindahkan alel ke
dalam atau ke luar populasi, aliran gen dapat mengubah
frekuensi alel.

Perbedaan Teori Evolusi

Perbedaan Teori Lamarck dengan Teori Darwin


Jean Baptiste Lamarck berpendapat bahwa evolusi terjadi karena
makhluk hidup beradaptasi dengan lingkungan. Teori Lamarck antara lain:
1. Alam sekitar/lingkungan mempunyai pengaruh pada ciri-ciri atau sifat-
sifat yang diwariskan.
2. Prinsip use and diuse (digunakan dan tidak digunakan) menyatakan
bahwa organ atau bagian tubuhyang digunakan untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya akan berkembang dengan baik sehingga
akan menjadi lebih kuat dan besar. Sementara itu, bagian tubuh yang
tidak digunakan akan mengalami kemunduran sehingga menyusut
menjadi lebih kecil.
3. Ciri-ciri atau sifat-sifat yang didapat (terbentuk oleh lingkungan selama
hidupnya) akan diwariskan kepada keturunannya.
Lamarck menjelaskan tentang evolusi jerapah bahwa nenek moyang
jerapah adalah jerapah yang berleher pendek pemakan daun-daunan di
pohon, bukan pemakan rumput. Untuk mencapai daun-daun yang
tinggi, jerapah berleher pendek harus meregangkan dan memanjangkan
lehernya sehingga lehernya semakin panjang. Sifat leher panjang

13
diwariskan kepada keturunannya dan proses ini terus berlanjut hingga
sekarang sehingga semua jerapah hidup pada saat ini berleher panjang.
Darwin berpendapat lain, yaitu evolusi terjadi melalui seleksi alam.
Darwin berpendapat bahwa nenek moyang jerapah adalah jerapah berleher
panjang dan jerapah berleher pendek. Pada saat daun-daun masih tersedia
di pohon yang rendah dan tinggi, baik jerapah berleher pendek maupun
panjang dapat hidup. Namun, semakin lama daun-daun yang terletak di
pohon yang rendah semakin berkurang dan habis sehingga jerapah berleher
pendek akhirnya mati dan punah. Sementara itu, jerapah berleher panjang
tetap mendapatkan makanannya dan dapat bertahan hidup terus bahkan
berkembang biak hingga sekarang. Jadi, jerapah berleher panjang bersifat
lebih adaptif daripada jerapah yang berleher pendek.
Pendapat Lamarck dan Darwin mempunyai kesamaan, yaitu evolusi
terjadi karena adanya perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan yang
menyebabkan evolusi jerapah adalah perubahan jumlah makanan berupa
daun-daun yang terletak di pohon yang rendah semakin berkurang dan
habis.

Perbedaan Teori Weismann dan Teori Darwin


August Weismann berpendapat bahwa sifat leher jerapah
dikendalikan oleh gen. Sifat leher panjang dikendalikan oleh gen dominan,
sedangkan sifat leher pendek dikendalikan oleh gen resesif. Jerapah yang
berleher panjang mempunyai genotipe dominan homozigot atau heterozigot,
sedangkan jerapah yang berleher pendek semuanya bersifat homozigot
resesif. Jerapah berleher pendek tidak mampu beradaptasi dengan
lingkungannya hingga akhirnya mengalami kepunahan.
Weismann menyatakan bahwa evolusi menyangkut pewarisan gen-gen
melalui sel-sel kelamin atau evolusi berkaitan dengan gejala seleksi alam
terhadap faktor-faktor genetik. Sementara itu, Darwin menyatakan bahwa
evolusi terjadi karena seleksi alam atau seleksi alam merupakan penyebab
utama evolusi adaptif. Jadi, teori evolusi yang dikemukakan Weismann
tidak bertentangan dengan teori Darwin, tetapi justru memperjelas dan
memperkuat teori Darwin.

14
Perbedaan Teori Lamarck dengan Teori Weismann
Lamarck berpendapat bahwa perubahan sifat dan fungsi organ tubuh
sebagai akibat adaptasi dengan lingkungannya akan diwariskan kepada
keturunannya. Sedangkan menurut Weismann perubahan sel-sel tubuh
akibat pengaruh lingkungan tidak akan diwariskan. Weismann
membuktikan teorinya dengan mengadakan percobaan, yaitu dengan cara
memotong ekor tikus-tikus yang dipeliharanya. Kemudian tikus tersebut
dibiarkan berkembang biak. Hasil percobaan menunjukkan tikus yang
sudah dipotong ekornya tetap mempunyai anak-anak tikus yang berekor
panjang. Percobaan tersebut dilakukan berulang-ulang hingga 21 generasi,
ternyata tetap menghasilkan generasi tikus yang berekor panjang
(Irnaningtyas, 2016: 288-290).

SPESIASI

Terbentuknya spesies atau spesiasi diawali dengan adanya


perubahan faktor dalam (instrinsik) akibat dari tekanan faktor luar
(ekstrinsik). Faktor luar berkaitan dengan keadaan lingkungan. Sementara
itu, faktor instrinsik berkaitan dengan gen. Perubahan faktor instrinsik dari
generasi ke generasi dapat mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk,
kebiasaan, dan sifat suatu jenis yang berbeda dari aslinya sehingga akan
memunculkan jenis baru.
Individu-individu dalam suatu populasi dapat saling terpisah sehingga
masing-masing individu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
Di tempat yang baru, oraganisme yang terpisah akan mengalami perubahan
alat, cara, dan waktu bereproduksi. Jika suatu saat hasil keturunan
individu-individu yang telah lama berpisah tersebut disatukan kembali,
tidak akan dapat bereproduksi seperti semula (isolasi reproduksi).
Faktor yang memisahkan suatu populasi disebut penghalang yang
dapat berupa keadaan geografi, seperti jurang yang luas, gurun, dan
gunung yang tinggi. Insividu-individu satu spesies yang terpisah disebut
alopatrik. Individu-individu yang telah terpisah dalam waktu yang lama dan

15
sudah mengalami perubahan jika suatu saat berada kembali dalam satu
lingkaran disebut simpatrik. Individu-individu tersebut sudah berbeda
spesies, disebut spesies simpatrik.

Penyebab terjadinya isolasi reproduksi


1. Isolasi ekogeografi, terjadi pada dua spesies simpatrik yang tidak dapat
melakukan perkawinan karena sudah lama berada pada lingkungan
yang berbeda dan masing-masing hanya dapat berkembang biak di
lingkungannya sendiri.
2. Isolasi habitat, terjadi pada dua spesies simpatrik yang memiliki habitat
yang berbeda. Jika ditempatkan pada lokasi yang sama, perkawinan
antarindividu dalam satu populasi lebih sering terjadi dari habitat yang
sama dibandingkan dengan perkawinan antarindividu dari populasi
yang habitatnya berbeda.
3. Isolasi musim (temporal), terjadi pada dua spesies simpatrik yang tidak
dapat melakukan perkawinan karena mempunyai musim kawin yang
berbeda.
4. Isolasi perilaku, terjadi pada dua spesies simpatrik yang tidak dapat
melakukan perkawinan karena mempunyai perbedaan tingkah laku saat
akan melakukan perkawinan. Perilaku ini dapat ditunjukkan berupa
suara, perubahan warna kulit, atau gerakan khusus.
5. Isolasi mekanik, terjadi pada dua spesies simpatrik yang tidak dapata
melakukan perkawinan karena bentuk dan ukuran alat kelaminnya
tidak sesuai atau tidak cocok (Campbell, 2012: 1-29).

KRITIK TERHADAP TEORI EVOLUSI

Teori evolusi yang dikembangkan oleh ahli-ahli terdahulu mendapatkan


sejumlah kritikan. Sadar bahwa seleksi alam tidak berfungsi mendorong
terjadinya evolusi, evolusionis lalu memunculkan konsep “mutasi” dalam
teori mereka di abad ke-20. Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada gen
makhluk hidup karena pengaruh luar seperti radiasi atau reaksi kimiawi.
Evolusionis menyatakan perubahan ini disebabkan organisme berevolusi.

16
Akan tetapi, berbagai penemuan ilmiah menolak pernyataan ini, sebab
semua mutasi yang pernah diketahui, hanya menyebabkan kerugian pada
makhluk hidup. Semua mutasi yang terjadi pada manusia mengakibatkan
kelainan mental maupun fisik seperti mongolisme (Down’s Syndrome),
albinisme (albino), dwarfisme (tubuh pendek), atau penyakit lain seperti
kanker. Namun para evolusionis berusaha mengaburkan permasalahan,
bahkan buku-buku pelajaran evolusionis contoh-contoh mutasi yang
merusak ini disebut sebagai “bukti evolusi”. Karena itulah neo-Darwinisme
harus mengangkat mutasi sejajar dengan seleksi alam sebagai penyebab
perubahan-perubahan menguntungkan. Akan tetapi, mutasi hanya dapat
menjadi penyebab perubahan-perubahan merugikan (Ahmad, 2006: 266-
267).
Seorang evolusionis, Warren Weaver (Yahya, 2001:26) mengatakan
bahwa banyak orang yang tercengang oleh pernyataan hampir semua gen
mutan yang diketahui ternyata membahayakan. Jika mutasi adalah bagian
penting dalam proses evolusi, bagaimana mungkin sebuah efek yang baik
evolusi ke bentuk kehidupan lebih tinggi-dihasilkan dari mutasi yang
hampir semuanya berbahaya. Jadi tidak mengherankan, sejauh ini tidak
ditemukan satu mutasi pun yang berguna. Semua mutasi telah terbukti
membahayakan. Dengan demikian, makhluk hidup tidak mungkin
berevolusi karena di alam tidak ada mekanisme yang menyebabkannya.
Teori Darwin semakin tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan modern.
Ilmu pengetahuan modern menyuguhkan informasi bahwa segala sesuatu
yang ada di dunia ini, termasuk pada makhluk hidup, dirancang dan
dibangun dalam sebuah sistem yang sangat rumit namun mekanisme yang
bekerja di dalamnya sangat teratur dan sempurna. Tentu ada “invisible
hand” di balik semua rancangan cerdas ini (Ahmad, 2006: 267).

Berpikir Kritis

Setelah kalian memelajari evolusi, coba pikirkan apakah makhluk


hidup mengalami evolusi? Teori manakah yang kamu dukung?
Mengapa dan jelaskan sesuai pemahamanmu!

17
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syafii. 2006. Kritik Islam atas Teori Evolusi Darwin (Suatu Kajian
tentang Asal-usul Kehidupan Manusia). Jurnal Hunafa, Volume 3,
Nomor 3, September 2006, halaman 263 – 274.

Campbell, dkk. 2012. Biologi. Edisi 8 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Irnaningtyas. 2016. Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

18

Anda mungkin juga menyukai