Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENGAMATAN SOSIAL

PAK OGAH JALANAN DI PERSIMPANGAN JALAN

DOSEN PEMBIMBING
DRA. RISDAYANTI, M.Si

DISUSUN OLEH
RINDIANI NURFAHIMA
1801113292

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
penyusunan laporan pengamatan yang berjudul “Pak Ogah di Persimpangan Jalan” ini dapat
selesai tepat pada waktunya. Tak lupa saya mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen
pembimbing Ilmu Kesejahteraan Sosial Ibu Dra. Risdayanti, M.Si dan semua teman yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan saya semoga laporan pengamatan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman dan untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
laporan ini lebih baik lagi.

Pekanbaru, 20 Maret 2019

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Struktural Fungsional ................................................................................... 3
2.2 Kemiskinan .................................................................................................. 3

BAB III
METODOLOGI
3.1 Subjek Pengamatan ....................................................................................... 5
3.2 Teknik Pengumpulan data............................................................................. 5

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Definisi pekerjaan pak ogah ......................................................................... 6
4.2 Faktor memilih bekerja sebagai pak ogah .................................................... 6
4.3 Tantangan bekerja sebagai pak ogah ............................................................ 7

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 8
5.2 Saran ............................................................................................................. 8

LAMPIRAN....................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era modern saat sekarang ini persaingan dalam pekerjaan sangatlah tinggi. Berbagai
kompleksitas pekerjaan yang dihadapi manusia. Tidak ada individu yang tidak ingin bekerja
atau memiliki pekerjaan dengan gaji rendah dan penghasilan tidak tentu. Hal tersebut menjadi
dilema ditambah dengan tingkat angkatan kerja yang tidak sebanding dengan lapangan
pekerjaan. Sulitnya lapangan pekerjaan membuat mereka pada akhirnya akan memilih
pekerjaan apa saja untuk terus bertahan hidup. Salah satu pilihan pekerjaan yang diminati
adalah Pak ogah. Istilah “Pak ogah” adalah sebutan untuk seorang relawan yang mengatur
lalu lintas di persimpangan jalan atau arus jalan putar arah jalan dua, dan mendapatkan jasa
uang dari para pengendara yang suka rela memberinya.
Nama pak ogah ini diambil dari salah satu boneka yang berperan dalam serial si Unyil
yang selalu bilang “cepek dulu dong”. Jadi, sebutan ini melekat pada mereka yang
mengharapkan uang recehan dari para pengendara. Lokasi kerja pak ogah berada di
persimpangan jalan yang memiliki tingkat kemacetan tinggi, tidak memiliki rambu lalu lintas
dan tidak dijaga oleh polisi. Fenomena pekerja pak ogah ini adalah orang-orang jalanan,
tujuan dari “pak ogah” ialah untuk mendapatkan nafkah kehidupan atau dilatarbelakangi
dengan motif ekonomi. Faktor yang menyebabkan perkerjaan ini diminati oleh kalangannya
karena rendahnya keterampilan dan skills yang dimiliki sehingga tidak mampu bersaing
dalam dunia kerja. Sebagian mereka yang bekerja sebagai pak ogah menjadikan pekerjaan ini
sebagai kerja sampingan untuk mendapat nafkah tambahan. Tidak jarang juga anak-anak
yang menjadi pak ogah demi untuk membantu penambahan nafkah keluarganya atau untuk
mendapatkan uang tambahan jajan. Pekerjaan ini berada diluar institusi negara, dengan kata
lain pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang legal. Pekerjaan pak ogah biasanya ditertibkan
oleh SATPOL PP.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pekerjaan pak ogah itu?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan seseorang memilih bekerja sebagai pak ogah?
3. Apa saja tantangan bekerja sebagai pak ogah?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang pekerjaan pak ogah
2. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang memilih bekerja sebagai pak
ogah?
3. Menjelaskan tantangan-tantangan bekerja sebagai pak ogah?

1.4 Manfaat Penulisan


Hasil pengamatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoris maupun
praktis. Secara teoritis dapat melakukan penelitian dan pengamatan yang lebih mendalam dan
menyeleruh terhadap permasalahan dalam pengamatan ini. Secara praktis pengamatan ini
dapat bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah dalam mengatasi serta memberi solusi
terkat permasalahan dalam pengamatan ini.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktural Fungsional


Teori ini yaitu menafsirkan masyarakat berupa sebuah sistem yang mempunyai bagian-bagian
yang saling berkaitan. Satu individu/kelompok dengan satu dengan individu/masyarakat
yang lainnya saling membutuhkan. Individu/kelompok menjalankan perannya masing-
masing. Teori struktural fungsional juga mengutamakan pandangan harmonisasi dan regulasi
yang dapat dikembangkan lebih jauh sebagai berikut (www.kompasiana.com) :
1. Masyarakat harus dilihat sebagai suatu sistem yang kompleks.
2. Setia bagian dari masyarakat memiliki fungsi penting dalam eksistensinya dan
stabilitas masyarakat secara keseluruhan.
3. Semua masyarakat mempunyai mekanisme untuk mengintegrasikan diri

2.2 Kemiskinan
Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal
untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002). Pada prinsipnya, kemiskinan dinilai sebagai
kondisi ketiadaan kepemilikan dan rendahnya pendapat, atau menggambarkan suatu kondisi
tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, papan, dan sandang.
Kemiskinan erat keterkaitannya dari tingkat pencapaian kesejahteraannya. Adanya
kemiskinan dalam suatu masyarakat merupakan tanda dari tidak tercapainya kesejahteraan
individu atau rumah tangga. Berikut beberapa pendekatan untuk melihat tingkat
kesejahteraan, yaitu (Zastrow, 2000;237)
1. Pendekatan Absolut, pendekatan ini melihat pada batas minimum yang harus dimiliki
untuk mencapai kebutuhan minimum suatu keluarga. Suatu keluarga dikatakan miskin bila
tidak mempunyai penghasilan atau tidak mencapai batas minimum yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhannya. Melalui pendekatan ini akan dapat diketahui jumlah
keluarga miskin. Dengan batas minimum yang sama maka akan dapat diperbandingkan
satu daerah dengan daerah lainnya. Kelemahan pendekatan ini adalah pada kenyataan
bahwa kebutuhan setiap keluarga tidak akan sama, karena tergantung pada waktu dan
tempat. Kemiskinan sangat terkait dengan kondisi-kondisi dimasyarakatnya. Namun
demikian pendekatan ini masih banyak digunakan terurtama terkait dengan perbandingan
jumlah penduduk miskin.

3
2. Pendekatan Relatif, pendekatan ini membandingkan antara pendapatan seseorang atau
rumah tangga dengan rata-rata pendapatan populasi. Pendekatan ini lebih melihat
pada ketidakseimbangan pendapatan. Selama ketidakseimbangan pendapatan ada
maka kemiskinan akan tetap ada. Pendekatan ini sudah mengakomodasi bahwa
kemiskinan tidak akan sama di semua tempat, namun pendekatan ini justru tidak dapat
menunjukan seberapa buruk atau seberapa baik orang menditribusikan pendapatan
dalam kehidupan nyata.
3. Pendekatan Kebutuhan Dasar, pendekatan yang dikemukakan oleh Towsend
menekankan pada dua unsur penting, (eksiklopedi ilmu-ilmu sosial, 2000), yaitu:
pertama, kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi pendapatan yang tidak dapat
mencukupi pemenuhan kebutuhan subsisten akan pangan, papan, pakaian, dan
barang-barang rumah tangga tertentu. Kedua, pendapatan tersebut juga tidak dapat
memenuhi jasa-jasa penting lainnya, seperti air minum yang aman, sanitasi,
transportasi umum, pelayanan kesehatan, dan pendidikan. Pendekatan ini lebih
lengkap dibanding dua pendekatan sebelumnya, karena lebih menekankan pada
pemenuhan kebutuhan, dimana hal tersebut berbeda-beda tergantung pada tempat dan
waktu.

4
BAB III
METODOLOGI

3.1 Subjek Pengamatan


Subjek dari pengamatan ini adalah beberapa pak ogah yang berada di sekitar persimpangan
jalan atau arus jalan putar arah di Jalan HR.Subrantas, Panam, Kota Pekanbaru.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam pengamatan sosial ini adalah wawancara. Wawancara
merupakan percakapan yang dilakukan dua pihak, pewancara akan mengajukan beberapa
pertanyaan dan narasumber yang memberikan jawaban atas pernyataan itu. Wawancara yang
dilakukan berisikan tentang pekerjaan pak ogah.

5
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Definisi pekerjaan pak ogah


Pak ogah atau disebut dengan pak ogah jalanan adalah pekerjaan yang bertugas untuk
mengatur jalanan di perempatan, pertigaan atau persimpangan putar arah yang tidak ada
lampu lalu lintas dan tidak dijaga oleh polisi. Istilah pak ogah berasal dari serial tv, tokoh
salah satu boneka di program tayangan Si Unyil. Penggambaran tokoh pak ogah yang selalu
meminta imbalan setelah ia melakukan pekerjaan. Kata-kata yang sering ia gunakan “cepek
dulu dong”. Pak ogah jalanan meminta imbalan sukarela setelah mengatur jalanan. Salah
satu pak ogah jalanan yang diwawancara bernama Angga. Angga adalah ketua pak ogah
jalanan di jalan HR.Subrantas, Panam, Kota Pekanbaru. Ia bekerja sebagai pak ogah sudah
5 bulan. Pekerjaan utamanya adalah seorang juru parkir disalah satu toko daerah Pekanbaru.
Pekerjaan menjadi pak ogah adalah pekerjaan sampingan.

4.2 Faktor memilih bekerja sebagai pak ogah


Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, faktor utama menjadi pekerja sebagai
pak ogah adalah motif ekonomi. Faktor ekonomi memang menjadi persoalan utama dalam
kehidupan. Kebutuhan yang tidak terbatas serta harga-harga pandang, sandang, papan yang
melunjak menyebab seseorang tidak bisa mengandalkan satu pekerjaan untuk mencari
nafkah. pekerjaan ini menjadi lahan pekerjaan sampingan untuk mendapatkan nafkah
tambahan kehidupan mereka. Kepadatan penduduk yang tidak seimbang dengan lapangan
pekerjaan yang ada, menyebabkan seseorang melakukan apa saja untuk dijadikan pekerjaan
yang menghasilkan uang. Biasanya pekerjaan ini dilakukan orang yang ekonominya
menengah ke bawah. Selain itu, Anak-anak juga memilih untuk bekerja sebagai pak ogah
guna membantu finansial orang tuanya dan menambah uang saku mereka.
Data yang didapat dari wawancara oleh seorang pak ogah, Para pak ogah memulai operasi
mengatur jalanan pada pagi hingga bahkan malam. Target utama pak ogah adalah pada saat
jalanan macet, sehingga pak ogah sangat dibutuhkan untuk mengatur jalanan agar jalanan
menjadi lancar. Penghasilan dari pak ogah itu sendiri mencapai sembilan ribu rupiah per
jam. Bahkan apabila bekerja dari pagi hingga malam penghasilan bisa mencapai dua ratus
ribu rupiah.

6
4.3 Tantangan bekerja sebagai pak ogah
Pekerjaan pak ogah bukanlah hal yang mudah. Mereka juga mempertaruhkan nyawa
saat berada di persimpangan jalan. Informasi-informasi dari yang pewawancara dapat bahwa
ada pengendara yang tidak suka dengan adanya pak ogah karena ia menganggap pak ogah
mengganggu ketertiban lalu lintas. Pekerjaan ini hanya mengharapkan imbalan sukarela saja,
terkadang tidak ada yang memberikan balasan jasa. Pekerja pak ogah juga memiliki daerah
yang sudah dibagi-bagi. Setiap persimpangan jalanan memiliki jatah masing-masing orang
serta di satu persimpangan jalan terdapat 2-4 pak ogah. Tidak sembarang orang bisa menjadi
pak ogah dan bekerja di suatu persimpangan jalan. Mereka harus berkonfirmasi atau meminta
izin dengan pekerja yang sudah biasa bekerja di daerah itu. Tidak jarang terjadi konflik
dengan orang pendatang yang ingin menjadi pak ogah. Jika ada polisi yang berjaga
disekitaran persimpangan, pak ogah tidak bekerja. Karena pak ogah sendiri merupakan
pekerjaan yang tidak dibawah naungan pemerintah, pekerjaan ini tidak resmi. Selain itu
Satpol PP akan menertibkan para pak ogah yang tertangkap sedang bekerja.

7
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pak ogah adalah sebutan untuk seorang relawan yang mengatur lalu lintas di
persimpangan jalan atau arus jalan putar arah jalan dua, dan mendapatkan jasa uang dari para
pengendara yang suka rela memberinya. Fenomena pekerja pak ogah ini adalah orang-orang
jalanan, tujuan dari “pak ogah” ialah untuk mendapatkan nafkah kehidupan atau
dilatarbelakangi dengan motif ekonomi. Faktor yang menyebabkan perkerjaan ini diminati
oleh kalangannya karena rendahnya keterampilan dan skills yang dimiliki sehingga tidak
mampu bersaing dalam dunia kerja. Sebagian mereka yang bekerja sebagai pak ogah
menjadikan pekerjaan ini sebagai kerja sampingan untuk mendapat nafkah tambahan.

5.2 Saran
Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang ilegal. Pekerjaan ilegal dan tidak tertera dalam UU
seharusnya ditindaklanjuti. Pemerintah belum dapat menemukan titik solusi dari masalah ini.
Solusi yang tepat untuk masalah ini adalah menciptakan pekerjaan baru untuk mereka para
pak ogah, pemberian pekerjaan yang layak agar mereka dapat mencukupi kebutuhannya serta
bantuan-bantuan dana langsung untuk membuka usaha. Pemerintah juga harus lebih
memperhatikan orang-orang jalan serta menertibkan mereka agar ketertiban lalu lintas dapat
terjaga, karena pak ogah ataupun orang-orang dijalanan juga dikhawatirkan akan
mengganggu ketertiban jalanan. Kerawanan kriminalitas juga perlu diwaspadai oleh para
pengguna jalan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Febriana, E. (2010). Strategi Pengentasan Kemiskinan . lib ui.

Putra, A. R. (2018). Bentuk aktivitas pekerja anak di jalan. lib STKIP PGRI.

Soekanto, S. (2002). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

widad, N. (2014, Mei 19). Kompasiana. Dipetik Maret 27, 2019, dari
www.kompasiana.com/nurulwidad/teori-struktural-fungsional

9
LAMPIRAN
Nama Narasumber : Angga
Ketua Pak Ogah di Jalan HR.Subrantas, Panam, Kota Pekanbaru
Percakapan diinisialkan
A : Narasumber
P : Pewawancara

P : Apakah pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang terpaksa atau keinginan sendiri?
A : Keinginan sendiri, untuk mencari tambahan nafkah, tidak ada yang menyuruh.
P : Selain kerja sebagai pak ogah, ada kerjaan lain?
A : Kerja ini cuma sampingan, pekerjaan saya juru parkir. Sekarang lahan parkir payah dicari
jadi pak ogah kerjaan sampingan saya.
P : berapa penghasilan dari pak ogah sendiri?
A : Kalau penghasilan tidak menentu, kalau dikasih alhamdulillah, kalau tidak gak apa, tidak
ada paksaan. Biasanya sore itu dapat sembilan ribu per jam.
P : Pernah terjadi konflik dengan polisi?
A : Tidak pernah, kalau ada polisi atau satpol pp, kami menghindar. Kalau sudah pergi lanjut
jadi pak ogah. Tapi kadang konflik dengan orang pendatang baru. Karena lahan
persimpangan sudah ditentukan siapa-siapa orangnya
P : Maksudnya lahannya bang?
A : Kalau ada yang mau jadi pak ogah baru, cari lahan yang kosong. Tapi kalau ada yang
mau juga lahannya sama, itu biasanya kesepakatan atau bergantian saja, karenakan kita disini
juga membantu
P : Kalau ada anak jalanan yang ingin jadi pak ogah gimana bang?
A : Itu tergantung umurnya berapa. Kadang susah juga karena takut dijalan ada apa-apa.

10

Anda mungkin juga menyukai