Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin majunya kehidupan semakin banyak pula masalah yang kita hadapi
baik dari bidang pendidikan,ekonomi, politik, budaya, kesehatan dll. Akan tetapi
semua itu memiliki keuntungan dan kerugian. Setiap masalah pasti memiliki jalan
keluar walapun semua itu tidak mudah. Salah satu kesehatan yang kita hadapi adalah
penyakit chikungunya yang disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus
Chikungunya.
Chikungunya merupakan sejenis penyakit yang diperantarai oleh nyamuk.
Chikungunya pertama kali ditemukan berdasarkan hasil pemeriksaan darah pada
tahun 1952 di Tanzania. Di Indonesia,kejadian luar biasa (KLB) Chikungunya
dilaporkan pada tahun 1982, Demam Chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama
kali di Samarinda pada tahun 1973, kemudian berjangkit di Kuala Tungkal,
Martapura, Ternate, Yogyakarta (1983), Muara Enim (1999), Acehdan Bogor (2001).
Sebuah wabah Chikungunya ditemukan di Port Klang di Malaysia pada
tahun 1999, selanjutnya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Awal 2001, kejadian
luar biasa demam Chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh.
Disusul Bogor bulan Oktober. Setahun kemudian demam Chikungunya berjangkit
lagi di Bekasi (Jawa Barat), Purworejo danKlaten (Jawa Tengah). Diperkirakan
sepanjang tahun 2001-2003 jumlah kasus Chikungunya mencapai 3.918 jiwa dan
tanpa kematian yang diakibatkan penyakit ini.
Faktor penular utamanya adalah nyamuk Aedes aegypti. Dalam musim hujan
nyamuk ini berkembang sangat cepat sehingga pada musim hujan penderita penyakit
chikungunya semakin banyak dan meningkat. Selain itu, lingkungan juga bisa
menjadi faktor pemicu datangnya nyamuk ini. Lingkungan yang kurang dijaga
kebersihannya dan didukung oleh sikap masyarakat yang kurang peduli terhadap
kebersihan lingkungan tempat tinggalnya dapat mengundang nyamuk penyebar
penyakit chikungnunya. Penyakit ini tidak dapat di tularkan secara langsung oleh
penderita, seperti berjabat tangan, memakai peralatan yang sama secara bergantian.

1
Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk pembawa. Penyakit ini seperti penyakit demam
berdarah yang ditularkan oleh faktor pembawa yaitu nyamuk. Bedanya, jika virus
demam berdarah menyerang pembuluh darah, sedangkan virus Chikungunya
menyerang sendi dan tulang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Demam Chikungunya
2. Bagaimana Etiologi Chikungunya ?
3. Bagaimana Siklus Penularan Chikungunya ?
4. Apa Saja Faktor-Faktor Risiko Lingkungan Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Chikungunya ?
5. Apa Saja Gejala Penderita Chikungunya ?
6. Bagaimana Cara Menghindari Chikungunya ?
7. Bagaimana Faktor Resiko Chikungunya ?
8. Bagaimana Cara Pengobatan Chikungunya ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Demam Chikungunya
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili, berdasarkan gejala pada
penderitanya, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung (that which
contorts or bends up), mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat
nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini menurut lembar data keselamatan
(MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada lutut,
pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki. Selain kasus demam berdarah
yang merabak di sejumlah wilayah Indonesia, masyarakat di repotkan pula dengan
kasus chikungunya. Gejala penyakit ini termasuk demam mendadak yang mencapai
39oc, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan
serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada
kulit. Terdapat juga sakit kepala, conjunctival injection dan sedikit fotofobia.
Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri sendiri dan akan sembuh sendiri.
Perawatan berdasarkan gejala disarankan setelah mengetepikan penyakit-
penyakit lain yang lebih berbahaya. Chikungunya adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus yang ditularkan lewat gigitan nyamuk. Penyakit Chikungunya
disebakan oleh virus Chikungunya (CHIKV). Virus CHIKV merupakan virus RNA
yang termasuk ke dalam genus Alphavirus dari keluarga Togaviridae. Virus ini
ditularkan dari manusia ke manusia oleh gigitan nyamuk Aedes Albopictus ( WHO,
2008). Penyakit Chikungunya mempunyai manifestasi klinik yang menyerupai
dengan infeksi virus dengue. Biasanya penderita penyakit Chikungunya ini, tubuhnya
mengalami demam, sakit persendian dan ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan).
Gejala lain yang timbul dari penyakit tersebut yaitu sakit kepala, nyeri otot,
menggigil kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian
leher, mual, dan muntah (Chin, 2006). Masih ada dari sebagian masyarakat yang
belum mengetahui apa itu penyakit chikungunya , dan sebagian masyarakat lainnya
baru mengerti tentang cikungunya setelah mereka terkena penyakit ini. Pencegahan
sejak dini terhadap chikungunya dapat dilakukan pada masyarakat yang memiliki

3
pengetahuan yang cukup tentang chikungunya. Pengetahuan 1 2 tentang kesehatan
sangat penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari terlebih pengetahuan tentang
chikungunya (Suriptiastuti, 2007). Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbetuknya perilaku sesesorang (over behavior), karena prilaku yang
di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak di dasari oleh
pengetahuan (Notoadmodjo, 2007). Manusia mempunyai hubungan timbal balik
terhadap lingkungan dalam hal ini menitikberatkan pada interaksi manusia dengan
lingkungannya. Kejadian penyakit merupakan hasil hubungan antara penduduk
dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya terhadap kesehatan salah satunya
adalah penyakit yang ditularkan oleh vector.
B. Etiologi chikungunya
Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus
Chikungunya. Virus ini termasuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus atau “group
A” antropho borne viruses. Virus ini telah berhasil diisolasi di berbagai daerah di
Indonesia. Sejarah Chikungunya di Indonesia Penyakit ini berasal dari daratan Afrika
dan mulai ditemukan di Indonesia tahun 1973.
Vektor penular utamanya adalah Aedes aegypti (the yellow fever mosquito),
nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam berdarah dengue. Meski masih
“bersaudara” dengan demam berdarah, penyakit ini tidak mematikan, namun virus ini
juga dapat diisolasi dari nyamuk Aedes africanus, Culex fatigans dan Culex
tritaeniorrhynchus. Aedes albopictus (the Asian tiger mosquito) mungkin juga
berperanan dalam penyebaran penyakit ini di kawasan Asia. Dan beberapa jenis
spesies nyamuk tertentu di daerah Afrika juga ternyata dapat menyebarkan penyakit
Chikungunya. Akan tetapi, nyamuk yang membawa darah bervirus didalam tubuhnya
akan kekal terjangkit sepanjang hayatnya. Tidak ada bukti yang menunjukkan virus
Chikungunya dipindahkan oleh nyamuk betina kepada telurnya sebagaimana virus
demam berdarah.

4
C. Siklus Penularan
Penularan demam chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit (dalam
keadaan viremia) digigit oleh nyamuk penular, kemudian nyamuk tersebut mengigit
orang lain. Biasanya akan terjadi penularan dari orang ke orang. Penyakit ini biasanya
berlangsung selama beberapa hari, kemudian sembuh sendiri dengan masa inkubasi
antara 1-12 hari (umumnya 2-4 hari).

D. Faktor-faktor risiko lingkungan yang berhubungan dengan kejadian


chikungunya
a) Lingkungan
a. Derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
adalah lingkungan. Lingkungan adalah himpunan dari semua kondisi
luar yang berpengaruh pada kehidupan dan perkembangan pada suatu
organisme, perilaku manusia, dan kelompok masyarakat. Lingkungan
memegang peranan yang sangat penting dalam menyebabkan
penyakit-penyakit menular lingkungan sangat berpengaruh terhadap
distribusi kasus chikungunya (Budiono, 2001 :39).

5
b) Ketersediaan TPA
a. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti :
drum, tangki, tempayan, bak mandi dan ember (Kemenkes 33 2.2.1.2
Ketersediaan Non TPA Tempat penampungan air bukan untuk
keperluan sehari-hari (Non TPA), seperti : vas bunga, tempat minum
burung, tempat pembuangan air kulkas, tempat pembuangan air
dispenser, barang bekas (kaleng, ban, botol, plastik) (Kemenkes RI,
2012).
c) Suhu Udara
Virus chikungunya hampir sama dengan virus dengue yaitu hanya
endemic di daerah tropis dimana suhu memungkinkan untuk
perkembangbiakan nyamuk. Suhu optimum pertumbuhan nyamuk
adalah 25oC – 27oC (Suroso, 2003).
d) Kelembaban Udara
Angka kelembaban di Indonesia bisa mencapai 85%. Hal ini
disebabkan Indonesia merupakan Negara kepulauan yang lautnya lebih
luas daripada daratan, sehingga udara lebih banyak mengandung air.
Rata-rata kelembaban untuk pertumbuhan nyamuk adalah 65-90%
(Santoso. L, 1999).
e) Pencahayaan
Cahaya merupakan faktor utama yang mempengaruhi nyamuk
beristirahat pada suatu tempat intensitas cahaya yang rendah dan
kelembaban yang tinggi merupakan kondisi yang baik bagi nyamuk.
Intensitas cahaya merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi
aktivitas terbang nyamuk. Intensitas pencahayaan untuk kehidupan
nyamuk adalah < 60 lux (Budiono, 2006).
f) Keberadaan Jentik Nyamuk
Jentik nyamuk akan tumbuh menjadi pupa nyamuk. Pupa nyamuk
yang masih dapat aktif bergerak di dalam air tanpa makan, itu akan
memunculkan nyamuk menunggu proses pematangan telurnya.

6
Selanjutnya nyamuk betina akan meletakkan telurnya didinding tempat
perkembangbiakan, sedikit diatas permukaan air. Pada umumnya telur
akan menetas menjadi jentik dalam waktu 2 hari setelah terendam air.
Suhu air yang cocok antara 26 – 300C, kelembaban antara 26 – 28.
Larva akan menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa
(Depkes RI, 2004).
E. Gejala Penderita Chikungunya
Gajala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa
demam diikuti dengan linu dipersendian. Bahkan karena salah satu gejala yang khas
adalah timbulnya rasa pegal, ngilu juga timbul pada tulang, ada yang menamainya
sebagai tulang atau flu tulang. Gejala-gejalanya memang mirip dengan infeksi virus
dengue dengan sedikit perbedaan pada hal-hal tertentu. Virus ini dipindahkan dari
satu penderita ke penderita lain melalui nyamuk, antara lain Aedes aegypti. Virus
yang di tularkan oleh nyamuk aedes aegypti ini akan berkembang biak di dalam tubuh
manusia. Virus menyerang semua usia, baik anak maupun dewasa di derah endemis.
Secara mendadak penderita akan mengalami demam tinggi selama lima hari.
Pada umumnya demam pada anak hanya berlangsung selama tiga hari dengan tanpa
atau sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun syok. Bedanya dengan demam
berdarah dengue, pada chikungunya tidak ada pendarahan hebat, renjatan (shock)
maupun kematian.
Chikungunya tidak menyebabkan kematian dan kelumpuhan. Dengan istirahat
cukup, obat demam, kompres ,serta antisipasi terhadap kejang demam, penyakit ini
biasanya sembuh sendiri dalam tujuh hari. Tidak jarang pula orang meyakini bahwa
penyakit ini dapat mengakibatkan kelumpuhan. Melainkan lebih dari sekedar
keengganan si penderita melakukan gerakan karena rasa ngilu pada persendian.
F. Cara Menghindari Chikungunya
1. Mereka senang hidup dan berkembang biak digenangan air bersih seperti bak
mandi, vas bunga, dan kaleng bekas yang menampung air bersih.
2. Serangga bercorak hitam putih ini juga senang hidup dibenda-benda yang
menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu kamar

7
3. Nyamuk ini sangat menyukai tempat yang gelap dan pengap. Mengingat
penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti maka cara terbaik untuk
memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk tersebut.
G. Faktor Resiko
Kedekatan tempat perkembangbiakan vektor nyamuk dengan tempat tinggal
manusia merupakan faktor risiko yang signifikan untuk chikungunya serta penyakit
lain yang sama dengan spesies ini. Selama wabah, insektisida dapat disemprotkan
untuk membunuh nyamuk dewasa. Untuk perlindungan selama wabah chikungunya,
pakaian yang digunakan harus yang panjang untuk menutup kulit sehingga nyamuk
tidak langsung mengigit serta penggunaanrepellents anti nyamuk sesuai ketentuan
.Bagi mereka yang tidur pada siang hari seperti anak-anak, orang sakit atau tua,
sebaiknya menggunakan kelambu yang berinsektisida.
Faktor risiko untuk menderita penyakit chikungunya hampir sama dengan
demam berdarah yaitu keberadaan virus dan nyamuk aedes aegypti sebagai vektor
penularnya. Disamping itu daya tahan tubuh pejamu berperan dalam manifestasi
penyakit ini. Keberadaan nyamuk aedes aegypti sebagai vektor penyakit ini
berhubungan erat dengan keadaan sanitasi Iingkungan. Kebiasaan-kebiasaan manusia
yang dapat menyebabkan timbulnya tempat perindukan dan tempat istirahat nyamuk
serta kebiasaan tidak melindungi diri dari gigitan nyamuk merupakan salah satu
faktor risiko untuk menderita penyakit ini.
H. Cara Pengobatan
Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Pengobatan
terhadap penderita ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul. Perjalanan
penyakit ini umumnya cukup baik, karena bersifat “self limited disease”, yaitu akan
sembuh sendiri dalam waktu tertentu. Tetapi apabila kecurigaan penyakit adalah
termasuk campak atau demam berdarah dengue, maka perlu kesiapsiagaan
tatalaksana yang berbeda, penderita perlu segera dirujuk apabila terdapat tanda-tanda
bahaya.
Chikungunya tidak menyebabkan kematian atau kelumpuhan. Dengan
istirahat cukup, obat demam, kompres, serta antisipasi terhadap kejang demam,

8
penyakit ini biasanya sembuh sendiri dalam tujuh hari. Masih banyak anggapan di
kalangan masyarakat, bahwa demam Chikungunya atau flu tulang atau demam tulang
sebagai penyakit yang berbahaya, sehingga membuat panik. Tidak jarang pula orang
meyakini bahwa penyakit ini dapat mengakibatkan kelumpuhan. Memang, sewaktu
virus berkembang biak di dalam darah, penderita merasa nyeri pada tulang-tulangnya
terutama di seputar persendian sehingga tidak berani menggerakkan anggota tubuh.
Namun, perlu diperhatikan bahwa hal ini bukan berarti terjadi kelumpuhan.
Melainkan lebih dari sekedar keengganan si penderita melakukan gerakan karena rasa
ngilu pada persendian.
Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup
karbohidrat dan terutama protein dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta minum
air putih sebanyak mungkin untuk menghilangkan gejala demam. Perbanyak
mengkonsumsi buah-buahan segar (sebaiknya minum jus buah segar). Vitamin
peningkat daya tahan tubuh juga bermanfaat untuk untuk menghadapi penyakit ini,
karena daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa membuat rasa ngilu
pada persendian cepat hilang.Belum ditemukan imunisasi yang berguna sebagai
tindakan preventif. Namun pada penderita yang telah terinfeksi timbul imunitas /
kekebalan terhadap penyakit ini dalam jangka panjang. Pengobatan yang diberikan
umumnya untuk menghilangkan atau meringankan gejala klinis yang ada saja
(symptomatic therapy), seperti pemberian obat panas, obat mual/muntah, maupun
analgetik untuk menghilangkan nyeri sendi.
I. Cara Pencegahan
Satu-satunya cara mencegah penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa
virusnya, termasuk memusnahkan sarangpembiakan larva untuk menghentikan rantai
hidup dan penularannya. Cara sederhana yang sering dilakukan masyarakat misalnya:
1) Menguras bak mandi, paling tidak seminggu sekali. Mengingat nyamuk
tersebut berkembang biak dari telur sampai dewasa dalam kurun waktu 7-10
hari.
2) Menutup tempat penyimpanan air
3) Mengubur sampah

9
4) Menaburkan larvasida.
5) Memelihara ikan pemakan jentik
6) Pengasapan
7) Pemakaian anti nyamuk
8) Pemasangan kawat kasa di rumah.
Selain itu, nyamuk juga menyenangi tempat yang gelap, lembab, dan pengap.
Pintu dan jendela rumah dibuka setiap hari mulai dari pagi hingga sore, agar udara
segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan
pencahayaan yang sehat.
Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan
malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. Malation dipakai
dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini
dikarenakan nyamuk Aedes aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada
benda-benda yang menggantung.
Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang
memungkinkan menampung air bersih, terutama pada musim hujan seperti sekarang.
Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari sampai sore,
agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara
dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal
bagi nyamuk tersebut. Pencegahan individu dapat dilakukan dengan cara khusus
seperti penggunaan obat oles kulit (insect repellent) yang mengandung DEET atau zat
aktif EPA lainnya. Penggunaan baju lengan panjang dan celana panjang juga
dianjurkan untuk dalam keadaan daerah tertentu yang sedang terjadi peningkatan
kasus.

10
BAB III

PENUTUP
A.Kesimpulan
Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit
oleh nyamuk penular , kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain.
Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis
(berlaku dengan kerap di suatu kawasan atau populasi dan senantiasa ada). Gejalanya
adalah demam, sakit persendian, nyeri otot, bercak kemerahan pada kulit, dan sakit
kepala.
Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain
uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Pengobatan
terhadap penderita ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul. Perjalanan
penyakit ini umumnya cukup baik, karena bersifat “self limited disease”, yaitu akan
sembuh sendiri dalam waktu tertentu.
Chikungunya tidak menyebabkan kematian atau kelumpuhan. Dengan
istirahat cukup, obat demam, kompres, serta antisipasi terhadap kejang demam,
penyakit ini biasanya sembuh sendiri dalam tujuh hari.

11
DAFTAR PUSTAKA
Yhudastuti Ririh. 2011. Pengendalian Vektor dan Rodent. Pustaka Melati: Surabaya
www.depkes.go.id
http://www.medkes.com/2013/05/gejala-pengobatan-pencegahan-chikungunya.html
http://mediskus.com/penyakit/semua-tentang-penyakit
chikungunya.html#ixzz2XhPDtIMG
http://www.geocities.com/cakmoki/info_penyakit.html

12

Anda mungkin juga menyukai