Anda di halaman 1dari 7

Nama: Sintia Mustopa

Prodi: Sarjana Keperawatan

RESUME ASFIKSIA NEONATORUM

A. DEFINISI
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Asfiksia neonatorum dapat merupakan kelanjutan dari kegagalan janin (fetal
distress) intrauteri. Fetal distress adalah keadaan ketidakseimbangan antara
kebutuhan O2 dan nutrisi janin sehingga menimbulkan perubahan metabolisme janin
menuju metabolisme anaerob, yang menyebabkan hasil akhir metabolismenya bukan
lagi CO2.
B. ETIOLOGI
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang yang
mengakibatkan hipoksia bayi di dalam rahim dan dapat berlanjut menjadi asfiksia
bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab
terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah (Nurarif & Kusuma,
2013):
1. Faktor ibu
a) Preeklampsia dan eklampsia
b) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c) Partus lama atau partus macet
d) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e) Kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
a) Lilitan tali pusat
b) Tali pusat pendek
c) Simpul tali pusat
d) Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep)
c) Kelainan bawaan (kongenital)
d) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

C. KLASIFIKASI ASFIKSIA
Berdasarkan nilai APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration)
asfiksia diklasifikasikan menjadi 4, yaitu (Nurarif & Kusuma, 2013):
1. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
2. Asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4-6
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (asfiksia ringan) dengan nilai APGAR 7-9
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

Tabel 1. Penilaian APGAR


Klinis Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Warna kulit tubuh Warna kulit, tubuh,
Warna kulit Seluruh badan normal merah muda, tangan dan kaki normal
(Appearance) biru atau pucat tetapi tangan dan kaki merah muda, tidak ada
kebiruan sianosis
Denyut
jantung Tidak ada <100 kali permenit >100 kali permenit
(Pulse)
Respon Meringis atau bersin
Tidak ada repon Meringis atau menangis
refleks atau batuk saat
terhadap stimulasi lemah ketika distimulasi
(Grimace) stimulasi saluran nafas
Tonus otot Lemah atau tidak
Sedikit gerakan Bergerak aktif
(Activity) ada
Merah seluruh tubuh.
Pernafasan Menangis kuat,
Tidak ada Lemah atau tidak teratur
(Respiration) pernafasan baik dan
teratur

Tabel 2. Klasifikasi Derajat Vitalitas Bayi Baru Lahir menurut APGAR Score
Klasifikasi Nilai Derajat Vitalitas
APGAR
A 7-10 Tangisan kuat disertai gerakan
Asfiksia Ringan / tanpa asfiksia aktif
B 4-6 Pernafasan tidak teratur, megap-
Asfiksia Sedang megap, atau tidak ada pernafasan
C 0-3 Denyut jantung < 100x/menit atau
Asfiksia Berat kurang
D 0 Tidak ada pernafasan
Fres Stillbirth (Bayi Lahir mati) Tidak ada denyut jantung

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160x/menit atau kurang dari 100x/menit,
halus dan irregular serta adanya pengeluaran meconium.
a. Jika DJJ normal dan ada meconium: janin mulai asfiksia
b. Jika DJJ 160x/menit ke atas dan ada meconium: janin asfiksia sedang
c. Jika DJJ 100x/menit ke bawah dan ada meconium: janin dalam gawat.
2. Pada Bayi Setelah Lahir
a. Bayi pucat dan kebiruan
b. Usaha bernapas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolic atau respiratori
e. Perubahan fungsi jantung
E. PATOFISIOLOGI
Pada awal proses kelahiran setiap bayi akan mengalami hipoksia relatif dan
akan terjadi adaptasi akibat aktivitas bernapas dan menangis. Apabila proses adaptasi
terganggu, maka bayi bisa dikatakan mengalami asfiksia yang akan berefek pada
gangguan sistem organ vital seperti jantung, paru-paru, ginjal dan otak yang
mengakibatkan kematian.
Asfiksia terjadi karena janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbul
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi
lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat
dipengaruhi lagi. Maka timbul rangsangan dari nervus sispatikus sehingga DJJ
menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan
pernafasan intrauteri dan bila kita periksa kemudian banyak air ketuban dan
mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan dapat terjadi atelektasis. Bila janin
lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti dan denyut jantung
mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkembang secara berangsur-angsur
dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukan
pernafasan yang dalam, denyut jantung menurun terus menerus, tekanan darah bayi
juga mulai menurun, dan bayi akan terlihat lemas. Pernafasan makin lama makin
lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekuner. Selama apneu sekunder denyut
jantung, tekanan darang dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi
sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukan upaya
pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan
buatan tidak di mulai segera.
Plasenta Tali pusat
Maternal Uterus Janin

ASFIKSIA (sedang, berat)

Janin kekurangan O2 Paru-paru terisi cairan ( misal : aspirasi


& kadar CO2 meningkat mekonium, air ketuban)

Ketidakefektifan Gangguan metabolism &


bersihan jalan perubahan asam basa
napas

Napas cepat Suplai O2 dalam darah Suplai O2 ke paru ↓ Asidosis respiratorik


Apneu Hipoksia organ (jantung, Gangguan perfusi-


otak paru) ventilasi
Kerusakan otak

DJJ & TD ↓ sianosis


Napas cuping hidung,
sianosis, hipoksia
Ketidakefektifan Kematian bayi
Janin tidak perfusi jaringan
bereaksi perifer
terhadap Gangguan pertukaran
Proses keluarga gas
rangsangan
terhenti

Risiko
ketidakseimbangan Risiko Cidera
Akral dingin
suhu tubuh
Risiko Sindrom
kematian bayi
mendadak
Ketidakefektifa
n pola napas
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan diagnostic:
a) Foto polos dada: untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung dan
kelainan paru, ada tidaknya aspirasi mekonium.
b) USG (kepala): Untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal,
pervertikular, dan vertikular.
2. Pemeriksaan Laboratorium:
a) Analisa gas darah: PaO2 di dalam darah berkurang.
b) Elektrolit darah: HCO3 di dalam darah bertambah
c) Gula darah: Untuk mengindikasikan adanya pengurangan cadangan glikogen
akibat stress intrauteri yang mengakibatkan bayi mengalami hipoglikemi.
d) Baby gram: Berat badan bayi lahir rendah < 2500 gram
G. PENATALAKSANAAN

PENILAIAN :
Bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap

LANGKAH AWAL (dilakukan dalam 30 detik) :


1). Jaga bayi tetap hangat, 2). Atur posisi bayi : leher agak ekstensi, 3). Isap lendir,
4). Keringkan dan rangsang taktil, 5). Reposisi
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Penilaian apakan bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur

Ya Tidak

VENTILASI :
1. Pasang sungkup, perhatikan lekatan
2. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi
3. Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20
cm air dalam 30 detik
---------------------------------------------------------------------------------------- --
4. Penilaian apakan bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur

Ya Tidak

Lanjutkan ventilasi, hentikan tiap 30 detik


--------------------------------------------------------------------------
Penilaian apakan bayi menangis atau bernapas spontan dan
teratur

Ya Tidak

ASUHAN PASCA RESUSITASI : Setelah ventilasi selama 2 menit tidak berhasil, siapkan
1. Jaga bayi agar tetap hangat rujukan
2. Lakukan pemantauan
3. Konseling
4. Pencatatan Bila bayi tidak bisa dirujuk dan tidak bisa bernapas,
hentikan ventilasi setelah 20 menit

Konseling dukungan emosional dan pencatatan bayi


meninggal

Anda mungkin juga menyukai