Makalah
Akuntansi Sektor Publik
Dosen Pengampu :
Nur Laila Yuliani, S.E., M.Sc.
Disusun oleh :
15 C Akuntansi
Zulfa Lakhsita P N 15.0102.0149
TAHUN 2017/2018
1. PENGERTIAN ANGGARAN NEGARA
Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam bentuk
rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang
paling sederhana, anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan
kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan,
belanja, dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan dilakukan
organisasi di masa yang akan datang. Setiap anggaran memberikan informasi mengenai
apa yang hendak dilakukan dalam beberapa periode yang akan datang.
Anggaran negara menurut John F. Due (1975) adalah: “suatu pernyataan
tentang perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan terjadi dalam
suatu periode di masa depan, serta data dan pengeluaran dan penerimaan yang
sungguh-sungguh terjadi di masa yang lalu.”
a. Anggaran negara adalah gambaran dari kebijakan pemerintah yang dinyatakan
dalam ukuran uang, yang meliputi baik kebijaksanaan pengeluaran pemerintah suatu
periode di masa depan maupun kebijaksanaan penerimaan pemerintah untuk
menutup pengeluaran tersebut;
b. Di samping mengungkapkan kebijaksanaan pemerintah untuk suatu periode di masa
depan, dari anggaran negara dapat diketahui pula realisasi pelaksanaan
kebijaksanaan pemerintah di masa yang lalu;
c. Sehingga melalui anggaran negara dapat diketahui tercapai atau tidaknya
kebijaksanaan yang ditetapkan pemerintah di masa yang lalu, serta maju atau
mundurnya kebijaksanaan yang hendak dicapai pemerintah di masa yang akan
datang.
Lingkungan anggaran adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
anggaran. Dalam pendekatan sistem, maka lingkungan anggaran negara terdiri dari
beberapa unsur antara lain:
1. Kebutuhan dan kepentingan rakyat banyak
Ini merupakan fungsi ekonomi makro anggaran.
2. Sistem pemerintahan negara dengan sistem pemerintahan kabinet presidensial
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
b. Presiden
c. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
d. Kabinet/Menteri Negara
e. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
3. Sistem administrasi negara
Sistem ini sangat erat kaitannya dengan sistem pemerintah negara, yang
ditandai dengan proses penjabaran tujuan sesuai dengan pembukaan UUD 1945
alinea keempat, dalam hal ini dapat kita lihat:
a. MPR menentukan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang merupakan
pedoman utama dalam pelaksanaan pembangunan nasional.
b. Presiden sebagai Mandataris MPR, menyusun perencanaan lima tahunan,
selanjutnya dengan pedoman perencanaan tersebut diwujudkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara setiap tahun.
c. DPR menerima rancangan APBN sesuatu tahun anggaran pada kurang lebih 11
minggu sebelum tahun anggaran baru dimulai, kemudian dibahas dan disahkan.
d. Menteri Negara sebagai Pembantu Presiden menerima alokasi anggaran
berdasarkan Keputusan Presiden.
e. BPK memeriksa pelaksanaan APBN oleh Pemerintah
c. Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun,
dan
Menurut Richard Musgrave seperti yang dikutip Coe (1989) dan dikutip oleh
Mardiasmo (002) mengidentifikasi tiga pertimbangan ekonomis mengapa pemerintah
perlu terlibat dalam bisnis pengadaan barang dan jasa bagi maysrakat. Ketiga
pertimbangan tersebut meliputi stabilitas ekonomi, redistribusi, pendapatan, dan alokasi
sumber daya.
Pertimbangan pertama dan kedua umumnya digunakan oleh Pemerintah Pusat,
sedangkan pertimbangan ketiga dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Atas ketiga
prtimbangan itulah anggaran diperlukan untuk perencanaan dan pengendalian atas
penerimaan dan pengeluaran dana dalam rangka pencapaian tujuan akhir pemerintah.
Siklus anggaran meliputi empat tahap yang terdiri atas :
1. Tahap persiapan anggaran ( Preparation )
3. Pengkajian kondisi yang saat ini terjadi, sehingga bisa diketahui kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan yang sedang dan akan dihadapi.
2. Apakah pelayanan yang diberikan telah terdistribusi secara adil dan merata
diantara kelompok masyarakat?
Akibat digunakan harga pokok pelayanan historis tersebut ada item, program, atau
kegiatan akan mucul lagi dalam anggaran tahun berikutnya meskipun sebenarnya item
tersebut sudah tidak dibutuhkan perubahan anggaran hany menyentuh jumlah nominal
rupiah yang disesuaikan dengan tingkat inflasi, jumlah penduduk dan penyesuaian
lainnya.
Line-item
Ciri anggaran tradisonal adalah struktur anggaran bersifat line-item yang
berdasarkan atas sifat natural dari penerima dan pengeluaran. Metode line-item tidak
memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan dan pengeluaraan yang
telah ada dalam struktur anggaran, walaupun sebenernya secara riil item tertentu
sudah tidak relevan lagi untuk digunakan pada periode sekarang. Karena sifatnya
demikian, penggunaan anggaran tradisional tidak memungkinkan untuk dilakukan
penilaian inerja secara akurat, karena satu-satunya tolak ukur yang dpat digunakan
semata-mata pada ketaantan dalam menggunakan dana yang diusulkan.
B. Pendekatan NPM
Era New Public Management
Sejak pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan manajemen sektor publik
yang drastis dari sistem manajemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan
hierarkis menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih
mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut bukan sekedar perubahan kecil dan
sederhana. Perubahantersebut tlah mengubah peran pemerintah terutama dalam hal
hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. paradigma baru yang muncul dalam
manajemen sektor publik tersebut adalah New Public Management.
Model New Public Management mulai dikenal tahun 1980-an dan kembali populer
tahun 1990-an yang mengalami beberapa bentuk inkarnasi, misalnya munculnya konsep
“managerialism” (polit,1993); “Market based public administration” (lan, Zhiyong,
and Rosenbloom, 1992). New Public Management berfokus paa manajemen sektor
publik yang berorientasi pada kinerja, bukan berorientasi kebijakan. Penggunaan
paradigma New Public Management tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi bagi
pemerintah di antaranya adalah tuntutan untuk melakukan efisiensi, penangkasan biaya
(cost cutting), dan kompetisi tender.
Salah satu model pemerintah di era New Public Management adalah model
pemerintahan yang diajukan oleh osborne dan Gaebler (1992) yang tertuang dalam
pandangannya yang dikenal dengan konsep “Reinventing Government”. Prespektif baru
pemerintah menurut Osborne dan Gaebler tersebut adalah :
1. Pemerintah katalis : fokus pada pemberian pengarahan bukan produksi
pelayanan publik.
Pemerintah harus meyediakan beragam pelayanan publik, tetapi tidak harus
terlibat secara langsung dengan proses produksinya (producing). Sebaiknya
pemerintah memfokuskan diri pada pemberian arahan, sedangkan produksi pelyanan
publik diserahkan padapihak swasta dan atau sektor ketiga (lembaga swadaya
masyarakat dan nonprofit lainnya). Produksi pelayanan publik oleh pemerintah
harus dijadikan sebagai pengecualian, dan bukan keharusan: pemerintah hanya
memproduksi pelayanan publik yang belum dapat dilakukan oleh pihak non-
pemerintah. Pada saat ini, banyak pelayanan publik yang dapat diproduksi oleh
sektor swasta dan sektor ketiga (LSM). Bahkan, pada beberapa negara, penagihan
pajak dan retribusi sudah dikelola oleh pihak non pemerintah.
2. Pemerintah milik masyarakat: memberdayakan masyarakat daripada melayani
Pemerintah sebaiknya memberikan wewenang kepada masyarakat sehingga
mereka mampu menjadi masyarakat yang dapat menolong dirinya sendiri (self-help
community ). Sebagai misal, masalah keselamatan umum dalah juga merupakan
tanggung jawab masyarakat, tidak hanya kepolisian. Karenannya, kepolisian
semestinya tidak hanya memperbanyak polisi untuk menanggapi peristiwa kriminal,
tetapi juga membantu warga untuk memecahkan masalah yang menebabkan
timbulnya tindak kriminal. Contoh lain: untuk dapat lebih mengembangkan usaha
kecil,berikanlah wewenang yang optimal pada asosiasi pengusaha kecil untuk
memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
3. Pemerintah yang kompetitif:menyuntikkan semangat kompetisi dalam pemberian
pelayanan publik
Kompetisi adalah satu-satunya cara untuk menghemat biaya sekaligus
meningkatkan kulitas pelayanan publikyang dapat ditinggalkan kualitasnya tanpa
harus memperbesar iaya. Misalnya pada pelayanan pos negara, akibat kompetisi
yang semakin keras, pelayanan titipan kilat yang disediakan menjadi relatif semakin
cepat dari pada kualitasnya di masa lalu.
4. Pemerintah yang digerakkan oleh misi: mengubah organisasi yang digerakkan
leh peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi
Apa yang dapat dan tidak dapat dilaksanakan oleh pemerintah diatur dalam
mandatnya. Namun tujuan pemerintah bukanlah mandatnya tetapi misinya.
5. Pemerintah yang berorientasi hasil: membiayai hasil bukan masukkan
Pada pemerintah tradisional, besarnya alokasi anggaran pada suatu unit kerja
ditentukan oleh kompleksitas masalah yang dihadapi. Semakin kompleks masalah
yang dihadapi, semakin besar pula dana yang dialokasikan. Kebijakan seperti ini
kelihatannya logis dan adil tapi yang terjadi adalah, unit kerja tidak punya intensif
untuk memperbaiki kinerjanya justru mereka memiliki peluang baru: semakin lama
permasalahan dapat dipecahkan semakin banyak dana yang dapat diperoleh.
Pemerintah wirausaha berusaha mengubah bentuk penghargaan dan insentif itu,
yaitu membiayai hasil dan bukan masukkan. Pemerintah Daerah wirausaha akan
mengembangkan suatu standar kinerja yang mengukur seberapa baik suatu unit
kerja mampu memecahkan permasalahan yang menjadi tanggungjawabnya.
Semakin baik kinerjanya, semakin banyak pula dana yang akan dialokasikan untuk
mengganti semua dana yang telah dikeluarkan oleh unit kerja tersebut.
6. Pemerintah berorientasipada pelanggan : memenuhi pelanggan kebutuhan
pelanggan, bukan birokrasi
Pemerintah tradisional seringkali salah dalam mengidentifikasikan
pelanggannya. Penerimaan pajak memang dari masyarakat dan dunia usaha, tetapi
pemanfaatannya harus disetujui oleh DPR/DPRD. Akibatnya, pemerintah seringkali
mengganggap bahwa DPR/DPRD dan semua pejabat yang ikut dalam pembahasan
anggaran adalah pelanggannya. Bila DPR/DPRD dan para pejabat eksekutif tidak
menyebabkan masalah. Tetapi bila mereka menomersatukan kepentingan
kelompoknya, maka pelanggan yang sebenarnya, yaitu masyarakat, akan cenderung
dilupakan. Dalam kondisi seperti ini, pemerintah tradisional akan memenuhi semua
kebutuhan dan keinginan birokrasi, sedangkan kepada masyarakat mereka sering
kali menjadi arogan.
7. Pemerintah wirausaha: mampu menciptakan pendapatan dan tidak sekedar
membelanjakan
Pemerintah tradisional cenderung tidak berbicara tentang upaya untuk
menghasilkan pendpatan dari aktivitasnya. Padahal, banyak yang bisa dilakukan
untuk menghasilkan pendapatan dari porses penyediaan pelayanan publik.
Pemerintah Daerah wirausaha dapat mengembangkan beberapa pusat pendapatan,
misalnya: BPS dan Bappeda, yang dapat menjual informasi tentang aerahnya kepada
pusat-pusat penelitian; BUMN/BUMD; pemberian hak guna usaha yang menarik
kepaa para pengusaha dan masyrakat; penyertaan modal; dan lain-lain.
8. Pemerintah antisipatif: berupaya mencegah daripada mengobati
Pemerintah tradisional yang birokratis memusatkan diri pada produksi
pelayanan publik untuk mencegah masalah publik. Pemerintah birokratis cenderung
bersifat reaktif: seperti suatu satuan pemadam kebakaran, apabila tidak ada
kebakaran maka tidak akan ada upaya pencegahan. Pemerintah wirausaha tidak
reaktif tetapi proaktif. Ia tidak hanya mencoba untuk mencegah masalah, tetapi
berupaya keras untuk mengantisipasi masa depan. Ia menggunakan perencanaan
strategis untuk menciptakan visi.
9. Pemerintah desentralisasi: dari hierarkhi menuju partisipasif dan tim kerja
Lima puluh tahun yang lalu, pemerintah yang sentralistis dan hierarkhis sangat
diperlukan. Pengambilan keputusan harus berasal dari pusat, mengikuti rantai
komandonya hingga sampai pada staf yang paling berhubungan dengan masyarakat
dan bisnis. Pada saat itu, sistem tersebut sangat cocok karena teknologi informasi
masih sangat primitif, komunikasi antara berbagai lokasi masih lamban, dan
aparatur pemerintah masih relatif belum terdidik (masih dilaksanakan). Tetapi pada
saat sekarang, keadaan sudah berubah, perkembangan teknologi sudah sangat maju,
kebutuhan/keinginan masyarakat dan bisnis sudah semakin kompleks, dan staf
pemerintah sudah banyak yang berpendidikan tinggi. Sekarang ini, pengambilan
keputusan harus digeser ke tangan masyarakat, asosiasi-asosiasi, planggan, dan
lembga swadaya masyarakat.
10. Pemerintah berorientasi pada (mekanisme) pasar: mengadakan perubahan
administratif (sistem prosedur dan pemaksaan)
Ada dua cara alokasi sumber daya, yaitu mekanisme pasar dan mekanisme
administratif. Dari keduanya, mekanisme pasar terbukti sebagai yang terbaik dalam
mengalokasi sumber daya. Pemerintah tradisional menggunakan mekanisme pasar.
Dalam mekanisme administratif, pemerintah tradisional menggunakan perintah dan
pengendalian, mengeluarkan prosedur dan definisi baku dan kemudian
memerintahkan orang untuk melaksanakannya (sesuai dengan prosedur tersebut).
Dalam mekanisme pasar, pemerintah wirausaha tidak memerintahkan dan
mengawasi tetapi mengembangkan dan menggunakan sistem insentif agar orang
tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang merugikan masyarakat.
Munculnya konsep New Public Management berpengaruh langsung terhadap
konsep anggaran publk. Salah satu pengaruhnya adalah terjadiny perubahan sistem
anggaran dari model anggaran tradisional menjadi anggaran yang lebih berorientasi
pada kinerja.
Keunggulan ZZB
1. Jika ZZB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi sumber
daya secara efisien.
2. ZZB berfokus pada value for money.
3. Memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan inefektivitas
biaya.
4. Meningkatkan pengetahuan dan motivasi staf dan manajer.
5. Meningkatkan partisipasi manajemen level bawah dalam proses penyusunan
anggaran.
6. Merupakan cara yang sistematik untuk menggeser status quo dan mendorong
organisasi untuk selalu menguji alternatif aktivitas dan pola perilaku biaya serta
tingkat pengeluaran.
Kelemahan ZZB
1. Prosesnya memakan waktu lama (time consuming), terlalu teoritis dan tidak
praktis, membutuhkan biaya yang besar, serta menghasilkan kertas kerja yang
menumpuk karena pembuatan paket keputusan.
2. ZZB cenderung menekankan manfaat jangka pendek.
3. Implementasi ZZB membutuhkan teknologi yang maju.
4. Masalah besar yang dihadapi ZZB adalah prose merangking dan mereview paket
keputusan.
5. Untuk melakukan perangkaian paket keputusan dibutuhkan staf yang memiliki
keahlian yang mungkin tidak dimiliki organisasi.
6. Memungkinkan munculnya kesan yang keliru bahwa semua paket keputusan
harus masuk dalam anggaran.
7. Implementasi ZZB menimbulkan masalah keperilakuan dalam organisasi.
PPBS merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem yang
berorientasi pada output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi sumber
daya berdasarkan analisis ekonomi. PPBS adalah salah satu model penganggaran yang
ditujukan untuk membantu manajemen pemerintah dalam membuat keputusan alokasi
sumber daya secara lebih baik.
Karakteristik PPBS:
1. Berfokus pada tujuan dan aktivitas (program) untuk mencapai tujuan.
2. Secara eksplisit menjelaskan implikasi terhadap tahun anggaran yang akan
datang karena PPBS berorientasi pada masa depan.
3. Mempertimbangkan semua biaya yang terjadi.
4. Dilakukan analisis secara sistematik atas berbagai alternatif program, yang
meliputi: (a) identifikasi tujuan, (b) identifikasi secara sistematik alternatif
program untuk mencapai tujuan, (c) estimasi manfaat (hasil) yang ingin
diperoleh dari masing-masing alternatif program.
Kelebihan PPBS:
1. Memudahkan dalam pendelegasian tanggungjawab dari manajemen puncak ke
menajemen menengah.
2. Dalam jangka panjang dapat mengurangi beban kerja.
3. Memperbaiki kualitas layanan melalui pendekatan sadar biaya (cost-
consciousness/cost awarnes) dalam perencanaan program.
4. Lintas departemen sehingga dapat meningkatkan komunikasi, koordinasi, dan
kerja sama antar departemen.
5. Menghilangkan program yang overlapping atau bertentangan dengan pencapaian
tujuan organisasi.
6. PPBS menggunakan teori marginal utility, sehingga mendorong alokasi sumber
daya secara optimal.
Kelemahan PPBS:
1. PPBS membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data, adanya
sistem pengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi.
2. Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS
membutuhkan teknologi yang canggih.
3. PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan.
4. PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai kumpulan
manusia yang kompleks.
5. PPBS merupakan teknik anggaran yang statistically oriented. Penggunaan
statistik terkadang kurang tajam untuk mengukur efektivitas program. Statistik
hanya tepat untuk mengukur beberapa program tertentu saja.
6. Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis. Hal ini terkait dengan sifat
program atau kegiatan yang lintas departemen sehingga menyulirkan dalam
melakukan alokasi biaya.
1. Ulum, Ihyaul dan Hafiez Sofyani. 2016. Akuntansi Sektor Publik. Aditya
Media. Yogyakarta.
2. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi Offset. Yogyakarta.
3. Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi. 2013. Akuntansi Sektor Publik.
Salemba Empat. Jakarta.
4. Nordiawan, Deddi. Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat. Jakarta.