Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna (keanekaragaman

hayati) yang sangat besar.Bahkan, keanekaragaman hayati Indonesia termasuk

tiga besar di dunia bersama-sama dengan Brazil di Amerika Selatan dan Zaire di

Afrika. Berdasarkan data dari Departemen Kehutanan dan Perkebunan tahun 1999

jumlah spesies tumbuhan di Indonesia mencapai 8.000 spesies yang sudah

teridentifikasi, sedangkan jumlah spesies hewan mencapai 2.215 spesies.

Besarnya keanekaragaman hayati di Indonesia berkaitan erat dengan kondisi

iklim dan kondisi fisik wilayah. Suhu dan curah hujan yang besar memungkinkan

tumbuhnya beragam jenis tumbuhan. Tumbuhan memerlukan air dan suhu yang

sesuai.Semakin banyak air tersedia semakin banyak tumbuhan yang dapat tumbuh

dan karena itu semakin banyak hewan yang dapat hidup di daerah tersebut.Bukti

dari pernyataan tersebut dapat kalian bandingkan antara daerah dengan curah

hujan yang tinggi seperti Indonesia, dengan daerah gurun yang curah hujannya

sangat kecil Keanekaragaman flora fauna Indonesia jauh lebih banyak

dibandingkan daerah gurun.

Sulawesi Tengah dengan luas daratan 68,033 kilo meter persegi dan wilayah

laut 189,480 kilometer persegi,terletak dibagian barat kepulauan malukudan

bagian selatan Negara Filipina. Secara administratif terbagi dalam Sembilan

kabupaten dan satu, kota yakni kabupaten Donggala, parigi Moutong , poso,

morowali,Tojo unauna, Banggai, banggai kepulauan Tolitol, Buol dan Sigi serta

kota palu.
Sulawesi tengah memiliki beberapa kawasan konservasi seperti suaka alam,

suaka margasatwa dan hutan lindung yang memiliki keunikan flora dan fauna

unik sekaligus menjadi obyek penelitian bagi para ilmuwan dan naruralis. Ibukota

Sulawesi Tengah adalah palu. Kota ini terletak di teluk palu dan berbagai dua oleh

sungai palu yang membujur dari lembah palu dan bermuara di laut.

Binatang khas Pulau Sulawesi adalah Anoa yang mirip seperti Kerbau, Babi

Rusa yang berbulu sedikit dan memiliki taring di mulutnya, Tersier, Monyet

Tanlena Sulawesi, Kuskus Marsupial Sulawesi yang berwarna-warni dan

merupakan varitas binatang berkantong, serta Burung Maleo yang bertelur pada

pasir yang panas. Hutan Sulawesi juga memiliki ciri tersendiri, didominasi oleh

Kayu Agatis yang berbeda dengan Sunda Besar, didominasi oleh Pinang-Pinangan

(Spesies Rhododendron).

Flora antara lain Damar (Aghatis Damara), Leda (Eucaliptus deglupta),

Wanga (Figaletta Filaris) dan Kayu itam (Dyosphiros celebica) yang popular

dengan nama Ebony yang menjadi symbol Flora Sulawesi Tengah. Fauna terdapat

127 jenis antara lain anoa pegunungan (Anoa quarlessi), Babirusa (Babyroussa

babirusa), Tarsius (Tarsius Spectrum), serta Musang Sulawesi (Macrogalidia

muaschenbroekit), bermacam jenis Rotan (Calamus suv) dijumpai disemua type

hutan. Terdapat 227 jenis burung dimana 77 jenis merupakan endemik sulawesi

antara lainAllo atau Rangkong (Rhyceras cassidix), Maleo (Macrocephalon

maleo) yang menjadi symbol Fauna Sulawesi Tengah, serta kupu-kupu termasuk

yang berwarna biru papilo Blumei.


Dalam makalah karya tulis ini akan membahas flora dan fauna endemic

Sulawesi tengah yaitu kayu hitam (Dyosphirous celebica) dan fauna endemic

yaitu burung maleo (Macrochepalon maleo).

1.2 Rumusan Masalah.

Rumusan masalah dari makalah ini yai tu;

1. menjelaskan Deskripsi kayu hitam (Dyosphirous celebica) dan kayu

hitam (Dyosphirous celebica) dan fauna endemic yaitu burung maleo

(Macrochepalon maleo).

2. Upaya konservasi yang dilakukan pemerintah untuk meelestarikannya.

1.3 Tujuan dan Manfaat.

2. Untuk mengetahui Deskripsi kayu hitam (Dyosphirous celebica) dan

kayu hitam (Dyosphirous celebica) dan fauna endemic yaitu burung

maleo (Macrochepalon maleo).

3. Untuk upaya konservasi yang dilakukan pemerintah untuk

meelestarikannya

.
II. PEMBAHASAN

1. Deskripsi kayu hitam/Ebony (Dyosphirous celebica)

Ebony Makassar (Diospyros celebica), adalah spesies pohon berbunga

dalam keluarga Ebenaceae yang endemik di pulau Sulawesi di Indonesia .

Diospyros Celebica adalah nama kayu hitam yang berasal dari sulawesi selatan

dari spesies eboni (Ebenaceae). Anggotanya di seluruh dunia mencapai sekitar

450-500 spesies pohon dan perdu yang selalu hijau atau sebagian ada pula yang

menggugurkan daun. Kebanyakan tumbuhan ini berasal dari daerah tropis, dan

hanya beberapa spesies yang tumbuh di daerah beriklim sedang.Tetapi jenis

kayu hitam ini berbeda dengan spesies kayu hitam yang ada di seluruh dunia.

Diospyros Celebica memiliki ciri khas yaitu Pohon yang lurus dan tegak

dengan tinggi sampai dengan 40 m. Diameter batang bagian bawah dapat

mencapai 1 m. Kulit batangnya beralur, mengelupas kecil-kecil dan berwarna

coklat hitam. Pepagannya berwarna coklat muda dan di bagian dalamnya

berwarna putih kekuning-kuningan. Daun tunggal terletak berseling, berbentuk

jorong memanjang, dengan ujung meruncing, permukaan atasnya mengkilap,

seperti kulit dan berwarna hijau tua, permukaan bawahnya berbulu dan

berwarna hijau abu-abu.

jenis ini hanya terdapat di Sulawesi di hutan primer pada tanah liat, pasir

atau tanah berbatu-batu yang mempunyai drainase baik, dengan ketinggian

mencapai 600 m dpl. Secara alami, kayu hitam Sulawesi ditemukan baik di

hutan hujan tropika maupun di hutan musim.

Kayu ini telah diekspor ke luar negeri semenjak abad ke-18. Pasar

utamanya adalah Jepang, dan juga Eropa dan Amerika Serikat. Karena
perkembangan populasi yang lambat dan karena tingginya tingkat eksploitasi di

alam, kini kayu hitam Sulawesi telah terancam kepunahan. Ekspor kayu ini

mencapai puncaknya pada tahun 1973 dengan jumlah sekitar 26,000 m3, dan

kemudian pada tahun-tahun berikutnya terus menurun karena kekurangan stok.

Berikut Gambar Daun kayu hitam ;

 Nama Lokal :

kayu maitong (Sulawesi), sora (Sulawesi), toetandu (Sulawesi), kayu

lotong (Sulawesi Selatan), kayu makasar (Sulawesi selatan)

 Deskripsi :

Pohon vang lurus batangnya ini dapat mencapai tinggi 40 m dengan

garis tengah batang 100 cm dan sering berbanir besar. Kulit batangnya beralur

dan mengelupas kecil-kecil, berwarna coklat-hitam. Daunnva tungal berseling,

berbentuk jorong memanjang, permukaan bawahnya berbulu dan berwarna

hijau abu-abu. Permukaan atas daun tidak berbulu dan berwarna hijau tua.

Bunganya mengelompok pada ketiak daun, berwarna putih. Buahnya bulat

telur, berbulu dan berwarna merah kuning sampai coklat bila tua. Kayu Eboni

terdiri atas kayu gubal yang berwarna putih sampai merah muda dan kayu

teras yang berwarna hitam atau coklat vang berbaris-baris hitam. Kayu ini

sangat berat, dengan Berat jenis 0,76; kelas keawetan dan kekuatannya

digolongkan dalam kelas satu.


 Distribusi/Penyebaran :

Penyebaran di Sulawesi dan Maluku Habitat : Jenis ini dapat dijumpai di

hutan primer pada tanah liat, pasir atau tanah berbatu-batu yang mempunyai

drainase baik, pada ketinggian kurang dari 400 m dpl.

 Perbanyakan : Perbanyakan dari biji, pertumbuhan sangat lambat

 Manfaat tumbuhan :

Karena kualitasnya yang baik, kayu ini termasuk kayu ekspor yang

sangat mahal dan mempunvai banyak kegunaan termasuk di antaranya untuk

tiang jembatan, vinir mewah, mebel, patung, ukiran dan hiasan rumah.

Sumber Prosea : 5(2): Timber trees: Minor commercial timbers p.191

(author(s): Soerianegara, I, D.S. Alonzo, S. Sudo, MSM Sosef)

 Kategori : Identitas propinsi Sulawesi Tengah

2. Deskripsi Burung Maleo (Macrochepalon Maleo).

Gambar. Burung Maleo.

a. Klasifikasi Maleo

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Order : Galliformes

Family : Megapodiidae

Species : Macrocephalon maleo


Sifat Hidup Maleo termasuk jenis satwa yang aneh kerena tak pernah

memperhatikan kelangsungan hidup dari keturunannya. Burung ini meletakkan

telurnya didalam pasir panas dan dibiarkan tanpa pengawasan sama sekali dari

induknya sampai telur menetas. Maleo kecil yang baru lahir harus mencari makan

sendiri tanpa bimbingan dari pengasuh untuk mulai hidup di alam bebas.

Meskipun memiliki sayap dengan bulu yang cukup panjang, namun lebih senang

jalan kaki dari pada terbang. Biasanya yang dewasa sering diketemukan

berpasangan ditempat terbuka dan berpasir panas. Dalam bertelur, Maleo jantan

dan betina secara bergantian menggali lubang untuk meletakkan telurnya. Telur

tadi ditimbun lagi dan ditinggalkan begitu saja dan tak pernah diurus lagi. Maleo

(Macrocephalon maleo) memakan aneka biji-bijian, buah, semut, kumbang serta

berbagai jenis hewan kecil.

Habitat dan penyebaran Habitat atau tempat hidup Maleo adalah daerah

berpasir atau pada aliran sungai yang berpasir maupun disekitar sumber-sumber

air panas di dalam hutan sampai daerah pasir pantai. Maleo (Macrocephalon

maleo) termasuk jenis burung endemik Sulawesi dan penyebaran di Sulawesi

Tengah relatif luas namun saat ini mulai terancam punah karena habitat yang

semakin sempit dan telur-telurnya yang diambil oleh manusia. Diperkirakan

jumlahnya kurang dari 10.000 ekor saat ini. Maleo(Macrocephalon maleo)

tergolong satwa liar yang langka dan dilindungi Lokasi kawasan konservasi yang

telah ditunjuk/ditetapkan sebagai tempat konservasi Maleo, diantaranya Suaka

Margasatwa Bakiriang di Kabupaten Banggai (Sulawesi Tengah, Suaka

Margasatwa Pinjan-Tanjung Matop di Kabupaten Toli-toli (Sulawesi Tengah),

Cagar Alam (CA) Morowali di Kabupaten Morowali (Sulawesi Tengah), Taman


Pemanfaatan Maleo adalah jenis satwa yang peka terhadap gangguan.

Gangguan di alam bebas antara lain : terdesaknya habitat terutama yang berada di

luar kawasan konservasi, pemanfaatan telurnya oleh manusia serta predator antara

lain : Biawak (Varanus sp), Babi Hutan (Sus sp). Upaya budi daya/penangkaran

relatif masih sulit dan belum ada yang berminat melakukannya. Namun demikian

justru perkembangan populasi secara alamiah pada habitat aslinya yang

diutamakan. Apabila ini terjadi sudah tentu akan menjamin kelangsungan

hidupnya sepanjang masa. Pemanfaatan yang dapat dilakukan antara lain untuk

menunjang kegiatan penelitian, ilmu pengetahuan/pendidikan budidaya.

Pemanfaatan lain yakni sebagai atraksi wisata secara terbatas, pada habitat

alamnya baik di kawasan konservasi (suaka alam) maupun diluar kawasan

konservasi.

3. upaya konservasi yang dilakukan pemerintah untuk meelestarikannya.

Untuk perlindungan secara hokum, pemerintah menggunakan UU No. 5

Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Selain perlindungan

secara hokum tersebut, pemerintah memberlakukan dua cara konservasi untuk

mencegah laju kepunahan populasi Maleo, yaitu secara in situ maupun eks situ

4. Dalam upaya pelestarian Eboni, hal-hal yang dapat dan telah

dilakukan, yaitu:

1. Upaya perlindungan, meliputi perlindungan di dalam negeri melalui

SK atau Perda yang sesuai untuk pelestarian eboni, perlindungan

internasional, untuk mengendalikan penyelundupan yang semakin marak,

sehingga kontrol perdagangan internasional melalui CITES sangat

diperlukan.
2. Konservasi, meliputi konservasi in-situ dan ex-situ. Konservasi in- situ

dapat dilakukan dengan penetapan cagar alam dan taman nasional dan

stasiun pengadaan bibit di tempat/habitat eboni. Konservasi ex-situ dapat

dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah penggunaan eboni

sebagai tanaman pekarangan, hutan kota dan peneduh jalan, hutan

kemasyarakatan atau hutan rakyat eboni serta hutan tanaman eboni.


III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Diospyros Celebica memiliki ciri khas yaitu Pohon yang lurus dan

tegak dengan tinggi sampai dengan 40 m. Diameter batang bagian

bawah dapat mencapai 1 m.

 Maleo (Macrocephalon maleo) termasuk jenis burung endemik

Sulawesi dan penyebaran di Sulawesi Tengah relatif luas namun saat

ini mulai terancam punah karena habitat yang semakin sempit dan

telur-telurnya yang diambil oleh manusia. Diperkirakan

 Untuk perlindungan secara hokum, pemerintah menggunakan UU No.

5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.

3.2 Saran

Saran yang dapat saya berikan yaitu dengan adanya makalah ini kita

dapat memahami bahwa pentingnya untuk menjaga dan melindungi flora

dan fauna endemik agar tidak terancam kepunahannya.


DAFTAR PUSTAKA

http://forester-untad.blogspot.com/2013/10/makalah-burung-maleo-hewan-

endemik.html

BPTH Sulawesi. 2011. Diospyros celebica Bakh. Mengenal Kayu Eboni serta

Sebaran Benihnya 27 Januari 2011: http://bpthsulawesi.net/html/berita-80-

mengenal-kayu-eboni-diospyros-celebica-back-serta-sebaran-sumber-

benihnya.html. Accessed 01 september 2016.

http://www.iucnredlist.org/details/summary/14662/0
MAKALAH FLORA FAUNA ENDEMIK SULAWESI TENGAH.
‘’Deskripsi kayu eboni dan burung maleo’’

OLEH:

ADRYAN SAPUTRA : M1A1 16 213

KELAS PENDIDIKAN KONSERVASI.

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakhatu

Segala puji hanya milik Alla SWT semata, sehingga rasa syukur yang

tiada hentinya tidak dapat penulis ungkapkan dengan kata-kata. Berkat taufiq dan

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai salah satu mata

kuliah Penidikan KONSERVASI dan agar dapat dimanfaatkan oleh para

pembaca. Hanya dengan kekuatan dan kesabaran yang dilimpahkannya, makalah

imi dapat diselesaikan.

Salawat beriringan salam kita sanjumg dan sajikan kepangkuan Rasulullah

SAW beserta keluarga dan sahabatnya sekalian, yang telah memperkjuangkan

kehidupan kita kerah yang lebih baik dan bermartabat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak

kekurangan, untuk itu penulis membuka diri menerima berbagai saran dan kritik

demi perbaikan dimasa mendatang.

kendari, 28 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………… 1

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………….. 4

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………… 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Pohon kayu besi dan maleo …………………………….. 6

2.3 Upaya Konservasi flora dan fauna di Sulawesi tengah……………… 8

BAB III, PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………….. 10

3.2 Saran ………………………………………………………………… 10

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai