TUGAS SEJARAH
DISUSUN OLEH:
1. Lutfi Islamiyati
2. Eva Prasetyawati
3. Dewi Maryati
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas rahmat
dan petunjuk-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan berupa makalah yang berjudul
“PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA (1942-1945)”
Sumber dari makalah ini berupa buku-buku sejarah yang ditambah dengan informasi
yang didapat dari hasil browsing di internet referensi buku dan sumber, sumber lainnya.Diantara
sumber-sumber tersebut kami susun, semua informasi dan fakta yang sesuai dengan makalah ini,
sehingga menurut kami data-data di dalam makalah ini sudah cukup akurat.
Dalam penulisan makalah ini pastilah ada banyak kendala yang saya temui namun saya
berhasil menghadapinya dan menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Akhir kata jika ada sesuatu
pada khususnya kata-kata yang tidak berkenan pada hati pembaca mohon dimaklumi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan
BAB II
Pembahasan
BAB III
Penutup
BAB IV
BAB I
3
PENDAHULUAN
Bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe Fumimaro sebagai Perdana
Menteri Jepang. Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinan militer Tambelang tidak
menghendaki melawan beberapa kecamatan sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941
mereka melihat, bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus, apabila
mereka ingin menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah Amerika
melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka butuhkan, baik untuk industri di
Jepang, maupun untuk keperluan perang.
Admiral Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut Jepang, mengembangkan strategi
perang yang sangat berani, yaitu mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua operasi
besar. Seluruh potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk (pengangkut pesawat
tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20 kapal penjelajah ringan, 4 kapal
pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65 kapal selam serta 2.274 pesawat tempur.
Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk, 2 kapal perang, 11 kapal perusak serta lebih dari 1.400
pesawat tempur, tanggal 7 Desember 1941, akan menyerang secara mendadak basis Armada
Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbor di kepulauan Hawaii. Sedangkan kekuatan kedua, sisa
kekuatan Angkatan Laut yang mereka miliki, mendukung Angkatan Darat dalam Operasi
Selatan, yaitu penyerangan atas Filipina dan Malaya/Singapura, yang akan dilanjutkan ke Jawa.
Kekuatan yang dikerahkan ke Asia Tenggara adalah 11 Divisi Infantri yang didukung oleh 7
resimen tank serta 795 pesawat tempur. Seluruh operasi direncanakan selesai dalam 150 hari.
Admiral Chuichi Nagumo memimpin armada yang ditugaskan menyerang Pearl Harbor.
Hari minggu pagi tanggal 7 Desember 1941, 360 pesawat terbang yang terdiri dari pembom
pembawa torpedo serta sejumlah pesawat tempur diberangkatkan dalam dua gelombang.
Pengeboman Pearl Harbor ini berhasil menenggelamkan dua kapal perang besar serta merusak 6
kapal perang lain. Selain itu pengeboman Jepang tesebut juga menghancurkan 180 pesawat
tempur Amerika. Lebih dari 2.330 serdadu Amerika tewas dan lebih dari 1.140 lainnya luka-
luka. Namun tiga kapal induk Amerika selamat, karena pada saat itu tidak berada di Pearl
Harbor. Tanggal 8 Desember 1941, Kongres Amerika Serikat menyatakan perang terhadap
Jepang.
Perang Pasifik ini berpengaruh besar terhadap gerakan kemerdekaan negara-negara di Asia
Timur, termasuk Indonesia. Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hindia Belanda adalah
untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi perang
Jepang serta mendukung industrinya. Jawa dirancang sebagai pusat penyediaan bagi seluruh
operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai sumber minyak utama.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Gerakan Tiga A
d. Jawa Hokokai
Tahun 1944, situasi Perang Asia Timur Raya mulai berbalik, tentara Sekutu
dapat mengalahkan tentara Jepang di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan
kedudukan Jepang di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu,
Panglima Tentara ke-16, Jenderal Kumaikici Harada membentuk organisasi
baru yang diberinama Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). Untuk
menghadapi situasi perang tersebut, epang membutuhkan persatuan dan
semangat segenap rakyat baik lahir maupun batin. Rakyat diharapkan memberikan
darma baktinya terhadap pemerintah demi kemenangan perang.
Kebaktian yang dimaksud memuat tiga hal: (1) mengorbankan diri, (2)
mempertebal persaudaraan, dan (3) melaksanakan suatu tindakan dengan
bukti.
B. ORGANISASI SEMIMILITER
1. Seinendan (Barisan pemuda)
Seinendan merupakan organisasi pemuda yang dibentuk pada tanggal 29 April 1943, tepat
pada hari ulang tahun Kaisar Jepang. Seinendan merupakan organisasi kepemudaan yang bersifat
semimiliter. Organisasi tersebut langsung berada di bawah pimpinan gunseikan. Tujuan
pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendidik dan melatih pemuda agar dapat menjaga
dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Namun, sebenarnya maksud
tersembunyi pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendapatkan tenaga cadangan
sebanyak-banyaknya yang diperlukan bagi kemenangan perang Jepang.
Pada awalnya, Seinendan beranggotakan pemuda-pemuda Asia yang berusaia antara 15-25
tahun. Namun, usia anggotanya kemudian diubah menjadi 14-22 tahun. Pada awalnya anggota
Seinendan sebanyak 3.500 orang yang berasal dari seluruh Jawa. Jumlah tersebut berkembang
menjadi 500.000 orang pemuda pada akhir masa pendudukan Jepang.
4. Hizbullah
Pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang dinamakan
Hizbullah (tentara Allah) yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishintai.
Hizbullah mempunyai tugas pkok, yaitu sebagai berikut :
- Sebagai tentara cadangan dengan tugas dan program, antara lain : melatih diri, jasmani
maupun rohani dengan segiat-giatnya.; membantu tentara Dai Nippon; menjaga bahaya udara
dan mengintai mata-mata musuh; menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepentingan
perang.
- Sebagai pemuda Islam dengan tugas dan program, antara lain : menyiarkan agama Islam,
memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama Islam, dan membela agama dan umat Islam
Indonesia.
C. ORGANISASI MILITER
1. HEIHO
Heiho (Pasukan Pembantu Prajurit Jepang) adalah organisasi yang beranggotakan prajurit
Indonesia untuk melaksanakan pertahanan militer, baik di Angkatan Darat maupun di Angkatan
Laut.
Heiho dibentuk berdasarkan instruksi bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kerajaan
jepang pada tanggal 2 September 1942 yang kemudian pada bulan April 1945 menjadi cikal
bakal organisasi ini.
Tujuan didirikannya Heiho yakni sebagai pembantu kesatuan angkatan perang dan dimasukkan
sebagai bagian dari tentara Jepang.
Adapun kegiatannya yaitu :
- Membangun pertahanan.
- Menjaga kamp pertahanan.
- Membantu tentara Jepang dalam peperangan.
Organisasi ini memang dikhususkan untuk bidang kemiliteran sehingga jauh lebih terlatih
dibanding organisasi-organisasi lainnya. Heiho sendiri juga dibagi menjadi beberapa bagian, baik
di angkatan darat, angkatan laut maupun bagian kepolisian.
Heiho juga memanfaatkan pasukannya sebagai tenaga kasar yang dibutuhkan dalam peperangan,
contohnya memelihara berbagai senjata perang dan memindahkan senjata dan peluru dari gudang
9
ke atas truk.
Untuk menjadi anggota Heiho tidaklah mudah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Syarat-syarat tersebut antara lain yaitu :
- Berusia antara 18 sampai 25 tahun.
- Berbadan sehat baik jasmani maupun rohani.
- Berkelakuan dan berkepribadian baik.
- Berpendidikan minimal sekolah dasar.
Jumlah anggota Heiho mencapai sekitar 42.000 orang (sejak berdiri hingga akhir masa
pendudukan Jepang). Dari total tersebut, 25.000 orang diantaranya adalah penduduk dari Jawa.
Namun begitu, tidak ada seorang pun yang berpangkat pejabat (perwira), karena pangkat pejabat
hanya untuk orang-orang Jepang saja.
2. PETA
PETA (Pembela Tanah Air) adalah organisasi militer yang dibentuk Jepang dengan tujuan
menambah kesatuan tentara guna memperkuat organisasi sebelumnya, yaitu Heiho.
Walaupun Jepang semakin terdesak karena perang melawan Sekutu, Jepang tetap
berusaha mempertahankan Indonesia dari serangan sekutu. Karena Heiho dipandang belum
memadai, maka dibentuklah suatu organisasi militer yang dinamai PETA (Pembela Tanah Air).
PETA didirikan secara resmi pada tanggal 3 Oktober 1943 atas usulan dari Gatot
Mangkupraja kepada Letnan Jenderal Kumakici Harada (Panglima Tentara Jepang ke-16).
Pembentukan PETA ini didasarkan pada peraturan pemerintah Jepang yang disebut dengan
Osamu Seinendan nomor 44.
Banyak pemuda-pemuda yang tergabung dalam Seinendan mendaftarkan diri menjadi
anggota PETA. Anggota PETA yang bergabung berasal dari berbagai elemen masyarakat.
Karena kedudukannya yang bebas (fleksibel) dalam struktur organisasi Jepang, PETA
diperbolehkan untuk melakukan perpangkatan sehingga ada orang Indonesia yang menjadi
seorang perwira.
Hal ini menyebabkan masyarakat tertarik pada organisasi ini dan kemudian bergabung
menjadi anggota PETA. Hingga akhir masa pendudukan Jepang di Indonesia, jumlah anggota
PETA berkisar 37.000 orang di Jawa dan 20.000 orang di Sumatera. Di Sumatera, organisasi ini
lebih dikenal dengan Giyugun (prajurit sukarela).
Orang-orang PETA ini menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas dari
Indonesia, terutama di bidang kemiliteran. Pada masa-masa selanjutnya, para pemimpin tersebut
mampu membawa perubahan terhadap kondisi tanah air Indonesia.
Adapun tokoh-tokoh PETA yang terkenal dan membawa pengaruh besar diantaranya
yaitu, Jenderal Sudirman, Jenderal Gatot Subroto, Supriyadi dan Jenderal Ahmad Yani.
10
Perbedaan Antara Heiho dengan PETA
HEIHO
1. Organisasi Heiho secara resmi ditempatkan pada struktur organisasi tentara Jepang, baik
Angkatan Darat maupun Angkatan Laut.
2. Heiho bertugas untuk mengumpulkan pajak dari rakyat.
3. Didirikannya Heiho bertujuan untuk membantu tentara Jepang berperang melawan Sekutu.
4. Tidak ada orang Indonesia yang berpangkat perwira dalam Heiho, karena pangkat perwira
hanya untuk orang Jepang (tidak diperbolehkan jadi perwira).
PETA
1. Organisasi PETA tidak secara resmi ditempatkan pada struktur organisasi tentara Jepang,
namun langsung di bawah pemerintahan Jepang.
2. Organisasi PETA bertugas sebagai mata-mata Jepang, baik itu dalam membela atau
mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan Sekutu.
3. Organisasi PETA bertujuan untuk membantu tentara Jepang berperang melawan Sekutu
(sama dengan Heiho).
Masa pendudukan Jepang di Indonesia adalah masa yang sangat berpengaruh bagi
perkembangan Indonesia. Umumnya beranggapan bahwa masa pendudukan Jepang adalah masa
paling kelam dan penuh penderitaan. Akan tetapi tidak semuanya itu benar, ada beberapa
kebijakan pemerintah pendudukan Jepang yang memberikan dampak positif, salah satunya
adalah dalam bidang pendidikan.
The Amsterdam Gate, Batavia (Jakarta), Indonesia (Photo credit: Wikipedia)
Kebijakan yang diterapkan pemerintah Jepang di bidang pendidikan adalah menghilangkan
diskriminasi/perbedaan siapa yang boleh mengenyam/merasakan pendidikan. Pada masa
Belanda, Anda tentu masih ingat, yang dapat merasakan pendidikan formal untuk rakyat pribumi
hanya kalangan menengah ke atas, sementara rakyat kecil (wong cilik) tidak memiliki
kesempatan. Sebagai gambaran diskriminasi yang dibuat Belanda, ada 3 golongan dalam
masyarakat:
- Kulit putih (Eropa)
- Timur Aing (Cina, India dll)
- Pribumi
Pola seperti ini mulai dihilangkan oleh pemerintah Jepang. Rakyat dari lapisan manapun
berhak untuk mengenyam pendidikan formal. Jepang juga menerapkan jenjang pendidikan
formal seperti di negaranya yaitu: SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun. Sistem ini masih
diterapkan oleh pemerintah Indonesia sampai saat ini sebagai satu bentuk warisan Jepang.
Maksud diberikannya Pendidikan kepada Rakyat Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang
Jepang memberikan pendidikan pada rakyat Indonesia dengan maksud atau tujuan untuk
11
mendukung kepentingan perangnya. Jepang memiliki keinginan untuk memanfaatkan segala
sumber daya yang ada di Indonesia pada saat pendudukannya, yaitu dari sumber daya ekonomi,
sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya yang lainnya. Jepang menganggap
pendidikan penting untuk rakyat Indonesia guna mendukung maksud dan tujuannya tesebut.
Jepang beranggapan kaum intelektual dapat membantu programnya dan kaum intelektual muda
yang dianggap lebih dinamis, idealis dan mempunyai semangat kerja yang tinggi. Selain itu
Jepang beranggapan kaum intelektual muda belum mendapat pengaruh dari bangsa barat. Karena
itu Jepang memberikan perhatian khusus pada kaum muda Indonesia. Hal itu diwujudkan dengan
memberikan pendidikan pada kaum muda, baik pendidikan umum maupun khusus, seperti
kursus-kursus yang diberikan oleh Jepang.
Kaum muda diharapkan dapat mempokan doktrin Asia Timur Raya, sehingga golongan muda
diberikan pendidikan oleh Jepang pada masa pendudukannya di Indonesia. Dengan berbagai cara
Jepang mengambil hati rakyat Indonesia melalui pendidikan. Selain menggunakan bahasa Jepang
dalam pengantar pelajaran Jepang tidak mengabaikan bahasa Indonesia dengan mengadakan
komisi penyempurnaan bahasa Indonesia. Selain itu Jepang memeberikan wadah olahraga untuk
semua kalangan rakyat Indonesia.
Usaha yang Dilakukan Jepang untuk Pendidikan di Indonesia dan Perkembangannya dari
Pendidikan Sebelumnya
Pada mulanya Jepang memberikan pendidikan di Indonesia dengan meneruskan pendidikan yang
sudah ada sebelumnya, yaitu pada masa pendudukan Belanda dengan pendidikan ala barat. Akan
tetapi kemudian Jepang merombaknya yaitu dengan memasukkan doktrin Asia raya agar sesuai
dengan tujuan serta maksud Jepang.
Pendidikan dari jaman pendudukan Belanda dirombak secara total, karena pada jaman
pendudukan Belanda di Indonesia yang diberi pendidikan hanya kaum tertentu saja. Yaitu
golongan elite saja, karena dengan itu golongan elite dapat mempengaruhi orang banyak serta
memeritahkan rakyatnya agar mengikuti Belanda.
Pada masa pendudukan Jepang, secara langsung Jepang menghimbau kepada seluruh rakyat
indonesia agar dapat mebantu Jepang memenangkan perang. Oleh karena itu pendidikan
diberikan kepada seluruh rakyat indonesia.
Jepang juga memiliki kebijaksanaan dalam bidang pendidikan di Indonesia pada masa
pendudukannya di Indonesia. Ada tiga prinsip pokok dari kebijaksanaan tersebut, yaitu :
Pendidikan ditata kembali atas dasar keseragaman dan kesamaan untuk seluruh kelompok etnis
dan sosial.
Secara sistematis pengaruh Belanda dihapuskan dari sekolah-sekolah, sedangkan unsur-unsur
kebudayaan Indonesia dijadikan landasan utama.
Semua lembaga pendidikan dijadikan alat untuk memasukkan doktrin gagasan
Kemakmuran Bersama Asia Tenggara di bawah pimpinan Jepang. Jepang membekukan
semua kegiatan sekolah yang didirikan Belanda, deangan tujuan untuk menghilangkan pengaruh
Belanda. Usaha yang dilakukan Jepang dalam menghilangkan pengaruh Belanda yaitu dengan
mengadakan pemeriksaan terhadap buku-buku yang berbahasa Belanda, hal ini dirasakan
langsung oleh rakyat Indonesia. Selain untuk menghilangkan pengaruh Belanda, usaha ini
dimaksudkan untuk meninggikan derajat bangsa Asia dibawah pimpinan dan kekuasaan jepang.
12
Karena Jepang menganggap pentingnya sekolah memiliki arti penting dalam menunjang
program indoktrinasi maka sekolah-sekolah kembali dibuka, akan tetapi tentunya dengan model
yang berbeda dari sekolah yang ada saat pendudukan Belanda di Indonesia. Jepang memasukkan
bahasa Jepang sebagai bahsa pengatar dalam pengajaran. Agar rakyat indonesia dapat dengan
cepat menguasai bahasa Jepang, diadakan lomba penggunaan bahasa Jepang.
Lomba penggunaan bahasa Jepang yaitu dengan lomba membuat karangan, becakap-cakap,
membaca dan menyanyi dalam bahasa Jepang. Selain itu Jepang juga membentuk sekolah dan
kursus kilat pelajaran bahasa Jepang yakni Nippongo Gakko atau dalam bahasa Indonesia
diartiakan Sekolah Bahasa Nippon. Selain itu pihak swasta menyelenggarakan kursus bahasa
Jepang dengan masa pendidikan selama empat bulan yang dikelola olehy Toa Bumka Kai yaitu
Asosiasi Kebudayaan Asia Timur. Badan ini bekerja dalam bidang kebudayaan.
Usaha Lain yang dilakukan Jepang dalam pendidikan di Indonesia ini adalah memperhatikan
penyempurnakan bahasa Indonesia yang tidak berkembang pada masa pemerintahan Belanda.
Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian rakyat Indonesia. Untuk penyempurnaan bahasa
Indonesia ini, Jepang membentuk Indonesia Goseibi Iinkai yaitu komisi untuk penyempurnakan
bahasa Indonesia. Komisi ini bertempat di gedung perpustakaan Islam di Tanah Abang Bukut,
Jakarta. Komisi ini memiliki pimpinan harian yaitu Ichiki, Mr Rd. Soewandi dan St. Takdir
Alisyahbana.
Untuk mendekati para pemuda selain pendidikan formal dilakukan pula melalui bidang
olahraga. Pada tanggal 21 Agustus 1943 Jepang mempersatukan perkumpulan olahraga tersebut
dalam wadah yaitu perkumpulan olahraga Jawa. Badan beranggotakan dari berbagai kalangan
rakyat Indonesia, dari pegawai kantor sampai murid-murid sekolah.
Dari perubahan-perubahan yang dilakukan Jepang terhadap pendidikan Indonesia, hal ini
telah mengalami perkembangan. Dari yang mulanya pada masa pendudukan Belanda hanya
golongan elite saja yang diberi pendidikan, kini pendidikan diberikan kepada seluruh rakyat
Indonesia. Penggunaan bahasa Jepang sebagai bahasa pengangantar dalam pendidikan dan
penyempurnaan bahasa Indonesia merupakan perkembangan dari pendidikan masa pendudukan
Jepang dari pendidikan sebelumnya yaitu masa pendudukan Belanda.
Seperti pendidikan pada masa Belanda yang memiliki model pengajaran mempengaruhi
atau doktrinasi barat, pendidikan Jepang juga memiliki model pengajaran dengan doktrinasi Asia
Raya di bawah pimpinan Jepang. Model pengajaran dengan bahasa pengantar yaitu bahasa
Jepang yang di terapkan pada pendidikan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang. Mata
pelajaran yang diberikan juga mengacu pada kebudayaan Jepang. Selain model pendidikan
formal diadakan juga kursus-kursus, pendirian badan olah raga ada pula pendidikan keprajuritan.
13
Dalam pendidikan ini memang sengaja di masukkan kebudayaan Jepang. Contoh-contoh
kebudayaan yang diberikan yaitu adat istiadat Jepang, semangat Jepang, lagu-lagu Jepang dan
olahraga. Dengan pemberian kebudayaan Jepang diharapkan dapat menghilangkan pengaruh
pendidikan gaya barat yang sebelumnya ada.
Satu hal yang melemahkan dari aspek pendidikan adalah penerapan sistem pendidikan
militer. Sistem pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk kepentingan perang. Siswa memiliki
kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran dan mampu menghapal lagu kebangsaan Jepang.
Begitu pula dengan para gurunya, diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jepang dan Indonesia
sebagai pengantar di sekolah menggantikan bahasa Belanda. Untuk itu para guru wajib
mengikuti kursus bahasa Jepang yang diadakan.
Dengan melihat kondisi tersebut, ada dua sisi, yaitu kelebihan dan kekurangan dari sistem
pendidikan yang diterapkan pada masa Belanda yang lebih liberal namun terbatas. Sementara
pada masa Jepang konsep diskriminasi tidak ada, tetapi terjadi penurunan kualitas secara drastis
baik dari keilmuan maupun mutu murid dan guru.
Sekolah rakyat yang ada pada masa pendudukan Jepang di Indonesia contohnya H.I.S
Djagamonjet, H.I.S Oastenweg, H.I.S Baloelweg-Djatinegara. Sekolah menengah pertama
seperti Sekolah Menengah Pertama I di prapatan 10, Sekolah Menengah Pewrtama II di Gambir
Wetan 2, Sekolah Menengah Pertama III di Jalan Reynstaa (Manggarai).
Selain itu ada pula Sekolah Menengah Tinggi di Menteng 10. Ada pula sekolah Tabib
Jakarta dan sekolah Tinggi Hukum Jakarta dan bagi kaum wanita didirikan Sekolah Kepandaian
Poetri Wakaba.
Mungkin hampir 90% sekolah menengah yang didirikan Belanda dihapuskan oleh
Jepang. Karena Jepang ingin menghapuskan rakyat Indonesia dari pengaruh Barat. Jepang ingin
mengenalkan Asia Raya di bawah pimpinan Jepang.
14
Indonesia juga lahir seperti Api dan Tjitra (temanya pengabdian tanah air) karya Usmar Ismail,
Taufan di atas Asia atau Intelek Istimewa karya Abu Hanifah.
1. Basuki Abdoellah
2. Agus Djajasoeminta
3. Otto Djaja Soetara
4. Kartono Joedokoesoemo
5. Emiria Soenassa
Agustus 1943 Jepang membentuk Persatuan Aktris Film Indonesia (Persafi). Persafi
mendorong artis-artis profesional dan amatir Indonesia bereksperimen dengan mementaskan
lakon-lakon terjemahan bahasa asing ke bahasa Indonesia. Sandiwara, sebagai salah satu bentuk
seni peran, juga berkembang di bawah pendudukan Jepang karena sebelum Perang Pasifik,
pertunjukan sandiwara hampir tidak dikenal di Indonesia.
Dalam hal kebudayaan/kepercayaan, ada pemaksaan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang
agar masyarakat Indonesia terbiasa melakukan penghormatan kepada Tenno ( Kaisar) yang
dipercayai sebagai keturunan dewa matahari ( Omiterasi Omikami). Sistem penghormatan
kepada kaisar dengan cara membungkukkan badan menghadap Tenno, disebut dengan Seikeirei.
Penghormatan Seikerei ini, biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang (
kimigayo) . Tidak semua rakyat Indonesia dapat menerima kebiasaan ini, khususnya dari
kalangan Agama. Penerapan Seikerei ini ditentang umat Islam, salah satunya perlawanan yang
dilakukan KH. Zainal Mustafa, seorang pemimpin pondok pesantren Sukamanah Jawa Barat.
Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Singaparna.
Sejak pendudukan Jepang, tradisi kerja bakti secara massal melalui kinrohosi/ tradisi
kebaktian di dalam masyarakat Indonesia juga berkembang. Adanya tradisi kebaktian, kerja
keras dan ulet dalam mengerjakan tugas. Nilai tradisi Jepang dan kemiliterannya melalui
semangat Bushido (semangat ksatria Jepang akan dapat Anda ketahui dari analisa aspek militer).
Secara garis besar, dampak/pengaruh Jepang terhadap Budaya Indonesia pada masa
penjajahan adalah sebagai berikut:
Jepang mempunyai kebiasaan menghormat ke arah matahari terbit (diibaratkan sebagai tempat
Kaisar Jepang berada) sebagai keturunan Dewa Matahari.
Pengaruh Jepang dalam kebudayaan terlihat dalam lagu, film, dan drama sebagai alat
propaganda mereka.
Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan akibat didikkan Jepang yang menumbuhkan
kesadaran dan keyakinan yang tinggi akan harga dirinya.
Anak-anak sekolah diberikan latihan olahraga Taiso yang baik untuk kesehatan mereka.
Setiap hari bagi anak-anak sekolah maupun para pegawai wajib untuk menghormati bendera
(merah putih) dan menyanyikan lagu kebangsaan nasional (merupkan warisan budaya bangsa
Jepang).
Kewajiban menggunakan waktu Tokyo dan tahun Jepang.
15
Untuk mendukung dan menjalankan Imperialisme Jepang, yaitu Kesemakmuran Asia
Timur Raya. Maka Jepang butuh dana besar untuk membiayai perang, baik itu Perang Dunia
II maupun perang memperjuangkan Imperialisme-nya.
Tidak lain, dan tidak bukan adalah Kesemakmuran Asia Timur Raya. Jepang juga membutuhkan
bantuan tenaga untuk membangun sarana pendukung perang, antara lain kubu pertahanan, jalan
raya, rel kereta api, jembatan, dan lapangan udara.
Oleh karena itu, Jepang membutuhkan banyak tenaga kerja. Pengerahan tenaga kerja itu
disebut romusha.
Jika dirincikan maka pengertian romusha terbagi menjadi dua, yaitu:
- Pengertian Romusha secara Bahasa, Romusha berarti Buruh, Pekerja.
- Pengertian Romusha secara Istilah, Romusha berarti panggilan bagi orang-orang Indonesia
yang dipekerjakan secara paksa pada masa pendudukan Jepang di Indonesia mulai tahun 1942
sampai 1945.
Pada mulanya, pelaksanaan romusha didukung rakyat. Rakyat Indonesia masih
termakan propaganda Jepang untuk membangun keluarga besar Asia.
Tenaga-tenaga romusha ini kebanyakan diambil dari desa-desa, umumnya orang-orang
yang tidak bersekolah atau paling tinggi tamat Sekolah Dasar. Semula program romusha bersifat
sukarela dan sementara.
Akan tetapi, setelah kebutuhan mendesak, pengerahan tenaga kerja berubah menjadi
paksaan. Ribuan tenaga kerja romusha dikirim ke luar Jawa, bahkan ke luar negeri, seperti
Burma, Malaysia, Thailand, dan Indo-Cina. Dalam leteratur lain menyebutkan jumlah Romusha
di Indonesia mencapai 4 sampai 10 juta.
Tenaga kerja romusha ini diperlakukan dengan sangat buruk, sehingga banyak di antara
mereka yang meninggal dunia. Pengerahan tenaga kerja tersebut telah membawa akibat dalam
struktur sosial di Indonesia.
Banyak pemuda tani yang menghilang dari desanya karena mereka takut dikirim
sebagai romusha. Para romusha yang selamat kemudian kembali ke desa mereka. Mereka ini
memiliki banyak pengalaman di berbagai bidang.
Mereka datang membawa gagasan-gagasan baru sehingga desanya terbuka untuk
perubahan.
5. JUGUN IAN FU
Jugun ianfu (従軍慰安婦) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada wanita
yang menjadi korban dalam perbudakan seks selama Perang Dunia II di koloni Jepang dan
wilayah perang. Jugun ianfu merupakan wanita yang dipaksa untuk menjadi pemuas kebutuhan
seksual tentara Jepang yang ada di Indonesia dan juga di negara-negara jajahan Jepang lainnya
pada kurun waktu tahun 1942-1945. Menurut riset oleh Dr. Hirofumi Hayashi, seorang profesor
di Universitas Kanto Gakuin, ia termasuk
orang Jepang, Korea, Tiongkok, Malaya (Malaysia dan Singapura), Thailand, Filipina, Indonesia
, Myanmar, Vietnam, Indo, orang Eropa di beberapa daerah kolonial
16
(Inggris, Belanda, Perancis, Portugis), dan penduduk kepulauan Pasifik. Jumlah perkiraan
dari jugun ianfu ini pada saat perang, berkisar antara 20.000 dan 30.000.
Pengakuan dari beberapa jugun ianfu yang masih hidup jumlah ini sepertinya berada di
batas atas dari angka di atas. Kebanyakan rumah bordilnya berada di pangkalan militer Jepang,
namun dijalankan oleh penduduk setempat, bukan militer Jepang. Menurut riset Dr. Ikuhika
Hata, seorang profesor di Universitas Nihon. Orang Jepang yang menjadi jugun ianfu ini sekitar
40%, Korea 20%, Tionghoa 10%. Dan 30% sisanya dari kelompok lain.
Para perempuan Indonesia biasanya direkrut menjadi jugun ianfu berdasarkan paksaan
(diambil begitu saja di jalan atau bahkan di rumah mereka), diiming-imingi untuk sekolah ke luar
negeri, atau akan dijadikan pemain sandiwara (seperti yang terjadi pada ikon perjuangan jugun
ianfu asal Indonesia, Ibu Mardiyem). Para mantan jugun ianfu masih merasakan trauma
psikologis dan gangguan fungsi fisik akibat pengalaman pahit yang pernah mereka alami. Belum
lagi masyarakat yang tidak memperoleh informasi dengan benar, justru menganggap mereka
sebagai wanita penghibur (tanpa paksaan).
Perlawanan rakyat Aceh terjadi karena penderitaan yang dialami akibat kesewenangan
Jepang. Rakyat Aceh banyak dikerahkan untuk romusha. Mereka diharuskan membangun parit,
lapangan terbang, jalan, dan lain-lain. Perlawanan Aceh ini dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil.
Penyerangan terpenting adalah penyerangan di Cot Plieng yang terjadi pada tanggal 10
November 1942. Dalam serangan pertama dan kedua, rakyat Aceh berhasil memukul mundur
Jepang ke Lhoksumawe. Pada serangan ketiga, Jepang berhasil merebut Cot Plieng. Kebencian
17
rakyat semakin bertambah ketika Tengku Abdul Jalil gugur di tempat saat sedang sembahyang.
Setelah itu, pemberontakan Jangka Buya terjadi di bawah pimpinan T. Hamid.
Pada bulan Februari 1944 di Singaparna terjadi perlawanan terhadap Jepang. Perlawanan
ini dipimpin oleh Kiai Zainal Mustofa. Sebab perlawanan adalah adanya perintah upacara
Seikerei (penghormatan kepada kaisar Jepang dengan cara membungkuk ke arah matahari terbit)
dan penderitaan akibat kesewenangan Jepang. Kiai Zainal Mustofa akhirnya ditangkap pada
tanggal 25 Februari 1944 dan pada tanggal 25 Oktober 1944 beliau dihukum mati.
3) Perlawanan di Indramayu
Dengan alasan dan sebab yang hampir sama, di Indramayu juga muncul pemberontakan
terhadap Jepang. Pemberontakan tersebut terjadi di Desa Kaplongan. Perlawanan terjadi pada
bulan April 1944. Beberapa bulan kemudian tepatnya tanggal 30 Juli 1944 terjadi
pemberontakan di Desa Cidempet, Kecamatan Loh Bener.
Pada tanggal 14 Februari 1945 di Blitar terjadi pemberontakan yang dilakukan para
tentara PETA (Pembela Tanah Air), di bawah pimpinan Supriyadi. Pemberontakan ini
merupakan pemberontakan terbesar pada masa pendudukan Jepang. Pada saat itu Jepang sedang
terdesak dalam Perang Pasifik. Untuk mengatasi pemberontakan ini, Jepang melakukan tipu
muslihat. Mereka menyerukan agar pemberontak menyerah karena akan dijamin
keselamatannya. Namun, ternyata para anggota PETA tetap mendapat hukuman. Organisasi
PETA ini selanjutnya dibubarkan.
5) Perlawanan di Kalimantan
Perang Banjar berlangsung antara 1859 -1905 (menurut sumber Belanda 1859-1863).
Konflik dengan Belanda sebenarnya sudah mulai sejak Belanda memperoleh hak monopoli
dagang di Kesultanan Banjar. Dengan ikut campurnya Belanda dalam urusan kerajaan, kekalutan
makin bertambah. Pada tahun 1785, Pangeran Nata yang menjadi wali putra mahkota,
mengangkat dirinya menjadi raja dengan gelar Sultan Tahmidullah II (1785-1808) dan
membunuh semua putra almarhum Sultan Muhammad. Pangeran Amir, satu-satunya pewaris
tahta yang selamat, berhasil melarikan diri lalu mengadakan perlawanan dengan dukungan
pamannya Arung Turawe, tetapi gagal. Pangeran Amir (kakek Pangeran Antasari) akhirnya
tertangkap dan dibuang ke Srilangka.
6) Perlawanan di Irian
a. Bidang politik
c. Bidang Birokrasi
Pada pertengahan tahun 1943, kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik mulai terdesak,
maka Jepang memberi kesempatan kepada bangsa Indonesia untuk turut mengambil bagian
dalam pememerintahan negara. Untuk itu pada tanggal 5 September 1943, Jepang membentuk
Badan Pertimbangan Karesidenan (Syi Sangi In). Banyak orang Indonesia yang menduduki
jabatan-jabatan tinggi dalam pemerintahan, seperti Prof. Dr. Husein Jayadiningrat sebagai
Kepada Departemen Urusan Agama (1 Oktober 1943) dan pada tanggal 10 November 1943
19
Sutardjo Kartohadikusumo dan R.M.T.A Surio masing-masing diangkat menjadi Kepala
Pemerintahan (Syikocan) di Jakarta dan Banjarnegara.
d. Bidang Militer
Awal 1943, keadaan Perang Pasifik mulai berubah, Ekspansi tentara Jepang berhasil
dihentikan Sekutu dan Jepang beralih dikap bertahan. Kerana sudah kehabisan tenaga manusia,
Jepang menyadari bahwa mereka memerlukan dukungan dari penduduk masing-masing daerah
yang diduduki, Pemerintah militer Jepang mulai memikirkan pengerahan pemuda-pemudi
Indonesia guna membantu perang melawan sekutu. Jepang lalu membentuk kesatuan-kesatuan
pertahanan sebagai tempat penggembleng pemuda-pemudi Indonesia di bidang kemiliteran.
Pemuda yang tergabung dalam berbagai kesatuan pertahanan menjadi menjadi pemuda-pemuda
yang terdidik dan terlatih dalam kemiliteran. Dalam perjuangan untuk merebut kemerdekaan dan
perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di kemudian hari, pelatih militer ini akan
sangat berguna.
e. Bidang Kebudayaan
Pada masa Jepang, bidang pendidikan dan kebudayaan diperhatikan dan bahasa Indonesia
mulai di pergunakan. Bahasa Indonesia dijadikan sebagai pelajaran utama, sedangkan bahasa
Jepang dijadikan sebagai bahasa wajib. Dengan semakin meluasnya penggunaan bahasa
Indonesia, komunikasi antarsuku di Indonesia semakin intensif yang pada akhirnya semakin
merekatkan keinginan untuk merdeka. Pada tanggal 1 April 1943 dibangun pusat kebudayaan di
Jakarta, yang bernama "Keimin Bunka Shidoso".
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Beberapa negara pernah menjajah Indonesia sangat lama hingga berabad-abad,
Namun ada juga yang hanya menjajah selama beberapa tahun. Pemerintah penjajah kadang juga
berjasa dalam pembangunan beberapa fasilitas umum seperti jalan, jembatan, perkebunan, rel
kereta api, saluran irigrasi, dan beberapa fasilitas lain. Namun penjajahan tetap saja harus
dihentikan karena menimbulkan penderitaan bagi negara yang dijajah, namun di lain pihak
negara yang menjajah akan semakin makmur.
Saran
Dalam makalah ini, saya berharap supaya kita sebagai bangsa Indonesia dapat memahami
peristiwa sejarah mengenai Pendudukan Jepang di Indonesia. Selain itu agar kita tetap menjaga
dan melestarikan sumber kekayaan alam seperti rempah-rembah dan yang lainya, yang mana
dahulu bangsa Jepang memonopilinya
20
Demikian makalah yang dapat saya buat, semoga bermanfaat dan dapat mendapatkan
nilai yang memuaskan. Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan, tanda koma, titik, spasi,
dll. Sekian Terima Kasih.
Daftar Pustaka
http://www.siswamaster.com/2016/04/tujuan-proses-dan-latar-belakang-pendudukan-jepang-di-
indonesia.html#ixzz4ZTYfr8jf
http://barcad.blogspot.co.id/2014/02/pengaruh-jepang-dalam-bidang-pendidikan.html
http://www.dosenpendidikan.net/2015/12/Arti-dan-Pengertian-Romusha-Serta-Kerja-Paksa-
Pada-Zaman-Jepang.html
Wikipedia
21