Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE HEMORAGIK

Disusun oleh :
Hendra Adhi Nugraha
P27220016026

DIII KEPERAWTATAN
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE HEMORAGIK

A. Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer C.
Suzanne, 2002).
Stroke hemoragik yaitu suatu kerusakan pembuluh darah otak, sehingga
menyebabkan perdarahan pada area tersebut. Hal ini menyebabkan gangguan
fungsi saraf (Haryono, 2002).
Stroke hemoragik merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan
subarakhnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak
tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun
bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun (Muttaqin.
2008).
Strok hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan
bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh
arteri, vena, dan kapiler (Djoenaidi Widjaja et. Al, 1994 dalam Muttaqin. 2008)

B. Penyebab
1. Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi, yang
menekankan dinding arteri sampai pecah. Penyebab lain terjadinya stroke
hemoragik adalah :
 Aneurisma, yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang
akhirnya dapat pecah.
 Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti
kelainan arteriovenosa.
 Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh
seperti payudara, kulit, dan tiroid.
 Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam
dinding arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih
besar.
 Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).
 Overdosis narkoba, seperti kokain.

C. Klasifikasi
Stroke hemoragik dikelompokkan menurut lokasi pembuluh darah :
1. Intracerebral hemoragik (Perdarahan Intraserebri / PIS), pendarahan terjadi di
dalam otak.
2. Subarachnoid hemoragik (Perdarahan Subarachnoid / PSA), pendarahan di
daerah antara otak dan jaringan tipis yang menutupi otak.
(Muttaqin, 2008)

D. Patofisiologi
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-
arteri yang membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem
vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Apabila aliran darah ke jaringan
otak terputus selama 15-20 menit maka akan terjadi infark atau kematian
jaringan. Akan tetapi dalam hal ini tidak semua oklusi di suatu arteri
menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.
Mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai di daerah tersebut. Dapat
juga karena keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri seperti
aterosklerosis dan trombosis atau robeknya dinding pembuluh darah dan terjadi
peradangan, berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah misalnya
syok atau hiperviskositas darah, gangguan aliran darah akibat bekuan atau infeksi
pembuluh ektrakranium dan ruptur vaskular dalam jaringan otak (Sylvia A. Price
dan Wilson, 2006).
Perdarahan intrakranial, baik perdarahan subaraknoid maupun perdarahan
intraserebrum dapat dengan cepat menimbulkan gejala neurologik karena
tekanan pada struktur-struktur saraf di dalam tengkorak. Iskemia adalah
konsekuensi sekunder dari perdarahan baik yang spontan maupun traumatik.
Mekanisme terjadinya iskemia tersebut ada dua :
1. Tekanan pada pembuluh darah akibat ekstravasasi darah ke dalam tengkorak
yang volumenya tetap.
2. Vasospasme reaktif pembuluh-pembuluh darah yang terpajan ke darah bebas
di dalam ruang antara lapisan araknoid dan pia mater.
Biasanya stroke hemoragik secara cepat menyebabkan kerusakan fungsi otak dan
kehilangan kesadaran. Namun apabila perdarahan berlangsung lambat, pasien
kemungkinan mengalami nyeri kepala hebat, yang merupakan ciri khas
perdarahan subaraknoid (PSA).
PATHWAY
Hipertensi, Aneurisma serebral, penyakit jantung, perdarahan serebral, DM, Usila, rokok,alkoholik, peningkatan kolesterol,
obesitas

Thrombus, Emboli, Perdarahan Serebral

Gg. Aliran darah ke otak Pecahnya pembuluh darah otak

Kerusakan neumotorik Perdarahan intrakranial

Transmisi impuls UMN ke LMN terganggu Darah merembes ke dalam parenkim otak Fungsi otak menurun

Kelemahan otot progresif Penekanan pada jaringan otak Kerusakan pada lobus
frontael / area broca dan lobus temporal
Mobilitas terganggu Penurunan reflek batuk Peningkatan TIK

Gg. Mobilitas Fisik Ketidakefektifan Gg. Perfusi jaringan Apasia Global


pembersihan jalan nafas serebral

Gg. Komunikasi :
ADL dibantu Pasien Bedrest Verbal

Defisit perawatan diri Penekanan lama pada daerah punggung & bokong

Suplai nutrisi & O2 ke daerah tertekan berkurang


Resiko Gg. Integritas kulit
E. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Terdapat sputum/lendir pada jalan nafas.
b. Breathing
Kaji adanya dispneu, kaji pola pernapasan yang tidak teratur, kedalaman
napas, frekuensi pernapasan, ekspansi paru, pengembangan dada. Pada
pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing
ataupun suara nafas tambahan, irama pernafasan tidak teratur akibat
penurunan refleks batuk dan menelan.
c. Circulation
PTekanan Darah meningkat, denyut nadi bervariasi. Pengkajian volume
darah dan kardiac output serta perdarahan. Pengkajian ini meliputi tingkat
kesadaran, warna kulit, nadi, dan adanya perdarahan.
d. Disability
Nialai tingkat kesadaran pasien serta ukuran dan reaksi pupil. Pasien
mengalami penurunan kesadaran.
e. Exposure/Environment/Event
Tidak terdapat pendarahan
2. Pengkajian Sekunder
Pengkajian dilakukan alloanamnesa
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien terpasang O2 Nasal 3 L/menit, NGT dan DC cateter. Pasien bedrest
total. Pasien tampak lemah dan tidak sadar. Tampak pasien batuk dengan
dahak.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien memiliki riwayat Hipertensi.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan
pasien.
d. Anamnesa singkat (AMPLE)
(alergi, medikasi, past illness, last meal, event/environment) perlu diingat.

e. Pemeriksaan fisik head to toe


1) Kepala : pasien berambut lurus dan pendek, dan tidak mudah lepas
saat di cabut. Rambut : umumnya tidak ada kelainan. bentuk
normocephalik
2) Mata : isokor, besar pupil kanan kiri 2 dan reaksi pupil keduanya
(+), sklera tidak ikterik.
3) Telinga : bersih tak terdapat serumen dan tidak mengalami
gangguan pendengaran
4) Hidung : tidak terdapat polip pada hidung. Bentuk simetris
5) Wajah : kulit wajah kering, muka umumnya tidak simetris yaitu
miring ke salah satu sisi
6) Mulut : terlihat kurang bersih, mukosa mulut kering, bibir kering.
7) Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, kaku kuduk
jarang terjadi.
8) Dada : Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar
ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak
teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan. Pasien
umumnya mengalami sesak nafas.
9) Abdomen : Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest
yang lama, dan kadang terdapat kembung.
10) Ekstremitas : Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi
tubuh.
11) Genetalica : Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine.
f. Pemeriksaan neurologi:
1) Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
2) Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi
tubuh.
3) Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
4) Pemeriksaan reflex
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali
didahului dengan refleks patologis.
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Peningkatan Hb & Ht terkait dengan stroke berat
b) Peningkatan WBC indikasi adanya infeksi : endokarditis
bakterialis.
c) Analisa CSF (merah) : perdarahan sub arachnoid
d) Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan
cairan yang mengandung darah menunjukan hemoragik
subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total
meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan adanya
proses inflamasi.
2) Pemeriksaan Radiologi
a) CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan
adanya infark

b) Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri
c) MRI
Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik
(masalah sistem arteri karotis (aliran darah / muncul plak)
arteriosklerotik).
d) EEG
Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
e) Ultrasonografi Dopler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena
f) Sinar X TengkoraK
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
yang berlawanan dari massa yang meluas; klasifikasi karotis
interna terdapat pada trombosis serebral ; kalsifikasi parsial
dinding aneurisma pada perdarahan subarakhnoid.
(Doenges E, Marilynn, 2000)
Data Subjektif :
- Klien mengeluh pusing, klien mengeluh nyeri kepala
- Klien mengeluh kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan
sensasi atau paralysis
- Klien mengeluh mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot).
- Klien mengeluh kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
- Klien mengeluh nafsu makan hilang, klien mengeluh mengalami
nausea/vomitus
- Klien mengeluh mengalami gangguan rasa pengecapan

Data Objektif
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
- Obesitas ( faktor resiko )
- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang
kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali
- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu
tubuh.
- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.

F. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan faktor fisiologis:
disfungsi neuromuscular ditandai dengan klien tampak tidak sadar, suara
napas ronchi (+), napas irreguler, dan memakai alat bantu oksigen.
2. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran
darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial ditandai dengan klien
tampak tidak sadar, dan kondisi lemah
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
ditandai dengan terjadi hemiperase pada ekstremitas kanan
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol otot
facial atau oral ditandai dengan klien tampak tidak mampu berbicara
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler ditandai
dengan klien tampak tidak sadar, kondisi lemah, dan hemiparese
G. Rencana Tindakan Keperawatan

No Tujuan dan Kriteria


Intervensi Rasional
DX hasil
1 setelah dilakan1. Auskultasi bunyiMengetahui suara nafas
tindakan keperawatannafas tambahan
selama 3 x 24 jam2. Ukur tanda-tanda vital Memonitor keadaan pasien
diharapkan Pasien3. Berikan posisi semiMelonggarkan jalan nafas
mampu fowler sesuai dengan
mempertahankan kebutuhan (tidak
bersihan jalan nafasbertentangan dgn
yang efektif. masalah keperawatan
Kriteria hasil : lain) Memebersihkan jalan nafas
a. Bunyi nafas4. Lakukan penghisapan
vesikuler lender dan pasang OPA
b. RR normal jika kesadaran menurun Mengencerkan dahak
c. Tidak ada tanda-5. Bila sudah
tanda sianosis danmemungkinkan lakukan
pucat fisioterapi dada dan
d. Tidak ada sputum latihan nafas dalam
6. Kolaborasi: Memberi cakupan oksigen ke
Pemberian ogsigendalam paru-paru.
Laboratorium: Memantau hilai pO2 dan pCO2
Analisa gas darah, darah
lengkap dll
Pemberian obat sesuai
kebutuhan
2 Tujuan : 1. Cek nadi perifer pada1. Untuk mengetahui
setelah dilakan dorsalis pedis atautingkat perkembangan klien
tindakan keperawatan tibia posterior. sebagai pengukur
selama 3 x 24 jam2. Catat warna kulit dan
diharapkan perfusi temperatur suhu 2. Untuk mengetahui
jaringan serebral3. Jaga kehangatan atausebagai pedoman pengukuran
berangsur membaik suhu tubuh 3. Untuk mencegah adanya
NOC : komplikasi lebih lanjut misal
Perfusi jaringan 4. Kolaborasikan hipertermi
dengan dokter4. Agar tidak ada sumbatan
pemberian obatdalam pembuluh darah yang
Kriteria Hasil : pelancar peredarandapat memperparah kondisi
1. Warna kulit darah
normal.
2. Suhu kulit hangat.
3. Kekuatan fungsi
otot.
4. Tidak ada nyeri
pada ekstremitas.

3 Tujuan : NIC :
Setelah dilakukanExercise Terapy
tindakan keperawatan
3 x 24 jam diharapkan1. Tempatkan pada 1. Untuk mengurangi
pasien dapattempat tidur yang aman resiko cidera
menunjukan 2. Monitor TTV2. Untuk mengetahui
peningkatan mobilitassebelum dan sesudahkondisi klien
se optimal mungkin latihan 3. Untuk memaksimalkan
NOC : 3. Konsultasikan kerja motorik dan otot
Mobility Level dengan fisioterapi
Kriteria Hasil : tentang rencana4. Sebagai terapi aktivitas
1. Keseimbangan ambulansi sesuaifisik
penampilan kebutuhan 5. Untuk mencegah ulkus
2. Mengerti tujuan4. Berikan Range ofdekubitus
dan meningkatkanMotion 6. Untuk memandirikan
mobilitas 5. Lakukan tirahdan keluarga lebih mengerti
3. Memposisikan baring 2 jam sekali
tubuh 6. Ajarkan keluarga
4. Gerakan otot dan pasien bagaimana
5. Gerakan sendi cara merobah posisi
6. Ambulansi jalan
7. Ambulansi kursi
roda
Ket Skala:
1 : Dibantu total
2 :
Memerlukanbantuan
orang lain danalat
3 : Memerlukan orang
lain
4 : Dapat melakukan
sendiri dengan bantuan
alat
5 : Mandiri

4 Tujuan : NIC :
Setelah dilakukanCommunication
tindakan keperawatanEnhancement Speech
selama prosesderisit :
keperawatan 5 x 241. Minta bantuan1. Agar komunikasi jelas
jam diharapkankeluarga yang mengertidan lancar
komunikasi berangsurtentang pembicaraan
membaik pasien.
KriteriaHasil : 2. Gunakan kata-kata2. Agar mudah dimengerti
1. Gunakan yang sederhana dan
komunikasi dengankalimat pendek.
menggunakan tulisan3. Berdiri disamping
tangan. pasien ketika bicara.
2. Gunakan bicara4. Gunakan gerakan3. Agar lebih jelas
vokal. isyarat. pembicaraan diterima pasien
3. Gunakan foto dan5. Berbicara lebih4. Agar pasien mengerti
gambar keras di akhir kalimat. 5. Agar lebih perhatian
4. Gunakan 6. Ajarkan pasien dan
kejelasan bicara. motivasi untuk belajar6. Untuk meningkatkan
5. Gunakan bahasaberbicara verbal secara optimalnya
nonverbal.
5 Tujuan : NIC :
Setelah dilakukanSelf care assistence
tindakan keperawatanIntervensi :
selama proses1. Monitor kebutuhan1. Untuk mengetahui
keperawatan pasien untuk personaltingkat kemampuan dan
diharapkan pasienhygiene termasukkebutuhan klien
berangsur angsurmakan. Mandi,
mampu dan dapatberpakaian, toileting.
melakukan personal2. Ajarkan keluarga2. Agar pasien tetap terjaga
higine untuk melakukankebersihan dirinya
NOC : personal higine pasien 3. Agar memandirikan
Self care : activity of3. Mandirikan aktivitaspasien bisa dilatih
daily living rutin untuk perawatan
KriteriaHasil : diri jika sudah mampu. 4. Upaya peningkatan
1. Makan secara4. Bantu pasien sampaikemandirian
mandiri pasien mampu berdiri. 5. Agar upaya
2. Berpakaian 5. Ajarkan kepadameningkatkan kemandirian
terpenuhi anggota keluarga untukdalam higine tercapai
3. Mandi terpenuhi peningkatan
4. Kebersihan terjagakemandirian
Keterangan Skala :
1 : Ketergantungan
2 : Membutuh
kanbantuan orang lain
dan alat
3 : Membutuh
kanbantuan orang lain
4 : Mandiri dengan
bantuan alat.
5 : Mandiri
sepenuhnya
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3. (Nike Budhi S, Alih
Bahasa). Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances dan Geissler, Alice C. 2000. Edisi
3. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arifin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Price, Sylvia A & Lorraine W, eds. 2005. Patofisiologis Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Penyakit Cerebrovascular. 6th ed. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Smeltzer, C. Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. (H.Y. Kuncara, M. Ester, A. Hartono, Y. Asih, Alih Bahasa).
Jakarta : EGC
Suyono, Haryono, 2006. Meningkatnya Penduduk Rawan Stroke. Available up
http://www.cybermed.cbn.net.id. Cites 30 Desember 2012.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC, Ed. 7. (Widyawati, S. Alimi, E. Dwihapsari, I.
S. Nurjanah, Alih Bahasa). Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai