Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH GAWAT DARURAT

MANAJEMEN KLIEN KERACUNAN MINUMAN KERAS

Disusun Oleh :

ESSA KHARISTA HATI

P1337420716045

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI D4 KEPERAWATAN MAGELANG

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang

diberikan-Nya sehingga tugas Makalah yang bertemakan tentang “Manajemen Pasien

Keracunan Minuman Keras” ini dapat saya selesaikan dalam waktu yang tepat dan juga hasil

yang maksimal.

Penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan dari berbagai pihak

yang telah membantu dalam sumbangsih pemikiran, sarana dan prasarana yang mampu

menyelesaikan makalah ini sehingga makalah ini dapat langsung bisa di gunakan oleh para

pihak yang membutuhkan.

Makalah ini dirancang dan ditulis untuk memenuhi Tugas yang telah diberikan dalam

Mata Kuliah Gawat Darurat. Makalah ini dibuat dari berbagai referensi-referensi yang ada di

sekitar yang memungkinkan dalam proses pengumpulan informasi yang sesuai judul tugas

saya.

Dalam makalah ini saya menyadari bahwa ada kekurangan yang mungkin tidak saya

ketahui dan saya minta maaf sebesar-besarnya jika masih banyak kekeliruan materi terhadap

makalah ini, dan saya sangat membutuhkan saran serta kritik para pembaca atau peneliti

demi membangun dan menyempurnakan makalah saya ini. Semoga makalah ini bisa berguna

bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Amin.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Minuman Keras

Belakang ini ada fenomena keracunan massal akibat minuman keras oplosan.

Metanol merupakan salah satu penyebab keracunan yang marak dioplos menjadi

minuman keras oplosan. Kandungan lain dalam miras oplosan selain methanol terdiri

dari berbagai campuran antara lain alkohol (>55% etanol), obat-obatan, minuman

bersoda / softdrink, suplemen kesehatan, bahan kimia seperti spirtus.

Mengkonsumsi alkohol atau minuman keras (miras) merupakan perilaku yang

biasa dilakukan oleh sekelompok orang dalam mengekspresikan suatu acara, misalnya

dalam pesta atau perpisahan tahun. Ironisnya miras tersebut tidak hanya dikonsumsi

oleh orang dewasa, tetapi kaum remaja juga sudah mulai coba-coba

mengkonsumsinya. Namun saat ini, pembicaraan mengenai bahaya mengkonsumsi

miras oplosan menjadi topik yang hangat dibicarakan masyarakat Indonesia. Istilah

kata “oplosan” itu sendiri mempunyai arti “campuran”. Dimana miras oplosan

tersebut merupakan minuman keras yang terdiri dari berbagai campuran, diantaranya

dioplos dengan alkohol industri (metanol) maupun dengan obat herbal seperti obat

kuat atau suplemen kesehatan. Miras oplosan biasanya dibuat dan dijual secara ilegal.

Dari tahun ke tahun kasus minuman oplosan sering terjadi, pada rentang bulan

Desember 2013-2014 tercatat 74 orang korban meninggal dan 192 korban lainya di

rawat di rumah sakit akibat minuman oplosan dan dua diantara korban meninggal

merupakan warga negara asing (Mulyadi, 2014)


Berbeda dari minuman alkohol yang beredar saat ini, pada miras oplosan tidak

bisa ditentukan berapa persen kandungan pasti etanol nya. Berdasarkan kandungan

alkoholnya, minuman beralkohol yang beredar di Indonesia dikelompokkan menjadi

3, yaitu :

1. Minuman beralkohol Golongan A : adalah minuman yang mengandung etil

alkohol dengan kadar sampai 5 %.

2. Minuman beralkohol Golongan B : adalah minuman yang mengandung etil

alkohol lebih dari 5% hingga 20 %.

3. Minuman beralkohol Golongan C : adalah minuman yang mengandung etil

alkohol lebih dari 20% hingga 55%

Efek kesehatan yang ditimbulkan dari etanol antara lain :

1. Jika etanol dikonsumsi dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kematian.

2. Kejang, pingsan, koma

3. Asidosis metabolic

4. Depresi pernafasan, gagal nafas, aspirasi paru, edema paru, pneumonitis

5. Paralisis otot

6. Inkoordinasi otot

7. Disorientasi

8. Perdarahan pada saluran pencernaan

9. Mual, muntah, nyeri perut, diare, pankreatitis

10. Depresi sistem syaraf pusat (SSP)


11. Mengantuk

12. Pusing

13. Dapat menyebabkan perasaan senang (eforia)

Efek kesehatan yang ditimbulkan oleh methanol adalah multiple organ failure

(kegagalan organ-organ) yang melalui Empat fase-fase toksik :

1. Fase keempat adalah toksisitas pada mata, diikuti dengan kebutaan, kejang,

gagal ginjal akut disertai mioglobulinuria (terdeteksinya protein serat

otot/mioglobin dalam urin) dan hematuria (darah di dalam urin), koma, dan

bisa berujung kematian.

2. Fase ketiga terjadi asidosis metabolik berat

3. Fase kedua adalah fase laten mengikuti depresi sistem saraf pusat
BAB II

PEMBAHASAN

A. Keracunan minuman keras

Alkohol bisa berupa ethyl alkohol (ethanol), propyl alcohol (Isopropanol),

ethylene glycol dan methyl alcohol (methanol), dua jenis terakhir ini disebut alkohol

beracun sebab lebih cepat mematikan daripada yang lain. Semua jenis senyawa

alkohol dapat menyebabkan depresi susunan saraf pusat dan kejang. Pada keracunan

etanol onset sekitar 30 menit, napas berbau etanol dan dapat terjadi asidosis

respiratorik atau ketoasidosis, sedang pada keracunan isopropanol onset cepat, napas

berbau aseton dan asidosis metabolik yang terjadi ringan.

Keracunan metanol dan keracunan etilen glikol mempunyai banyak kemiripan.

Pertama kedua senyawa ini menghasilkan asidosis metabolik dengan anion gap yang

tinggi disebabkan produksi asam yang cepat. Kedua jenis pasien tampak mabuk tapi

napas tidak berbau. Ketiga pada pemeriksaan elektrolit dan osmolalitas kedua jenis

keracunan ini menghasilkan osmolalitas gap yang tinggi

B. .Gejala Pada Keracunan Minuman Keras

Gejala awal keracunan Etilen glikol berupa mual, muntah dan tampak mabuk.

Karena etilen glikol tidak berbau maka napas tidak berbau. Pada kasus yang berat

disertai koma, kejang umum, edema paru,kolaps kardiovaskuler dan gagal ginjal.

Pemeriksaan laboratorium menggambarkan suatu asidosis metabolik berat dengan

kenaikan anion gap. Kadar serum laktat dapat meningkat (biasanya 5 - 6mEq/L). Bisa

terjadi hipokalsemia dan kristal kalsium oksalat tampak di urin sekitar 50 % kasus.
Plasma assay untuk ethylene glycol > 25 mg/ dL dianggap toksis, namun kadar

plasma ini dapat diabaikan pada pasien yang telah lama mengalami keracunan, karena

telah terjadi metabolisme.

Gejala awal keracunan methanol dalam waktu 6 jam setelah tertelan termasuk nampak

mabuk tanpa bau etanol. Tanda lanjut (6 – 24 jam setelah tertelan) termasuk gangguan

penglihatan (skotoma, pandangan kabur, buta total), kesadaran menurun, koma, dan

kejang umum, pankreatitis juga bisa terjadi. Pemeriksaan retina bisa didapatkan

papiledema, dan edema retina luas. Pemeriksaan laboratorium memperlihatkan

gangguan asam basa seperti pada keracunan etilen glikol. Enzim pankreas bisa

meningkat dan kenaikan kadar Creatinine Phospho kinase (CPK) dalam darah (dari

rhabdomyolysis)

pernah dilaporkan. Bila plasma assay untuk methanol tersedia, kadar diatas 25mg/dL

dianggap toksis. Seperti halnya pada keracunan etilen glikol kadar plasma dapat keliru

setelah lama dari waktu tertelan karena senyawa induk mungkin telah

dipecah.Pemeriksaan yang belum dikerjakan disebabkan keterbatasan dana yaitu

kadar asam laktat, plasma assay untuk etilen glikol dan metanol, osmolalitas plasma.

Pada pasien ini agak sulit membedakan antara keracunan etilen glikol atau

metanol.Keracunan pada pasien ini disertai :

 Dehidrasi akibat asupan cairan kurang karena mun tah-muntah dan

pemeriksaan laboratorium didapatkan hematokrit


 Infeksi paru dengan adanya febris 38,5 C
 Asidosis metabolik berat yang terjadi pada awalnya selain disebabkan hasil

metabolisme racun alkohol, bisa juga diperberat gangguan perfusi


 Gagal napas hipoksemia. Gagal napas ini bisa disebabkan oleh aspirasi pada

waktu pasien mengalami penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan foto dada


didapatkan infiltrat pada paru kanan. Gangguan oksigenasi kemungkinan

akibat dari spasme dan bronkitis.


 Penurunan kesadaran terjadi tidak disertai riwayat cedera kepala dan tidak

ditemukan jejas. Gula darah 192, tidak ada hiponatremia dan tidak ditemukan

keton di dalam urin. Kemungkinan penyebabnya adalah alcohol beracun yang

pada awalnya diperberat oleh asidosis metabolik berat dan hipotensi.

C. Penatalaksanaan keracunan minuman keras/oplosan

Pertolongan pertama keracunan akibat minuman beralkohol adalah dengan

menjaga jalan napas karena adanya risiko terjadinya aspirasi ke dalam paru-paru yang

dapat berakibat fatal. Gejala keracunan alkohol yang sering muncul adalah dehidrasi.

Pertolongan pertama yang dapat dilakukan yaitu penanganan dehidrasi yang dialami

oleh korban. Jika korban sadar dapat dilihat dan ditanyakan apakah korban mengalami

dehidrasi, disarankan untuk memberikan banyak minum untuk mengganti cairan

tubuh yang hilang. Sedangkan jika korban tidak sadar segera bawa ke rumah sakit

untuk mendapat pengobatan (Varon, 2010).

Penanganan keracunan miras oplosan dilakukan oleh petugas medis secara

suportif dan simtomatik, yaitu:

1) Penatalaksanaan jalan napas, yaitu karena adanya kehilangan refleksi

perlindungan jalur nafas dengan obstruksi jalan nafas yang disebabkan oleh

lidah yang kaku. Optimasi posisi jalan nafas dan lakukan intubasi endotrakeal

jika perlu.
2) Penatalaksanaan fungsi pernapasan, yaitu pada pasien yang memiliki kadar

pCO2 darah naik (misalnya >60mmHg) mengindikasikan pernafasan perlu

dibantu dengan ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk


menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.

Jangan sampai pCO2 pasien di atas 60 mmHg untuk memulai ventilasi


3) Penatalaksaan sirkulasi, beryaitu lakukan CPR jika tidak terasa denyut nadi

dan lakukan ACLS jika terjadi aritmia dan shock. Berikan infus cairan dengan

ringer laktat, larutan dekstrosa 5% dalam air atau normal saline. Pada pasien

yang memiliki sakit yang serius (koma, hipotensi, kejang) pasang alat kateter

di kandung kemih dan urin diambil untuk uji toksisitas racun dan pengeluaran

urin tiap jam.


4) Jika terjadi mual dan muntah dapat diberikan antiemetik (antimuntah).
5) Jika korban mengalami ketoasidosis alkohol dapat diberikan Dextrose 5%

dalam NaCl 0,9%, vitamin B1 dan vitamin lainnya serta pengganti Kalium

apabila diperlukan.
6) Jika korban menunjukkan asidosis berat atau kejang dapat diberikan Natrium

Bikarbonat dan Benzodiazepin.


7) Asidosis metabolik ditandai dengan napas cepat dan dalam (hiperventilasi).

Untuk melihat ada atau tidaknya metanol dalam miras oplosan dapat

dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap osmolaritas (anion gap) atau

kepekatan darah dalam tubuh.


8) Dekontaminasi gastrointestinal dapat dilakukan melalui aspirasi nasogastrik

apabila ingesti terjadi dalam rentang 30 menit.


9) Jika alkohol mengenai mata korban perlu dilakukan irigasi mata yaitu secara

perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air

bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 15-20 menit

atau sekurangnya 1 liter untuk setiap mata. Hindarkan bekas air cucian

mengenai wajah atau mata lainnya. Jika masih belum yakin bersih, cuci

kembali selama 10 menit. Jangan menggosok mata karena dapat

mengakibatkan iritasi pada kornea dan konjungtiva (SIKer, 2001).


DAFTAR PUSTAKA

Matthew J, Ellenhorn. The Alcohols .Principles of Critical Care. 1992 ;170

Marino.The ICU book 3rd edition. 2007.

Marini JJ, Wheeler AP. Drug overdose and Poison ing. Critical Care Medicine 3rd

edition. 2006; 33
Sumber : Mumpuni, Risna Yekti. (2016). Tatalaksana Keracunan Minuman Keras

Oplosan (Metanol dan Ethylene Glycol) dengan Fomepizole, Etanol, dan Hemodialisis.

Malang : Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai