Anda di halaman 1dari 12

A.

FTIR(Fourier Transform Infra Red)

1. Cara Kerja
SPEKTROFOTOMETRI INFRA MERAH merupakan suatu metode mengamati interaksi
molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0,75 –
1000 µm. Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark Maxwell, yang
menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang elektromagnetik, artinya
mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang keduanya saling tegak lurus dengan arah
rambatan. Pada umumnya, sumber infra merah yang sering di pakai adalah berupa zat pada inert
yang dipanaskan dengan listrik hingga mencapai suhu antara 1500-2000 K. Akibat pemanasan
ini akan dipancarkan sinar infra merah yang kontinyu. Komponen dasar spektrofotometer IR
sama dengan UV tampak , tetapi sumber,detektor dan komponen optiknya sedikit berbeda. Mula-
mula sinar infra marah di lewatkan melaui sampel dan laritan pambanding kemudian di
laewatkan pada monokromator untuk menghilangkan sinar yang tidak diinginkan. Berkas ini
kemudian dididspersikan melalui prisma atau gratting. Dengan melewatkannya melalui slit, sinar
akan di fokuskan pada detektor. Alat IR biasanya dapat merekam sendiri absorbansinya sendiri.
Temperatur dan kelembpan juga harus di atur yaitu maksimum 50% dan apabial melebihi bats
tersebut maka menbuat permukaan prisma dan sel alkali halida menjadi suram. Sumber radiasi
yang sering di gunakan adalah Nernest atau lampu Glower yang di buat dari oksida-oksida
zirkonium dan natrium, berupa batang berongga denga diameter 2mm dan panjang 30mm.
Batang ini di panaskan sampai suhu1500-20000C dan akan memberikan radiasi diatas 7000cm-1.
Sumber Glower juga di gunkan dalam instrumen dengan absorbansi sekitar 5200cm-1.
Monokromator yang di gunakkan dalam infra merah terbuat dari berbagai macam bahan
antara lain gelas, lelehan silika, LiF, CaF2, BaF2,NaCl, AgCl, KBr, Csl. Tetapi pada ummnya
prisma NaCl di gunakan yuntuk daerah 4000-6000cm-1 dan prisma Kbruntuk 400cm-1. Untuk
detektor dalam infra merah digunakan detektor termal. Di antara detektor termal , termokopellah
yang banyak di gunakan. Bolometer memberikan sinyal listrik sebagai hasil perubahan dalam
tahanan konduktor metal dengan temperatur .
Pada dasarnya Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) adalah sama
dengan Spektrofotometer Infra Reddispersi, yang membedakannya adalah pengembangan pada
sistim optiknya sebelum berkas sinar infra merah melewati contoh. Dasar pemikiran dari
Spektrofotometer Fourier Transform InfraRed adalah dari persamaan gelombang yang
dirumuskan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier (1768-1830) seorang ahli matematika dari
Perancis. Persamaannya adalah sebagai berikut :

Dari deret Fourier tersebut intensitas gelombang dapat digambarkan sebagai daerah
waktu atau daerah frekwensi. Perubahan gambaran intensitas gelobang radiasi elektromagnetik
dari daerah waktu ke daerah frekwensi atau sebaliknya disebut Transformasi Fourier (Fourier
Transform). Selanjutnya pada sistim optik peralatan instrumen Fourier Transform Infra Red
dipakai dasar daerah waktu yang non dispersif. Sistim optik Spektrofotometer FTIR seperti pada
gambar dibawah ini dilengkapi dengan cermin yang bergerak tegak lurus dan cermin yang diam.
Dengan demikian radiasi infra merah akan menimbulkan perbedaan jarak yang ditempuh menuju
cermin yang bergerak ( M ) dan jarak cermin yang diam ( F ). Perbedaan jarak tempuh radiasi
tersebut adalah 2 yang selanjutnya disebut sebagai retardasi ( δ ). Hubungan antara intensitas
radiasi IR yang diterima detektor terhadap retardasi disebut sebagai interferogram. Sedangkan
sistim optik dari Spektrofotometer IR yang didasarkan atas bekerjanya interferometer disebut
sebagai sistim optik Fourier Transform Infra Red.
Pada sistim optik FTIR digunakan radiasi LASER (Light Amplification by Stimulated
Emmission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang diinterferensikan dengan radiasi
infra merah agar sinyal radiasi infra merah yang diterima oleh detektor secara utuh dan lebih
baik.
Detektor yang digunakan dalam Spektrofotometer FTIR adalah TGS (Tetra Glycerine
Sulphate) atau MCT (Mercury Cadmium Telluride). Detektor MCT lebih banyak digunakan
karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan detektor TGS, yaitu memberikan respon
yang lebih baik pada frekwensi modulasi tinggi, lebih sensitif, lebih cepat, tidak dipengaruhi
oleh temperatur, sangat selektif terhadap energi vibrasi yang diterima dari radiasi infra merah.
Pada proses instrumen analisis sampelnya meliputi:

1. The source: energi Infra Red yang dipancarkan dari sebuah benda hitam menyala. Balok
ini melewati melalui logam yang mengontrol jumlah energi yang diberikan kepada sampel.
2. Interoferometer: sinar memasuki interferometer “spectra encoding‟ mengambiltempat,
kemudian sinyal yang dihasilkan keluar dari interferogram.
3. Sampel: sinar memasuki kompartemen sampel dimana diteruskan melaluicermin dari
permukaan sampel yang tergantung pada jenis analisis.
4. Detector: sinar akhirnya lolos ke detector untuk pengukuran akhir. Detector ini digunakan
khusus dirancang untuk mengukur sinar interfrogram khusus. Detektor yang digunakan dalam
Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red adalah TetraGlycerine Sulphate (disingkat
TGS) atau Mercury Cadmium Telluride (disingkat MCT). Detektor MCT lebih banyak
digunakan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan detektor TGS, yaitu memberikan
respon yang lebih baik pada frekwensi modulasi tinggi, lebih sensitif, lebih cepat, tidak
dipengaruhi oleh temperatur, sangat selektif terhadap energi vibrasi yang diterima dari radiasi
inframerah.
5. Computer: sinyal diukur secara digital dan dikirim kekomputer untuk diolaholeh Fourier
Transformation berada. Spektrum disajikan untuk interpretasi lebihlanjut.
Prinsip kerja spektroskopi FTIR adalah adanya interaksi energi dengan materi. Misalkan
dalam suatu percobaan berupa molekul senyawa kompleks yang ditembak dengan energi dari
sumber sinar yang akan menyebabkan molekul tersebut mengalami vibrasi. Sumber sinar yang
digunakan adalah keramik, yang apabila dialiri arus listrik maka keramik ini dapat memancarkan
infrared. Vibrasi dapat terjadi karena energi yang berasal dari sinar infrared tidak cukup kuat
untuk menyebabkan terjadinya atomisasi ataupun eksitasi elektron pada molekul senyawa yang
ditembak dimana besarnya energi vibrasi tiap atom atau molekul berbeda tergantung pada atom-
atom dan kekuatan ikatan yang menghubungkannya sehingga dihasilkan frekuaensi yang berbeda
pula. FTIR interferogramnya menggunakan mecrosem dan letak cerminnya (fixed mirror dan
moving mirror) paralel. Spektroskopi inframerah berfokus pada radiasi elektromagnetik pada
rentang frekuensi 400 – 4000 cm-1 di mana cm-1 disebut sebagai wavenumber (1/wavelength)
yakni suatu ukuran unit untuk frekuensi. Daerah panjang gelombang yang digunakan pada
percobaan ini adalah daerah inframerah pertengahan (4.000 – 200 cm-1 ).
Sistim optik Spektrofotometer FT-IR seperti pada gambar dibawah ini dilengkapi dengan
cermin yang bergerak tegak lurus dan cermin yang diam. Dengan demikian radiasi infra-merah
akan menimbulkan perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin yang bergerak (M) dan jarak
cermin yang diam (F). Perbedaan jarak tempuh radiasi tersebut adalah 2 yang selanjutnya disebut
sebagai retardasi (δ). Hubungan antara intensitas radiasi IR yang diterima detektor terhadap
retardasi disebut sebagai interferogram. Sedangkan sistim optik dari Spektrofotometer IR yang
didasarkan atas bekerjanya interferometer disebut sebagai sistim optik Fourier Transform Infra
Red.
Gambar 2.3 Cara Kerja Spektrofotometer FT-IR
Pada sistem optik FT-IR digunakan radiasi LASER (Light Amplification by Stimulated
Emmission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang diinterferensikan dengan radiasi
infra merah agar sinyal radiasi infra-merah yang diterima oleh detektor secara utuh dan lebih
baik. Detektor yang digunakan dalam Spektrofotometer FT-IR adalah TGS (Tetra Glycerine
Sulphate) atau MCT (Mercury Cadmium Telluride). Detektor MCT lebih banyak digunakan
karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan detektor TGS, yaitu memberikan respon yang
lebih baik pada frekwensi modulasi tinggi, lebih
sensitif, lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh
temperatur, sangat selektif terhadap energi
vibrasi yang diterima dari radiasi infra-merah.
Cara membaca spektra FTIR :
1. Tentukan sumbu X dan sumbu Y dari
spektrum. Sumbu X dari spektrum IR
diberi label sebagai bilangan
gelombang dan jumlahnya berkisar
dari 400 di paling kanan untuk 4.000 di
paling kiri. Sumbu X menyediakan
nomor penyerapan. Sumbu Y diberi
label sebagai transmitansi persen dan
jumlahnya berkisar dari 0 pada bagian bawah dan 100 pada bagian atas.
2. Tentukan karakteristik puncak dalam spektrum IR. Semua spektrum IR mengandung
banyak puncak. Selanjutnya melihat data daerah gugus fungsi yang diperlukan untuk
membaca spektrum.
3. Tentukan daerah spektrum dimana puncak karakteristik ada. Spektrum IR dapat
dipisahkan menjadi empat wilayah. Rentang wilayah pertama dari 4.000 ke 2.500.
Rentang wilayah kedua dari 2.500 sampai 2.000. Rentang wilayah ketiga berkisar dari
2.000 sampai 1.500. Rentang wilayah keempat berkisar dari 1.500 ke 400.
4. Tentukan kelompok fungsional diserap di wilayah pertama. Jika spektrum memiliki
karakteristik puncak di kisaran 4.000 hingga 2.500, puncak sesuai dengan penyerapan
yang disebabkan oleh NH, CH dan obligasi OH tunggal.
5. Tentukan kelompok fungsional yang diserap di wilayah kedua. Jika spektrum memiliki
karakteristik puncak di kisaran 2.500 hingga 2.000, puncak sesuai dengan penyerapan
yang disebabkan oleh ikatan rangkap tiga.
6. Tentukan kelompok fungsional diserap di wilayah ketiga. Jika spektrum memiliki
karakteristik puncak di kisaran 2.000 sampai 1.500, puncak sesuai dengan penyerapan
yang disebabkan oleh ikatan rangkap seperti C = O, C = N dan C = C.
7. Bandingkan puncak di wilayah keempat ke puncak di wilayah keempat spektrum IR
lain. Yang keempat dikenal sebagai daerah sidik jari dari spektrum IR dan mengandung
sejumlah besar puncak serapan yang account untuk berbagai macam ikatan tunggal. Jika
semua puncak dalam spektrum IR, termasuk yang di wilayah keempat, adalah identik
dengan puncak spektrum lain, maka Anda dapat yakin bahwa dua senyawa adalah
identik

Secara keseluruhan, analisis menggunakan Spektrofotometer FTIR memiliki dua kelebihan


utama dibandingkan metoda konvensional lainnya, yaitu :

- Dapat digunakan pada semua frekwensi dari sumber cahaya secara simultan sehingga
analisis dapat dilakukan lebih cepat daripada menggunakan cara sekuensial atau scanning.

- Sensitifitas dari metoda Spektrofotometri FTIR lebih besar daripada cara dispersi, sebab
radiasi yang masuk ke sistim detektor lebih banyak karena tanpa harus melalui celah
(slitless).
2. Penggunaan dan pengaplikasian FTIR

ANALISIS GUGUS FUNGSI PADA SAMPEL UJI, BENSIN DAN SPIRITUS


MENGGUNAKAN METODE SPEKTROSKOPI FTIR

Telah dilakukan penelitian untuk analisis gugus fungsi pada sampel uji (katalis, bensin
dan spiritus) dengan menggunakan spektroskopi FTIR.. Analisis gugus fungsi suatu sampel
dilakukan dengan membandingkan pita absorbsi yang terbentuk pada spektrum infra merah
menggunakan tabel korelasi dan menggunakan spektrum senyawa pembanding (yang sudah
diketahui). Dengan demikian diharapkan identifikasi gugus fungsi dapat dilakukan dengan
efektif. Sepektrum sampel bensin menunjukkan bahwa terdapat gugus metil (CH3), gugus
alkana, senyawa benzena yang ditunjukkan dengan vibrasi uluran C–H dan cincin aromatik
(C=C) . Spektrum sampel spiritus diketahui adanya gugus hidroksil dari senyawa alkohol
-1 -1
dengan munculnya pita lebar di atas 3000–3500 cm dan pita pada 1000–1100 cm .
Sedangkan dari spektrum sample uji (katalis) menunjukkan bahwa sample uji mengandung
gugus hidroksil (O–H) dari jenis alkoho l primer, gugus metil (CH3), ikatan rangkap tiga
(C≡C–H), gugus nitril (R–C ≡N), ikatan rangkap dua C=C dan C–N.

Kata kunci: Spektrskopi FTIR, getaran, spektrum infra merah, serapan, gugus fungsi.
B. ICP (Inductively Coupled Plasma)

ICP-MS secara sederhana dapat dipandang sebagai gabungan plasma induksi (Inductively
Coupled Plasma) dengan spektrometer massa. ICP sebagai sumber pengion telah sukses
digunakan selama puluhan tahun pada spektroskopi optik Emisi (Atomic Emission
Spectrometry). Penggabungan ICP dengan spektroskopi optik Massa (Mass Spectrometry)
merupakan terobosan baru dalam dunia teknik analisis multi unsur dan isotop. Alat ini
mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan pendahulunya (AAS dan ICP-AES)
yaitu mempunyai latar lebih sederhana, batas deteksi lebih rendah dan dapat memberi
informasi kelimpahan isotope.

Inductively Coupled Plasma (ICP) adalah sebuah teknik analisis yang digunakan untuk
deteksi dari trace metals dalam sampel lingkungan pada umumnya. Prinsip utama ICP
dalam penentuan elemen adalah pengatomisasian elemen sehingga memancarkan cahaya
panjang gelombang tertentu yang kemudian dapat diukur. Teknologi dengan metode ICP
yang digunakan pertama kali pada awal tahun 1960 dengan tujuan meningkatkan
pekembangan teknik analisis

1. Prinsip Kerja
Prinsip Kerja ICP-MS
Sampel dimasukkan ke dalam plasma argon sebagai tetesan aerosol. Plasma
mengering aerosol, memisahkan yang mol-ecules, dan kemudian menghapus elektron
dari komponen, sehingga membentuk ion bermuatan tunggal, yang diarahkan ke
sebuah perangkat yang dikenal sebagai penyaringan massa spektrometer massa.
Paling komersial ICP-MS sistem menggunakan spektrometer massa quadrupole yang
cepat memindai rentang massa. Pada waktu tertentu, hanya satu massa-untuk-biaya
rasio akan diizinkan untuk melewati spektrometer massa dari pintu masuk ke keluar.
Setelah keluar dari spektrometer massa, ion pemogokan dynode pertama dari sebuah
pengganda elektron, yang berfungsi sebagai detektor. Dampak dari ion melepaskan
kaskade elektron, yang diperkuat sampai mereka menjadi pulsa terukur. Perangkat
lunak ini membandingkan intensitas dari pulsa diukur kepada mereka dari standar,
yang membentuk kurva kalibrasi, untuk menentukan konsentrasi elemen.
Untuk setiap elemen yang diukur, itu biasanya diperlukan untuk mengukur hanya satu
isotop, karena rasio isotop, atau kelimpahan alam, adalah tetap di alam. Ini dapat
membantu untuk merujuk kembali pada Gambar 1 di mana Anda akan melihat
bargraph sederhana untuk setiap elemen. The bar menggambarkan jumlah dan
kelimpahan relatif dari isotop alami untuk elemen, yang kadang-kadang disebut
sebagai sidik jari isotop elemen. Jika Anda perhatikan, sebelumnya dalam ayat ini,
kata "biasanya" dipakai karena ada unsur yang tidak mengikuti aturan kelimpahan
alam: timbal (Pb). Memimpin alami berasal dari dua sumber - beberapa yang
ditempatkan di sini ketika bumi lahir dan beberapa adalah hasil dari peluruhan bahan
radioaktif. Hal ini menciptakan situasi di mana rasio isotop timbal dapat bervariasi
tergantung pada sumber memimpin. Untuk memastikan bahwa weaccurately
mengukur konsentrasi timbal dalam sampel, maka perlu untuk jumlah beberapa isotop
yang tersedia.

ICP-MS dapat digunakan untuk mengukur isotop dari setiap elemen individu;
kemampuan ini membawa nilai ke laboratorium tertarik pada salah satu isotop unsur
tertentu atau dalam rasio antara dua isotop unsur.

ICP-MS terdiri dari komponen sebagai berikut: • Contoh sistem pengenalan - terdiri
dari nebulizer dan ruang semprot dan menyediakan sarana sampel masuk ke
instrumen • ICP obor dan kumparan RF - menghasilkan plasma argon, yang berfungsi
sebagai sumber ion ICP-MS • Antarmuka - link tekanan atmosfer ICP sumber ion
untuk spektrometer massa vakum tinggi • Sistem Vacuum - menyediakan vakum
tinggi untuk optik ion, quadrupole, dan detektor • Tabrakan sel / reaksi - mendahului
spektrometer massa dan digunakan untuk menghilangkan gangguan yang dapat
menurunkan deteksi batas tercapai. Hal ini dimungkinkan untuk memiliki sel yang
dapat digunakan baik dalam sel tabrakan dan mode reaksi sel, yang disebut sebagai
sel yang universal • Ion optik - panduan ion-ion yang diinginkan ke quadrupole
sementara memastikan bahwa spesies netral dan foton dibuang dari berkas ion •
Massa spektrometer - bertindak sebagai filter untuk memilah ion massa oleh massa-
untuk-biaya rasio (m / z) • Detektor - jumlah ion individu yang keluar quadrupole •
Penanganan data dan pengendali sistem - mengendalikan semua aspek kontrol
instrumen dan data penanganan untuk mendapatkan akhir konsentrasi.

Prinsip Kerja ICP-OES

Perangkat keras ICP OES yang utama adalah plasma, dengan bantuan gas akan
mengatomisasi elemen dari energy ground state ke eksitasi state sambil memancarkan
energy cahaya hv.

Proses ini terjadi oleh Plasma yang dilengkapi dengan tabung konsentris yang disebut
torch, paling sering dibuat dari silika. Torch ini terletak di dalam water-cooled coil of
a radio frequency (r.f.) generator. Gas yang mengalir ke dalam Torch, r.f. diaktifkan
dan gas di coil region menghasilkan electrically conductive.

Pembentukan induksi plasma sangat bergantung pada kekuatan magnetic field dan
pola yang mengikuti aliran gas. Perawatan plasma biasanya dengan inductive heating
dari gas mengalir. Induksi dari magnetic field yang yang menghasilkan frekuensi
tinggi annular arus listrik di dalam konduktor. Yang mengakibatkan pemanasan dari
konduktor akibat dari ohmic resistance.

Untuk mencegah kemungkinan short-circuiting serta meltdown, plasma harus diisolasi


dari lingkungan instrumen. Isolasi dapat dilakukan dengan aliran gas-gas melalui
sistem. Tiga aliran gas melalui sistem – outer gas, intermediate gas, dan inner atau
carrier gas. outer gas biasanya gas Argon atau Nitrogen. Outer gas berfungsi untuk
mempertahankan plasma, menjaga posisi plasma, dan osilasi panas plasma dari luar
torch. Argon umumnya digunakan untuk intermediate gas dan inner atau carrier gas.
Fungsi carrier gas adalah untuk membawa sampel ke plasma.

ICP OES terdiri dari komponen berikut:

 sampel introduction system (nebulizer)


 ICP torch
 High frequency generator
 Transfer optics and spectrometer
 Computer interface

Sampel yang akan dianalisis harus dalam larutan. Untuk sampel padatan diperlukan
preparasi sampel dengan proses digestion pada umumnya dengan acid digestion.
Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan sampel menjadi erosol. Cahaya emisi
oleh atom suatu unsur pada ICP harus dikonversi ke suatu sinyal listrik yang dapat
diukur banyaknya. Hal ini diperoleh dengan mengubah cahaya tersebut ke dalam
komponen radiasi (hampir selalu dengan cara difraksi kisi) dan kemudian mengukur
intensitas cahaya dengan photomultiplier tube pada panjang gelombang spesifik untuk
setiap elemen. Cahaya emitted oleh atom atau ions dalam ICP dikonversikan ke sinyal
listrik oleh photomultiplier dalam spectrometer. Intensitas dari sinyal dibandingkan
intensitas standard yang diketahui konsentrasinya yang telah diukur sebelumnya.
Beberapa elemen memiliki lebih dari satu wavelengths spesifik dalam spektrum yang
dapat digunakan untuk analisis. Dengan demikian, pilihan wavelength yang paling
sesuai sangat mempengaruhi akurasi

2. Penggunaan ICP dalam Bidang Migas

METODE ALTERNATIF ANALISIS SULFUR DALAM SOLAR DENGAN


ALAT ICP-OES OPTIMA 5300 PERKIN ELMER
Kemajuan pada spektroskopi emisi atom dengan ditemukannya sumber eksitasi
baru melahirkan teknik analisis secara Inductively Coupled Plasma (ICP). Analisis den
gan teknik ini merupakan analisis secara simultan dengan tingkat ketelitian dan
sensitifitas yang tinggi .Mengingat keunggulan teknik analisis ini perlu diadakan
penelitian penentuan kandungan sulfur dalam solar dengan teknik ini, agar dapat
digunakan sebag ai metode alternatif. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi metode
pada alat Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectrometry (ICP -OES)
Perkin Elmer Optima 5300 agar diperoleh data yang bisa dipercaya dan diterima. Hasil
penelitian dari metode alternatif ini memberikan kesimpulan bahwa panjang gelombang
optimum ( ) yang paling baik diguanakan untuk metode alternatif ini adalah pada
180.669 nm dengan akurasi = 100.7 %, Presisi = 0.78 %, Linieritas (R2) = 0.99968588,
LoD = 0.00112, LoQ = 0.0316. Hasil analisis contoh solar menggunakan panjang
gelombang ( ) 180.669 nm memberikan nilai validasi yang sangat baik, dimana % CV
lebih kecil dari 2/3 % Horwitz juga hasil analisis recovery (perolehan kembali) dari
contoh menghasilkan nilai yang sangat baik yaitu 99.1233 %, hal ini menunjukan bahwa
alat ICP – OES 5300 Perkin Elmer bisa digunakan untuk analisis kandungan sulfur
dalam solar menggunakan metode alternatif ini.

Kata kunci : Sulfur, ICP – OES, validasi

Anda mungkin juga menyukai